Anda di halaman 1dari 23

KEADAAN UMUM

3.1. Kondisi Wilayah

Peternakan sapi yang dikunjungi terletak di desa Pemenang barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten
Lombok Utara, Nusa Tenggara barat, Indonesia. Desa pemenang barat berbatasan dengan sebelah Utara
laut atau desa Gili indan, sebelah timur desa pemenang timur, sebelah selatan desa lebah sari batu layar,
dan sebelah barat desa malaka. Desa pemenang mempunyai potensi sebagi daerah wisata karena
terletak pesisir pantai. Daerah ini memiliki suhu rata-rata harian 27'C pada situasi normal sehingga cocok
untuk beternak sapi.

Desa pemenang barat merupakan salah satu desa dari empat desa yang ada di kecamatan pemenang.
Desa pemenang barat terdiri dari 23 dusun dengan jumlah penduduk pada tahun 2018 sekitar 16.375
jiwa. Penduduk desa pemenang barat sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan
peternak. Namun, dikarenakan pemenang merupakan daerah wisata banyak juga penduduk yang bekerja
sebagai pedagang.

3.2. Kondisi Peternakan

Kondisi peternakan sangat layak untuk dijadikan peternakan dengan ketersediaan air yang cukup dan
tersedia sepanjang tahun, suhu udara yang rendah, curah hujan yang tinggi menyebabkan ternak dapat
tumbuh dengan baik. Keterediaan pakan cukup memadai karena stok pakan sering di stok dari para
penjual pakan dan para peternak sering menggunakan pakan limbah industri sehingga lebih
menguntungkan, daerah yang berdekatan dengan kandang sapi perah sehingga kotoran ternak babi
dapat langsung digunakan sebagai pupuk kandang untuk rumput dan tanaman lainnya dengan demikian
dengan adanya peternakan babi sangat menguntungkan juga bagi peternak lainnya.

3.3. Potensi Daerah (SDA)

Berdasarkan observasi lapangan dari beberapa peternakan babi di desa Ngelo yang telah dikunjungi
diperoleh data bahwa jumlah ternak di peternakan milik Bapak Haryanto sebanyak 2.000 ekor,
peternakan milik Bapak Kohwi sebanyak 6.000 ekor, peternakan milik Bapak Jefri sebanyak 4.000 ekor.
Kandang yang digunakan pada daerah peternakan babi yaitu letak kandang induk bunting yang
berdekatan dengan mess atau kantor sehingga mempermudah dalam pengawasan. Perkandang ternak
babi penggemukan yang berdekatan dengan gudang pakan sehingga memudahkan untuk pemberian
pakan secara maksimal. Tipe kandang sudah disesuaikan umur sehingga lebih mudah dalam pemberian
pakan. Ukuran palung pakan sudah disesuiakan disesuaikan dengan umur sehingga mempermudah
ternak untuk makan. Tetapi, kandang untuk penggemukan terlalu padat, tempat pakan kurang luas
dibandingkan dengan populasi kandang. Kondisi wilayah sekitar peternakan babi sangat berpoternsi
menghasilkan sumber daya alam yang dibutuhkan bagi kelangsungan usaha peternakan seperti
ketersediaan air yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan ternak, akses transportasi yang
mudah dijangkau dan lahan yang masih luas untuk pembangunan peternakan serta suhu wilayah
limbangan yang mendukung adanya peternakan di derah tersebut.

3.4. Masalah Yang Ditemukan

Berdasarkan observasi lapangan, survei serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh beberapa
masalah yang muncul antara lain mengenai tidak adanya penanganan lanjut terhadap limbah kotoran
dari ternak tersebut. Dari penanganan yang minim terhadap limbah kotoran ternak tersebut sehingga
muncul juga permasalahan–permasalahan yang berkaitan terhadap penyakit yang menyerang ternak
tersebut. Misalnya, penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada ternak dan kerugian serius pada peternak, selain itu akan dikhawatirkan penanganan
limbah yang masih tergolong minim ini akan mengakibatkan penyakit yang lebih berbahaya lagi pada
ternak dan juga akan menggangu aktifitas di peternakan tersebut.

