Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN I


MODUL V
SUDUT BREWSTER

NAMA

: FAIZATUL FITRI

NO.BP

: 1010442009

SHIFT/KELOMPOK

: I / IV (EMPAT)

REKAN KERJA

: VAMELLIA SARI (1010443017)

ASISTEN

: UCHI DELFIA

LABORATORIUM FISIKA ATOM DAN INTI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2012

SUDUT BREWSTER
FAIZATUL FITRI
LABORATORIUM FISIKA ATOM DAN INTI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Faidza@yahoo.com
Abstrak
Telah dilakukan eksperimen sudut Brewster yang bertujuan untuk menentukan nilai
sudut Brewster dari beberapa medium. Eksperimen sudut Brewster ini dilakukan di
Laboratorium
Fisika Atom dan Inti, jurusan Fisika, Universitas Andalas.
Eksperimen ini dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat sudut Brewster
ditambah seperangkat spectrophotometer system dan laser diode. Dari eksperimen
sudut Brewster didapatkan bahwa, sudut Brewster hanya terbentuk ketika sinar
refleksi dan sinar transmisi saling tegak lurus( membentuk sudut 90o).
Kata Kunsi: Sudut Brewster, Sinar Transmisi, Sinar Refleksi.

I. PENDAHULUAN
Polarisasi adalah proses pembatasan gelombang vektor yang membentuk
suatu gelombang transversal sehingga menjadi satu arah. Tidak seperti interferensi
dan difraksi yang dapat terjadi pada gelombang transversal dan longitudinal, efek
polarisasi hanya dialami oleh gelombang transversal. Cahaya dapat mengalami
polarisasi menunjukkan bahwa cahaya termasuk gelombang transversal. Pada cahaya
tidak terpolarisasi, medan listrik bergetar ke segala arah, tegak lurus arah rambat
gelombang. Setelah mengalami pemantulan atau diteruskan melalui bahan tertentu,
medan listrik terbatasi pada satu arah. Polarisasi dapat terjadi karena pemantulan pada
cermin datar, absorpsi selektif dari bahan polaroid, dan bias kembar oleh kristal.
Pengembangan aplikatif dari polarisasi cahaya banyak memberikan manfaat.
Manfaat tersebut meliputi banyak bidang dalam kehidupan manusia, misalnya dalam
aplikasi dalam pengunaan kaca mata 3 dimensi dalam bidang visual effect
perfileman, kaca mata pelindung efek sinar ultra violet, bahan kristal kalsit dan
kuarsa dalam bidang fisika zat padat, dan lain sebagainya. Mengingat sedemikian
banyaknya manfaat aplikatif dari pengembangan sifat polarisasi cahaya, maka
eksperimen ini menjadi penting untuk dilakukan.

II. LANDASAN TEORI


Polarisasi merupakan proses pembatasan getaran vektor yang membentuk
suatu gelombang transversal sehingga menjadi satu arah. Polarisasi hanya terjadi pada
gelombang transversal saja dan tidak dapat terjadi pada gelombang longitudinal.
Suatu gelombang transversal mempunyai arah rambat yang tegak lurus dengan
bidang rambatnya. Apabila suatu gelombang memiliki sifat bahwa gerak medium
dalam bidang tegak lurus arah rambat pada suatu garis lurus, dikatakan bahwa
gelombang ini terpolarisasi linear. Sebuah gelombang tali mengalami polarisasi
setelah dilewatkan pada celah yang sempit. Arah bidang getar gelombang tali
terpolarisasi adalah searah dengan celah. (Krane, 1992: 334-335).

