Anda di halaman 1dari 20

ASESMEN (ASSESSMENT)

DRS FRANS A.RUMATE ,Apt


P3AI-UNHAS
I

PENDAHULUAN

Asesmen atau pengukuran hasil belajar mahasiswa merupakan suatu kesatuan atau bagian dari
pembelajaran. Apalah artinya suatu proses pembelajaran apabila tidak diukur hasil belajarannya.
Kata asesmen (assessment) berasal dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Menurut Fenton
(1996), Asesmen ialah pengumpulan informasi yang relevan, yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam rangka pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi ialah aplikasi suatu standar dan sistem
pengambilan keputusan terhadap data asesmen, untuk menghasilkan keputusan (judgments)
tentang besaran dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung. [1]
Dalam konteks pendidikan, asesmen meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya mahasiswa,
yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam, memberi markah (skor), dan menginterpretasi
informasi mengenai pembelajaran mahasiswa. Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari
proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan mahasiswa secara individual.
Mengajar tanpa mengetahui apakah hasil mengajarnya itu telah menjadikan mahasiswa itu
belajar, belum dapat dikatakan sebagai mengajar.
Proses belajar mengajar memang dilakukan dalam kelompok atau kelas, tetapi seyogianya
seorang pengajar peduli (concern) atas pemahaman dan kemajuan belajar setiap mahasiswa
secara individual. Kadang seorang dosen menganggap dirinya sudah mengajar dengan baik, dan
sudah puas apabila ada satu dua mahasiswa yang dapat memperoleh skor tinggi, padahal lebih
dari 80 % mahasiswanya memperoleh skor di bawah rata-rata. Pada zaman dulu, dosen yang
hanya meluluskan sedikit mahasiswa itu dinamakan dosen killer, dan merupakan suatu
kebanggaan bagi dosen bahwa mata kuliahnya sukar untuk dilulusi. Dalam hal ini dosen
menggunakan dirinya sendiri sebagai standar untuk mengukur kemampuan belajar mahasiswa;
mahasiswa yang tidak lulus dianggap bodoh atau malas, karena kenyataannya ada juga
mahasiswa yang memperoleh skor tinggi.
Orientasi pembelajaran sudah berubah sejak digunakannya Sistem Kredit Semester. Seorang
dosen menerima sekelompok mahasiswa dalam kelasnya yang terdiri atas individu-individu.
Tugas seorang dosen ialah mengajar sedemikian rupa agar masing-masing individu itu berubah
perilakunya dari belum atau tidak memahami, menjadi memahami materi perkuliahannya. Jadi
apabila masih banyak mahasiswa yang belum berubah perilakunya, alias dapat diluluskan, maka
dosen itu belum berhasil dalam mengajar. Tidak ada mahasiswa yang bodoh, apalagi mereka
yang telah melalui penjaringan seleksi ketat agar dapat masuk perguruan tinggi. Dalam hal ini
dosen tersebut harus introspeksi diri sendiri, apakah ia sudah merencanakan pembelajaran dengan
baik (dengan merumuskan tujuan belajar); apakah ia telah melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana; apakah dosen memberi bimbingan bagi mahasiswa yang kurang cepat belajar
(menurut teori belajar, tidak ada manusia yang persis sama, ada yang cepat ada yang agak lambat
belajar), dan yang penting pula ialah apakah ia menggunakan metode asesmen dan evaluasi hasil
belajar yang sahih (valid) dan terpercaya (reliable).
1

II ASESMEN ALTERNATIF (ALTERNATIVE ASSESSMENT)


Asesmen alternatif (Alternative Assessment), ialah alternatif pengukuran atau evaluasi hasil
belajar mahasiswa yang lain daripada uji tradisional yang sudah baku, yang menggunakan standar
penilaian tertentu, misalnya Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang menetapkan batas lulus
(passing grade) sebelum ujian dilakukan, atau Penilaian Acuan Norma (PAN) yang menetapkan
batas lulus sesudah ujian, yaitu menggunakan rata-rata kelas pada kurva normal. Kedua cara
penilaian tersebut menggunakan ujian essay atau multiple choice, atau yang lazim disebut
pengukuran menggunakan kertas dan pinsil (paper and pencil test). Kedua instrumen / alat uji
tersebut terdiri atas pertanyaan kepada mahasiswa yang sudah ada jawabannya yang benar.
II.1 Asesmen Otentik (Authentic Assessment)
Asesmen otentik (Authentic Assessment) adalah salah satu bentuk atau sinonim asesmen
alternatif. Suatu asesmen dikatakan otentik apabila secara langsung diukur (diamati) perilaku
mahasiswa mengerjakan tugas intelektual yang penting. Sebaliknya, asesmen tradisional
bergantung pada sesuatu yang tak langsung atau bentuk substitusinya yang disederhanakan, yang
mungkin dapat ditarik inferensi yang valid tentang kinerja mahasiswa pada tantangan bernilai itu.
II.2 Beberapa perbandingan dengan tes baku yang tradisional :
Asesmen otentik mengharuskan mahasiswa menampilkan pengetahuan yang diperolehnya
secara efektif
(Asesmen tradisional hanya mengungkapkan kemampuan mahasiswa
mengidentifikasi, mengingat kembali apa yang sudah dipelajarnya di luar konteksnya,
contohnya sama dengan mengajar mengemudikan mobil scara lisan).
Asesmen otentik menghendaki mahasiswa menampilkan keseluruhan tugas yang tercerminkan
prioritasnya, dengan segala tantangan yang ditemukan dalam kegiatan instruksional, misalnya
melaksanakan penelitian; menulis, mereivsi dan mendiskusikan makalah; memberikan analisis
oral tentang peristiwa politik terakhir; bekerjasama dengan orang lain dalam debat, dan
seterusnya. Tes konvensional biasanya terbatas pada pertanyaan dengan satu jawaban yang
benar, yang dinamakan paper and pencil test.
Asesmen otentik menghendaki bahwa mahasiswa dapat menciptakan jawaban yang berbahasa
ilmiah, menyeluruh dan dapat dijustifikasi.
Asesmen otentik mencapai validitas dan keterandalan (reliability) dengan cara meningkatkan
dan membakukan kriteria yang sesuai untuk menskor produk yang sangat bervariasi,
sedangkan tes tradisional membakukan butir tes objektif, sehingga hanya mempunyai 1
jawaban yang benar.
Uji validitas sebagian tergantung pada : apakah tes itu mensimulasikan tes kemampuan lulusan
dalam dunia nyata kelak. Validitas pada tes pilihan ganda ditentukan dengan cara
membandingkan butir tes dengan isi kurikulum, atau melalui korelasi dengan butir tes yang
lain.
II.3 Asesmen Alternatif vs Asesmen Tradisional
Mengapa diperlukan Asesmen Alternatif yang banyak memerlukan banyak waktu dan tenaga
untuk mempersiapkannya ? Meskipun tes pilihan ganda dapat merupakan indikator atau prediktor
2