BAB IV

PERUMUSAN MASALAH

4.1. Identifikasi masalah

Berdasarkan observasi lapangan di lima Peternakan yang kunjungi bahwa masalah yang dihadapi oleh
para peternak babi yang kami kunjungi di desa Ngelo, Getasan adalah penyakit mikoplasma, apipi, dan
kolera.Hal tersebut menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak karena menyebabkan kematian.
Selain itu, saat harga daging babi menurun meyebabkan kerugian besar pada peternak karena jumlah
permintaan babi berkurang drastis sehingga peternak harus menurunkan harga. Hal ini membuat
peternak mengurangi jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kotoran babi dari peternak banyak yang
belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga menyebabkan bau yang kurang sedap. Akan tetapi
kotoran yang dibiarkan saja menguntungkan bagi peternak sapi karena membuat tanaman pakan
menjadi lebih subur, dengan demikian perlu adanya modifikasi penanganan kotoran babi yang
harapannya dapat dimanfaatkan secara optimal, menguntungkan peternak babi, kotoran tetap bisa
dibuat pupuk dan tidak mencemari warga sekitar.

4.2. Penetapan Masalah

Penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada ternak
dan kerugian serius pada peternak, serta pemanfaatan kotoran babi yang kurang optimal yang membuat
bau yang kurang sedap pada daerah sekitar kandang.
BAB V

PEMECAHAN MASALAH

5.1. Pemecahan Masalah

Berdasarkan masalah yang dihadapi peternak babi desa Ngelo, dapat dilakukan pemecahan masalah
dengan cara memanfaatkan limbah peternakan babi untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, maka pengembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu
dilakukan sehingga bisa mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, udara
maupun penyebaran penyakit dari kotoran babi. Firdaus (2009) menyatakan bahwa polusi udara berupa
bau menyengat di lingkungan peternakan babi bisa diatasi secara alami dengan menanam jenis-jenis
tanaman berkhasiat aroma terapi dan tanaman-tanaman penyerap gas racun, penerapan teknologi
terapan biogas dari kotoran babi memungkinkan untuk menghasilkan energi sekaligus menurunkan
tingkat polusi udara, untuk pengolahan limbah cair, peternakan babi harus dilengkapi dengan unit
pengolahan limbah seperti septic tank dan pengolahan limbah khusus menjadi pupuk.Pemanfaatan
limbah jugadapat menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis, misalnya dengan mengolah limbah
menjadi pupuk kompos dan biogas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ginting (2007) yang menyatakan
bahwa dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos dan biogas akan membawa keuntungan
dan nilai ekonomis pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan, dapat
digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian, pengganti bahan bakar dan sumber listrik.

Penyakit yang sering terdapat di peternakan babi yaitu penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera. Penyakit
yang menyerang dapat menyebabkan penurunan produksi ternak, bahkan dapat mematikan ternak,
dengan demikian perlu adanya pencegahan penyakit agar ternak dapat berproduksi dengan optimal.
Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa program tata laksana atau pengelolaan penyakit babi
dimaksudkan untuk mencegah berjangkitnya penyakit dan parasit pada peternakan babi dan bukannya
menunggu sampai penyakit itu timbul meraja lela dan kemudian harus diberantas. Kegiatan ini meliputi
isolasi yang cukup memadai pada kandang serta perlatannya, serta program vaksinasi yang
terencana.Riwantoro (2011) menyatakan bahwa kandang harus cukup luas, dibersihkan setiap hari dan
didisinfeksi secara teratur (2 x dalam seminggu) serta memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.

5.2. Pelaksanaan Program Penyuluhan

Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 pukul
11.00 - 13.00 WIB di Gedung E ruang E102 Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.

5.2.1. Materi penyuluhan

Materi yang diberikan pada program penyuluhan di desa Ngelo meliputi cara pengolahan limbah ternak
babi yang baik dan pencegahan penyakit pada babi. Sifat materi penyuluhan berisikan pemecahan
masalah pengolahan limbah ternak dan pencegahan penyakit babi. Pengolahan limbah yang dihasilkan
dapat diolah menjadi pupuk kandang. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan
biosecurity yang ketat serta melakukan vaksinasi untuk memberikan kekebalan kepada ternak.

5.2.2. Media

Media yang dipakai pada penyuluhan adalah folder hal ini dikarenakan para peternak rata–rata sudah
bisa membaca dan menulis. Folder adalah salah satu media informasi penyuluhan pertanian yang
disajikan secara lembaran informasi pertanian dengan bentuk lembaran kertas yang dilipat-lipat sercara
teratur mulai dari 2 lipatan kertas sampai belasan lipatan kertas tergantung dari lebarnya kertas yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut departemen pertanian (1995) yang menyatakan
bahwa folder dapat dibagikan pada setiap orangdengan diberikan penjelasan satu persatu atau secara
bersamaan, sedangkan manfaatnyaadalah materi dapat diberikan secara lebihlengkap, lebih jelas
serta lebih khusus padamateri tertentu serta dapat melengkapi danmemperjelas materi penyuluhan
yang lain.Tulisan pada folder harus sistimatis dan berisikan uraian yang tuntas,jelas,singkat dan padat.
Penyajian folder yang menarik harus dilengkapi dngan foto dan gambar. Folder selain dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pribadi pembaca folder juga dapat digunakan sebagai sumber bacaan
pada kursus tani dan pertemuan kelompok tani.

5.2.3. Metode penyampaian

Metode yang dilakukan untuk memberikan penyuluhan yaitu dengan metode pendekatan kelompok
dengan cara demonstrasi dan ceramah. Hal tersebut lebih efektf dan efisien untuk memberikan
penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993) yang menyatakan bahwa metode
demonstrasi seringkali dipandang sebagai metode yang paling efektif karena dalam kegiatan penyuluhan.
Demonstrasi cara lebih menonjolkan upaya untuk menunjukkan (dalam pengertian melatih) pada
sasaran penyuluhan tentang cara-cara yang benar. Sasaran perlu ditunjukkan bukti nyata, yang dapat
dilihat oleh mereka sendiri. Hal ini bertujuan agar mereka percaya, bila mereka percaya pasti lebih cepat
terdorong untuk mencoba dan terakhir mereka akan mengadopsinya. Mardiana (2011) menambahkan
jika metode penyuluhan massal digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan pesan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dalam jumlah besar pada waktu hampir bersamaan.
Contoh metode ini adalah: pidato dalam pertemuan besar, siaran pedesaan melalui radio dan televisi,
pertunjukkan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran selebaran dari udara, penempelan poster,
pembentangan spanduk dan lain-lain.

5.3. Evaluasi

5.3.1. Pretest

Pretest merupakan suatu bentuk pertanyaan, yang diajukan sebelum melakukan penyuluhan.
Pertanyaan yang ditanyakan adalah materi yang akan diberikan materi penyuluhan (materi baru). Pretest
diberikan dengan tujuan apakah ada diantara peternak ada yang sudah mengetahui mengenai materi
penyuluhan yang akan diberikan (Zulfikri, 2009).

Adapun beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada peternak diantaranya :

1. Apa saja pakan yang diberikan kepada babi ?

2. Berapa kali dalam sehari sanitasi dilakukan ?

3. Bagaimanakah ciri-ciri ternak babi yang sehat ?

4. Jenis penyakit apa saja yang sering menyerang ternak babi ?

5. Dapat dimanfaatkan untuk apa sajakah kotoran ternak babi ?


5.3.2. Post test

Post test merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhandisampaikan. Singkatnya,
post test adalah evalausi akhir saat materi penyuluhan pada hari itu telah diberikan. Seorang penyuluh
memberikan post test dengan maksud apakah peternak sudah mengerti dan memahami mengenai
materi penyuluhan yang baru saja diberikan (Zulfikri, 2009).

Adapun beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada peternak diantaranya :

1. Bagaimana cara pencegahan ternak babi dari penyakit ?

2. Apakah pengertian dari pupuk kandang ?

3. Bagaimana cara pengolahan kotoran babi menjadi pupuk ?

4. Selain dibuat menjadi pupuk, dapat dimanfaatkan sebagai apa sajakah kotoran babi tersebut ?

5.4. Pelaksanaan Program Penyuluhan

Program penyuluhan akan dilakukan pada hari selasa tanggal 17 desember 2013 jam 11.00 sampai 12.45
WIB di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Penyuluhan yang akan diberikan
disusun dalam sebuah naskah sebagai pedoman saat penyuluhan tersebut dilaksanakan. Adapun
gambaran singkat naskah tersebut berisi :

Judul : “Pengolahan Kotoran Ternak Menjadi Pupuk”

Metode : forum diskusi

Media : folder

Petugas : Waya Nesa Lalan Tanod, Arif Nurrohman, Dharma Waskita C.U., Dian Dwi Astuti, Yusuf
Setiyono, Bagus Istifan

Evaluasi : pra, proses, pasca, dan dampak dari pelaksanaan program penyuluhan.

