Anda di halaman 1dari 7

TUGAS REVIEW USAHA TANI

USAHA TANI DI NEGARA BERKEMBANG

Oleh :
NAMA

Rizka Safira Junitasari

NIM

: 155040100111105

KELAS

:D

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

Meragamkan Usaha Tani Kecil di Kamboja

Padi adalah tanaman terpenting di Kamboja. Sebagian besar petani


bergantung pada padi untuk ketahanan pangannya. Sejak awal 80-an, berbagai
usaha

dilakukan

untuk

membangkitkan

kembali

sistem

pertanian

dan

infrastruktur, setelah terpuruk akibat puluhan tahun perang saudara. Usaha ini
difokuskan pada produksi beras, pengembangan varietas padi, dan perbaikan
sistem irigasi. Hasilnya, sejak tahun 1995, Kamboja mencapai surplus beras
dalam jumlah kecil tiap tahunnya.
Namun, analisis situasi di tingkat lokal menunjukkan gambaran negatif.
Hampir setengah dari 24 provinsi di Kamboja mengalami kekurangan pangan.
Banyak keluarga tak mampu memproduksi cukup beras untuk konsumsi sendiri.
Akibatnya terjadi banyak malnutrisi kronis pada anak-anak. Selain itu, lahan
makin sulit akibat populasi penduduk yang tumbuh dengan cepat.
Sistem pertanian Kamboja perlu diragamkan agar lebih banyak jenis
tanaman dan ternak yang diproduksi. Dengan begitu ketahanan pangan terjamin,
produksi meningkat, dan ada perbaikan lingkungan. Sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) lokal bernama PADEK membantu petani meningkatkan
ketahanan pangannya. LSM ini memberikan kredit lunak melalui kelompokkelompok bantuan mandiri. Mereka juga membentuk jaringan Penyuluhan
Pertanian Berbasis Masyarakat beranggotakan ahli pertanian, peternakan, dan
perikanan berkelanjutan.
Artikel ini memaparkan pengalaman tiga petani Kamboja yang menerima
pelatihan dan dukungan dari PADEK untuk meragamkan dan memperbaiki sistem
pertanian mereka. Khut Khoeun Khut Khoeun tinggal bersama istri, empat anak
perempuan, dua anak laki-laki, dan dua cucu di Kabupaten Romchek, Provinsi
Prey Veng, Kamboja tenggara. Pertanian mereka sudah berumur dua puluh tahun.
Selama itu pula mereka hanya menanam padi dan berjuang untuk mendapatkan
makanan yang cukup. Jumlah anggota keluarga terus bertambah tetapi ukuran
lahannya tak berubah. Khoeun sadar mereka harus memperbaiki sistem pertanian

agar dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga, membiayai pendidikan anakanak dan kesehatan, serta menambah aset keluarga.
Tahun 2002, PADEK mulai bekerja di Kabupaten Romchek. Mereka
melatih petani tentang cara-cara baru produksi tanaman dan ternak, pembuatan
kompos, dan keuntungan pertanian ekologis. Keluarga Khoeun mencoba teknikteknik tersebut dan sejak saat itulah mereka terus mencoba dan memperbaiki
usaha pertanian mereka. Mereka mengubah lahan pertaniannya menjadi rangkaian
parit, kolam, sawah, dan pematang tempat menanam berbagai macam buahbuahan, sayur-mayur, serta memelihara ternak.
Semua panen beras dari 2,1 hektar sawah mereka, dipakai memenuhi
kebutuhan pangan keluarga. Mereka juga menanam walangan (Eryngium
foetidum), singkong, labu, cabai, dan serai (Cymbopogon citratus) untuk
tambahan pendapatan. Mereka juga memelihara sapi, babi, bebek, dan ikan. Sapi
untuk membajak sawah dan kotorannya untuk kompos. Babi dan bebek untuk
konsumsi keluarga . Dua jenis ikan, karper dan tawes dipelihara di kolam-kolam
yang terletak di kebun. Kolam diberi kotoran hewan secara berkala untuk
merangsang pertumbuhan duckweed dan tumbuhan air lainnya untuk pakan ikan.
Kheit Leam Kheit Leam tinggal bersama istri, tiga anak laki-laki, satu
anak perempuan, satu menantu, dan tiga cucu di Kabupaten Por Chamroeun,
Provinsi Kampong Speu, Kamboja selatan. Mereka menjadi anggota kelompok
bantuan mandiri sejak tahun 1995. Menurut Leam kelompok bantuan mandiri
adalah cara yang sangat baik untuk menabung, meminjam uang, serta membantu
orang yang membutuhkan. Anggota kelompok bertemu tiap bulan untuk
mengumpulkan uang bagi dana kelompok yang dapat dipinjam oleh anggota.
Pertemuan ini juga menjadi kesempatan saling berbagi teknik-teknik pertanian
baru dan saling belajar. Keluarga Leam menggunakan pinjaman kelompok dan
tabungan mereka untuk membeli penggilingan beras, babi, dan ayam. Beternak
ayam dan babi kini menjadi salah satu kegiatan utama mereka untuk mencari
nafkah.
Sebelum tahun 1995, ketahanan pangan keluarga ini tidak terlalu baik.
Mereka hanya menanam padi. Pendapatan tambahan sangat bergantung pada
usaha mengumpulkan kayu bakar dari hutan. Setelah PADEK memperkenalkan

kelompok bantuan mandiri dan teknik pertanian baru di daerah tersebut, keluarga
ini mulai mengubah sawahnya menjadi kebun sayuran, pohon buah-buahan, dan
kolam untuk irigasi. Mereka mulai menanam jenis tanaman baru, seperti kacang
tanah, semangka, mentimun, tiger paw yam (Dioscorea sp.), dan kacang panjang
serta memelihara ayam, babi, dan sapi.
Kini mereka mengolah sawah seluas 0,82 hektar dengan sangat intensif.
Tahun 2003, mereka mencoba Sistem Intensikasi Padi (SRI). Hasil panen pun
meningkat sebesar 3.500 kg/ha, hampir dua kali dari rata-rata panen padi nasional.
Mereka juga mengurangi penggunaan pupuk NPK dari 150 kg menjadi 50 kg,
dengan meningkatkan penggunaan kompos.
Kroch Khorn Kroch Khorn tinggal bersama istri dan empat anak di
Kabupaten Leang Dai, Provinsi Siem Reap, Kamboja barat laut. Mereka pindah
ke daerah tersebut tahun 1983 karena butuh lahan pertanian yang lebih luas.
Selama bertahun-tahun mereka harus berjuang karena pasokan air kurang, tanah
kurang subur, dan adanya konflik. Keadaan membaik akhir tahun 90-an ketika
konflik berakhir. Tahun 1999 mereka bergabung dengan kelompok bantuan
mandiri. Mereka bisa menabung serta meminjam uang untuk memperbaiki
kegiatan pertanian dan aset rumah tangga. Sebagian besar ternak dan tanaman di
sawah dan kebun mereka dikonsumsi sendiri. Setelah ketahanan pangan
meningkat, mereka mulai menanam tanaman lain untuk tambahan pendapatan.
Tahun 2004 keluarga tersebut membuat sumur pompa di kebun. Mereka
lalu mulai menanam sayuran bebas pestisida untuk hotel-hotel di Siem Reap.
Tahun pertama, mereka memperoleh laba yang banyak. Namun, panen padi pada
tahun 2004 sangat rendah karena kekeringan, diperparah dengan tenaga kerja dan
kompos yang sangat sedikit. Keluarga itu memelihara sapi, babi, ayam, dan
bebek. Sapi untuk membajak sawah dan hewan lain untuk konsumsi keluarga,
walau kadang terpaksa dijual jika keluarga itu membutuhkan pendapatan
tambahan.
Keberlanjutan Sistem Pertanian di Kamboja agar berkelanjutan, pertanian
harus berjalan secara ekonomis, ramah lingkungan, dan dapat diterima
masyarakat. Karena itu, sistem pertanian berkelanjutan di sebuah lokasi atau
masyarakat belum tentu cocok di tempat lain.

Kriteria Budi Daya Berkelanjutan Kriteria untuk padi: Menggunakan 5


10

ton/ha

kompos

bermutu

setiap

tahun,

menanam

tanaman

pupuk

hijau/kacangkacangan sebelum atau sesudah budi daya padi, membajak tunggul


padi ke dalam sawah (tidak membakarnya), jerami padi dijadikan kompos atau
pakan ternak, kotoran hewan dijadikan kompos, pupuk kimia dikurangi-diganti
pupuk organik, serta pendauran hara.
Petani juga wajib menggunakan pestisida organik (bukan pestisida kimia),
menerapkan prinsip-prinsip Sistem Intensikasi Padi (SRI), menyimpan benih
sendiri untuk ditanam setiap tahun, dan membuat sistem irigasi yang terdiri atas
kolam dan parit terintegrasi pada lahan pertanian. Hasil panen lebih besar dari 2
ton/hektar, serta laba lebih besar daripada 1 Dolar AS (atau sekitar Rp 11.500) per
hari kerja.
Kriteria untuk tanaman sekunder (sayur dan buah): Menanam berbagai
jenis pohon dan tanaman untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, sinar
matahari, hara, dan air. Menggunakan lebih dari 510 ton/ha kompos bermutu
setiap tahun, menggunakan kompos cair, Mikroorganisme Efektif (EM), dan
Ekstrak Biologis (BE). Melakukan rotasi tanaman pada berbagai lahan,
menggunakan mulsa untuk melindungi
tanah dan menahan air. Sisa tanaman dijadikan kompos atau pakan ternak.
Kotoran hewan dijadikan kompos.
Petani juga wajib menanam tanaman pupuk hijau di lahan setiap tahun,
mengurangi pupuk kimia dan diganti dengan pupuk organik. Melakukan
pendauran hara, menggunakan pestisida organik (bukan kimia), menyimpan benih
sendiri untuk ditanam setiap tahun, membuat sistem irigasi yang terdiri atas kolam
dan parit terintegrasi pada lahan pertanian, serta laba lebih besar daripada 1 Dolar
AS (atau sekitar Rp 11.500) per hari kerja.
Kriteria untuk peternakan:

Ternak ditempatkan dalam kandang yang

sesuai yang dibersihkan secara teratur. Kotoran ternak digunakan dalam


biodigester, kolam ikan, atau dibuat kompos. Ternak divaksinasi untuk mencegah
penyakit-penyakit umum. Ternak diberi pakan bergizi berupa rumput yang
tersedia secara lokal, serta laba lebih besar daripada 1 Dolar AS per hari kerja.
Kriteria untuk perikanan: Memelihara berbagai jenis ikan di kolam yang

terintegrasi dengan kebun, sawah, atau kandang ternak. Kolam berisi air selama
lebih dari 6 bulan dalam setahun. Menggunakan pakan yang tersedia secara lokal
seperti duckweed, dedak, dan toplankton, serta laba lebih besar daripada 1 Dolar
AS per hari kerja.
PADEK mengembangkan kriteria berkelanjutan untuk sistem pertanian
keluarga di Kamboja.Tujuannya untuk menilai efektivitas program ketahanan
pangan mereka. Kriteria ini bukan jawaban pasti mengenai keberlanjutan sebuah
sistem pertanian, tetapi memberikan indikasi kemajuan dan menunjukkan hal-hal
yang dapat diperbaiki pada masa mendatang. Kriteria tersebut digunakan untuk
membandingkan ketiga sistem pertanian yang dilakukan oleh ketiga petani.
Khut Khoeun dan Kheit Leam memperoleh laba sebesar 1 Dolar AS per
hari kerja untuk sawah mereka, sementara sawah Kroch Khorn dapat diperbaiki
dengan lebih memperhatikan kesuburan tanah dan pengelolaan air. Untuk tanaman
sekunder, Khut Khoeun dan dua anggota keluarganya masingmasing mendapat
laba 1,2 Dolar AS (sekitar Rp 13.800) per hari. Sementara Leam dan Khorn tidak
bekerja penuh waktu dan memperoleh laba lebih sedikit daripada Khoeun.

REVIEW ARTIKEL
Beberapa usaha dilakukan negara Kamboja dalam membangkitkan
kembali sistem pertanian dan infrastruktur. Usaha ini difokuskan pada produksi
beras, pengembangan varietas padi, dan perbaikan sistem irigasi. Dan pada tahun
1995, Kamboja mencapai surplus beras dalam jumlah kecil tiap tahunnya. Namun,
analisis situasi di tingkat lokal menunjukkan gambaran negatif. Hampir setengah

dari 24 provinsi di Kamboja mengalami kekurangan pangan. Banyak keluarga tak


mampu memproduksi cukup beras untuk konsumsi sendiri.
Dalam menangani permasalahan tersebut, sebuah lembaga swadaya
masyarakat (LSM) lokal bernama PADEK membantu petani meningkatkan
ketahanan pangannya. LSM ini memberikan kredit lunak melalui kelompokkelompok bantuan mandiri. Mereka juga membentuk jaringan Penyuluhan
Pertanian Berbasis Masyarakat beranggotakan ahli pertanian, peternakan, dan
perikanan berkelanjutan.
Tiga keluarga petani pada studi kasus ini memiliki sistem pertanian dan
strategi pendapatan tambahan yang berbeda. Namun mereka menunjukkan bahwa
dengan kerja keras, perencanaan cermat, dan penganekaragaman serta integrasi
tanaman dan ternak, penghidupan yang layak dan pemenuhan kebutuhan dapat
diperoleh. Mereka juga mengurangi penggunaan input pertanian luar seperti
pupuk dan pestisida kimia. Mereka juga menunjukkan pentingnya kerja sama
dengan teman dan tetangga serta berbagi gagasan maupun sumber daya untuk
memperbaiki kehidupan semua orang di komunitas mereka.
Penganekaragaman usaha pertanian mungkin meningkatkan beban kerja
bagi keluarga. Ketiga keluarga pada studi ini tidak menganggap tambahan
pekerjaan sebagai hambatan. Namun, banyak petani di daerah itu tidak bekerja
setahun penuh di lahan pertanian. Kaum pria sering pergi ke kota pada musim
kemarau untuk mencari pekerjaan. Mengusahakan sayur-mayur, pohon buah, serta
ternak, dapat memungkinkan para petani tetap tinggal bekerja di lahan mereka
pada musim kemarau. Hal ini mendatangkan pendapatan tanpa harus bergantung
pada peluang pekerjaan di kota.

Anda mungkin juga menyukai