Anda di halaman 1dari 14

Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kondisi ketika suatu strain bakteri dalam tubuh manusia menjadi
resisten (kebal) terhadap antibiotik. Resistensi ini berkembang secara alami melalui mutasi
evolusi acak dan juga bisa direkayasa oleh pemakaian obat antibiotik yang tidak tepat. Setelah
gen resisten dihasilkan, bakteri kemudian dapat mentransfer informasi genetik secara horisontal
(antar individu) dengan pertukaran plasmid. Mereka kemudian akan mewariskan sifat itu kepada
keturunannya, yang akan menjadi generasi resisten. Bakteri bisa memiliki beberapa gen
resistensi, sehingga disebut bakteri multiresisten atau superbug.
Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Ketika
Anda terinfeksi bakteri yang resisten antibiotik, pengobatan untuk Anda menjadi lebih sulit dan
harus menggunakan obat yang lebih kuat dan lebih mahal dengan lebih banyak efek samping.
Contoh bakteri yang telah menjadi resisten terhadap antibiotik termasuk spesies yang
menyebabkan infeksi kulit, meningitis, penyakit menular seksual, tuberkulosis, dan infeksi
saluran pernapasan seperti pneumonia.
Penyebab umum
Penggunaan yang tidak tepat dan penyalahgunaan antibiotik adalah penyebab umum resistensi
antibiotik, di antaranya:

Penggunaan antibiotik untuk infeksi virus. Banyak pasien berharap atau meminta
dokter untuk meresepkan antibiotik ketika terkena flu dan pilek. Padahal, antibiotik hanya untuk
mengobati infeksi bakteri, bukan infeksi virus. Antiobiotik hanya diperlukan bila flu dan pilek

sudah ditumpangi infeksi sekunder oleh bakteri. Sebagian besar flu dan pilek tidak memerlukan
antiobiotik.

Putus obat. Dosis antibiotik harus dihabiskan secara penuh, bila berhenti meminum
antibiotik di tengah jalan maka beberapa bakteri yang masih hidup akan menjadi resisten
terhadap pengobatan antibiotik di masa depan.
Pencegahan
Resistensi bakteri bisa dikurangi dengan pemakaian antibiotik secara bijaksana. Baik dokter
maupun pasien dapat turut berperan untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik. Antibiotik
hanya boleh diresepkan ketika infeksi bakteri telah terjadi. Mengambil antibiotik untuk infeksi
virus bukan hanya membuang-buang waktu dan biaya, tetapi juga membantu meningkatkan
resistensi antibiotik. Selain itu, setiap pasien harus menyadari bahwa antiobiotik harus tetap
diambil sampai dosisnya habis meskipun gejala-gejala penyakit sudah hilang.
http://majalahkesehatan.com/resistensi-antibiotik/

RESISTENSI ANTIBIOTIK

Pada tahun 2010 kebanyakan orang meninggal karena infeksi daripada kanker. Fakta ini
sebenarnya menyoroti bahaya dari kenaikan resistensi antibiotik pada bakteri, chief
medical memperingatkan bahaya ini kepada anggota parlemen pada minggu ini.
Selama miliaran tahun, bakteri tertentu telah menghasilkan bahan kimia yang melindungi mereka
dari serangan mikroorganisme lainnya. Beberapa bahan kimia ini membentuk antibiotik
digunakan dalam pengobatan masa ini. Sayangnya, bakteri demi kelangsungan hidup telah
mengembangkan cara untuk melawan efek racun dari obat ini. Bahkan, sebagian besar resistensi
yang ada sampai saat ini dikembangkan beberapa tahun yang lalu, baik dalam lingkungan lokal,
atau pada manusia dan hewan. Perjalanan global merupakan penyumbang utama meningkatnya
penyebaran bakteri tersebut, memperburuk masalah yang sebelumnya dikelola.