Materi : Naskah penyuluhan ini secara garis besar berisi tentang cara sederhana yang dapat
dilakukan oleh peternak babi untuk mengolah kotoran ternak babi menjadi pupuk. Kotoran ternak jika
masuk kedalam lingkungan air akan mencemari badan air, sebab adanya bakteri E. coli yang terkandung
dalam kotoran ternak menandakan air tersebut sudah tercemar oleh material fecal yaitu materi yang
berada bersama feses babi. Selain itu pembuangan limbah kotoran ternak akan meningkatkan hara
dalam air, hal itu dapat mengakibatkan pendangkalan eutrofikasi, berpengaruh terhadap BOD air, pH, DO
air dan dampak negative lainnya pada ekosistem air. Timbulnya bau karena adanya gas-gas pencemar
yang dihasilkan oleh limbah kotoran ternak itu sendiri misalnya H2S dan metana. Jika kotoran ternak
dibiarkan terurai pada tanah tempat pembuangan kenaikkan suhu penguraian dan perubahan pH akan
berdampak berbahaya bagi organisme sekitarnya. Pengolahan limbah kotoran babi perlu dilakukan untuk
mengatasi dampak negatif dari pencemaran yang ditimbulkan. Salah satu cara penanggulangannya yaitu
dengan teknik pengkomposan karena cara ini sangat praktis, biayanya murah, dapat dilakukan oleh
setiap peternak karena teknologi yang digunakan sederhana. Disamping itu kompos yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman, karena kompos akan meningkatkan kesuburan tanah.
Teknologi atau cara pencegahan yang diberikan juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan formal dan
tingkat pemahaman peternak.

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peternak babi di desa Ngelo bahwa metode yang telah
digunakan dapat dimanfaatkan secara optimal, karena para peternak mampu menyerap informasi yang
telah diberikan dengan baik. Metode folder merupakan metode yang cocok untuk menyampaikan
informasi ke sasaran karena peternak mudah mengerti informasi yang ada pada folder dan terdapat
sedikit gambar yang membuat informasi menjadi menarik. Metode pendekatan kelompok dengan cara
demontrasi dan ceramah dirasa efektif untuk menyampaikan informasi yang diberikan. Masalah utama
yang terdapat pada peternakan babi didaerah Ngelo yaitu tidak dilakukannya pengolahan terhadap
limbah peternakan babi dan selama ini hanya dimanfaatkan sebagai pupuk tanpa pengolahan sehingga
masih mencemari lingukngan dari bau kotoran babi, selain itu perlu adanya perlu biosecurity yang ketat
untuk mencegah penyakit pada peternakan babi.

Saran yang diberikan adalah perlu pembuatan kelompok binanaan baik dari dinas terkait maupun swasta
yang berkompetensi menangani tentang pengolahan kotoran ternak sehingga kotoran ternak dapat
dimanfaatkan secara optimal dan tidak mencemari lingkungan.

Sebelah Utara : Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang

Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali.

Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas kecamatan yang ada di
Kabupaten Semarang. Kecamatan Getasan terdiri dari 13 desa dengan jumlah penduduk sekitar 28.936
jiwa. Penduduk Kecamatan Getasan sebagian besar mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan
buruh tani. Hampir semua penduduk yang bekerja sebagai petani dan buruh tani ini juga mempunyai
usaha lain. Usaha tersebut adalah usaha peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging,
peternakan babi dan usaha lainnya. Gambaran Kecamatan Getasan dilihat dari mata pencaharian
penduduknya dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Getasan Tahun 2011