Polarisasi cahaya yang dipantulkan oleh permukaan transparan akan


maksimum bila sinar pantul tegak lurus terhadap sinar bias. Sudut datang dan sudut
pantul pada saat polarisasi maksimum disebut sudut Brewster atau sudut polarisasi.
Peristiwa pengkutuban arah getar dari gelombang disebut polarisasi. Karena cahaya
adalah gelombang elektromagnetik dimana mempunyai arah getar yang tegak lurus
arah penjalaran, maka cahaya dapat mengalami polarisasi. Hal ini telah diterangkan
oleh Teori maxwell mengenai cahaya sebagai gelombang elektromagnetik. Dalam
teorinya Maxwell meramalkan bahwa peristiwa polarisasi cahaya menghasilkan arah
getar yang diambil sebagai vektor medan listrik.
Alat yang dapat dipakai untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi bidang dari
cahaya yang tidak terpolarisasi karena hanya komponen cahaya yang paralel dengan
sumbu yang ditransmisikan disebut Polaroid. Fungsi lain dari polaroid adalah dapat
dipakai untuk menentukan apakah cahaya terpolarisasi, apa bidang polarisasinya,
Polarisasi juga dapat terjadi dari peristiwa pantulan. Ketika cahaya datang
pada permukaan non logam pada sembarang sudut (asal tidak tegak lurus), berkas
pantulan terpolarisasi telah terpolarisasi lebih dahulu pada bidang yang sejajar
permukaan. Ini berarti komponen yang tegak lurus bidang permukaan telah diserap
atau ditransmisikan.
Besarnya polarisasi pada berkas pantulan bergantung pada sudut datang
cahaya. Sudut ini yang disebut sudut polarisasi, yang nilainya memenuhi persamaan :
tan p =

n2
n1

(2.1)

Sudut ini terjadi jika p + r = 90o. dimana n1 adalah indeks bias materi dimana
cahaya datang, dan n2 adalah indeks bias diluar materi.
Jika indeks bias diluar materi n = 1, (untuk udara), maka :

tan =1

III.

(2.2)

METODE PERCOBAAN
Dalam eksperimen sudut Brewster, yang pertama kali dilakukan adalah menset

alat praktikum yang akan digunakan. Setelah alat praktikum selesai diset, dilakukan
prosedur kerja praktikum yang diawali dengan memindahkan lensa diode, sehingga
menolkankan sudut sensor gerak melingkar. Kemudian lensa spectrophotometer
diputar sehingga berkas sinar laser terfokus pada slit sensor cahaya. Star dan
gerakkan lengan maju-mundur dari laser sehingga mendapatkan intensitas maksimum
yang terlihat pada komputer. Kemudian klik Stop dan jangan menggerakkan lengan
hingga program mulai berjalan untuk mendapatkan data.
Sudut dihitung dengan membagi sudut yang sebenarnya dengan dua. Prosedur
kerja yang baik adalah dengan menggerakkan lengan spectrophotometer, kemudian
membaca sudut pada tampilan angka, dan dilanjutkan dengan memutar piringan
Brewster untuk mencocokkan sudut.
Prosedur kerja dilanjutkan dengan membaca tampilan angka dari intensitas
cahaya. Letakkan analisator persegi pada lengan di depan slit, kemudian baca
intensitas cahaya pada Polarized Light.
Ulangi prosedur kerja yang telah dilakukan sebelumnya sampai lima kali run
sehingga didapatkan lima grafik beserta table intensitas cahaya dan posisi angularnya.
Kemudian data dari table yang diperoleh diplot dalam grafik excel sehingga
didapatkan grafik hubungan intensitas cahaya dengan posisi angular yang
menggambarkan perpotongan antara sinar transmisi dan sinar refleksi. Dari grafik
tersebut dapat dilihat apakah dari eksperimen yang telah dilakukan terbentuk Sudut
Brewster atau tidak.

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Eksperimen sudut Brewster ini dilakukan bertujuan untuk menentukan nilai

Sudut Brewster pada berbagai medium. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan


seperangkat alat Sudut Brewster , spectrophotometer system serta laser diode.
Dari eksperimen yang telah dilakukan, diperoleh grafik serta tabel hubungan
antara intensitas cahaya dengan posisi angular. Dari data table tersebut, dilakukan
pemplotan data menggunakan program excel sehingga didapatkan grafik yang
menggambarkan perpotongan antara sinar transmisi dan sinar refleksi. Eksperimen
ini dilakukan sebanyak lima kali running, sehingga grafik yang terbentuk juga ada
lima, yaitu:
Run 1

Grafik reflected light intensity sudut brewster Run #1


120
100
80
Light Intensity (% max)

60
40
20
0
-20 0 20 40
-20

Angular Position (rad)

(transmisi) Light
Intensity, Ch A ( % max
)
(refleksi) Light Intensity,
Ch A ( % max )

Run 2

Grafik reflected light intensity sudut brewster Run #2


120
100
80
Light Intensity (% max)

60
40
20

Transmisi Light
Intensity, Ch A ( % max
)
Refleksi Light Intensity,
Ch A ( % max )

0
-20 0 20 40
-20
Angular Position (rad)

Run 3

Grafik reflected light intensity sudut brewster Run #3


120
100
80
Light Intensity (% max)

60
40
20
0
-20 0 20 40
-20

Angular Position (rad)

Transmisi Light
Intensity, Ch A ( %
max )
Refleksi Light
Intensity, Ch A ( %
max )

Run 4

Grafik reflected light intensity sudut brewster Run #4


120
100
80
Light Intensity (% max)

60
40
20

Transmisi Light
Intensity, Ch A ( %
max )
Refleksi Light
Intensity, Ch A ( %
max )

0
0 10 20 30
-20
Angular Position (rad)

Run 5

Grafik reflected light intensity sudut brewster Run #5


120
100
80
Light Intensity (%max)

60
40
20
0
0 10203040
-20

Angular Position (rad)

Transmisi Light
Intensity, Ch A ( %
max )
Refleksi Light
Intensity, Ch A ( %
max )

Sudut Brewster terjadi ketika besar sudut datang dan sudut bias sama dengan
90o. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sinar pantul dan sinar biasnya saling tegak
lurus. Jika sinar pantul dan sinar biasnya saling tegak lurus, maka sinar terpolarisasi
total dengan medan listrik yang tegak lurus dengan bidang datang.
Pada eksperimen sudut Brewster ini, praktikan menggunakan prisma sebagai
medium yang akan ditentukan nilai sudut brewsternya. Dari eksperimen yang
dilakukan, ada dua jalan cahaya yang diamati, yaitu cahaya yang direfleksikan dan
cahaya yang ditransmisikan.
Dari data yang diperoleh, didapatkan grafik hubungan antara sudut datang
dengan intensitas cahaya yang cendrung membentuk pola maksimum dan minimum.
Hal ini terjadi karena konsep polarisasi yang hanya meneruskan cahaya sebagai
gelombang transversal yang melewati Polaroid. Adanya grafik yang tidak linear
merupakan konsekuensi dari sifat polarisasi yang muncul akibat adanya reflektansi
dan transmisi.
Pada eksperimen ini, praktikan melakukan lima kali running, sehingga
diperoleh lima data.

Dari data tersebut, praktikan memperoleh grafik hubungan

antara intensitas cahaya dengan posisi angular yang menggambarkan perpotongan


antara sinar transmisi dan sinar refleksi. Secara teori, sudut sudut Brewster hanya
terbentuk jika perpotongan antara sinar transmisi dan sinar refleksi berada pada titik
nol, artinya sinar transmisi dan sinar refleksi saling tegak lurus. Namun, data
eksperimen tidak menunjukkan perpotongan tersebut tepat di titik nol. Grafik hanya
memperlihatkan bahwa sinar refleksi dimulai dari titik nol dan sinar transmisi dimulai
dari titik 100 yang nanti keduanya akan berpotongan pada suatu titik.
Ketidaksesuaian hasil eksperimen dengan teori dikarenakan kekurang tepatan
praktikan dalam melakukan prosedur kerja eksperimen, seperti ketidaktepatan dalam
melakukan pemutaran piringan Brewster.

V.

PENUTUP
Dari eksperimen sudut Brewster yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

sudut Brewster hanya terbentuk jika sinar transmisi dan sinar refleksi saling tegak
lurus membentuk sudut 90o. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang transversal yang
hanya meneruskan cahaya yang tegak lurus terhadap bidang Polaroid.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Beiser, Arthur. 1999.Konsep Fisika Modern.Jakarta: Erlangga.


Krane, Kenneth. 1992.Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
Muttqin.Afdal. Buku Pratikum Eksperimen Fisika I . Jurusan Fisika.FMIPA:
Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai