Disusun oleh :
Nama : Mayangdita Hapsari
NIM : 12711099
Tutorial 4
Tutor : dr. Rosmelia Malik, M.Kes, Sp.KK.
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Lampiran ......................................................................................................
2
4
5
7
10
Istilah body farming berasal dari 2 buah kata yaitu body dan farm.
Menurut Marhiyanto dan Arifin (1998), kata body memiliki pengertian tubuh
(tubuh mayat) dan farm memiliki pengertian ladang, kebun atau tanah
pertanian. Body farming adalah suatu proses penyediaan fasilitas penelitian
khususnya pada bidang ilmu antropologi forensik berupa laboratorium terbuka
yang berisi puluhan hingga ratusan mayat manusia dan diletakkan di alam
terbuka. Tujuan dilakukan body farming adalah untuk mempelajari mekanisme
terjadinya dekomposisi (pembusukan) pada tubuh manusia pada kondisi yang
berbeda-beda, sehingga didapatkan informasi terkait proses dan waktu
kematian mayat (Killgrove, 2015).
B. Gambaran Proses Body Farming
1. Sejarah body farm
Pembuatan body farm pertama kali dilakukan oleh seorang
konsultan forensik Dr. William M. Bass di Universitas Tennesse,
Knoxville, Amerika Serikat pada tahun 1981. Penyebab pembuatan body
farm tersebut akibat tidak adanya tempat yang sesuai untuk mengamati
proses dekomposisi pada mayat. Dua puluh lima tahun kemudian mulai
dibuat beberapa body farm lain di Carolina University pada tahun 2006,
Texas State University pada tahun 2008, Sam Houston State University
pada tahun 2010, Southern Illinois University, Carbondale pada tahun
2012, Colorado Mesa University pada tahun 2013, dan masih dalam
proses pembangunan di University of Technology, Sydney pada tahun
2015 (Killgrove, 2015).
2. Prosedur dilakukannya body farming
Proses pembuatan body farm meliputi persiapan lahan, pencarian
obyek penelitian (mayat manusia), proses penelitian, dan proses
pencatatan hasil penelitian.
a. Pembuatan lahan (farming)
Pembuatan body farm dilakukan di lahan terbuka (pertama kali di
lahan peternakan) tanpa mengubah kondisi alam yang sebenarnya.
Kondisi alam meliputi komponen tumbuhan, hewan, struktur tanah,
kelembapan dan cuaca tetap dipertahankan sesuai dengan kondisi
aslinya. Akses terhadap body farm terbatas pada peneliti dan pihakpihak terkait yang memiliki kepentingan, sehingga diberikan batas-
batas wilayah pada body farm agar tidak dapat diakses oleh masyarakat
umum yang tidak berkepentingan (Bass dan Jefferson, 2008).
b. Donasi mayat (human donation)
Dalam body farm, mayat yang digunakan sebagai obyek penelitian
adalah mayat yang masih dalam kondisi utuh dan segar. Mayat
didapatkan dari proses donasi orang-orang yang ingin mengabdikan
tubuhnya atau tubuh keluarganya sebagai obyek penelitian. Proses
donasi dapat dilakukan sesuai dengan persetujuan mayat pada waktu
hidup atau persetujuan keluarga korban yang pada umumnya terjadi
pada kasus pembunuhan, dimana pihak keluarga sadar bahwa donasi
mayat yang akan dijadikan penelitian tersebut akan membantu pihak
kepolisian
terutama
CSI
(Crime
Scene
Investgation)
dalam
Human
Penelitian proses
lahan body
donation
dekomposisi
farm
Aplikasi hasil
Pencatatan
pada kasus
hasil
kematian
penelitian
Ditinjau
dari
dasar
etika
kedokteran
(bioetik),
body
farm
khususnya
kasus
pembunuhan
yang
belum
mendapatkan
penyelesaian yang jelas (Bass dan Jefferson, 2008). Di samping itu, body
farming juga mengedepankan prinsip autonomy, yaitu menghormati otonomi
dan martabat pasien. Prinsip autonomy ini diterapkan khususnya pada proses
human donation. Proses donasi mayat dilakukan sesuai dengan permintaan
mayat pada waktu hidup atau sesuai dengan persetujuan keluarga terdekat
mayat secara sukarela berdasarkan surat perjanjian tertentu dengan tujuan
semata-mata untuk kepentingan ilmu pengetahun forensik dan hukum. Dengan
adanya body farming khususnya pada kasus-kasus kriminal (pembunuhan)
dapat dilakukan upaya penegakan hak-hak asasi dari mayat maupun pihak
keluarga. (Killgrove, 2015).
D. Dilema Etik Body Farming Ditinjau dari Sisi ekono-sosio kultural
Prinsip body farming juga masih menimbulkan dilema dilihat dari sisi
hukum yang dikaitkan dengan ranah ekonomi, sosial dan kultural. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1981 tentang
Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia (hukum.unsrat.ac.id) , disebutkan bahwa :
1. Bab IV. Museum Anatomis dan Patologi Pasal 9 :
Untuk kepentingan pendidikan, penyelidikan penyakit,
dan
Lampiran
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Sumber : www.google.com
Daftar Pustaka
Anonim, 2015, PP 18/1981 Bedah Mayat Klinis Dan Bedah Mayat Anatomis
Serta Transplantasi Alat Atau Jaringan Tubuh Manusia, www.hukum.unsrat.ac.id
(diakses tanggal 20 Desember 2015)
Bass, B., Jefferson J, 2008, Beyond The Body Farm, Quercus, London.
Hanafiah, J., Amir, A., 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, EGC,
Jakarta.
Juneman, 2013, Isu Etik dalam Penelitian di Bidang Kesehatan, Asosiasi Ilmu
Forensik Indonesia, Jakarta.
Killgrove, K., 2015, These 6 Body Farms Help Forensic Anthropologists Learn
To Solve Crimes, www.forbes.com. (diakses tanggal 20 Desember 2015).
Muhammad, A., 2002, Fikih, Grafindo Media Pratama, Jakarta.
10