DESA

MATA PENCAHARIAN

2 ko

10

11

12

13

Kopeng

1219

133

23

77

227
68

20

12

35

98

1918

Batur

1981

171

131

127

27

149

18

718

3340

Tajuk

2309
507

62

209

31

12

28

745

3906

Jetak

3317

55

114

24

69

52

11

7
9

11

3675

Samirono

375

42

87

97

41

12

174

857

Ngelo

2356

607

121

319

7
165

14

19

12

22

474

4116

Polobugo

655

961

254

442

75

38

14

14

356

2819

Manggihan

327
84

73

17

35

41

595

Getasan

336

551

37

61

68

26

17

16
85

347

1552

Wates

1737

92

12

112

36

10

25

2048

Tolokan

1496

29

41

89

6
45

12

17

1749

Ngkrawan

655

24

36

62

14

207

1017

Nogosaren

934
73

14

43

23

233

1344

JUMLAH

17697

3294

867

1699

535

813

153

95

92
261

3430

28936

Sumber : Kecamatan Getasan, 2011, Kecamatan Getasan Dalam Angka 2011

Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, Semarang, hal. 33.

Keterangan :

Mata Pencaharian: (1)Petani, (2)Buruh tani, (3)Buruh industri, (4)Buruh bangunan, (5)Nelayan,
(6)Pengusaha, (7) Pegawai swasta, (8) Perikanan, (9) Pedagang, (10) Angkutan, (11)PNS/ABRI/POLRI,
(12)Pensiunan, (13)Lainnya.

3.2. Kondisi Peternakan

Kondisi peternakan sangat layak untuk dijadikan peternakan dengan ketersediaan air yang cukup dan
tersedia sepanjang tahun, suhu udara yang rendah, curah hujan yang tinggi menyebabkan ternak dapat
tumbuh dengan baik. Keterediaan pakan cukup memadai karena stok pakan sering di stok dari para
penjual pakan dan para peternak sering menggunakan pakan limbah industri sehingga lebih
menguntungkan, daerah yang berdekatan dengan kandang sapi perah sehingga kotoran ternak babi
dapat langsung digunakan sebagai pupuk kandang untuk rumput dan tanaman lainnya dengan demikian
dengan adanya peternakan babi sangat menguntungkan juga bagi peternak lainnya.

3.3. Potensi Daerah (SDA)

Berdasarkan observasi lapangan dari beberapa peternakan babi di desa Ngelo yang telah dikunjungi
diperoleh data bahwa jumlah ternak di peternakan milik Bapak Haryanto sebanyak 2.000 ekor,
peternakan milik Bapak Kohwi sebanyak 6.000 ekor, peternakan milik Bapak Jefri sebanyak 4.000 ekor.
Kandang yang digunakan pada daerah peternakan babi yaitu letak kandang induk bunting yang
berdekatan dengan mess atau kantor sehingga mempermudah dalam pengawasan. Perkandang ternak
babi penggemukan yang berdekatan dengan gudang pakan sehingga memudahkan untuk pemberian
pakan secara maksimal. Tipe kandang sudah disesuaikan umur sehingga lebih mudah dalam pemberian
pakan. Ukuran palung pakan sudah disesuiakan disesuaikan dengan umur sehingga mempermudah
ternak untuk makan. Tetapi, kandang untuk penggemukan terlalu padat, tempat pakan kurang luas
dibandingkan dengan populasi kandang. Kondisi wilayah sekitar peternakan babi sangat berpoternsi
menghasilkan sumber daya alam yang dibutuhkan bagi kelangsungan usaha peternakan seperti
ketersediaan air yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan ternak, akses transportasi yang
mudah dijangkau dan lahan yang masih luas untuk pembangunan peternakan serta suhu wilayah
limbangan yang mendukung adanya peternakan di derah tersebut.

3.4. Masalah Yang Ditemukan

Berdasarkan observasi lapangan, survei serta wawancara yang telah dilakukan diperoleh beberapa
masalah yang muncul antara lain mengenai tidak adanya penanganan lanjut terhadap limbah kotoran
dari ternak tersebut. Dari penanganan yang minim terhadap limbah kotoran ternak tersebut sehingga
muncul juga permasalahan–permasalahan yang berkaitan terhadap penyakit yang menyerang ternak
tersebut. Misalnya, penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera adalah penyakit yang dapat menyebabkan
kematian pada ternak dan kerugian serius pada peternak, selain itu akan dikhawatirkan penanganan
limbah yang masih tergolong minim ini akan mengakibatkan penyakit yang lebih berbahaya lagi pada
ternak dan juga akan menggangu aktifitas di peternakan tersebut.