yang valid mengenai penampilan akademik, seringkali tes ini mengalihkan perhatian (mislead)
dosen dan mahasiswa tentang jenis keterampilan yang seharusnya dikuasai mahasiswa. Norma
bukan merupakan standar; butir soal bukanlah masalah yang sebenarnya; dan jawaban yang benar
bukanlah rationale (dasar pemikiran, alasan). Mereka yang mempertahankan tes tradisional tidak
melihat bahwa bentuk tesnya, bukannya isi tes yang merugikan proses belajar. Mahasiswa merasa
bahwa belajar itu menyesakkan, dosen percaya bahwa tes itu adalah pencari fakta, pemaksaan
yang terdiri atas susunan pertanyaan, yang sebenarnya tidak relevan dengan tujuan dan
keberhasilan belajar mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa digiring pada keyakinan bahwa
jawaban yang benar itu lebih penting daripada kebiasaan berpikir, dan justifikasi pendekatan serta
hasil pekerjaan seseorang.
Karena itu pendekatan terhadap tugas dan hasil yang otentik dapat meningkatkan proses
pengajaran dan belajar; mahasiswa memperoleh kejelasan yang lebih besar tentang kewajiban
mereka (dan diminta mengerjakan tugas yang lebih menarik bagi mereka), dan dosen akan
percaya bahwa hasil asesmen itu lebih berarti dan lebih berguna dalam meningkatkan proses
pembelajaran. Apabila tujuan dosen hanya untuk memonitor kinerja mahasiswa, maka tes
konvensional mungkin sudah memadai. Tetapi apabila tujuan dosen ialah meningkatkan kinerja
ke arah yang lebih baik, maka tes itu hendaknya terdiri atas tugas yang dapat dijadikan contoh,
kriteria dan standar.
Apakah kita ingin mengevaluasi:
- pengajuan masalah dan penyelesaian masalah dalam bidang matematika
- penelitian eksperimental dalam sains
- berbicara, mendengarkan, dan memfasilitasi suatu diskusi
- melakukan inkuiri sejarah berdasar-dokumen
- secara teliti merevisi suatu tulisan sampai dapat terbaca oleh pembaca ?
Pada asesmen otentik, mahasiswa :
- melakukan eksperimen sains
- melaksanakan penelitian ilmu sosial
- menulis cerita dan laporan
- membaca dan menginterpretasi sastra
- menyelesaikan masalah matematik
Asesmen otentik atau asesmen alternatif menggunakan sampel penampilan (performance
samples), kegiatan belajar, kemampuan berpikir, yang terdiri atas 5 sampel penampilan utama :
1. Asesmen penampilan (Performance Assessment), penulisan, revisi, penyajian laporan
2. Penelitian pendek (Short Investigations)
3. Open-Response Questions
4. Portfolio
5. Self-Assessment
Asesmen alternatif dapat menggunakan Rubrik Penskoran (Scoring Rubrics), Portfolio atau
Observasi oleh instruktor.

III

ASESMEN BERDASARKAN PERFORMANS


(PERFORMANCE-BASED ASSESSMENT).

Berbagai istilah telah digunakan utuk performance; ada yang menggunakan istilah kinerja,
penampilan atau performans. Performance-Based Assessment merupakan suatu observasi
sistematik secara langsung, dan penilaian atas tercapainya suatu tujuan (instruksional). Seringkali
oberservasi dilakukan terus menerus selama periode waktu tertentu, dan secara khusus dilakukan
untuk yang berkaitan dengan pengkreasian suatu produk. Asesmen dapat berbentuk interaksi
kontinu antara dosen dan mahasiswa, dan secara ideal menjadi bagian dari proses pembelajaran.
Asesmen hendaknya merupakan performans dari kenyataan yang relevan dengan komunitas
mahasiswa dan lingkungan. Asesmen performans ini dilakukan menggunakan rubrik, atau
panduan penskoran analitik yang dapat membantu objektivitasnya. Asesmen berdasar-performans
berbentuk suatu uji penerapan pengetahuan dalam keadaan kehidupan sehari-hari, yang meliputi
performans tugas contoh dalam mendemonstrasikan kemampuan intelektual.
IV PORTFOLIO
Portfolio ialah suatu kumpulan hasil kerja mahasiswa yang dilakukan secara sistematik dan
terorganisasi, yang mengungkapkan bukti nyata dari usaha-usaha yang dilakukan mahasiswa,
hasil perolehannya, dan perkembangannya dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data ini
hendaknya melibatkan mahasiswa dalam pemilahan materi pelajaran, dan mencantumkan
informasi tentang kriteria penampilannya (performans), rubrik atau criteria untuk menilai
keuntungan yang diperoleh, dan bukti tentang refleksi-diri dan evaluasi mahasiswa. Portfolio
meliputi hasil kerja yang representatif, memberikan suatu dokumentasi tentang performans
mahasiswa, dan meruapakan dasar untuk mengevaluasi kemajuan yang dicapai mahasiswa.
Portfolio dapat meliputi berbagai demonstrasi belajar yang telah dikumpulkan dalam bentuk
koleksi fisik materi, video, CD-ROM, jurnal reflektif, dll.
IV.1 Asesmen Portfolio (Portfolio assessment)
Portfolio dapat diukur dalam berbagai cara. Setiap bagian dapat diskoring secara individual, atau
hanya diukur bagian-bagian penting yang dikehendaki, atau digunakan proses penskoran secara
menyeluruh (holistic), dan dilakukan evaluasi berdasarkan kumpulan hasil pekerjaan mahasiswa
secara menyeluruh. Menjadi kebiasaan bahwa para evaluator berunding sebelumnya untuk
mencapai kesepakatan tentang standar penilaian dalam rangka mencapai tingkat kepercayaan
(reliability) tinggi dalam mengevaluasi mahasiswa. Kriteria yang ditetapkan itu akan digunakan
oleh reviewer dan mahasiswa yang terlibat, dalam proses mengevaluasi kemajuan, dan pada
pencapaian tujuan (instruksional).
IV.2 Portfolio Elektronik (Electronic Portfolio)