Ini mungkin terdengar mustahil, tetapi pada saat seseorang menjadi dewasa, ada lebih banyak sel
bakteri dalam tubuh pada sel-sel manusia. Sangat mudah untuk melihat bahwa miliaran bakteri
mungkin memiliki mutasi genetik alami yang memberikan resistensi antibiotik. Penggunaan
antibiotik menciptakan "tekanan selektif" dimana bakteri sensitif terhadap obat mulai resisten
dan dapat berkembang. Paling sering, bakteri resisten tersebar dari orang ke orang melalui
kontak langsung, permukaan lingkungan, air dan makanan, tetapi jelas bahwa penggunaan
antibiotik yang tidak perlu juga menyajikan risiko sendiri. Apa yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan pada beberapa obat yang sudah mengalami resistensi?
Tidak ada jawaban yang mudah, namun beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pemerintah,
perusahaan obat, dokter, pasien dan semua memiliki peranan penting. Antibiotik telah datang ke
pasar selama 40 tahun. Hal ini sulit dan mahal untuk mengembangkan obat-obatan tersebut untuk
di pelajari, tidak seperti obat jantung atau kanker, selain itu antibiotik umumnya tidak
menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk sebuah perusahaan farmasi.
Hal itu sangat memalukan karena antibiotik adalah salah satu dari beberapa obat yang benarbenar menyembuhkan orang bukan hanya mengurangi gejala. Fenomena ini di harapakan
pemerintah bisa membantu - dengan menggunakan kebijakan harga antibiotik misalnya, mungkin
menetapkan harga minimum untuk penggantian obat yang mengobati infeksi resisten, dan
meningkatkan sistem kredit pajak untuk pengembang.
Hibah juga dapat ditargetkan untuk mendukung pengembangan obat baru yang menguragi
resistensi. Persyaratan peraturan ketat juga membuat mendapatkan antibiotik ke pasar sangat
sulit dalam beberapa tahun terakhir. Reformasi regulasi sangat diperlukan untuk mendorong
perusahaan kembali ke dalam penelitian antibiotik terhadap bakteri target utama tertentu: di

Eropa regulator mencari cara-cara untuk mendapatkan obat yang dirancang untuk memerangi
organisme Eskape melalui uji klinis banyak dan lebih cepat.

Penggunaan dan penyalahgunaan antibiotik dalam bidang kedokteran dan pertanian selama 70
tahun terakhir telah menyebabkan peningkatan jumlah dan jenis bakteri resisten antibiotik. Jelas,
lebih sedikit antibiotik yang digunakan kurang karena kemungkinan resistensi berkembang pula.
Praktek resep bisa diperketat baik oleh dokter, tetapi juga oleh pasien yang harus datang untuk
memahami bahwa antibiotik tidak bekerja untuk infeksi virus dan tidak mungkin tidak
diperlukan.
Untuk pasien, mengambil dosis yang tepat dari antibiotik, pada interval benar di setiap hari,
berarti tingkat aktifitasnya dapat dipertahankan dalam tubuh, memberikan kesempatan tertinggi
bahwa semua bakteri berbahaya yang menyebabkan infeksi akan dibunuh dan membatasi
tekanan selektif. Kebersihan baik di rumah dan rumah sakit terutama ketika mengunjungi adalah
kunci, dan cara sederhana di mana kita semua dapat melakukannya. Kita perlu antibiotik jenis
baru dan kemudian kita perlu menggunakan dengan bijak - jika tidak, kita akan kembali ke harihari survival of the fittest, dan kemajuan besar dalam kedokteran memberi keuntungan. Pasien
yang terinfeksi kita harus mampu mengobatinya.
Sumber : Doctors & Medical Students Can Exchange Medical Case& MCQ With Their
Colleagues
http://naim-isma1l.blogspot.com/2013/04/resistensi-antibiotik.html
Penyebab Bakteri Resisten Antibiotik & 7 Tips Pencegahannya