BAB IV

PERUMUSAN MASALAH

4.1. Identifikasi masalah

Berdasarkan observasi lapangan di lima Peternakan yang kunjungi bahwa masalah yang dihadapi oleh
para peternak babi yang kami kunjungi di desa Ngelo, Getasan adalah penyakit mikoplasma, apipi, dan
kolera.Hal tersebut menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak karena menyebabkan kematian.
Selain itu, saat harga daging babi menurun meyebabkan kerugian besar pada peternak karena jumlah
permintaan babi berkurang drastis sehingga peternak harus menurunkan harga. Hal ini membuat
peternak mengurangi jumlah populasi ternak yang dimiliki. Kotoran babi dari peternak banyak yang
belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga menyebabkan bau yang kurang sedap. Akan tetapi
kotoran yang dibiarkan saja menguntungkan bagi peternak sapi karena membuat tanaman pakan
menjadi lebih subur, dengan demikian perlu adanya modifikasi penanganan kotoran babi yang
harapannya dapat dimanfaatkan secara optimal, menguntungkan peternak babi, kotoran tetap bisa
dibuat pupuk dan tidak mencemari warga sekitar.

4.2. Penetapan Masalah

Penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada ternak
dan kerugian serius pada peternak, serta pemanfaatan kotoran babi yang kurang optimal yang membuat
bau yang kurang sedap pada daerah sekitar kandang.
BAB V

PEMECAHAN MASALAH

5.1. Pemecahan Masalah

Berdasarkan masalah yang dihadapi peternak babi desa Ngelo, dapat dilakukan pemecahan masalah
dengan cara memanfaatkan limbah peternakan babi untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, maka pengembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu
dilakukan sehingga bisa mengurangi tingkat pencemaran lingkungan, baik pencemaran air, udara
maupun penyebaran penyakit dari kotoran babi. Firdaus (2009) menyatakan bahwa polusi udara berupa
bau menyengat di lingkungan peternakan babi bisa diatasi secara alami dengan menanam jenis-jenis
tanaman berkhasiat aroma terapi dan tanaman-tanaman penyerap gas racun, penerapan teknologi
terapan biogas dari kotoran babi memungkinkan untuk menghasilkan energi sekaligus menurunkan
tingkat polusi udara, untuk pengolahan limbah cair, peternakan babi harus dilengkapi dengan unit
pengolahan limbah seperti septic tank dan pengolahan limbah khusus menjadi pupuk.Pemanfaatan
limbah jugadapat menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis, misalnya dengan mengolah limbah
menjadi pupuk kompos dan biogas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ginting (2007) yang menyatakan
bahwa dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos dan biogas akan membawa keuntungan
dan nilai ekonomis pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan, dapat
digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian, pengganti bahan bakar dan sumber listrik.

Penyakit yang sering terdapat di peternakan babi yaitu penyakit mikoplasma, apipi, dan kolera. Penyakit
yang menyerang dapat menyebabkan penurunan produksi ternak, bahkan dapat mematikan ternak,
dengan demikian perlu adanya pencegahan penyakit agar ternak dapat berproduksi dengan optimal.
Blakely dan Bade (1991) menyatakan bahwa program tata laksana atau pengelolaan penyakit babi
dimaksudkan untuk mencegah berjangkitnya penyakit dan parasit pada peternakan babi dan bukannya
menunggu sampai penyakit itu timbul meraja lela dan kemudian harus diberantas. Kegiatan ini meliputi
isolasi yang cukup memadai pada kandang serta perlatannya, serta program vaksinasi yang
terencana.Riwantoro (2011) menyatakan bahwa kandang harus cukup luas, dibersihkan setiap hari dan
didisinfeksi secara teratur (2 x dalam seminggu) serta memiliki ventilasi dan sirkulasi udara yang cukup.

5.2. Pelaksanaan Program Penyuluhan

Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 pukul
11.00 - 13.00 WIB di Gedung E ruang E102 Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang.

5.2.1. Materi penyuluhan

Materi yang diberikan pada program penyuluhan di desa Ngelo meliputi cara pengolahan limbah ternak
babi yang baik dan pencegahan penyakit pada babi. Sifat materi penyuluhan berisikan pemecahan
masalah pengolahan limbah ternak dan pencegahan penyakit babi. Pengolahan limbah yang dihasilkan
dapat diolah menjadi pupuk kandang. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan
biosecurity yang ketat serta melakukan vaksinasi untuk memberikan kekebalan kepada ternak.

5.2.2. Media

Media yang dipakai pada penyuluhan adalah folder hal ini dikarenakan para peternak rata–rata sudah
bisa membaca dan menulis. Folder adalah salah satu media informasi penyuluhan pertanian yang
disajikan secara lembaran informasi pertanian dengan bentuk lembaran kertas yang dilipat-lipat sercara
teratur mulai dari 2 lipatan kertas sampai belasan lipatan kertas tergantung dari lebarnya kertas yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut departemen pertanian (1995) yang menyatakan
bahwa folder dapat dibagikan pada setiap orangdengan diberikan penjelasan satu persatu atau secara
bersamaan, sedangkan manfaatnyaadalah materi dapat diberikan secara lebihlengkap, lebih jelas
serta lebih khusus padamateri tertentu serta dapat melengkapi danmemperjelas materi penyuluhan
yang lain.Tulisan pada folder harus sistimatis dan berisikan uraian yang tuntas,jelas,singkat dan padat.
Penyajian folder yang menarik harus dilengkapi dngan foto dan gambar. Folder selain dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pribadi pembaca folder juga dapat digunakan sebagai sumber bacaan
pada kursus tani dan pertemuan kelompok tani.

5.2.3. Metode penyampaian

Metode yang dilakukan untuk memberikan penyuluhan yaitu dengan metode pendekatan kelompok
dengan cara demonstrasi dan ceramah. Hal tersebut lebih efektf dan efisien untuk memberikan
penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (1993) yang menyatakan bahwa metode
demonstrasi seringkali dipandang sebagai metode yang paling efektif karena dalam kegiatan penyuluhan.
Demonstrasi cara lebih menonjolkan upaya untuk menunjukkan (dalam pengertian melatih) pada
sasaran penyuluhan tentang cara-cara yang benar. Sasaran perlu ditunjukkan bukti nyata, yang dapat
dilihat oleh mereka sendiri. Hal ini bertujuan agar mereka percaya, bila mereka percaya pasti lebih cepat
terdorong untuk mencoba dan terakhir mereka akan mengadopsinya. Mardiana (2011) menambahkan
jika metode penyuluhan massal digunakan oleh penyuluh untuk menyampaikan pesan baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dalam jumlah besar pada waktu hampir bersamaan.
Contoh metode ini adalah: pidato dalam pertemuan besar, siaran pedesaan melalui radio dan televisi,
pertunjukkan wayang, sandiwara atau dagelan, penyebaran selebaran dari udara, penempelan poster,
pembentangan spanduk dan lain-lain.

5.3. Evaluasi

5.3.1. Pretest

Pretest merupakan suatu bentuk pertanyaan, yang diajukan sebelum melakukan penyuluhan.
Pertanyaan yang ditanyakan adalah materi yang akan diberikan materi penyuluhan (materi baru). Pretest
diberikan dengan tujuan apakah ada diantara peternak ada yang sudah mengetahui mengenai materi
penyuluhan yang akan diberikan (Zulfikri, 2009).

Adapun beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada peternak diantaranya :

1. Apa saja pakan yang diberikan kepada babi ?

2. Berapa kali dalam sehari sanitasi dilakukan ?

3. Bagaimanakah ciri-ciri ternak babi yang sehat ?

4. Jenis penyakit apa saja yang sering menyerang ternak babi ?

5. Dapat dimanfaatkan untuk apa sajakah kotoran ternak babi ?


5.3.2. Post test

Post test merupakan bentuk pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhandisampaikan. Singkatnya,
post test adalah evalausi akhir saat materi penyuluhan pada hari itu telah diberikan. Seorang penyuluh
memberikan post test dengan maksud apakah peternak sudah mengerti dan memahami mengenai
materi penyuluhan yang baru saja diberikan (Zulfikri, 2009).

