Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian pada 76 responden yang merupakan mahasiswa program
pendidikan profesi dokter gigi mengenai gambaran pengetahuan dan sikap yang
dimiliki mahasiswa terhadap tindakan kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi di
RSGMP Universitas Jenderal Achmad Yani. Penyajian data ditampilkan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan presentase dari variabel yang berupa data kategori
4.1 Tingkat Pengetahuan Mengenai Kontrol Infeksi Di Bidang Kedokteran Gigi
Gambaran tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran
gigi, terlebih dahulu dihitung skor total jawaban benar masing-masing responden.
Kemudian dihitung persentase jawaban benarnya. Dari persentase tersebut kemudian
ditentukan kategori penilaian berdasarkan kriteria baik cukup dan kurang, sehingga
diperoleh hasil perhitungan persentase dan kategori dari 76 responden yang disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan mengenai kontrol infeksi di bidang

kedokteran gigi
Pengetahuan
Kurang (<56%)
Cukup (56-75%)
Baik ( 75- 100 %)
Total

f
8
27
41
76

%
10.5
35.5
53.9
100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 76 responden yang diteliti, ternyata
lebih dari setengahnya dari responden yaitu sebanyak 41 orang (53,9%) mempunyai
pengetahuan yang baik, sebagian kecil memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 27 orang (35,5%), serta
sedikit dari mereka yang masuk dalam tingkat pengetahuan bernilai kurang baik
(10,5%).

Bervariasinya hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pada dasarnya banyak


faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu pendidikan, dan umur, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan
dan sosial budaya.8,11

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo, yang menyatakan bahwa


seseorang yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang lebih baik.
Responden yang diteliti yaitu mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi
tentunya sudah melewati tahap sarjana dan kepaniteraan. Pendidikan mempunyai
peranan penting dalam menentukan kualitas hidup seseorang, dengan pendidikan
sesorang dianggap akan memperoleh pengetahuan dan informasi, dan semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin berkualitas hidupnya.8
80
70
60
50
40
Jumlah Skor 30
20
10
0

76

70

63

63

31

34

P6

P7

68

70

71

P8

P9

P10

10
P1

P2

P3

P4

P5

Soal Pertanyaan No

Gambar 4.1 Skor jawaban tentang pengetahuan


Untuk mengetahui sebaran atau indikator pengetahuan dari mahasiswa program
pendidikan profesi dokter gigi mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi
maka dihitung skor nilai keseluruhan mahasiswa per butir soal yang hasilnya
ditampilkan tabel diatas. Diketahui skor terendah pada pernyataan mengenai yaitu
menentukan prosedur yang dianggap optimal untuk mengontrol infeksi silang di
klinik gigi. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah dengan memakai tutup kepala
pada semua tindakan. Fungsi dari penutup kepala yaitu mencegah jatuhnya

mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit petugas terhadap alat-alat/daerah steril
juga sebaiknya untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan bahan-bahan
dari pasien.

29

Selanjutnya yang terendah kedua yaitu mengenai istilah yang digunakan oleh
tenaga kesehatan sebelum dan selama bekerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah alat pelindung
diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan
oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan
adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. terdiri dari pakaian pelindung, sarung tangan, masker bedah, kacamata
pelindung. 16
Serta yang terendah ketiga yaitu pertanyaan mengenai penentuan klasifikasi
instrumen yang digunakan selama perawatan pasien. Jawaban dari pertanyaan
tersebut yaitu Critical, semi critical dan non crtical. Pengklasifikasian instrumen
berdasarkan 3 kategori tersebut dinamakan klasifikasi Spaulding yang bertujuan
untuk mengetahui bagaimana cara sterilisasi yang benar berdasarkan dengan tingkat
risiko penularan infeksi.13
4.3 Gambaran Sikap Mengenai Kontrol Infeksi Di Bidang Kedokteran Gigi
Gambaran sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi diperoleh
hasil perhitungan skor dari 76 responden. Berdasarkan lampiran tersebut dapat
diketahui jumlah dan frekuensi sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran
gigi kemudian disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dibawah ini.
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi sikap mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran
gigi
Sikap
Positif
Negatif

f
46
30

%
60.5
39.5

Total

76

100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 76 mahasiswa yang diteliti,
ternyata lebih dari setengahnya responden yaitu sebanyak 46 orang (60,5%) memiliki
sikap yang cenderung positif mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi,
selanjutnya sebanyak 30 orang (39,5%) memiliki sikap yang cenderung negatif
mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi.
Secara keseluruhan responden mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 46 orang.
Tetapi sikap tersebut belum menjamin bahwa mahasiswa akan berperilaku atau
bertindak dengan baik dalam pencegahan penyakit menular. Sikap positif yang
dimiliki responden disebabkan dalam menjawab pertanyaan selalu menjawab hal-hal
yang baik saja, karena sikap merupakan respon yang masih tertutup dan tidak tampak
dalam keadaan nyata, sehingga meskipun mahasiswa sangat setuju mengenai kontrol
infeksi belum tentu mahasiswa berperilaku sesuai dengan sikapnya. Selain itu sifat
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah orang lain disekitar dapat
mempengaruhi sikap seseorang. Mudahnya informasi yang didapat baik dari media
cetak maupun elektronik saat ini sangat mendukung. Media disini mempunyai
peranan penting dalam penyampaian informasi, adanya informasi bagi terbentuknya
sikap 8,30

350
300

289

283

283

261

250

224

234

S4

S5

273

262

259
209

200
Jumlah Skor 150
100
50
0
S1

S2

S3

S6

S7

S8

S9

S10

Soal Pernyataan Sikapp

Gambar 4.2 Skor jawaban tentang pengetahuan


Indikator sikap dari mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi mengenai
kontrol infeksi dihitung skor nilai keseluruhan mahasiswa per butir soal yang
hasilnya tampilkan pada tabel diatas. Diketahui skor terendah ada pada pernyataan
mengenai penggunaan kacamata pelindung digunakan untuk melindungi mata dari
cahaya lampu dental chair yang digunakan saat pemeriksa. Pernyataan ini merupakan
pernyataan negatif. Kacamata pelindung digunakan untuk menghindari kemungkinan
infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.7
Selanjutnya yang terendah kedua yaitu mengenai cara mencuci tangan atau
menjaga kebersihan tangan hanya dengan air bersih. Prosedur mencuci tangan yaitu
dengan sabun dan air mengalir dilakukan bila tangan terlihat kotor dan terkontaminasi
cairan tubuh pasien. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan
dengan cara gosok tangan dengan handrub/cairan berbasis alkohol.7,16
Serta yang terendah ketiga yaitu mengenai tindakan kontrol infeksi yang hanya
dilakukan oleh dokter gigi saja. Tindakan kontrol infeksi tidak hanya dilakukan oleh
dokter gigi saja tetapi seluruh tenaga ahli kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan

lainnya untuk melindungi pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian
infeksi atau dan menghindari terjadinya infeksi silang.2,16
4.4 Gambaran Tindakan Mengenai Kontrol Infeksi Di Bidang Kedokteran Gigi
Gambaran tindakan mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi pada
mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi di RSGMP Universitas Jenderal
Achmad Yani disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Gambaran tindakan mengenai kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi
Tindakan
f
%
Sesuai
41
53.9
Tidak Sesuai
35
46.1
Total
76
100
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 76 mahasiswa yang
diteliti, terdapat 41 orang (53.9%) mahasiswa yang melakukan tindakan dengan
sesuai mengenai tindakan kontrol infeksi dibidang kedokteran gigi. Selanjutnya
sebanyak 35 orang (46.1%) mahasiswa yang melakukan tindakan dengan tidak sesuai
mengenai tindakan kontrol infeksi dibidang kedokteran gigi. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, sikap yang dimiliki responden belum tentu dapat diaplikasikapn
seluruhnya kepada tindakan yang dilakukan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan

nyata

diperlukan

faktor

pendukung

atau

suatu

kondisi

yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.8


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rabani (2011) tentang hubungan
pengetahuan terhadap perilaku cuci tangan petugas kesehatan di bagian ilmu
kesehatan anak RSUP Prof Dr Rd Kandou Manado. Banyak hal yang dapat
mempengaruhi perilaku cuci tangan yang baik, diantaranya kurangnya fasilitas cuci
tangan yang memadai, pengenalan penggunaan handrub berbasis alkohol, serta
Kesadaran dari petugas kesehatan juga dapat mempengaruhi perilaku dalam cuci
tangan.31

80

76

76

76

76

76

76

76

T2

T3

T4

T5

T6

T7

T8

70
60
50
Jumlah Skor

40

41

30
20
10
0
T1

Soal Pertanyaan Tindakan

Gambar 4.3 Skor jawaban tindakan


Indikator tindakan dari mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi
mengenai kontrol infeksi maka dihitung skor nilai keseluruhan mahasiswa per butir
soal yang hasilnya tampilkan tabel diatas hanya terdapat 1 aspek dari tindakan yang
penilainya cukup bervariasi yaitu pada butir soal pertama yaitu mengenai tindakan
mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien. Kebersihan tangan yang dilakukan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien merupakan hal yang penting untuk
mencegah penyebaran infeksi. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
dilakukan bila tangan terlihat kotor dan terkontaminasi cairan tubuh pasien. Sebelum
menggunakan sarung tangan dianjurkan untuk mencuci tangan dengan baik dan
terlebih dahulu. Karena jika tidak, teknik mencuci tangan yang buruk dengan sabun
dan air juga dapat menyebabkan dermatitis7,16
Selain itu, sebelum menggunakan sarung tangan dianjurkan untuk mencuci
tangan dengan baik dan terlebih dahulu. Karena jika tidak, teknik mencuci tangan
yang buruk dengan sabun dan air juga dapat menyebabkan dermatitis.14

4.5 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Tindakan Kontrol Infeksi di Bidang


Kedokteran Gigi
Analisis pengetahuan dengan tindakan kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi
pada mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi di RSGMP Unjani terdiri
dari kriteria pengetahuan rendah, cukup dan baik dengan tindakan sesuai dan tidak
sesuai seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 H ubungan antara pengetahuan dengan tindakan kontrol infeksi di bidang
kedokteran gigi
Tindakan
Total
Pengetahuan
p
Sesuai
Tidak Sesuai
f
%
f
%
f
%
Kurang
0
0
8
22.9
8
10.53
0.01
Cukup
16
39.0
11
31.4
27
35.53
5
Baik
25
61.0
16
45.7
41
53.96
Total
41
100.00
35
100.00
76
100.00
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mahasiswa yang melakukan tindakan
kontrol infeksi sesuai dengan prosedur persentase terbesar adalah dengan
pengetahuan baik dalam kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 25
orang (61,0%), dan mahasiswa yang melakukan tindakan kontrol infeksi tidak sesuai
dengan prosedur persentase terbesar adalah dengan pengetahuan baik dalam kontrol
infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 16 orang (45,7%).
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan terdapatnya hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tindakan yang dimiliki oleh responden
dengan nilai p-value sebesar 0,015, dimana nilai p<0,05 yang berarti terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan mengenai kontrol infeksi di bidang
kedokteran gigi.
Hasil penelitian ini sama dengan Rinendy (2012) yang menganalisis hubungan
antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penyakit menular dengan diperoleh

hasil 0,295 yang berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan
pencegahan penyakit menular.32
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2011) yaitu menganilisis
Hubungan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan infeksi, dengan diperoleh
p value sebesar 0,295 yang berarti tidak terdapat hubungan pengetahuann dengan
praktik pencegahan infeksi 33
Semakin tinggi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang kontrol infeksi, maka
semakin baik pula seorang individu dalam mengendalikan perilakunya. Bila dihubungkan
dengan penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan baik memiliki tindakan yang
sesuai mengenai kontrol infeksi begitupun sebaliknya responden yang memiliki
pengetahuan kurang dan bertindak tidak sesuai mengenai kontrol infeksi. berdasarkan
teori yang dikemukakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih tahan lama

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan pada umumnya
datang dari penginderaan yang terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.8

4.6 Hubungan Antara Sikap Dengan Tindakan Kontrol Infeksi Di Bidang


Kedokteran Gigi
Analisis sikap dengan tindakan kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi pada
mahasiswa program pendidikan profesi dokter gigi di RSGMP Unjani terdiri dari
kriteria sikap positif dan negatif dengan tindakan sesuai dan tidak sesuai seperti pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Hubungan antara sikap dengan tindakan kontrol infeksi di bidang
kedokteran gigi
Sikap

Tindakan
Sesuai
Tidak Sesuai
f
%
f
%

Total
f

Negatif
Positif
Total

15
26
41

36.6
63.4
100.00

15
20
35

42.9
57.1
100.00

30
46
76

39.5
60.5
100.00

0,55
7

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa mahasiswa yang melakukan tindakan


kontrol infeksi sesuai dengan prosedur persentase terbesar adalah dengan memiliki
sikap positif dalam kontrol infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 26 orang
(63,4%), dan mahasiswa yang melakukan tindakan kontrol infeksi tidak sesuai
dengan prosedur persentase terbesar adalah memiliki sikap positif dalam kontrol
infeksi di bidang kedokteran gigi yaitu sebanyak 20 orang (57,1%).
Hail analisis hubungan antara sikap dengan tindakan mengenai kontrol infeksi di
bidang kedokteran gigi dengan perhitungan di dapat nilai p value sebesar 0,577 nilai
p>0,05 maka H0 diterima atau H1 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan yang berarti antara sikap dengan tindakan mengenai kontrol
infeksi di RSGMP Universitas Jenderal Achmad Yani.
Hail penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irsyad
(2014) yang menganilisis hubungan sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS
dengan diperoleh hasil p value 1,478 (>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara
sikap dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang disebabkan karena faktor lingkungan
sekitar yang mempengaruhinya. 34

Hasil penelitian berbeda dilakukan oleh Fratika (2013) yang menyatakan terdapat
hubungan antara sikap dan tindakan dengan diperoleh p value 0.000 (<0,05) yang
berarti bahwa ada hubungan antara sikap dengan tindakan pemanfaatan puskesmas.
Prasarana adalah tempat yang secara tidak langsung mendukung pelayanan
kesehatan, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas diperlukan prasarana
dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan.35
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Dengan

pengertian lain sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Sikap
responden yang baik tidak selalu nyata dalam perilaku baik.8,30
Responden yang mempunyai sikap negatif atau cenderung menjauhi upaya
kontrol infeksi melakukan tindakan sesuai sebanyak 15 orang, sedangkan responden
yang mempunyai sifat positif cenderung mendekati atau mendukung upaya kontrol
infeksi tidak melakukan tindakan yang sesuai sebanyak 20 orang. Hal ini menunjukan
bahwa seseorang yang besikap baik belum tentu melakukan tindakan baik pula.
Sebaliknya, sesorang yang mempunyai sifat negatif tidak selalu menghindari tindakan
yang tidak baik pula.8
Hubungan sikap dengan tindakan sangat ditentukan oleh faktor situasional
tertentu, dalam hal ini sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di
sekitar. Terdapat faktor lain yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku
diantaranya norma-norma, peranan, kebudayaan, pengetahuan dan nilai, sarana
fasilitas, media komunikasi dan kesempatan merupakan kondisi ketergantungan yang
dapat mengubah sikap dan perilaku.30

Anda mungkin juga menyukai