RUBRIK

Rubrik adalah skala lajuan (rating scales), berbeda dengan ceklist, yang digunakan pada asesmen
penampilan (performance assessment). Rubrik secara formal dirancang sebagai pedoman
penskoran, yang terdiri atas criteria penampilan spesifik yang telah dirancang sebelumnya, dan
digunakan untuk menilai hasilkerja mahasiswa pada asesmen penampilan. Secara khas, rubrik
merupakan format spesifik dari suatu instrumen penskoran yang digunakan untuk mengevaluasi
penampilan mahasiswa atau produk yang dihasilkan dari suatu tugas penampilan.
Suatu rubrik secara umum ialah patokan penskoran yang digunakan dalam asesmen subjektif.
Suatu rubrik mengharuskan adanya suatu aturan tentang penetapan kriteria pada sistem asesmen
yang harus diikuti pada evaluasi. Rubrik dapat berbentuk deskripsi eksplisit tentang karaktersitik
performans tertentu pada suatu rentangan skala. Rubrik penskoran secara eksplisit menunjukkan
kualitas performans yang diharapkan menurut rentang skala, atau definisi tentang suatu titik skor
tertentu pada skala.
V.1 Rubrik Penskoran ( Scoring Rubrics)
Rubrik penskoran ialah skema penilaian deskriptif, yang digunakan sebagai patokan dalam
menganalisis produk maupun proses usaha dan keberhasilan mahasiswa. Rubrik ini digunakan
untuk penilaian (judgment) kualitas, dan dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai subyek
ataupun kegiatan. Salah satu contoh penggunaan rubrik penskoran ialah sebagai panduan dalam
mengevaluasi suatu tulisan ilmiah, atau suatu presentasi oral (seminar mahasiswa). Penilaian
kualitas tulisan atau presentasi oral cenderung berbeda-beda menurut kriteria yang ditetapkan
oleh masing-masing evaluator. Evaluator yang satu mungkin kebih menekankan pada gramatika
penulisan, yang lainnya mungkin pada segi argumentasi dalam tulisan. Dengan
dikembangkannya skema penilaian sebelumnya untuk proses evaluasi, subyektivitas evaluator
yang terlibat itu akan lebih menjadi objektif.
V.II Rubrik Holistik dan Rubrik Analitik
Terdapat 2 jenis rubrik :
1. Rubrik Holistik, penskoran dilakukan terhadap proses keseluruhan atau kesatuan produk
tanpa menilai bagian komponen secara terpisah. Contoh: Rubrik untuk Penilaian pada
Seminar Rencana Penelitian dan hasil Penelitian.
2. Rubrik Analitik, penskoran mula-mula dilakukan atas bagian-bagian individual produk atau
penampilan secara terpisah, kemudian dijumlahkan skor individual itu untuk memperoleh
skor total.
Scoring Instruments for
Performance Assessments

Rating Scales
Checklists

Rubrics

Analytical Rubrics

Holistic Rubrics

Rubrik Holistik
Rubrik holistic biasanya digunakan apabila kesalahan pada bagian dari proses masih dapat
ditolerir, asalkan kualitas keseluruhannya cukup tinggi. Penggunaan rubric holistic mungkin tidak
sesuai bagi suatu tugas penampilan yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan respons
tertentu, atau tidak terdapat jawaban benar secara pasti. Fokus dari suatu skor yang menggunakan
rubrik holistik ialah terhadap kualitas secara keseluruhan, kemahiran atau pemahaman terhadap
isi dan ketrampilan spesifik, jadi meliputi asesmen yang bertaraf unidimensi. Penggunaan rubrik
holistic dapat menghasilkan proses scoring yang lebih cepat dibanding rubrik analitik. Pada
dasarnya hal ini disebabkan oleh karena si penilai atau pemeriksa diharapkan untuk membaca ,
memeriksa produk atau penampilan mahasiswa hanya sekali dalam rangka memperoleh kesan
yang menyeluruh tentang hasil pekerjaan mahasiswa. Karena intinya ialah asesmen keseluruhan
penampilan, maka rubrik holistik digunakan secara khas, meskipun tidak eksklusif apabila tujuan
asesmen penampilan itu bersifat sumatif. Pada umumnya, hanya dapat diberikan kepada
mahasiswa umpan balik yang sangat terbatas sebagai hasil penskoran tugas penampilan
menggunakan cara ini. Sebuah contoh rubrik penskoran holistik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Template for Holistic Rubrics
Skor Uraian
5
Memperlihatkan pemahaman yang lengkap tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
6

4
3
2
1
0

Memperlihatkan
cukup pemahaman tentang permasalahan. Semua
persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
Memperlihatkan hanya sebagian pemahaman tentang permasalahan.
Kebanyakan persyaratan tentang tugas terdapat dalam jawaban
Memperlihatkan sedikit pemahaman tentang permasalahan. Banyak
persyaratan tugas yang tidak ada
Memperlihatkan tidak ada pemahaman tentang permasalahan
Tidak ada jawaban / Tidak ada usaha

Rubrik Analitik
Rubrik Analitik biasanya dipilih apabila dinginkan tipe respons yang cukup terfokus, yaitu untuk
tugas penampilan yang mungkin mempunyai 1 atau 2 jawaban, dan kreativitas tidak terlalu
esensial dalam jawaban mahasiswa. Lagipula, pada mulanya rubric analitik terdiri atas beberapa
skor, yang diikuti dengan penjumlahan untuk skor akhir. Penggunaannya mewakili asesmen pada
tingkatan multidimensi. Seperti telah dikatakan semula bahwa penggunaan rubric analitik dapat
mengakibatkan proses penskoran itu sangat lambat, sebagai akibat dari pengukuran berbagai
ketrampilan atau karakteristik yang sangat berbeda, yang masing-masing memerlukan
pemeriksaan berulang kali. Baik pengkonstruksiannya maupun pada penggunaannya memerlukan
waktu yang lama. Ketentuan umumnya ialah bahwa pemeriksaan pekerjaan seseorang itu
memerlukan waktu tersendiri untuk setiap tugas penampilan yang spesifik atau criteria
penskoran. Namun demikian, keuntungan penggunaan rubric analitik itu sangat berarti. Derajat
umpanbalik yang diberikan kepada mahasiswa (dan dosen) sangatlah bermakna. Mahasiswa
menerima umpanbalik spesifik terhadap setiap kriteria penskoran individual dari penampilannya,
dan hal ini tidak terjadi pada penggunaan rubrik holistic. Setelah itu dimungkinkan untuk
menciptakan suatu profil tentang kekuatan dan kelemahan mahasiswa secara spesifik. Pada
Tabel 2 disajikan templat rubrik penskoran analitik.
Sebelum mendesain rubrik yang spesifik, perlu ditetapkan terlebih dahulu apakah penampilan
atau produk itu akan diskor secara holistik atau analitik. Menggunakan rubric apapun, perlu
diidentifikasi dan dirumuskan kriteria penampilan spesifik (TIK) dan indikator yang dapat
diamati, sebagai langkah awal pengembangan. Keputusan tentang pemilihan pendekatan
holistik atau analitik pada penskoran mempunyai beberapa kemungkinan implikasi. Hal
terpenting yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu ialah bagaimana akan menggunakan hasil
akhirnya. Apabila diinginkan skor sumatif secara keseluruhan, lebih baik memilih pendekatan
holistik. Sebaliknya, jika tujuannya ialah umpanbalik formatif , maka gunakanlah rubrik
penskoran analitik. Perlu dicatat, bahwa jenis pendekatan yang satu tidaklah lebih baik dari yang
lain, yang penting ialah, mana yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan. Implikasi lain meliputi
waktu yang dibutuhkan, sifat tugas itu sendiri, dan kriteria penampilan spesifik yang diamati.
Tabel 2
Templat untuk rubrik analitik
Tahap Awal
Pengembangan
1
2
Kriteria # 1