Adapun beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada peternak diantaranya :

1. Bagaimana cara pencegahan ternak babi dari penyakit ?

2. Apakah pengertian dari pupuk kandang ?

3. Bagaimana cara pengolahan kotoran babi menjadi pupuk ?

4. Selain dibuat menjadi pupuk, dapat dimanfaatkan sebagai apa sajakah kotoran babi tersebut ?

5.4. Pelaksanaan Program Penyuluhan

Program penyuluhan akan dilakukan pada hari selasa tanggal 17 desember 2013 jam 11.00 sampai 12.45
WIB di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Penyuluhan yang akan diberikan
disusun dalam sebuah naskah sebagai pedoman saat penyuluhan tersebut dilaksanakan. Adapun
gambaran singkat naskah tersebut berisi :

Judul : “Pengolahan Kotoran Ternak Menjadi Pupuk”

Metode : forum diskusi

Media : folder

Petugas : Waya Nesa Lalan Tanod, Arif Nurrohman, Dharma Waskita C.U., Dian Dwi Astuti, Yusuf
Setiyono, Bagus Istifan

Evaluasi : pra, proses, pasca, dan dampak dari pelaksanaan program penyuluhan.

Materi : Naskah penyuluhan ini secara garis besar berisi tentang cara sederhana yang dapat
dilakukan oleh peternak babi untuk mengolah kotoran ternak babi menjadi pupuk. Kotoran ternak jika
masuk kedalam lingkungan air akan mencemari badan air, sebab adanya bakteri E. coli yang terkandung
dalam kotoran ternak menandakan air tersebut sudah tercemar oleh material fecal yaitu materi yang
berada bersama feses babi. Selain itu pembuangan limbah kotoran ternak akan meningkatkan hara
dalam air, hal itu dapat mengakibatkan pendangkalan eutrofikasi, berpengaruh terhadap BOD air, pH, DO
air dan dampak negative lainnya pada ekosistem air. Timbulnya bau karena adanya gas-gas pencemar
yang dihasilkan oleh limbah kotoran ternak itu sendiri misalnya H2S dan metana. Jika kotoran ternak
dibiarkan terurai pada tanah tempat pembuangan kenaikkan suhu penguraian dan perubahan pH akan
berdampak berbahaya bagi organisme sekitarnya. Pengolahan limbah kotoran babi perlu dilakukan untuk
mengatasi dampak negatif dari pencemaran yang ditimbulkan. Salah satu cara penanggulangannya yaitu
dengan teknik pengkomposan karena cara ini sangat praktis, biayanya murah, dapat dilakukan oleh
setiap peternak karena teknologi yang digunakan sederhana. Disamping itu kompos yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman, karena kompos akan meningkatkan kesuburan tanah.
Teknologi atau cara pencegahan yang diberikan juga disesuaikan dengan tingkat pendidikan formal dan
tingkat pemahaman peternak.

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peternak babi di desa Ngelo bahwa metode yang telah
digunakan dapat dimanfaatkan secara optimal, karena para peternak mampu menyerap informasi yang
telah diberikan dengan baik. Metode folder merupakan metode yang cocok untuk menyampaikan
informasi ke sasaran karena peternak mudah mengerti informasi yang ada pada folder dan terdapat
sedikit gambar yang membuat informasi menjadi menarik. Metode pendekatan kelompok dengan cara
demontrasi dan ceramah dirasa efektif untuk menyampaikan informasi yang diberikan. Masalah utama
yang terdapat pada peternakan babi didaerah Ngelo yaitu tidak dilakukannya pengolahan terhadap
limbah peternakan babi dan selama ini hanya dimanfaatkan sebagai pupuk tanpa pengolahan sehingga
masih mencemari lingukngan dari bau kotoran babi, selain itu perlu adanya perlu biosecurity yang ketat
untuk mencegah penyakit pada peternakan babi.

Saran yang diberikan adalah perlu pembuatan kelompok binanaan baik dari dinas terkait maupun swasta
yang berkompetensi menangani tentang pengolahan kotoran ternak sehingga kotoran ternak dapat
dimanfaatkan secara optimal dan tidak mencemari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai