Siklus Estrus Pada Mencit Mus Musculus
Siklus Estrus Pada Mencit Mus Musculus
I. PENDAHULUAN
2
A. Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini dilakukan beberapa
perlakuan seperti yang telah dijelaskan pada bab
metodologi. Beberapa fungsi perlakuan tersebut
dilakukan dengan tujuan tertentu. Obyek yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus
musculus). Penggunaan mencit (Mus musculus) dalam
penelitian merupakan hal yang sudah umum
dilakukan. Mus musculus dinilai cukup efisien dan
ekonomis sebagai hewan percobaan karena mudah
dipelihara, tidak membutuhkan tempat yang luas dan
mudah dibiakkan [2]. Penggunaan larutan NaCl 0,9%
pada saat pengusapan vagina mencit (Mus musculus)
dimaksudkan agar sel-sel yang menempel pada cotton
bud tidak mengalami lisis. Sebanyak 0,86% massa
larutan NaCl disebut larutan garam fisiologis sebab
tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik
larutan dalam sel darah merah [14]. Apabila sel
dimasukkan dalam larutan NaCl yang lebih encer,
misalnya NaCl 0,3% maka sel akan membengkak dan
pecah saat air berdifusi ke dalamnya. Dalam larutan
yang lebih kental, misalnya NaCl 10%, air ditarik
keluar oleh sel kemudian sel mengkerut [3]. Cotton
bud digunakan untuk mempermudah pengapusan
vagina dan mempermudah peletakan preparat
pengapusan vagina ke gelas obyek. Pengapusan
vagina dilakukan sekali untuk mencegah iritasi pada
vagina. Penggunaan pewarna methylene blue 1%
dikarenakan
methylene
blue
bersifat
basa
(mengandung ion OH-) sedangkan pada preparat
apusan vagina mencit lebih bersifat asam
(mengandung ion H+). Dengan adanya perbedaan ion
tersebut, maka molekul-molekulnya akan saling
berikatan dan preparat dan lebih mudah terwarnai
[15].
Efek
pembilasan
setelah
pewarnaan
dimaksudkan untuk mengurangi intensitas pewarna
methylene blue, agar preparat lebih mudah diamati.
B. Siklus Estrus yang Teramati
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap
tiga ekor sampel mencit (Mus musculus), diketahui
bahwa satu mencit dalam fase estrus dan dua ekor
lainnya dalam fase metestrus. Preparat apusan vagina
pada mencit estrus menunjukkan adanya sel ephitel
bertanduk yang dominan. Sedangkan pada preparat
apusan vagina mencit dalam fase metestrus, satunya
dijumpai adanya leukosit dan sel ephitel bertanduk
dalam jumlah yang hampir sama, sedangkan pada
preparat metestrus lainnya, dijumpai sel leukosit, dan
sel ephitel berinti. Hasil yang didapat adalah hasil
dari pengulangan pembuatan preparat apusan vagina,
karena pada percobaan pertama pembilasan yang
dilakukan terlalu lama dan menggunakan aliran air
yang terlalu deras sehingga preparat yang telah
diletakkan di kaca obyek larut bersama aliran air.
C. Hormon yang Berpengaruh
Seperti halnya siklus menstruasi yang terjadi
pada mamalia betina primata, siklus estrus sangat
dipengaruhi oleh hormon esterogen dan progesteron
3
esterogen dalam darah meningkat sehingga akan
menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan
syaraf kelakuan birahi pada hewan. Perubahan
fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel,
peningkatan dan pertumbuhan endometrium, uterus,
serviks serta vaskularisasi dan keratinisasi epithel
vagina pada beberapa spesies [8]. Pada fase ini
serviks mengalami relaksasi secara bertahap dan
makin banyak mensekresikan mukus yang tebal dan
berlendir. Mukus tersebut disekresikan oleh sel-sel
goblet pada serviks, anterior vagina serta kelenjarkelenjar uterus. Cairan lumen yang terdapat di organorgan reproduksi berhubungan dengan aktivitas
pertahanan antibacteri [9]. Korpus luteum pada zaman
terdahulu mengalami vakuolisasi, degenerasi dan
pengecilan secara cepat [10].
Fase berikutnya adalah fase estrus yang
ditandai oleh keinginan birahi dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina [8]. Pada fase ini folikel
de graaf membesar dan menjadi matang [11]. Tuba
falopii akan menegang, epitel menjadi matang dan
silia aktif serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung
tuba yang berfimbria merapat ke folikel de graaf.
Lendir serviks dan vagina bertambah serta terjadi
banyak mitosis di dalam mukosa vagina dan sel-sel
baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan
menjadi squamosa da bertanduk (berkornifikasi). Selsel bertanduk ini terkelupas ke dalam vagina [12].
Oleh karena itu pada apusan vagina akan ditemukan
sel epithel bertanduk dalam jumlah yang dominan.
Berikutnya adalah fase metestrus. Fase ini
merupakan fase lanjutan ketika sistem reproduksi di
bawah pengaruh hormon yang diproduksi oleh corpus
luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH
(Follicle
Stimulating
Hormone)
sehingga
menghambat pembentukan folikel de graaf dan
mencegah terjadinya estrus. Selama metestrus uterus
mengadakan persiapan-persiapan untuk menerima dan
memberi makan embrio. Apabila tidak terjadi
fertilisasi, uterus dan saluran reproduksi akan
beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang sama
sebelum proestrus, disebut diestrus [8].
Fase terakhir dan terlama dari siklus estrus
adalah fase diestrus. Pada tahap ini terbentuk folikelfolikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Fase ini disebut juga
dengan fase istirahat karena mencit betina sama sekali
tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina
akan terlihat banyak sel sel epithel berinti dan sel
leukosit [8].
E. Perbedaan Siklus Estrus dangan Siklus Menstruasi
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan
pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata
lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle),
sementara mamalia lain non primata mempunyai
siklus estrus (estrous cycle). Saat ovulasi terjadi,
setelah endometrium mulai menebal dan teraliri
banyak darah karena menyiapkan uterus untuk
kemungkinan implantasi embrio, terdapat perbedaan
4
kelenjar vestibulum. Labium merupakan lipatan kulit
yang tersusun oleh jaringan lemak, serabut-serabut
elastin dan otot [13].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan
yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sel-sel yang
ditemukan pada preparat apusan vagina Mus
musculus adalah sel epithel berinti, sel epithel
menanduk dan leukosit. Persebaran sel-sel tersebut
tergantung pada fase yang dialami Mus musculus
albinus. Pada fase estrus, sel yang dominan adalah sel
epithel menanduk dan tidak terdapat leukosit.
Sedangkan pada fase metestrus, dijumpai adanya
ketiga sel tersebut dalam jumlah yan hampir sama.
Adanya leukosit pada fase metestrus, diduga sebagai
penyebab kegagalan fertilisasi pada fase tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fried, George H., Hademenos, George J.2005.Schaums
Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
[2] Zulfiati, Eva. 2003. Gambaran Sitologi Ulas Vagina Mencit
(Mus musculus albinus) selama Siklus Estrus dengan