Anda di halaman 1dari 4

PERKEMBANGAN HEWAN 2014 SIKLUS ESTRUS

Siklus Estrus pada Mencit (Mus Musculus)


Rintafiani, 1513100043
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: rintafiani13@mhs.bio.its.ac.id
Abstrak - Siklus estrus merupakan suatu siklus
reproduksi yang dialami mamalia betina non primata.
Pada siklus ini terjadi empat fase, yaitu fase diestrus,
proestrus, estrus dan metestrus. Tujuan dari praktikum
adalah agar praktikan dapat mengetahui dan
mengamati tahapan-tahapan fase estrus pada mencit
(Mus musculus). Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan metode apus vagina. Metode ini diawali
dengan mengusapkan cotton bud yang telah dibasahi
dengan larutan NaCl 0,9% pada vagina ketiga sampel
mencit (Mus musculus). Kemudian dibuat preparat
apusan vagina tersebut dengan mengoleskan cotton bud
pada gelas obyek, menetesinya dengan larutan metylen
blue 1% dan dibiarkan hingga 3-5 menit. Setelah itu
dibilas dengan aquadest dan ditutup dengan kaca
penutup untuk diamati menggunakan mikroskop. Pada
pengamatan yang telah kami lakukan, didapatkan satu
mencit dalam fase estrus karena banyak terdapat sel
epithel bertanduk pada preparat apusan vaginanya.
Sedangkan dua mencit lainnya sedang dalam fase
metestrus karena terdapat sel epithel beinti, sel epithel
bertanduk dan leukosit pada preparat apusan
vaginanya. Kesimpulan yang didapatkan dari
praktikum ini adalah bahwa siklus estrus berbeda
dengan siklus menstruasi. Tahapan atau fase yang
terjadi dalam siklus estrus juga dapat diidentifikasi
dengan metode apus vagina, yang mana pada setiap
tahapannya memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Kata Kunci - siklus estrus, reproduksi, mamalia, apus
vagina, mencit (Mus musculus).

I. PENDAHULUAN

STRUS berasal dari kata Yunani yang dalam


bahasa Inggris berarti gadfly, istilah untuk
menyebut orang-orang yang berperilaku
mengganggu, barangkali karena pengaruh libido
seksual yang mengusik, mirip dengan sengatan lalat
(fly) yang mengganggu. Seperti yang telah
ditunjukkan oleh sebutan tersebut, hewan yang sedang
berada di puncak estrus mengalami dorongan yang
kuat tapi singkat untuk kawin, hewan yang seperti itu
disebut sedang bergairah (in heat) atau sedang
estrus. Sebelum dan sesudah periode estrus yang
singkat itu, hewan tidak memiliki dorongan seksual.
Pada tingkat fisik, siklus estrus mempersiapkan
saluran reproduksi betina untuk kopulasi. Pada estrus
tidak terdapat perkembangan lapisan uterus yang
rumit seperti pada siklus menstruasi. Jika tidak terjadi

fertilisasi, penebalan dinding rahim akan diserap


kembali ke dalam tubuh. Peristiwa-peristiwa siklus
estrus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan. Pada sejumlah hewan, pelepasan ovum
tergantung pada kopulasi [1]. Dalam siklus estrus
terdapat beberapa tahapan atau fase, diantaranya fase
diestrus, proestrus, estrus dan juga metestrus.
Praktikum ini dilaksanakan agar para praktikan dapat
memahami karakteristik masing-masing fase dan
membedakannya.
II. METODOLOGI
Pengamatan
ini
dilaksanakan
di
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Berlangsung
pada tanggal 7 Oktober 2014 pukul 07.00 10.40
WIB.
Dalam pengamatan ini menggunakan 3 ekor
mencit (Mus musculus) betina yang masih virgin,
Cotton bud sebagai alat untuk mengapus vagina
mencit (Mus musculus) , kaca obyek dan kaca
penutup untuk meletakkan preparat apusan vagina
Mus musculus, larutan NaCl 0,9%, pewarna metylen
blue 1%, aquadest untuk membilas pewarna methylen
blue, mikroskop compound untuk mengamati preparat
apusan vagina mencit (Mus musculus) yang telah
dibuat serta tissue untuk membersihkan zat warna
(methylene blue) maupun aquadest yang berlebihan.
Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan
dengan metode apus vagina. Langkah pertama yang
dilakukan adalah melakukan pengapusan vagina
mencit (Mus musculus) menggunakan cotton bud
yang telah dibasahi larutan NaCl 0,9%. Kemudian
cotton bud tersebut dioleskan di atas gelas obyek yang
sudah dibersihkan untuk membuat preparat apusan
vagina. Diteteskan pewarna methylene blue 1% pada
preparat dan dibiarkan selama 3 5 menit hingga
pewarna agak kering. Preparat dibilas menggunakan
aquadest dan ditutup menggunakan gelas obyek. Sisa
air maupun pewarna yang berlebihan dibersihkan
menggunakan tissue. Preparat diamati menggunakan
mikroskop compound untuk mengetahui fase estrus
yang dialami mencit (Mus musculus).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN HEWAN 2014 SIKLUS ESTRUS

2
A. Fungsi Perlakuan
Pada praktikum ini dilakukan beberapa
perlakuan seperti yang telah dijelaskan pada bab
metodologi. Beberapa fungsi perlakuan tersebut
dilakukan dengan tujuan tertentu. Obyek yang
digunakan dalam praktikum ini adalah mencit (Mus
musculus). Penggunaan mencit (Mus musculus) dalam
penelitian merupakan hal yang sudah umum
dilakukan. Mus musculus dinilai cukup efisien dan
ekonomis sebagai hewan percobaan karena mudah
dipelihara, tidak membutuhkan tempat yang luas dan
mudah dibiakkan [2]. Penggunaan larutan NaCl 0,9%
pada saat pengusapan vagina mencit (Mus musculus)
dimaksudkan agar sel-sel yang menempel pada cotton
bud tidak mengalami lisis. Sebanyak 0,86% massa
larutan NaCl disebut larutan garam fisiologis sebab
tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik
larutan dalam sel darah merah [14]. Apabila sel
dimasukkan dalam larutan NaCl yang lebih encer,
misalnya NaCl 0,3% maka sel akan membengkak dan
pecah saat air berdifusi ke dalamnya. Dalam larutan
yang lebih kental, misalnya NaCl 10%, air ditarik
keluar oleh sel kemudian sel mengkerut [3]. Cotton
bud digunakan untuk mempermudah pengapusan
vagina dan mempermudah peletakan preparat
pengapusan vagina ke gelas obyek. Pengapusan
vagina dilakukan sekali untuk mencegah iritasi pada
vagina. Penggunaan pewarna methylene blue 1%
dikarenakan
methylene
blue
bersifat
basa
(mengandung ion OH-) sedangkan pada preparat
apusan vagina mencit lebih bersifat asam
(mengandung ion H+). Dengan adanya perbedaan ion
tersebut, maka molekul-molekulnya akan saling
berikatan dan preparat dan lebih mudah terwarnai
[15].
Efek
pembilasan
setelah
pewarnaan
dimaksudkan untuk mengurangi intensitas pewarna
methylene blue, agar preparat lebih mudah diamati.
B. Siklus Estrus yang Teramati
Pada pengamatan yang dilakukan terhadap
tiga ekor sampel mencit (Mus musculus), diketahui
bahwa satu mencit dalam fase estrus dan dua ekor
lainnya dalam fase metestrus. Preparat apusan vagina
pada mencit estrus menunjukkan adanya sel ephitel
bertanduk yang dominan. Sedangkan pada preparat
apusan vagina mencit dalam fase metestrus, satunya
dijumpai adanya leukosit dan sel ephitel bertanduk
dalam jumlah yang hampir sama, sedangkan pada
preparat metestrus lainnya, dijumpai sel leukosit, dan
sel ephitel berinti. Hasil yang didapat adalah hasil
dari pengulangan pembuatan preparat apusan vagina,
karena pada percobaan pertama pembilasan yang
dilakukan terlalu lama dan menggunakan aliran air
yang terlalu deras sehingga preparat yang telah
diletakkan di kaca obyek larut bersama aliran air.
C. Hormon yang Berpengaruh
Seperti halnya siklus menstruasi yang terjadi
pada mamalia betina primata, siklus estrus sangat
dipengaruhi oleh hormon esterogen dan progesteron

yang dihasilkan ovarium serta hormon FSH (Follicle


Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Hormon FSH
merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium dan
folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan
hormon estrogen, dimana saat terjadinya lonjakan dari
hormon
estrogen,
hipofisis
anterior
akan
meningkatkan sekresi hormon LH sehingga akan
terjadi ovulasi. Setelah ovulasi LH akan merangsang
jaringan folikel yang tertinggal di ovarium, untuk
membentuk korpus luteum yang akan mensekresikan
hormon progesteron. Hormon progesteron ini akan
merangsang penebalan dinding endometrium untuk
mempersiapkan kehamilan jika terjadi pembuahan
[4,5].
D. Siklus Estrus secara Keseluruhan
Estrus berasal dari bahasa latin oestrus
yang berarti kegilaan atau gairah dimana pada
fase ini merupakan satu-satunya waktu dimana terjadi
perubahan pada vegina yang memungkinkan
terjadinya perkawinan. Pengaruh musim dan iklim
juga lebih kuat terhadap siklus estrus. Estrus kadangkadang disebut heat (panas) karena pada saat
tersebut, suhu tubuh betina meningkat. Panjang dan
frekuensi siklus reproduksi pada masing-masing
organisme berbeda-beda. Pada tikus, siklus estrus
berlangsung selama 5 hari [5]. Tipe siklus birahi pada
mencit (Mus musculus) adalah poliestrus, dimana
dalam setahun terjadi lebih dari dua kali masa
birahi.Siklus hewan ini berulang secara periodik
dengan selang wktu 4 5 hari [2]. Siklus estrus terjadi
dalam empat fase, yaitu fase proestrus, estrus,
metestrus dan diestrus. Masing-masing fase pada
siklus estrus dapat diamati dengan metode apus
vagina [6].

Gambar hasil apus vagina tikus [6].

Fase proestrus merupakan fase persiapan dari


siklus birahi, setiap jenis hewan betina yang berada
dalam fase ini mulai menampakan gejala birahi
walaupun belum mau menerima pejantan untuk
kopulasi. Folikel de graaf akan tumbuh di bawah
pengaruh hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) [7]. Hal tersebut mengakibatkan sekresi

PERKEMBANGAN HEWAN 2014 SIKLUS ESTRUS

3
esterogen dalam darah meningkat sehingga akan
menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan
syaraf kelakuan birahi pada hewan. Perubahan
fisiologis tersebut meliputi pertumbuhan folikel,
peningkatan dan pertumbuhan endometrium, uterus,
serviks serta vaskularisasi dan keratinisasi epithel
vagina pada beberapa spesies [8]. Pada fase ini
serviks mengalami relaksasi secara bertahap dan
makin banyak mensekresikan mukus yang tebal dan
berlendir. Mukus tersebut disekresikan oleh sel-sel
goblet pada serviks, anterior vagina serta kelenjarkelenjar uterus. Cairan lumen yang terdapat di organorgan reproduksi berhubungan dengan aktivitas
pertahanan antibacteri [9]. Korpus luteum pada zaman
terdahulu mengalami vakuolisasi, degenerasi dan
pengecilan secara cepat [10].
Fase berikutnya adalah fase estrus yang
ditandai oleh keinginan birahi dan penerimaan
pejantan oleh hewan betina [8]. Pada fase ini folikel
de graaf membesar dan menjadi matang [11]. Tuba
falopii akan menegang, epitel menjadi matang dan
silia aktif serta terjadi kontraksi tuba falopii dan ujung
tuba yang berfimbria merapat ke folikel de graaf.
Lendir serviks dan vagina bertambah serta terjadi
banyak mitosis di dalam mukosa vagina dan sel-sel
baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan
menjadi squamosa da bertanduk (berkornifikasi). Selsel bertanduk ini terkelupas ke dalam vagina [12].
Oleh karena itu pada apusan vagina akan ditemukan
sel epithel bertanduk dalam jumlah yang dominan.
Berikutnya adalah fase metestrus. Fase ini
merupakan fase lanjutan ketika sistem reproduksi di
bawah pengaruh hormon yang diproduksi oleh corpus
luteum. Progesteron menghambat sekresi FSH
(Follicle
Stimulating
Hormone)
sehingga
menghambat pembentukan folikel de graaf dan
mencegah terjadinya estrus. Selama metestrus uterus
mengadakan persiapan-persiapan untuk menerima dan
memberi makan embrio. Apabila tidak terjadi
fertilisasi, uterus dan saluran reproduksi akan
beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang sama
sebelum proestrus, disebut diestrus [8].
Fase terakhir dan terlama dari siklus estrus
adalah fase diestrus. Pada tahap ini terbentuk folikelfolikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang
mengalami pertumbuhan awal. Fase ini disebut juga
dengan fase istirahat karena mencit betina sama sekali
tidak tertarik pada mencit jantan. Pada apusan vagina
akan terlihat banyak sel sel epithel berinti dan sel
leukosit [8].
E. Perbedaan Siklus Estrus dangan Siklus Menstruasi
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan
pada mamalia betina. Manusia dan banyak primata
lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle),
sementara mamalia lain non primata mempunyai
siklus estrus (estrous cycle). Saat ovulasi terjadi,
setelah endometrium mulai menebal dan teraliri
banyak darah karena menyiapkan uterus untuk
kemungkinan implantasi embrio, terdapat perbedaan

antara kedua siklus. Pada siklus menstruasi,


endometrium akan meluruh dari uterus melalui
serviks da vagina dalam pendarahan yang disebut
sebagai menstruasi. Sedangkan pada siklus estrus,
endometrium diserap kembali oleh uterus dan tidak
terjadi pendarahan yang banyak. Perbedaan utama
lainnya meliputi perubahan perilaku yang lebih jelas
terlihat selama siklus estrus dibandingkan dengan
pada siklus menstruasi serta pengaruh musim dan
iklim yang lebih kuat pengaruhnya terhadap siklus
estrus. Siklus estrua juga merupakan satu-satunya fase
yang menyebabkan mamalia betia non primata dapat
dikawinkan [5]. Selain hal diatas, terdapat satu
perbedaan lagi yaitu siklus estrus berlangsung seumur
hidup organisme sementara siklus menstruasi dibatasi
oleh fase menopause.
F. Organ Reproduksi pada Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) merupakan salah
satu hewan mamalia non primata. Sebagai hewan
mamalia, Mus musculus albinus memiliki organ
reproduksi yang hampir sama dengan mamalia
lainnya.
Organ reproduksi pada mamalia jantan terdiri
atas testis, saluran kelamin (epididimis dan vas
deferens), alat kelamin (penis) dan kelenjar tambahan.
Testis terdapat dalam skrotum. Fungsi testis ada dua,
yaitu sebagai tempat penghasil sperma dan hormonhormon reproduksi. Testis dilapisi oleh jaringan
kolagen yang disebut tunika albuginea. Sel
interstitialis (sel Leydig) terdapat di dalam stroma
testis dan berfungsi sebagai pemberi makan
spermatozoa. Epididmis berupa saluran panjang
berkelok-kelok yang berfungsi untuk transport dan
pemasukan spermatozoa serta berperan dalam
penyerapan air. Vas deferens merupakan sluran yang
panjang da lurus sebagai saluran spermatozoa yang
bermuara di ke dalam uretra dan menembus kelenjar
prostat sehingga membentuk pelebaran yang disebut
duktus ejakulatorius. Uretra terletak di dalam penis
sebagai alat kopulasi. Kelenjar tambahan berupa
kelenjar vesikula, kelenjar prostat dan kelenjar
Cawper [13].
Organ reproduksi pada mamalia betina terdiri
atas: ovarium, oviduk, uterus, vagina, alat kelamin
luar. Ovarium terdiri atas medula dan korteks dimana
batas antara keduanya sering kali tidak terlihat jelas.
Di dalam ovarium terjadi proses pembentukan folikelfolikel hingga berkembang menjadi folikel de Graaf.
Kemudian folikel de Graaf akan keluar dari ovarium
dan ditangkap oleh fimbrae yang terdapat pada
ppangkal oviduk. Oviduk atau yang sering disebut
tuba falopii merupakan bagian anterior dari saluran
reproduksi betina. Uterus merupakan saluran lanjura
dari oviduk. Terdiri dari tiga lapisan, yaitu
endometrium (lapisan paling dalam), miometrium
(lapisan tengah) dan perimetrium (lapisan terluar).
Vagina terdiri dari tiga lapisan juga, yaitu mukosa,
muskularis dan fibrosa. Alat kelamin luar terdiri atas
vestibulum, labium minor, labium mayor, klitoris serta

PERKEMBANGAN HEWAN 2014 SIKLUS ESTRUS

4
kelenjar vestibulum. Labium merupakan lipatan kulit
yang tersusun oleh jaringan lemak, serabut-serabut
elastin dan otot [13].
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan
yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sel-sel yang
ditemukan pada preparat apusan vagina Mus
musculus adalah sel epithel berinti, sel epithel
menanduk dan leukosit. Persebaran sel-sel tersebut
tergantung pada fase yang dialami Mus musculus
albinus. Pada fase estrus, sel yang dominan adalah sel
epithel menanduk dan tidak terdapat leukosit.
Sedangkan pada fase metestrus, dijumpai adanya
ketiga sel tersebut dalam jumlah yan hampir sama.
Adanya leukosit pada fase metestrus, diduga sebagai
penyebab kegagalan fertilisasi pada fase tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fried, George H., Hademenos, George J.2005.Schaums
Outlines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
[2] Zulfiati, Eva. 2003. Gambaran Sitologi Ulas Vagina Mencit
(Mus musculus albinus) selama Siklus Estrus dengan

Tinjauan Khusus Pada Distribusi Leukosit. [Skripsi].


Bogor:Institut Pertanian Bogor Fakultas Kedokteran Hewan.
[3] Sloane, Ethel.1995. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[4] Ganong, W.F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Penerjemah
Adji Dharma. EGC.
[5] Campbell, N., J. Reece, dan L. Mitchael. 2004. Biologi Jilid
Ketiga Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.
[6] Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
[7] McDonald,L.E. 2001. Veterinary Endrocrinology and
Reproduction. Philadelphia:Lea and Febiger.
[8] Toelihere, M.R.1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak.
Bandung:Angkasa.
[9]
Strezemienski,P.J.,Kenneg,
D.D.,Kenneg,
R.M.1984.
Antibacterial Activity of Mare Uterine Fluid. Journal
Biology of Reproduction. Vol 31: 303:311.
[10] Nalbandov,A.V.1976.Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan
Unggas Edisi Ketiga. Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia
[11] Guyton,A.C.1986. Textbook of Medical Physiolog Edisi ke-7.
WB Saunders Co.
[12] Fitrianti.2002. Efektifitas Penyuntikan Prostaglandin F2a Satu
Kali dan Dua Kali untuk Sinkronisasi Estrus pada Tikus
Putih (Rattus sp.). [Skripsi]. Bogor:Institut Pertanian Bogor
Fakultas Kedokteran Hewan
[13] Nurhayati, A.P.D.2004. Diktat Struktur Hewan. Surabaya:
ITSPress
[14] Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid
2 Edisi Ketiga. Jakarta:Erlangga.
[15] Sumawinata, Narlan. 2002. Senarai Istilah Kedokteran Gigi.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai