kedokteran gigi
Pengetahuan
Kurang (<56%)
Cukup (56-75%)
Baik ( 75- 100 %)
Total
f
8
27
41
76
%
10.5
35.5
53.9
100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang diteliti, ternyata
lebih dari setengahnya dari responden yaitu sebanyak 41 orang (53,9%) mempunyai
pengetahuan yang baik, sebagian kecil memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 27 orang (35,5%), serta
sedikit dari mereka yang masuk dalam tingkat pengetahuan bernilai kurang baik
(10,5%).
76
70
63
63
31
34
P6
P7
68
70
71
P8
P9
P10
10
P1
P2
P3
P4
P5
Soal Pertanyaan No
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit petugas terhadap alat-alat/daerah steril
juga sebaiknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan
dari pasien.
29
Selanjutnya yang terendah kedua yaitu mengenai istilah yang digunakan oleh
tenaga kesehatan sebelum dan selama bekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah alat pelindung
diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. terdiri dari pakaian pelindung, sarung tangan, masker bedah, kacamata
pelindung. 16
Serta yang terendah ketiga yaitu pertanyaan mengenai penentuan klasifikasi
instrumen yang digunakan selama perawatan pasien. Jawaban dari pertanyaan
tersebut yaitu Critical, semi critical dan non crtical. Pengklasifikasian instrumen
berdasarkan 3 kategori tersebut dinamakan klasifikasi Spaulding yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana cara sterilisasi yang benar berdasarkan dengan tingkat
risiko penularan infeksi.13
4.3 Gambaran Sikap Mengenai Kontrol Infeksi Di Bidang Kedokteran Gigi
Gambaran sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi diperoleh
hasil perhitungan skor dari 76 responden. Berdasarkan lampiran tersebut dapat
diketahui jumlah dan frekuensi sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran
gigi kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran
gigi
Sikap
Positif
Negatif
f
46
30
%
60.5
39.5
Total
76
100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 76 mahasiswa yang diteliti,
ternyata lebih dari setengahnya responden yaitu sebanyak 46 orang (60,5%) memiliki
sikap yang cenderung positif mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi,
selanjutnya sebanyak 30 orang (39,5%) memiliki sikap yang cenderung negatif
mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi.
Secara keseluruhan responden mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 46 orang.
Tetapi sikap tersebut belum menjamin bahwa mahasiswa akan berperilaku atau
bertindak dengan baik dalam pencegahan penyakit menular. Sikap positif yang
dimiliki responden disebabkan dalam menjawab pertanyaan selalu menjawab hal-hal
yang baik saja, karena sikap merupakan respon yang masih tertutup dan tidak tampak
dalam keadaan nyata, sehingga meskipun mahasiswa sangat setuju mengenai kontrol
infeksi belum tentu mahasiswa berperilaku sesuai dengan sikapnya. Selain itu sifat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah orang lain disekitar dapat
mempengaruhi sikap seseorang. Mudahnya informasi yang didapat baik dari media
cetak maupun elektronik saat ini sangat mendukung. Media disini mempunyai
peranan penting dalam penyampaian informasi, adanya informasi bagi terbentuknya
sikap 8,30
350
300
289
283
283
261
250
224
234
S4
S5
273
262
259
209
200
Jumlah Skor 150
100
50
0
S1
S2
S3
S6
S7
S8
S9
S10
lainnya untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian
infeksi atau dan menghindari terjadinya infeksi silang.2,16
4.4 Gambaran Tindakan Mengenai Kontrol Infeksi Di Bidang Kedokteran Gigi
Gambaran tindakan mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi pada
mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi di RSGMP Universitas Jenderal
Achmad Yani disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Gambaran tindakan mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi
Tindakan
f
%
Sesuai
41
53.9
Tidak Sesuai
35
46.1
Total
76
100
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 76 mahasiswa yang
diteliti, terdapat 41 orang (53.9%) mahasiswa yang melakukan tindakan dengan
sesuai mengenai tindakan kontrol infeksi dibidang kedokteran gigi. Selanjutnya
sebanyak 35 orang (46.1%) mahasiswa yang melakukan tindakan dengan tidak sesuai
mengenai tindakan kontrol infeksi dibidang kedokteran gigi. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, sikap yang dimiliki responden belum tentu dapat diaplikasikapn
seluruhnya kepada tindakan yang dilakukan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan
nyata
diperlukan
faktor
pendukung
atau
suatu
kondisi
yang
80
76
76
76
76
76
76
76
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
70
60
50
Jumlah Skor
40
41
30
20
10
0
T1
hasil 0,295 yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
pencegahan penyakit menular.32
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2011) yaitu menganilisis
Hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan infeksi, dengan diperoleh
p value sebesar 0,295 yang berarti tidak terdapat hubungan pengetahuann dengan
praktik pencegahan infeksi 33
Semakin tinggi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang kontrol infeksi, maka
semakin baik pula seorang individu dalam mengendalikan perilakunya. Bila dihubungkan
dengan penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki tindakan yang
sesuai mengenai kontrol infeksi begitupun sebaliknya responden yang memiliki
pengetahuan kurang dan bertindak tidak sesuai mengenai kontrol infeksi. berdasarkan
teori yang dikemukakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih tahan lama
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan pada umumnya
datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.8
Tindakan
Sesuai
Tidak Sesuai
f
%
f
%
Total
f
Negatif
Positif
Total
15
26
41
36.6
63.4
100.00
15
20
35
42.9
57.1
100.00
30
46
76
39.5
60.5
100.00
0,55
7
Hasil penelitian berbeda dilakukan oleh Fratika (2013) yang menyatakan terdapat
hubungan antara sikap dan tindakan dengan diperoleh p value 0.000 (<0,05) yang
berarti bahwa ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemanfaatan puskesmas.
Prasarana adalah tempat yang secara tidak langsung mendukung pelayanan
kesehatan, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas diperlukan prasarana
dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan.35
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dengan
pengertian lain sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap
responden yang baik tidak selalu nyata dalam perilaku baik.8,30
Responden yang mempunyai sikap negatif atau cenderung menjauhi upaya
kontrol infeksi melakukan tindakan sesuai sebanyak 15 orang, sedangkan responden
yang mempunyai sifat positif cenderung mendekati atau mendukung upaya kontrol
infeksi tidak melakukan tindakan yang sesuai sebanyak 20 orang. Hal ini menunjukan
bahwa seseorang yang besikap baik belum tentu melakukan tindakan baik pula.
Sebaliknya, sesorang yang mempunyai sifat negatif tidak selalu menghindari tindakan
yang tidak baik pula.8
Hubungan sikap dengan tindakan sangat ditentukan oleh faktor situasional
tertentu, dalam hal ini sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di
sekitar. Terdapat faktor lain yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku
diantaranya norma-norma, peranan, kebudayaan, pengetahuan dan nilai, sarana
fasilitas, media komunikasi dan kesempatan merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah sikap dan perilaku.30