Saat bakteri dan mikroba tidak responsif terhadap antibiotik maka kondisi ini disebut sebagai
bakteri resisten antibiotik.
Efektivitas obat yang dirancang untuk menyembuhkan atau mencegah infeksi bakteri menjadi
berkurang bahkan hilang.
Pada kondisi ini, bakteri mampu bertahan hidup dan terus berkembang biak sehigga
menyebabkan kerusakan lebih parah pada tubuh.
Apa penyebab bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik?
Ketika seseorang mengambil antibiotik, bakteri yang sensitif akan terbunuh namun bakteri yang
resisten bisa terus tumbuh dan berkembang biak.
Penyalahgunaan dan pengguanaan antibiotik yang berulang merupakan penyebab utama bakteri
menjadi resisten.
Jadi, penting untuk menggunakan antibiotik dengan tepat agar penyebaran bakteri resisten dapat
dikendalikan.
Mengapa harus khawatir terhadap bakteri resisten antibiotik?
Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah utama di dunia kesehatan.
Selama satu dekade terakhir, hampir setiap jenis bakteri menjadi lebih kuat dan kurang responsif
terhadap pengobatan antibiotik.

Fakta ini bisa mengancam karena bakteri dapat cepat menyebar ke anggota keluarga lain, teman
sekolah, maupun rekan kerja, sehingga menimbulkan rantai penyakit menular baru yang lebih
sulit disembuhkan serta mahal pengobatannya.
Bakteri resisten antibiotik menyebabkan kerusakan dan penderitaan bagi anak-anak maupun
orang dewasa yang menderita infeksi umum (common infections) yang dulu dapat disembuhkan
dengan antibiotik.
Bagaimana menghindari infeksi bakteri resisten antibiotik?
Anda dapat menghindari infeksi bakteri resisten antibiotik dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
1. Gunakan antibiotik hanya bila benar-benar diperlukan.
2. Tanyakan petugas kesehatan apakah antibiotik akan bermanfaat bagi penyakit yang sedang
dialami.
3. Hindari mengonsumsi antibiotik untuk infeksi virus seperti pilek atau flu.
4. Hindari menyimpan antibiotik untuk digunakan lagi saat Anda kembali sakit.
Singkirkan semua sisa obat dan antibiotik setelah menyelesaikan program pengobatan yang
harus Anda jalani.
5. Minum antibiotik sesuai resep yang diberikan. Jangan sampai melewatkan waktu pemberian
antibiotik.

Tetap selesaikan program pengobatan yang telah ditentukan meskipun Anda merasa sudah lebih
baik.
Jika Anda menghentikan pengobatan terlalu cepat, beberapa bakteri dapat bertahan hidup dan
bisa menginfeksi kembali.
6. Hindari minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain karena bisa jadi antibiotik tersebut
tidak sesuai untuk penyakit Anda.
7. Jika petugas kesehatan yakin bahwa Anda tidak mengalami infeksi bakteri, minta saran
tentang cara meringankan gejala yang sedang dialami.
Jangan memaksa petugas kesehatan untuk meresepkan antibiotik.
http://www.amazine.co/22987/penyebab-bakteri-resisten-antibiotik-7-tips-pencegahannya/

Bijaksana Memakai Antibiotik


Sejak penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming di tahun 1927 dan mulai diperkenalkan pada
tahun 1940-an, antibotik telah menjadi obat andalan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi.
Penisilin, tetraksilin, sefalosporin dan makrolida (utamanya eritromisin) adalah empat kelompok
antibiotik yang paling banyak digunakan dokter dari sekitar 150 jenis antibiotik yang ada.
Resistensi Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang kuat. Namun, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan
dapat merugikan Anda karena menyebabkan bakteri resisten (kebal).
Bakteri adalah makhluk yang cerdas. Tujuan mereka adalah bertahan hidup dan berkembang
biak. Resistensi bakteri terhadap antibiotik dilakukan melalui perubahan (mutasi) DNA bakteri.
Bakteri yang telah bermutasi DNA-nya menjadi kebal antibiotik dan mereproduksi jutaan bakteri
resisten turunannya hanya dalam waktu sehari.
Resistensi antibiotik merupakan masalah utama yang menjadi keprihatinan semua praktisi
kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Bakteri yang resisten membuat obat yang kuat menjadi
tidak berguna. Jika Anda sakit karena bakteri yang resisten terhadap antibiotik tertentu, Anda
dapat:

Memiliki penyakit lebih lama dari yang seharusnya.

Lebih sering mengunjungi dokter.

Memerlukan rawat inap.

Memerlukan resep yang berbeda untuk melawan penyakit. Obat-obatan itu lebih mahal
dan mungkin menyebabkan efek samping.

Menularkan bakteri resisten kepada anggota keluarga lain dan teman-teman Anda
sehingga menyebarkan masalah.
Karena itu, dokter yang bijak biasanya enggan memberikan antibiotik, kecuali memang sangat
dibutuhkan. Pada banyak kasus, sistem imun tubuh kita cukup kuat untuk mengatasi infeksi
bakteri.
Tips Pemakaian Antibiotik
Berikut adalah tips menggunakan antibiotik agar bakteri tidak menjadi resisten:

Jangan menggunakan antibiotik sembarangan. Antibiotik hanya bermanfaat untuk


mengobati infeksi bakteri seperti pneumonia dan radang sinus. Penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus seperti influenza dan pilek tidak sembuh oleh antibiotik. Bagaimana Anda tahu
penyakit Anda disebabkan oleh bakteri atau virus? Tanyakan dokter Anda.
Gunakan antibiotik sesuai dosis dalam resep dokter dan sampai tuntas. Jangan
berhenti minum antibiotik ketika Anda mulai merasa sehat, teruskan sampai obatnya habis.
Selalu konsultasikan dengan dokter bila Anda ingin menghentikan pemakaian antibiotik,
misalnya karena reaksi alergi.
Jangan memakai antibiotik sisa penggunaan sebelumnya. Antibiotik itu mungkin
bukan jenis yang tepat untuk penyakit yang saat ini Anda rasakan. Setiap jenis antibiotik
memiliki efektivitas berbeda untuk infeksi yang berbeda. Bakteri dapat resisten bila Anda tidak
memakai jenis yang tepat. Penggunaan antibiotik yang sama berturut-turut dapat membuat
bakteri resisten.
Jangan menggunakan antibiotik yang diresepkan untuk orang lain. Antibiotik yang
tepat bagi seseorang belum tentu tepat bagi yang lain. Setiap orang memiliki respon berbeda
terhadap obat, termasuk antibiotik.
http://majalahkesehatan.com/bijaksana-memakai-antibiotik/

Resistensi Antibiotik, Apa dan Bagaimana Muncul?


Oleh: dr. Huriah M. Putra
Sekarang ini, penggunaan antibiotik saat seseorang sakit sudah menjadi sesuatu yang sangat
umum. Antibiotik dianggap sebagai obat ajaib yang dapat menyembuhkan semua penyakit
infeksi. Dokter-dokter sering meresepkan antibiotik apabila pasiennya demam ataupun batuk.

Terlebih lagi, antibiotik y


ang seharusnya dijual
hanya dengan resep dokter sudah dapat dibeli dengan bebas oleh masyarakat di apotek.
Akibatnya, masyarakat awam seringkali membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dan
petunjuk dokter untuk dikonsumsi. Alasan yang sering diutarakan adalah karena pada penyakit
yang diderita sebelumnya, dokter juga meresepkan obat yang sama. Namun, pemakaian
antibiotik yang tidak tepat indikasinya, atau pemakaian yang tidak sesuai memiliki risiko yang
tidak bisa dianggap remeh.
Resistensi antibiotik merupakan resiko dari pemakaian antibiotik yang sembarangan. Yang
dimaksud dengan resistensi antibiotik adalah dimana bakteri yang sebelumnya sensitif apabila
diterapi dengan antibiotik tertentu menjadi resisten (tidak mati) dengan antibiotik yang sama.
Resistensi antibiotik berakibat pada meningkatnya biaya pengobatan, terbatasnya sumber daya
untuk melawan infeksi, hingga kematian.
Sejarah antibiotik
Antibiotik pertama sekali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Penemuan
tersebut merupakan penemuan yang tidak disengaja ketika bakteri-bakteri yang sedang dibiakkan
oleh Fleming selalu mati. Ketika diteliti, ternyata efek antibakterial dari jamur Penicillium yang
menyebabkan matinya bakteri tersebut. Zat antibakteri dari jamur tersebut akhirnya diberi
nama penicillin.
Pada tahun 1939, Howard Florey dan Ernst Boris Chain melakukan penelitian untuk menguji
efek penicillinterhadap manusia. Penicillin kemudian diproduksi secara massal oleh Merck &
Co pada tahun 1942. Penicillinsangat berperan pada perang dunia kedua dimana diperkirakan
12-15% nyawa terselamatkan di pihak sekutu.
Penelitian terhadap antibiotik begitu gencar dilakukan sehingga sekarang ini begitu banyak jenisjenis antibiotik baru yang telah berhasil ditemukan. Pemakaian antibiotik telah meningkatkan
usia harapan hidup dengan dramatis pada abad 20. Namun, bakteri telah menjadi resisten
terhadap terapi antibiotik. Penyakit-penyakit infeksi seperti tuberkulosis menjadi semakin sulit
diobati.
Mekanisme terjadinya resistensi

Resistensi antibiotik dapat terjadi sebagai akibat bermutasinya gen bakteri dan juga
terjadinya transfer gen antar bakteri. Kerja antibiotik terhadap bakteri merupakan tekanan
lingkungan terhadap bakteri tersebut. Bakteri tertentu yang telah bermutasi akan dapat bertahan
hidup dan terus bereproduksi. Bakteri ini kemudian akan menurunkan gen resisten kepada
keturunannya yang akan berevolusi menjadi sebuah koloni yang resisten terhadap antibiotik
tertentu. Bakteri ini juga dapat mentransferkan gen resisten kepada bakteri lainnya.
Salah satu contoh resistensi antibiotik yang paling terkenal yaitu resistensi terhadap penicillin.
Cara kerjapenicillin dalam memberantas bakteri adalah dengan menghasilkan beta-lactam yang
bekerja dengan merusak dinding sel bakteri. Bakteri tertentu yang telah bermutasi berhasil
menghasilkan suatu enzim yang menghancurkan beta-lactam tersebut. Nama enzim tersebut
adalah beta-lactamase. Akibatnya, pada bakteri tersebut, antibiotik penicillin tidak dapat
digunakan lagi dan harus diganti dengan antibiotik lainnya.
Terlebih lagi, suatu bakteri dapat membawa berbagai gen resisten terhadap beberapa antibiotik.
Bakteri demikian tidak hanya resisten terhadap satu antibiotik, melainkan terhadap banyak
antibiotik lainnya. Bakteri ini sering disebut superbug. Pengobatan terhadap infeksi bakteri
demikian akan semakin sulit dan mahal karena terbatasnya pilihan antibiotik yang dapat
digunakan.
Penyebab resistensi antibiotik
Terdapat banyak faktor yang bertanggung jawab terhadap timbulnya resistensi antibiotik, mulai
dari kebiasaan masyarakat, medis, hingga peternakan. Pemakaian antibiotik yang tidak tepat
indikasinya merupakan penyebab utama timbulnya resistensi antibiotik.
Obat-obat dari apotek bukanlah satu-satunya sumber antibiotik di lingkungan masyarakat umum.
Antibiotik dapat ditemukan juga di peternakan. Pemberian antibiotik terhadap hewan ternak
dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan mencegah infeksi (bukan menyembuhkan
infeksi). Melalui pembuangan, antibiotik tersebut akan masuk ke saluran air dan mencemari air
tanah. Hal ini berarti kita mendapatkan antibiotik dari makanan dan minuman. Antibiotik yang
terkonsumsi ini akan menjadi beban lingkungan bagi bakteri yang kemudian dapat berkembang
menjadi resisten. Sekarang, pemberian antibiotik secara rutin pada hewan telah dilarang di Uni
Eropa dan banyak negara maju lainnya.
Salah satu masalah utama penyebab resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak
tepat indikasinya di bidang medis. Ini merupakan kesalahan praktisi kesehatan dan juga pasien.
Tidak jarang, dokter sering meresepkan antibiotik untuk penyakit-penyakit yang tidak
membutuhkan antibiotik seperti infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus. Ini
disebabkan karena tekanan yang sering diberikan oleh pasien karena pasien seringkali memaksa
agar mendapatkan antibiotik. Persepsi pasien bahwa penyakitnya tidak akan sembuh tanpa
antibiotik menjadi alasan yang umum diutarakan.
Salah satu kesalahan lainnya adalah menghentikan konsumsi antibiotik sebelum waktunya. Ini
seringkali terjadi karena pasien merasa bahwa gejala penyakit yang dialaminya sudah membaik
sehingga pengobatannya dihentikan sendiri. Fenomena ini mungkin terjadi karena kurangnya
komunikasi dari dokter. Apabila antibiotik dihentikan sebelum waktunya, bakteri yang ingin kita

berantas tidak mati sepenuhnya, melainkan hanya pingsan. Apabila bakteri tersebut aktif
kembali, terdapat kemungkinan bakteri tersebut mengembangkan resistensi terhadap antibiotik
yang kita gunakan.
Kesalahan lain yang paling fatal adalah kebiasaan masyarakat untuk mengobati sendiri
penyakitnya tanpa berkonsultasi kepada dokter. Pasien akan membeli sendiri antibiotik dari
apotek tanpa memahami cara penggunaannya dan menghentikannya sewaktu-waktu. Kebiasaan
ini sangat mudah menciptakan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Cara melawan resistensi antibiotik
Terdapat berbagai cara untuk melawan resistensi antibiotik. Salah satunya adalah dengan
menemukan antibiotik baru. Akan tetapi, menemukan antibiotik baru bukanlah pekerjaan yang
mudah dimana dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Hal ini tidak dibarengi
dengan laju perkembangan resistensi yang sangat cepat sehingga tindakan lain perlu dilakukan
untuk memperlambat laju resistensi tersebut.
Menghentikan pemakaian antibiotik di peternakan, terutama pemakaian antibiotik untuk
mempercepat pertumbuhan dan mencegah infeksi, dan bukan menyembuhkan penyakit. Seperti
sudah dijelaskan sebelumnya, pemakaian antibiotik yang tidak tepat di peternakan berperan besar
dalam timbulnya resistensi antibiotik.
Di bidang medis, pemakaian antibiotik yang tepat untuk infeksi bakteri, dan kalau perlu disertai
dengan hasil tes uji sensitivitas. Janganlah memberi antibiotik untuk penyakit infeksi virus
kecuali terdapat kemungkinan terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri. Untuk pasien, setiap
antibiotik yang diresepkan oleh dokter harus dihabiskan. Ini dilakukan agar bakteri yang ingin
diberantas benar-benar mati dan bukan hanya pingsan supaya bakteri tidak punya kesempatan
untuk mengembangkan resistensi.
Yang paling terakhir dan tidak kalah pentingnya adalah pemakaian antibiotik secara bebas di
masyarakat. Sebaiknya antibiotik tidak dapat dibeli lagi dengan bebas melainkan harus
berdasarkan resep dokter. Masyarakat juga sebaiknya tidak sembarangan membeli antibiotik
melainkan berkonsultasilah terlebih dahulu kepada dokter.
http://tancules.blog.com/2013/02/resistensi-antibiotik-apa-dan-bagaimana-muncul/

Anda mungkin juga menyukai