Uraian
menggambarkan

Uraian
menggambarkan

Terselesaikan
3

Patut Dicontoh Skor


4

Uraian
menggambarkan

Uraian
menggambarkan

tahap awal
penampilan
Kriteria # 2

Uraian
menggambarkan
tahap awal
penampilan

Kriteria # 3

Uraian
menggambarkan
tahap awal
penampilan

Kriteria # 4

Uraian
menggambarkan
tahap awal
penampilan

gerakan ke arah
tingkat penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
gerakan ke arah
tingkat penguasaan
penampilan

pencapaian tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
pencapaian tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
pencapaian tingkat
penguasaan
penampilan
Uraian
menggambarkan
pencapaian tingkat
penguasaan
penampilan

tingkat
penampilan
tertinggi
Uraian
menggambarkan
tingkat
penampilan
tertinggi
Uraian
menggambarkan
tingkat
penampilan
tertinggi
Uraian
menggambarkan
tingkat
penampilan
tertinggi

Seperti terlihat pada templat 1 dan 2, berbagai tingkatan penampilan mahasiswa itu dapat
ditetapkan menggunakan label kuantitatif ( misalnya numerik) , atau kualitatif (misanya
deskriptif). Dalam hal tertentu mungkin diperlukan kedua label, kualitatif maupun kuantitatif.
Jika suatu rubrik mengandung 4 tingkatan kemahiran atau pengertian dakam suatu kontinuum
(kelanjutan), maka label kuantitatifnya akan berkisar antara 1 sampai 4. Lebih fleksibel dan
lebih kreatif apabila menggunakan label kualitatif . Suatu tipe umum skala kualitatif dapat
meliputi label sebagai berikut : master, expert, apprentice, and novice. Hampir semua tipe skala
kualitatif dapat digunakan asalkan sesuai dengan tugas.
Salah satu aspek penting pada penskoran kinerja mahasiswa menggunakan rubrik ialah
pengubahannya / pengkonversiannya menjadi markah / nilai (grading). Pada rubrik, sebaiknya
tidak digunakan persentase. Sebagai contoh, jika suatu rubrik mempunyai 6 tingkatan atau angka,
maka angka 3 tidak dapat diartikan sama dengan 50 % pengetahuan (setara dengan nilai E = tidak
lulus). Proses konversi skor rubrik ke nilai atau kategori lebih merupakan proses logika daripada
matematis. Diusulkan oleh Trice (2000), agar dalam sistem penskoran rubrik, lebih banyak skor
(nilai) berada pada kategori rata-rata dan di atas rata-rata (setara nilai C dan lebih baik, dibanding
di bawah rata-rata. Sebagai contoh, jika rubrik terdiri atas 9 kategori skor, diberikan pada tabel 3.
Tabel 3
Sampel Nilai dan Kategori
Skor Rubrik
Nilai (Grade)
8
A+
7
A
6
B+
5
B
4
C+
3
C
2
E
1
E
0
E

Kategori
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Tidak memuaskan
Tidak memuaskan
Tidak memuaskan
8

LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN RUBRIK PENSKORAN


Langkah 1.
Periksa kembali Tujuan Instruksional (TIK) yang dituju oleh tugas. Hal ini perlu untuk
menyamakan pedoman penskoran Anda dengan TIK dan pelaksanaan pembelajaran.
Langkah 2.
Mengidentifikasi atribut spesifik (indikator) yang dapat diamat,i yang ingin Anda lihat (maupun
yang tidak ingin Anda lihat), yang akan ditampilkan mahasiswa dalam produk, proses maupun
kinerjanya.
Perlu diperinci karakteristik, ketrampilan, atau perilaku yang akan Anda cari, maupun kesalahan
umum yang tidak mau Anda lihat.
Langkah 3
Diskusikan karakteristik yang menyertai setiap atribut. Identifikasi cara untuk menguraikan:
kinerja di atas rata-rata, rata-rata, dan di bawah rata-rata untuk setiap atribut yang dapat diamati
pada langkah 2.
Langkah 4a.
Untuk rubrik holistik, tuliskan deskripsi naratif yang lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik
dan sangat buruk, dengan memasukkan setiap atribut ke dalam dekripsi itu. Uraikan tingkat
kinerja tertinggi dan terendah dengan memadukan deskripsi untuk semua atribut.
Langkah 4b.
Untuk rubrik analitik, tuliskan deskripsi naratif lengkap untuk hasilkerja yang sangat baik dan
sangat buruk untuk setiap atribut secara individual. Uraikan tingkat kinerja tertinggi dan yang
terendah dengan menggunakan deskriptor untuk setiap atribut secara terpisah.
Langkah 5a.
Untuk rubrik holistik, lengkapi rubrik dengan menguraikan tingkataan lain pada kontinuum yang
berkisar dari kinerja yang sangat baik sampai buruk dari atribut secara kolektif. Tuliskan
deskripsi untuk semua tingkatan antara dari kinerja
Langkah 5b.
Untuk rubrik analitik, lengkapi rubrik dengan cara menguraikan tingkat-tingkat lain pasa
kontinuum yang berkisar dari sangat baik sampai buruk untuk setiap atributf. Tuliskan uraian
untuk semua tingkat antara dari kinerja secara terpisah untuk setiap atribut .
Langkah 6
Kumpulkan sampel dari pekerjaan mahasiswa yang mewakili contoh setiap tingkat. Ini akan
berguna sebagai benchmark (batas ambang = batas minimal) dan membantu Anda pada
penskoran di waktu yang akan datang.
Langkah 7
Revisi rubrik sesuai kebutuhan. Siapkan keefektifan rubrik, perbaiki sebelum digunakan di lain
waktu.
9

CONTOH RANCANGAN RUBRIK PENSKORAN (menggunakan langkah-langkah 1-7)


Contoh I: Rubrik Holistik
Pokok Bahasan : Matematik; subpokok bahasan : analisis data yang difokuskan pada
ketrampilan mengestimasi dan menginterpretasi grafik . Secara khusus pada akhir unit
ini, dosen dapat mengases (menilai) penguasaan mahasiswa akan TIK :
- menginterpretasi grafik batang (bar) dengan cara yang sesuai
- mengestimasi (secara akurat) nilai-nilai dalam grafik batang
(Langkah 1)
Karena maksud tugas kinerja ini bersifat sumatif (nilai akan digabung dengan skor
mahasiswa), maka dirancang suatu rubrik holistik. Untuk ini diidentifikasi 4 atribut
berikut sebagai fokus rubriknya : estimasi, komputasi matematik, kesimpulan, dan
mengkomunikasi penjelasannya
(Langkah 2 dan 3)
Pada akhirnya dibuat konsep deskripsi dari berbagai tingkat kinerja untuk atribut
yangdapat diamati itu (Langkah 4 dan 5). Hasil akhir rubrik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Tugas Kinerja Matematik Rubrik Penskoran
Analisis Data
Skor
Uraian
4
3
2

1
0

Melakukan estimasi akurat. Menggunakan operasi matematik yang sesuai tanpa


salah. Mengambil kesimpulan logis yang didukung oleh grafik. Sangat baik
memberikan penjelasan pemikiran.
Melakukan estimasi yang baik. Menggunakan operasi matematik yang sesuai
dengan sedikit kesalahan.Mengambil kesimpulan yang logis yang didukung
oleh grafik. Memberikan penjelasan pemikiran yang baik.
Berusaha melakukan estimasi , meskipun kebanyakan tidak akurat.
Menggunakan operasi matematik yang tidak sesuai, meskipun tanpa salah.
Mengambil kesimpulan yang tidak didukung oleh grafik. Sedikit memberikan
penjelasan
Melakukan estimasi tidak akurat. Menggunakan operasi matematik yang tidak
sesuai. Tidak ada kesimpulan yang berkaitan dengan grafik. Tidak memberikan
penjelasan cara berpikir.
Tidak ada jawaban / tugas tidak selesai

Contoh: Penilaian Ujian Skripsi Jurusan farmasi PANCASAKTI (Seminar II)


ASPEK PENILAIAN
1. Teknik Penulisan Ilmiah
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah

NILAI (ANGKA)

10

3. Penyajian Materi
4. Penguasaan Materi
5. Kejujuran Ilmiah
JUMLAH NILAI RATA-RATA
Kriteria Penilaian : A = 80
B = 71-79
C = 61-70
Tidak lulus
= 60
Pertanyaan :
1. Bagaimana yang dikatakan Teknik Penulisan Ilmiah yang baik ? , sehingga dapat diberi
nilai, misalnya 90
2. Apa yang dimaksud dengan Konsistensi Penulisan Ilmiah ?
3. Apa yang dinilai pada Penyajian Materi ?
4. Bagaimana Penguasaan Materi yang Baik ?
5. Apa yang dimaksud sengan Kejujuran Ilmiah ?
Jawaban (sementara):
1. Teknik Penulisan Ilmiah yang baik, apabila :
- Judul Tulisan dirumuskan dengan baik
- Permasalahan dirumuskan berdasarkan latar belakang yang kuat
- Metode yang dipilih sesuai dengan cara pembuktian (hipotesis)
- Hasil yang diperoleh dirmuskan dalam Kesimpulan yang menunjang judul.
2. Konsistensi Penulisan Ilmiah sebaiknya diganti : Bentuk dan Format, yang meliputi pula
penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Pendahuluan berisi latar belakang, metode eksperimen dan cara pengambilan
kesimpulan
- Pola Penelitian yang berisi pola pikir untuk mencapai kesimpulan
- Tinjauan Pustaka yang relevan dengan Pola Penelitian, disertai notasi
- Cara Kerja yang sesuai dengan Pola Penelitian
3.

11

PORTFOLIO (Helen C.Barrett (1988) , Strategic Questions: What to Consider When


Planning for Electronic Portfolios, in Learning & Leading with Technology.)
Definisi Portfolio
Portfolio = pengumpulan pekerjaan mahasiswa secara sistematik dan terorganisasi, yang
memperlihatkan bukti langsung tentang usaha mahasiswa, prestasi, dan kemajuannya selama
kurun waktu tertentu. Pengumpulan itu hendaknya melibatkan mahasiswa pada pemilahan isinya,
dan harus meliputi informasi tentang criteria penampilan, rubruk atau criteria penilaian, dan bukti
tentang evaluasi mahasiswa sendiri.
Rick Stiggins (1994) mendefinisikan portfolio debagai suatu kumpulan hasilkerja mahasiswa
yang memperlihatkan suatu keberhasilan atau perbaikan. Materi yang dikumpulkan dan cerita
yang disampaikan sangat bervariasi menurut fungsi konteks asesmannya. Dikatakan selanjutnya
bahwa portfolio adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan pertumbuhan dan perkembangan
mahasiswa, bukan suatu bentuk asesmen
The Northwest Educational Regional Laboratory memberikan definisi yang sama : Suatu
pengumpulan yang disengaja tentang karya mahasiswa, yang menggambarkan usaha, kemajuan,
dan keberhasilan.
Penyimpanan portfolio tanpa Komputer:
Penyimpanan portfolio biasnaya dilakukan dalam buku catatan, (map) folder dalam laci arsip,
kotak atau lemari. Ada juga yang menggunakan foto, pita audio atau video untuk penyimpanan
hasilkerja mahasiswa.
Apa isi portfolio Elektronik maupun Tradisional ?
Suatu portfolio hendaknya berisi unsur-unsur berikut :
12

Tujuan instruksional
Pedoman untuk pengumpulan materi (agar koleksi tidak amburadul)
Contoh pekerjaan yang dipilih mahasiswa maupun dosen
Umpanbalik dosen
Bagian-Bagian refelksi diri mahasiswa
Kriteria yang jelas dan sesuai untuk mengevaluasi pekerjaan (rubrik berdasarkan standar)
Standar dan contoh hasilkerja yang baik.

ELECTRONIC PORTFOLIOS
(Educational Technology; An Encyclopedia, ABC-CLIO,2001)
Suatu inovasi yang dikembangkan awal tahun 1990 ialah portfolio elektronik, yaitu
penggabungan berbagai teknologi elektronik untuk menciptakan dan mempublikasikan portfolio
yang dapat dibaca dengan komputer atau Video player.
Para ahli seni (artis) telah menggunakan portfolio selama bertahun-tahun, dengan menggunakan
koleksi hasilkerjanya untuk mencari kerja baru, atau hanya untuk memperlihatkan hasilkerja
seninya. Portfolio artistik biasanya terdiri hanya atas hasilkerja yang terbaik. Portfolio finansial
mengandung rekaman komprehensif atau transaksi fiskal dan saham investasi yang mewakili
nilai moneter tertentu. Sebaliknya, portfolio pendidikan mengandung hasilkerja yang
dikumpulkan dan dipilah-pilah oleh peserta didik yang menunjukkan pertumbuhan
(perkembangan) dan perubahan seiring waktu. Komponen kritis suatu portfolio pendidikan ialah
refleksi peserta didik atas setiap hasilkerja individual (yang dinamakan artifak) maupun suatu
refleksi keseluruhan mengenai apa yang terkandung dalam portfolio. Pembicaraan selanjutnya
hanya mengenai portfolio pendidikan, namun demikian portfolio elektronik dapat dikembangkan
untuk bidang lain untuk berbagai tujuan.
Definisi Portfolio
Definisi portfolio: (Grant Wiggins,2000)
.kumpulan representatif hasilkarya seseorang; contoh karya itu terpola untuk suatu tujuan
tertentu dan dapat dibawa-bawa untuk pemeriksaan atau dipamerkan.
(Northwest Evaluation Association, 1990) :
Suatu portfolio merupakan kumpulan karya mahasiswa (yang dikumpulkan untuk tujuan
tertentu), yang memperlihatkan usaha mahasiswa, kemajuan maupun pencapaiannya dalam salah
satu bidang atau lebih. Kumpulan karya itu meliputi kegiatan (partisipasi) mahasiswa pada
pemilahan isi, kriteria untuk pemilihan; kriteria penilaian kegunaannya, dan bukti refleksi-diri
mahasiswa.
Format penyimpanan portfolio secara tradisional dalam pendidikan menggunakan kertas,
biasanya dalam map manila, pencatatan atau lemari. Biasanya artifak (data bukti) terdiri atas teks
dan gambar pada kertas, yang belakangan digantikan oleh pita video atau audio.
Berbagai Tujuan Portfolio
13

Ada 3 tujuan umum pengembangan portfolio :


1. Portfolio Pembelajaran (Learning / Formative Portfolios), yang biasanya digunakan
sebagai alat bantu pengembangan profesional yang berkelanjutan.
2. Portfolio Asesmen (Assessment / Summative Portfolios), yang biasanya digunakan pada
proses evaluasi formal.
3. Portfolio Tenaga Kerja/Job (Employment/Marketing Portfolios), yang digunakan untuk
tujuan pengadaan tenaga kerja.
Pembedaan lain :
1. Working Portfolios
2. Showcase or Best Works Portfolios
3. Assessment Portfolios
Tampak di atas bahwa portfolio dapat dijadikan salah satu bentuk asesmen alternatif. Istilah
asesmen alternatif, asesmen otentik atau asesmen berdasar-kinerja (performance-based
assessments) seringkal digunakan sebagai sinonim (pengertian sama), yaitu berbagai asesmen
performans yang lebih mengutamakan mahasiswa memperlihatkan suatu jawaban, bukannya
memilih suatu jawaban.
Karakteristik jenis asesmen demikian itu ialah :
1. mahasiswa terlibat dalam tugas performans yang berarti
2. terdapat standar dan kriteria yang jelas tentang kinerja yang paling baik (excellence).
3. terdapat penekanan pada metakognisi (metacognition) dan evaluasi diri.
4. mahasiswa menampilkan produk dan performans yang berkualitas.
5. terdapat interaksi positif antara orang yang mengases dan yang diases.
Terdapat 2 segi (feature) utama pada asesmen alternatif:
1. semuanya dianggap sebagai alternatif lain daripada tes pilihan ganda tradisional,
standardized achievement tests.
2. semuanya merupakan asesmen langsung mengenai performans mahasiswa untuk tugas
signifikan yang relevan dengan kehidupan di luar sekolah.
Perbandingan ketiga bentuk asesmen (Burke K.,1998 dan Fogarty R.,1998 ) :
Asesmen tradisional (Traditional Assessments), difokuskan pada nilai (grade) dan kedudukan
(ranking), pengetahuan, kurikulum, dan ketrampilan, yang diimplementasikan melalui
asesmen di kelas (test, kuis, tugas pekerjaan rumah), dan tes baku (PAN atau PAP).
Asesmen Performans (Performance Assessments), yang difokuskan pada hasil dan standar
yang dapat diamati, aplikasi dan transfer yang diimplementasikan sesuai standar, tugas,
kriteria dan rubrik penskoran.
Asesmen Portfolio (Portfolio Assessments), dengan fokus pada pertumbuhan (growth) dan
perkembangan (development) seiring waktu, yang diimplementasikan melalui seleksi,
refleksi, dan pemeriksaan tugas kelas sesuai dengan tujuan dan evaluasi-diri.

14

Asesmen performans difokuskan pada observasi langsung performans mahasiswa. Mahasiswa


menciptakan projek atau menampilkan (perform) tugas-tugas berdasarkan standar, kriteria dan
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dievaluasi menggunakan rubrik penskoran.
Dosen senantiasa dapat mengobservasi mahasiswanya belajar di kelas. Namun untuk
mendokumentasikan pengamatan ini tidaklah gampang dan makan waktu banyak. Akhir-akhir ini
telah dikembangkan berbagai instrumen untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
diamati itu.
Terdapat perbedaan jelas antara Asesmen Performans dan Portfolio. Suatu portfolio merupakan
wadah yang berisi contoh hasilkerja mahasiswa dan dosen yang dinamakan artifak (artifacts), dan
refleksi dari hasilkerja itu yang mentransformasikan artifak menjadi bukti pencapaian hasil
(achievement). Kebanyakan artifak memang dapat dihasilkan melalui asesmen performans yang
disertai evaluasi dan refleksinya
Suatu portfolio berdasarkan-standar (standards-based portfolio) menciptakan hubungan antara
tugas mahasiswa dan asesmen performans beserta pedoman penskorannya, dan standar yang
didesain untuk ditampilkannya.
Definisi Portfolio Elektronik
Portfolio elektronik menggunakan teknologi elektronik. Pengumpulan dan pengorganisasian
artifak dapat dilakukan menggunakan berbagai tipe media ( audio, video, grafis, atau teks). Suatu
portfolio berdasar-standar menggunakan database atau hypertext links untuk memperlihatkan
hubungan antara standar atau tujuan (goal), artifak dan refleksi. Refleksi peserta didik itu
merupakan dasar pemikiran (rationale), bahwa artifak khusus merupakan bukti pencapaian
standar atau tujuan yang telah ditetapkan.
Sering disamakan pengertian Electronic portfolio dan Digital portfolio, namun terdapat
perbedaan. Suatu Portfolio elektronik berisi artifak yang bentuknya analog, misalnya pita video
atau bentuk yang dapat dibaca oleh komputer. Pada Digital portfolio semua artifak telah diubah
menjadi bentuk yang dapat terbaca-komputer. Portfolio elektronik bukan merupakan koleksi
artifak sembarangan, melainkan merupakan alat reflektif yang memperlihatkan pertumbuhan
(perkembangan) seiring waktu.
Koleksi (collection)
Hampir semua definisi mengandung kata collection. Koleksi tugas /pekerjaan dapat berbentuk
folder, kumpulan catatan (scrapbook), atau portfolio. Yang membedakan portfolio elektronik dari
kumpulan catatan digital atau resume online ialah pengorganisasian portfolio yang merangkum
suatu perangkat standar atau tujuan pendidikan, bersama refleksi peserta didik, baik tentang
pencapaian mereka terhadap standar dan dasar pemikiran untuk pemilahan artifak khusus,
maupun refleksi keseluruhan terhadap portfolio secara keseluruhan.
Keuntungan pengembangan portfolio elektronik untuk mahasiswa atau dosen meliputi :
Ruang penyimpanan yang minim.
Mudah menciptakan fail backup
Dapat dibawa-bawa
15

Masa berlaku yang panjang


Berorientasi-peserta didik
Meningkatkan ketrampilan elektronik
Melalui hubungan hypertext lebih mudah berargumentasi tentang tercapainya standar tertentu
Mudah diakses (khususnya portfolio web)
Proses Pengembangan Portfolio Elektronik

Menciptakan portfolio tampaknya menakutkan, namun akan tampak lebih mudah apabila
melihatnya sebagai suatu rangkaian tahapan, setiap tahapan disertai tujuan, dan kegiatannya yang
memerlukan berbagai software yang berbeda.
Proses Pengembangan Multimedia
Dikatakan bahwa mencipta portfolio elektronik dapat mengembangkan ketrampilan teknologi
multimedia dari dosen maupun mahasiswa.
Proses pengembangan mutimedia meliputi tahapan berikut (Ivers & Barron, 1998):
Mengases/ Memutuskan (Assess/Decide). Fokus di sini ialah mengidentifikasi kebutuhan
(needs assessment) pelanggan, perumusan tujuan, dan memilih instrumen yang sesuai untuk
presentasi akhir portfolio.
Merancang/Merencanakan (Design/Plan). Fokus di sini ialah pada pengorganisasian atau
perancangan presentasi. Menetapkan isi sesuai kebutuhan pelanggan, perangkat lunak, media
penyimpanan, dan urutan presentasi. Mengkonstruksi bagan alir (flow charts) dan menulis
storyboard.
Mengembangkan. Mengumpulkan materi yang akan digunakan dalam presentasi, dan
mengorganisasikannya menurut urutan (sequence) atau menggunakan hyperlinks untuk
presentasi materi yang terbaik menggunakan program multimedia tertentu
Implementasi (Implement). Mempresentasikan portfolio itu kepada audiens.
Mengevaluasi (Evaluate). Tahap akhir pengembangan multimedia ini difokuskan pada
evaluasi keefektifan presentasi sesuai dengan maksud dan untuk tujuan asesmen.
Proses Pengembangan Portfolio
Setiap tahap pada proses pengembangan portfolio akan membantu pengembangan profesional
dosen dan kemampuan belajar seumur hidup pada mahasiswa. Berikut ini ialah Proses
Pengembangan Portfolio menurut Danielson dan Abrutyn (1997) :

Pengumpulan (Collection) dosen dan mahasiswa belajar menyimpan artifak (produk


hasilkerja) yang mewakili keberhasilan (dan kesempatan berkembang) melalui pembelajaran
sehari-hari.
Pemilahan (Selection) dosen dan mahasiswa merview dan mengevaluasi artifak yang telah
disimpan, dan mengidentifikasi artifak yang memperlihatkan pencapaian suatu standar yang
spesifik.

16

Refleksi (reflection) dosen dan mahasiswa menjadi praktisi reflektif, dengan mengevaluasi
pertumbuhannya sendiri seiring waktu, dan pencapaian mereka terhadap standar, maupun
ketimpangan (gap) pada perkembangannya.
Proyeksi (Projection or Direction) dosen dan mahasiswa membandingkan refleksi mereka
terhadap standar dan indikator performans, dan merumuskan tujuan pembelajaran untuk masa
yang akan datang. Tahap inilah yang menyebabkan pengembangan portfolio itu menjadi suatu
pengembangan profesional dan mendukung pembelajaran seumur hidup.
Presentasi (Presentation) dosen dan mahasiswa bertukar pengalaman dengan kolega (peer).
Tahap ini merupakan tahapan dimana dapat dirumuskan komitmen umum untuk mendorong
kerjasama dan komitmen dalam hal pengembanganprofesional dan pembelajaran seumur
hidup.

Dengan menggabungkan Proses Pengembangan Mutimedia dan Proses Pengembangan


Portfolio, maka dirumuskan 5 tahap Pengembangan Portfolio Elektronik sebagai berikut :
1. Mendefinisikan Tujuan dan Konteks Portfolio ( Context & Goals)
Tugas utama pada langkah pertama ialah mengidentifikasi konteks asesmen, termasuk
maksud (purpose) portfolio. Selanjutnya mengidentifikasi tujuan yang akan dicapai portfolio.
Langkah penting ini juga menetapkan konteks asesmen dan membantu merangkum proses
pengembangan portfolio selanjutnya..
2. Portfolio Kerja (Working Portfolio)
Proses pengembangan portfolio elektronik tahapan ini memakan waktu yangpaling banyak,
sehingga dinamakan juga Becoming a Digital Packrat. Dengan mengetahui tujuan atau
standar yang akanditampilkan, akan membantu pada pengumpulan jenis artifak portfolio ya
ng selanjutnya dipilah-pilah. Kemudian dipilih instrumen pengembangan software yang
paling sesuai dengan konteks portfolio dan sumberdaya yang tersedia. Seperti halnya ada
yang mengatakan bahwa media merupakan pesan, maka software yang dipilih untuk
menciptakan portfolio itu akan mengontrol, membatasi, atau memperluas proses
pengembangan portfolio. Bentuknya pun harus sesuai mengikuti kesesuaian fungsinya, dan
software portfolio elektronik harus sesuai dengan visi dan gaya si pengembang portfolio.
Gunakanlah instrumen software apapun yang saat ini digunakan untuk mengumpulkan
artifak, menyimpannya dalam harddisc, server, atau videotape. Buatkan folder elektronik
untuk setiap standar dalam mengorganisasikan artifak (semua jenis dokumen elektronik), lalu
gunakan software word processor, database, hypermedia, atau slide show untuk
mengartikulasikan tujuan/standar yang akan didemonstrasikan pada portfolio, dan untuk
mengorganisasikan artifak. Identifikasilah media penyimpanan (storage) dan media presentasi
yang paling cocok dengan situasi itu(misalnya, harddisk komputer, videotape, jaringan lokal,
WWW server, CD-ROM, dsb.nya. Terdapat pula banyak pilihan lain, tergantung dari
software yang dipilih.
Kumpulkan materi multimedia yang mewakili pencapaian hasil. Perlu dikumpulkan artifak
dari berbagai waktu yang berbeda untuk menunjukkan pertumbuhan dan pembelajaran yang
telah berlangsung. Tuliskan pernyataan reflektif pendek untuk setiap artifak yang disimpan
untuk melihat signifikansinya pada waktu diciptakan

17

3. Portfolio Refleksi (The Reflective Portfolio)


Tahapan proses pengembangan portfolio ini biasanya mendahului review evaluasi (untuk
portfolio sumatif) atau lamaran pekerjaan (untuk portfolio pemasaran). Pada portfolio
formatif, secara khas refleksi terlihat pada titik signifikan selama proses pembelajaran, dan
ditambahkan segera seperti tercantum pada tahapan sebelum ini. Refleksi terhadap pekerjaan
seseorang sangat diperlukan jika pemilik portfolio ingin mempelajari proses.
Berikut ini terdapat 3 pertanyaan sederhana yang dapat menjelaskan proses reflektif ini :
1. What
2. So what
3. Now what
Untuk menggunakan pertanyaan ini, mula-mula mahasiswa perlu meringkas artifak yang
mendokumentasikan pengalaman untuk dapat menjawab pertanyaan What. Selanjutnya
mahasiswa perlu merefleksikan apa yang telah dipelajarinya dan bagaimana hal ini memenuhi
standar, untuk menjawab pertanyaan So what. Ketiga mahasiswa perlu menyampaikan
implikasi untuk pembelajaran berikut yang diperlukan, dan menetapkan perbaikan dan
adaptasidalam menjawab pertanyaan Now what
Proses penetapan tujuan pembelajaran di masa depan ini menjadikan pengembangan portfolio
itu sebagai suatu alat yang sangat penting pada pengembanganprofesional. Karena itu
pertanyaan Now what menjadi sangat penting. Komitmen semi-publik terhadap
pengembangan tujuan profesional dapat menjadi motivasi untuk bekerja dalam bidang ini.
Dikatakan bahwa sistem portfolio profesional mengundang dosen untuk menjadi arsitek dari
pengembangan profesionalnya sendiri.
4. Portfolio Penghubung (The Connected Portfolio)
Sampai batas tertentu tahapan sangat khas pada portfolio elektronik, karena kapabilitas
software untuk menciptakan hypertext links antara dokumen, secara lokal atau melalui
internet. Pada tahap ini diciptakan hubungan hiperteks antara tujuan, contoh hasilkerja,
rubrik, dan refleksi. Selanjutnya dimasukkan artifak multimedia yang sesuai. Buatlah daftar
isi untuk membentuk struktur portfolio, gunakan kemampuan Word atau Power Point, atau
pengorganisasian grafis AND yang memberikan garisbesar Inspiration.
Pemilihan software dapat membatasi atau memperluas proses pengembangan dan kualitas
produk akhir. Paket software yang berbeda, masing-masing mempunyai karakteristik khas
tersendiri yang dapat membatasi atau memperluas pilihan portfolio elektronik. Penting sekali
untuk memilih software yang memungkinkan kemudahan menciptakan hypertext links, agar
dapat dihubungkan antara pencapaian hasil dengan tujuan dan refleksi, dan mengidentifikasi
suatu pola melalui proses linkingini
Proses penciptaan portfolio dengan hypertext links diperlukan pada proses asesmen sumatif.
Apabila menggunakan portfolio pada asesmen, maka transformasi artifak menjadi bukti
itu tidak akan jelas. Menghubungkan refleksi dengan artifak menjadikan proses berpikir ini
lebih eksplisit. Kemampuan untuk menciptakan hubungan dari berbagai perspektif (dan
18

berbagai tujuan) juga akan memperbaiki kelinieran dari portfolio kertas 2 dimensi dengan
menjadikannya satu artifak untuk mendemonstrasikan multiple stndarda ( misalnya, standar
teknologi nasional, standar pembelajaran negara)
Gunakanlah bukti portfolio untuk membuat keputusan dalam pengembangan instruksi/
pembelajaran atau pengembangan profesional.
5. Portfolio Presentasi (The Presentation Portfolio)
Pada tahap ini portfolio direkam dalam media presentasi dan peyimpanan. Hal ini akan
berbeda pada portfolio pekerjaan dan portfolio presentasi atau formal. Media terbaik untuk
portfolio pekerjaan ialah video tape, hard disk computer, ZIP disk, atau server jaringan.
Media terbaik untuk portfolio presentasi atau formal ialah CD-Recordable disc, WWW
server, atau video disc.
Presentasikan portfolio di hadapan audiens sebenarnya atau simulasi, lalu rayakan
keberhasilan yang telah dicapai. Hal ini merupakanstrategi individual tergantung konteksnya,
dan kesempatan bagi para profesional untuk mendiskusikan portfolio pembelajarnnya dengan
kolega untuk memperoleh balikan dan kerjasama pada evaluasi-diri. Komitmen-publik ini
akan memberikan motivasi dalam menjalankan rencana pengembangan profesional dari suatu
portfolio formatif.
Dilakukan evaluasi terhadap keefektifan portfolio mengenai tujuannya dan untuk konteks
asesmennya. Dalam lingkungan yang terus menerus berkembang, suatu portfolio hendaknya
dilihat sebagai suatu instrumen pembelajaran yang berlangsung terus, yang kefektifannya
perlu direview secara berkala untuk menjamin pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Rekam portfolio dalam CD-ROM, dalam videotape atau kirimkan ke WWW server.
Instrumen Pengembangan Portfolio Elektronik
Di samping tahapan pada pengembangan portfolio, terdapat sekurang-kurangnya 5 tahapan
pengembangan portfolio elektronik, masing-masing dengan derajat ekspektasinya tersendiri, dan
usulan strategi software pada setiap tahap, tergantung pada ketrampilan teknologi mahasiswa dan
dosen pengembang portfolio :
1. Tidak ada artifak digital. Terdapat beberapa artifak videotape
2. Word processor atau file lain yang biasa digunakan yang tersimpan dalam folder
elektronik pada hard drive, floppy diskette atau LAN server.
3. Database, hypermedia atau slide shows (Power Point), tersimpan dalam harddrive, ZIP,
floppy disc atau LAN server.
4. Portable Document Format (Adobe Acrobat PDF files), tersimpan dalam harddisk, ZIP,
JAZ, CD-R/W, atau LAN server
5. HTNL-based web pages, yang dibuat dengan web authoring program atau WWW
server.
6. Multimedia authoring program, misalnya Macromedia Authorware dalam CD-R/W atau
format WWW
19

Common Tools & Customized System Approach


Seperti terlihat di atas, terdapat berbagai strategi untuk mengembangkan portfolio elektronik,
yang dapat dibagi dalam 2 pendekatan umum : common tools approach , pendekatan instrumen
biasa, dan customized system approach yang meliputi perancangan sistem jaringan atau membeli
paket software paten atau online service.
Common Tools Approach :
Portfolio dikembangkan menggunakan refleksi dan artifak yang lebih mendekati pengembangan
tradisional dengan fail arsip. Struktur portfolio ikut ditentukan oleh peserta didik atau software
agar kefleksibelan dan kreativitasnya maksimum. Biaya untuik peralatan atau software relatif
rendah, tapi diperlukan biaya besar untuk pelatihan. Mahasiswa dapat melanjutkan
pengembangan portfolionya setelah lulus.
Di pasaran terdapat program portfolio elektronik komersial yang cukup baik, namun portolio ini
mencerminkan gaya si pembuatnya, atau kendala keterbatasan struktur softwarenya. Kebanyakan
pendidikan yang ingin mengembangkan portfolio untuk pembelajarannya di kelas atau untuk diri
sendiri cenderung mendesain sendiri, menggunakan software sendiri atau strategi umum.
Instrumen umum untuk ini ialah database yang terkait, hypermedia cardsoftware, mutimedia
authoring software, World Wide Web (WWW, HTML) pages, Adobe Acrobat (PDF files), Office
Suite software, multimedia slide shows, dan digital atau analog video.
Customized Systems Approach
Portfolio juga dikembangkan sebagai online record-keeping systems, yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan refleksi dan artifak. Biasanya ini sangat terstruktur dengan menggunakan online
database, sehingga terbatas fleksibilitas dan kreativitas peserta didik. Memerlukan biaya tinggi
untuk peralatan, network server dan pengembangan software. Biaya pelatihan mungkin rendah,
tergantung pada desain sistem. Persoalan di sini hanyalah apakah mahasiswa dapat terus
mengembangkan portfolionya setelah lulus.
Ringkasan
Terdapat banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mengembangkan portfolio elektronik
melalui tahap-tahap ayng sudah dibicarakan sebelum ini. Nilai tambah pada penciptaan portfolio
elektronik hendaknya melebihi usaha yang telah dilakukan, dan pengajar hendaknya
menggunakan pendekatan teknologi konservatif pada penggunaan portfolio mereka. Hendaknya
proses tetap sederhana pada awal pengerjaan dengan menggunakan software yang dikenal. Dan
yang terpenting, portfolio elektronik harus memperlihatkan hasil pencapaian (achievement)
peserta didik, dan kemampuan pengembangan pada penggunaan teknologi untuk mendukung
pembelajaran seumur hidup.

20

Anda mungkin juga menyukai