Anda di halaman 1dari 24

DEKONSTRUKSI

Seiring pergerakan waktu, pergerakan pendulum dalam berbagai bidang ilmu


pengetahuan mengalami berbagai bentuk evolusi. Sebagaimana yang telah ditelaah
secara menyeluruh, ilmu pengetahuan sendiri merupakan sebuah akumulasi fakta, teori
dan metode yang dihimpun oleh para tokoh tertentu sebagai pencetus ilmu tersebut
dalam suatu metode tertentu (Norberg-Schulz, 1984). Demikian pula dalam bidang
arsitektur, Lloyd & Scott (1997) menyebutkan bahwa perkembangan arsitektur sejalan
dengan
kebudayaan
manusia
baik
pola
pikir
maupun
pola
hidupnya.

Dalam perkembangan arsitektur pada era post-modern, terdapat beberapa kelompok


pemikiran. Seperti yang disebutkan oleh Sugiharto (1996), ada satu kelompok yang
lebih memfokuskan pada pemikiran yang terkait erat dengan dunia sastra dan
persoalan linguistik. Pemikiran dari kelompok ini cenderung hendak mengatasi sebuah
gambaran dunia modern melalui gagasan yang sama sekali anti gambaran dunia. Kata
kunci yang populer untuk kelompok ini adalah dekonstruksi.

Dekonstruksi dalam Arsitektur


Dekonstruksi sendiri adalah sebuah konsep filosofi Perancis yang diturunkan oleh
Jacques Derrida, seorang filsuf Perancis, yang dalam aplikasi terapannya tidak mudah
disampaikan sebagaimana pemahaman yang baku mengenai konstruksi, destruksi, dan
rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk merenungkan
kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan kapasitasnya masing
masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi. Derrida
menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan hubungan keterkaitan. Dalam
tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha
demikian diharapkan dapat memperjelas korelasi antara dekonstruksi dengan
arsitektur.
Diskontinuitas serta putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap
komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri (Adorno,
1997). Gagasan yang dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip
dari rujukan di tempat lain. Bentuk atau rupa material konstruksi - lokasi. Jadi tidak
pernah komponen komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa.
Differance mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas citatioans atau
kutipan kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang
melihat dan merasakan suatu representsi pentunjuk yang hadir dengan rujukan yang
tidak hadir (entah di mana). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen
fragmen dari sumbernya yang meng-ada di suatu lokasi dan tampil seolah olah utuh
dan stabil sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk atau rupa misalnya, tidak
pernah lepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Atas dasar merujuk pada sumber sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi meng-

ada. Dengan itu pula apa yang hadir sebenarnya memberikan jejak kepada sumber
sembernya. Interpretasi komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan
tanpa membaca atau menelusuri jejak jejak yang hadir ke dalam sumber mereka.
Hasil dari komposisi yang lahir dengan hadirnya jejak jejak tersebut oleh Derrida
dalam
Adorno
(1997)
disebut
dissemination.
Dalam aspek kajian fenomenologi, dekonstruksi dipandang sebagai upaya atau metoda
kritis, tidak hanya berupaya merombak dan menstrukturkan kembali berbagai
bangunan teori atau karya - karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun
konteksnya. Lebih dari itu, kekuatan kekuatan yang berperan pada konsep yang
bersangkutan akan: dilucuti segala macam atributnya, dikupas habis, dilacak asal usul
dan perkembangannya, dicari keterkaitannya dengan konsep konsep lain, digelar
kemungkinan kemungkinan posisi maupun kontribusinya terhadap segala hal. Semua
proses tersebut dimaksudkan untuk membangun kembali karakteristik fenomenalnya.
Dalam pembangunan kembali tersebut, ekspose dari interplay kekuatan kekuatan
melalui kontradiksi kontradiksi, kesenjangan kesenjangan, decomposition,
disjunction, discontinuity, dan deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan
kemungkinan kemungkinan ada dan mengada.
Arsitektur dekonstruksi merupakan pengembangan dari arsitektur modern. Munculnya
arsitektur dekonstruksi sekitar tahun 1988 dalam sebuah diskusi Academy Forum di
Tate Gallery, London. Kemudian disusul oleh pameran di Museum of Art, New York
dengan tema Deconstructivist Archiecture yang diorganisir oleh Philip Johnson dan
terdapat tujuh arsitek yang menampilkan karya-karyanya, yaitu; Peter Esienman,
Bernard Tschumi, Daneil Libeskind, Frank Gerhy, Zaha Hadid, Rem Koolhaas, dan
Coop Himmelblau. Gejala Dekon dalam arsitektur telah menjadi tema perdebatan
yang hangat dengan karya-karyanya yang mendobrak aturan-aturan yang berlaku.
Pada 8 April 1988 dalam international Symposium on Deconstruction yang
diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, dikukuhkan bahwa dekonstruksi
bukanlah gerakan yang tunggal atau koheren, meski banyak diwarnai oleh kemiripan
kemiripan formal di antara karya arsitek yang satu dengan yang lainnya. Dekonstruksi
tidak memiliki ideologi ataupun tujuan formal, kecuali semangat untuk membongkar
kemapaman
dan
kebakuan.
Aliran dekonstruksi mulanya berkembang di kalangan arsitek Perancis dan Inggris,
kemudian oleh Philip Johnson dan Mark Wigley melalui sebuah pameran yang bertema
deconstructivist Architecture yang di selenggarakan di Museum of Art, New York,
tanggal 23 Juni 30 Agustus 1988 mencetuskan dekonstruktivisme yang lebih
berkonotasi pragmatis dan formal serta berkembang di Amerika. Telaah dan
pemahaman dekonstruksi memerlukan suatu kesiapan untuk belajar menerima
beberapa kemungkinan phenomena. Syarat dari semua ini berdiri di atas keterbukaan
dan kesabaran. Keterbukaan membiarkan phenomena berbicara langsung tanpa
prekonseosi. Kesabaran memberikan ruang kepada orang untuk mendengar lebih
cermat
dan
seksama.
Deconstruction sebuah konsep Perancis yang diturunkan oleh Jacques Derrida (lahir
1921) tidak mudah disampaikan sebagaimana pemahaman orang tentang konstruksi,

destruksi, dan rekonstruksi. Derrida mengajak semua orang termasuk arsitek untuk
merenungkan kembali hakekat sesuatu karya agar berbicara menurut pesona dan
kapasitasnya masing masing. Keseluruhan ini berangkat dari suatu metoda komposisi.
Derrida menyebutkannya dalam merajut rangkaian hubungan hubungan. Dalam
tekniknya terdapat beberapa teknik dan terminologi yang perlu klarifikasi di sini. Usaha
demikian diharapkan dapat memperjelas hubungan Deconstruction dan Rancang
bangunan.
Konsep utama memproduksi atau mengadakan karya bertolak dari konsep yang oleh
Derrida pada kasus literatur disebut differance. Dalam rancang bangun konsep ini tidak
dapat dipahami sebagai suatu pendekatan yang membuka pemikiran bahwa karya
bukanlah semata mata representasi yang direduksi sebagai alat menyampaikan
gagasan atau pesan. Merancang karya diharapkan memberi peluang agar
kemungkinannya berbicara bisa merdeka dari prinsip dominasi. Differance memahami
setiap komponen bahkan elemen dari komposisi sebagai suatu potensi yang tidak
terpisahkan keberadaan, peran dan fungsinya dalam kesemestaan. Artinya mereka tidak
hanya sebagai suatu alat untuk menunjuk pada sesuatu gagasan atau ingatan atau nilai
tertentu. Diferance memberikan pemahaman baru bagaimana melihat elemen
rancangan rancang bangun dalam sebagai batas batas wilayah yang mengkaitkan :
manusia-material-konstruksi-rupa/bentuk dan tempat. Rancang bangunan sebagai
suatu keutuhan dan aspek aspeknya adalah jejak jejak dari suatu kesemestaan yang
mampu berbicara sendiri sebagai pembangun pemahaman dunia. Seperti halnya suatu
text rancang bangunan marupakan suatu komposisi yang berosilasi di antara hadir dan
absen. Dengan osilasi tersebut terjalin suatu yang terputus putus sebagaimana
pemahaman
kita
sebenarnya
akan
dunia
ini.
Diskontinuitas dan putusnya linearitas menghadirkan permainan dalam setiap
komposisi karena apa yang digagas dan dibangun tidaklah berdiri sendiri. Gagasan yang
dituangkan dalam komponen komposisi yang sebenarnya dikutip dari rujukan di
tempat lain. Bentuk/rupa material-konstruksi-lokasi. Jadi tidak pernah komponen
komposisi berdiri sendiri yang lahir dan tercipta dari ruang hampa. Differance
mengangkat permasalahan komposisi yang terdiri atas citatioans atau kutipan
kutipan ke dalam suatu komposisi. Dengan komposisi sebenarnya orang melihat dan
merasakan suatu representsi petunjuk yang hadir dengan rujukan yang tidak hadir
( entah di mana ). Komposisi ini memberikan suatu gambaran fragmen fragmen dari
sumbernya yang mengada di suatu lokasi dan tampil seolah olah utuh dan stabil
sebagai sosok mandiri. Rujukan gagasan bentuk/rupa misalnya, tidak pernah lepas dari
keinginan untuk melayani kebutuhan manusia. Atas dasar merujuk pada sumber
sumber tidak hadir itulah sebuah komposisi meng-ada. Dengan itu pula apa yang
hadir sebenarnya memberikan jejak kepada sumber sembernya. Interprestasi
komposisi menurut prinsip differance tidak mungkin dilakukan tanpa membaca atau
menelusuru jejak jejak yang hadir ke sumber sumber mereka. Hasil dari komposisi
yang lahir dengan hadirnya jejak jejak tersebut oleh Derrida disebut Dissemination.
Deconstruction sebagai upaya atau metoda kritis, tidak hanya berupaya membongkar
bangun bangun teori atau karya lewat elemen, struktur, infrastruktur maupun

contextnya. Lebih dari itu, kekuatan kekuatan yang berperan pada konsep yang
bersangkutan akan: dilucuti atribut atributnya, dikupas habis hingga telanjang bulat,
dilacak asal usul dan perkembangannya, dicari kaitan kaitannya dengan konsep
konsep lain, digelar kemungkinan kemungkinan posisi maupun kontribusinya
terhadap apa saja. Semua proses pembongkaran tersebut dimaksudkan untuk
membangun kembali karakteristik phenomenalnya. Dalam pembangunan kembali
tersebut, ekspose dari interplay kekuatan kekuatan melalui : kontradiksi
kontradiksi, kesenjangan kesenjangan, decomposition, disjunction, discontinuity, dan
deformation, merupakan cara untuk memperlihatkan kemungkinan kemungkinan
ada dan mengada. Daya tarik deconstruction bagi dunia rancang bangun terletak di
dalam cara melihatnya bahwa ruang dan bentuk adalah tempat kejadian yang
selayaknya
terbuka
bagi
yang
mungkin
dan
yang
tidak
mungkin.
Derrida secara jelas menolak gagasan bahwa penerapan deconstruction akan menjadi
semacam aliran atau langgam baru pada seni bangunan. Tetapi pada kenyataannya
adalah tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang disebut arsitektur dekonstruksi akan
memberikan dan membawa arsitek kepada arah dan gerakan yang baru
Tokoh Arsitek :
Jacques Derrida
Post structuralism dianalogikan dengan suatu teks atau bahasa. Sebuah kata terstruktur
menjadi sebuah bahasa yang dapat membentuk sebuah interpretasi/penafsiran. Pada
pengertian ini, Jacques terpengaruh oleh tokoh pendapat Ferdinand de Saussure,that
meaning was to be found within the structure of a whole language rather than in the
analysis
of
individual
words.
Jacques juga berpendapat bahwa kita tidak bisa mendapatkan akhir dari penafsiran
sebuah kalimat-sebuah kebenaran, karena semua kalimat memiliki banyak arti dan
berbeda-beda. Tetapi ada sebuah kemugkinan tentang penafsiran yang berlawanan dan
tidak ada suatu jalan yang tidak tertafsirkan untuk menjelaskan keberadaan penafsiran
yang berlawanan ini. Jacques mengembangkan paham dekonstruksi untuk uncovering
interpretasi/penafsiran teks yang beragam. Semua kalimat memiliki ambiguitas
sehingga untuk mendapatkan final interpretation adalah sesuatu yang mustahil.
Post structuralism : Deconstruction
Filosofis panutan : Plato, FreudRousseau, Saussure
Sebagai sebuah konsep, Dekonstruksi adalah semangat. Gagasan Derrida adalah ide
untuk melakukan perlawanan untuk selamanya. Ia bersifat anti-kemapanan. Itu artinya,
ia juga tidak mencari sebuah kemapanan baru. Sebagai sebuah energi, Dekonstruksi
berkehendak melenting bebas tidak beraturan.
Ia bukan logos, jadi jangan jadikan sebuah konstruksi. Benar bahwa Dekonstruksi
Derrida telah diadopsi dalam arts. Dalam seni instalasi, dalam politik, juga dalam
arsitektur. Namun demikian, Dekonstruksi bukanlah sebuah logos, ia bukanlah sebuah
pakem.
Melainkan,
sebuah
dorongan
untuk
memberontak.
Aku ingin menggunakan analogi bangunan rumah: Dalam rangka bangunan pasti ada
beberapa sambungan, misalnya saja di atap. Nah, dekonstruksi adalah upaya untuk
1.

mengupas plester-plester atau plafonnya, kemudian kita mengamati dengan teliti setiap
sambungan rangka bangunan hingga kita menemukan kesalahan-kesalahan di setiap
sambungan. Itulah dekonstruksi; menunjukkan kesalahan. Dengan terus-menerus.
Mencari sebuah kesadaran, kritis, dan wataknya ; membangunkan! Tetapi tidak akan
pernah mencapai konstruksi baru, dan tidak akan pernah selesai.

2. Bernard Tschumi
Dekonstruksi merupakan Analisis (dari tanpa menjadi apa)
Architecture of events : tak ada arsitektur tanpa events, tanpa action, tanpa activity,
tanpa function; arsitektur harus terlihat sebagai kombinasi ruang, events dan
pergerakan, tanpa hirarki atau preseden apapun diantara ketiganya
Arsitektur menggabungkannya dalam kombinasi preseden programatik
1. Crossprogramming : penerapan suatu program pada suatu konfigurasi ruang yang tidak
semestinya, misal : kafe untuk sinema.
2. Transprogramming : mengkombinasikan 2 program kegiatan tanpa memperdulikan
ketidaksesuaian, misal : perpustakaan dan sinema
3. Disprogramming : mengkombinasikan 2 program sehingga konfigurasi spasial program
A mengkontaminasi program dan konfigurasi spasial program B; misal : program
sinema untuk fasilitas komersial.

3. Coop Himelb(l)au
Prosedur kerja : menerpkan teori generative power of language (pemahahaman yang
diambil dari Jacques)
Penerapannya : Kedua memulai proses rancangan dengan obrolan yang berkepanjangan
yang disertai dengan coretan terus menerus sampai tindakan komunikatif tertentu
mereka berhenti dan sketsa (coretan) dihasilkan.
4. Eisenman
Gianni Vattimo was talking about, with weak forms, la forma debole, which means that
image is not so important but ideas are.
What I'm trying to do is to express ideas in my work, so that when people experience the
work
they
say
'why
is
it
like
this?'
(Pendapat eisenmen)
contoh :
Dianalogikan seperti sebuah film. Pada umumnya orang film menonjolkan
sisi visual tetapi eisenmen berpendapat bahwa menikmati sebuah film tidak
hanya menggunakan visual saja. Sehingga einsmen menganalisis bahwa
sebuah film seharusnya juga dinikmati melalui indra lainnya dengan porsi
yang lebih besar daripada indra visual
2. Analogi seperti sebuah ruang. Eismen ingin membuat sebuah ruang dengan
pemikiran dari tanpa menjadi ada.
1.

ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI

Anda kenal dengan teori Dekonstruksi? Bagi anak-anak filsafat, istilah ini tentu tidak asing
lagi. Bagi yang belum tahu, Jacques Derrida itulah pendiri teori Dekonstruksi. Ia adalah
filsuf kontomporer yang lahir pada 15 Juli 1930 dan meninggal pada 8 Oktober 2004. Untuk
mengenang masa hidupnya.
PENAFSIRAN DEKONSTRUKSI
Setelah 20 tahun sejak karya Jacques Derrida diterbitkan.Karyanya mulai
tampil dalam uraian arsitektural. Sepertinya ini merupakan uraian terakhir untuk
melibatkan namanya. Bacaannya nampak jauh dari teks aslinya, tambahan
akhir tentang apa yang disebut puncak penafsiran.
Arsitektur dipahami sebagai perwakilan dekonstruksi, perwakilan nyata dari
ide yang abstrak. Penerimaan karya Derrida sepertinya mengikuti jalur klasik
dari ide menjadi bentuk yang nyata, dari teori awal ke praktek akhir, dari
adanya pemikiran menuju perwujudannya. Arsitektur, yang merupakan uraian
yang paling nyata, nampaknya paling banyak dialihkan dari karya aslinya,
keraguan dalam aplikasi, aplikasi yang terakhir, ornamen penggambaran yang
tidak dapat mempengaruhi tradisi substansial yang ditambahkan, lapisan yang
menutupi lebih banyak daripada yang diungkapkan.
Arsitektur tidak pernah bisa menjadi tambahan karena ide tambahan itu bersifat
arsitektural.Dekonstruksi tidak lebih daripada subversi dari logika tambahan
yang sangat berperan dalam jenis pemikiran tertentu mengenai

pemikiran. Orang tidak bisa mengarahkan penafsiran di luar dekonstruksi atau


arsitektur. Masalahnya menjadi semakin rumit.
Tidak ada titik awal yang higienis, tidak ada logika terbaik untuk diterapkan,
tidak ada prinsip yang bisa ditemukan untuk mengatur uraian arsitektural
atau uraian dekonstruktif. Namun demikian terjadi pertukaran tertentu diantara
keduanya.
DEKONSTRUKSI DAN SENI BANGUNAN
Beberapa pernyataan kunci oleh Derrida :
Dekonstruksi bukan semata-mata metoda kritis.
- Sikap dekonstruksi sen
antiasa afirmatif, dan tidak negatif.
- Menembus dan menerobos berbagai wilayah disiplin keilmuan dan nec
essites dari dekonstruksi.
- Dekonstruksi adalah suatu cara untuk mempertanyakan arch
itecture dalam philosofi dan barangkali arch
itecture sendiri.
- Deconstruktive Architecture adalah bukan untuk membangun sesuatu yang
nyeleneh, sia-sia, tanpa bisa dihuni, teta
pi untuk membebaskan seni bangunan dari segala keterselesaian yang
membelenggu.
Dekonstruksi tidak sesederhana untuk melupakan masa lalu. Tapi membuat
inscripsi kembali yang melibatkan rasa hormat pada tradisi dala
m bentuk memorial.
- Dekonstruksi tidak semata-mata theoretikal, tetapi juga membina dan
membangun struktur-struktur baru, namun tidak
pernah menganggap selesai.
- Dekonstruksi senantiasa memberikan perhatia
n dan pada kelipatgandaan, keanekaragaman dan mempertajam keunikankeunikan yang tak dapat direduksi dari masing-masin
g.
- Dekonstruksi menolak secara seimbang terhadap yang menghubungkannya
dengan sesuat
u yang spesifik modern atau Post-modern.
Dekonstruksi adalah post-strukturalisme, reaksi pertama terhadap teori
structural, keseluruhan dan penjelasa
n antara dua hal. Dekonstruksi berkaitan dengan proses dislokasi,
dekomposisi dan de
coding. terdiri dari unsur de dan dis Dekomposisi,
detaches dan decentre dari struktur, maksudnya menguraikan struktur menjadi
bagian-ba

gian. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pengrusakan,


pembongkaran unsur bangunan namun tetap dapat
berdiri dan menciptakan keharmonisan sosial.
Contoh Arsitektur Dekonstruksi
1 . The Samitaur building
Architec : ERIC OWEN

Bangunan dibuat melayang seolah ringan hanya ditopang oleh kolom-kolom yang kurus
padahal kesan yang terlihat berupa kotak masif dengan pembuka
an yang kecil-kecil.
Bentukannya memberi kesan kokoh namun juga luwes, terdiri dari bentukan box panjang
yang masif dengan atap datar yang kemudian tiba-tiba berbentuk cekung kemudian lancip
pada bagian akhir dengan jendela yang asimetris ( ada yang kotak, ada yang berbentuk
seperempat lingkaran)
Penggunaan yang saling bertabrakan dan tidak lazim antara kaca dengan beton masif
(kaca sebagai railing pada bentukan tangga yang masif)memadukan dua unsur yang
bertolak belakang,kaca yang ringan dengan dinding batu yang berkesan berat)
2 . THE TOWER OF BIEL AND OPEN ARCHITECTURE:

The Power and The Freedom


Arsitek : Coop Himmelbau
Lokasi : Forum Arteplage
Biel,Switzerland
STYLE : ARSITEKTUR DECONSTRUKSI
FUNGSI BANGUAN : Swiss National Exhibition
KONSTRUKSI : BAJA DAN KACA
Coop, mendesain sebuah bentukan seperti ini nampak jelas bahwa bangunan ini mampu
menjadi landmark yang memancarkan power dan kebebasan penuh dan kreasi
yang nampak lepas tanpa adanya batasan.
bangunan ini sangat berani dalam permainan olahan bentuk, baik permainan bidang, garis
dan massa. Permainan sense indera yang tidak hanya terpaku pada segi visual, tetapi juga

berperan dalam peletakan massa dan penggabungan massa menjadi nilai tambah yang
pantas diperhitungkan dan tidak tampak seperti hanya sebuah kotak persegi namun lebih
terlihat hidup dan berirama.

Pengertian
Istilah dekonstruksi pertama kali digunakan dalam ilmu kesustraan dan ilmu filsafat Prancis dengan Konotasi arti
sebagai metoda. Metoda dalam konteks filosofis yang dilahirkan dari konsep anti filosofis (Noris, 1987). Pengertian ini
digunakan oleh pencetus gagasanya, Derrida (yang selanjutnya dikenal sebagai Bapak Dekonstruksivisme). Derrida
mengembangkan konsep dekonstruksi kedalam berbagai eksperimen yang mengekspresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur
formal.
Pandangan dekonstruksi lahir dari suatu atmosfir yang berlandaskan pada konsep filosofi anti yang melatarbelakangi
lahirnya faham dekonstruksi. Demikian pula dalam konteks arsitektural, dekonstruksi oleh sementara kelompok dipandang telah
memutarbalikan prinsip-prinsip primordial dalam arsitektur.

Karakter Arsitektur Dekonstruksi


Secara substantif, metafora dekonstruktif yang dilandasi oleh konsep filosofi-anti ini
mempunyai ekspresi-ekspresi diantara pemahanam rasional dan irasional. Dekonstruksi
membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk aneh. Hal ini disebabkan oleh
adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang
selama ini dikenal. Dalam hal ini, esensi bentuk bukan menjadi indikator utama dalam Arsitektur
Dekonstruksi. Indikator utamanya adalah esensi makna dan simbol dengan beberapa paradigma
konseptual sebagai berikut :
Logo Sentris : Konsep arsitektur yang merupakan gabungan antara pemahaman arsitektural dan
pemahaman filosofis. Dari pemahaman filosofis arsitektur akan mangalami proses artikulasi
metafisik secara multivalensi.
Anti Sintesis : mengandung konsep penolakan terhadap sementara pandangan bahwa arsitektur
adalah sintesis. Berpaling dari nilai nilai hakiki yang akan menurunkan aturan yang seirama
dengan hukum alam yaitu nilai intuisi. Hal ini dikarenakan nilai intuisi lebih mewadahi otoritas
dalam proses visualisasi.
Anti Fungsional
: Dekonstruksi mendasarkan faham bahwa antara bentuk (form) dan
Fungsi
(function)
bukan
merupakan
hubungan
yang dependent melainkan independent. Hubungan
yanag
bersifat
independent
antara formdan function memberi peluang bagi penggunaan metode kreatif seperti superposisi,
fragmentasi, dan kombinasi yang berdasar pada prinsip-prinsip matematis.
Anti Order : Order akan mengasilkan ekspresi keutuhan dan kestabilan. Order dalam
arsitektur yang berakar pada arsitektur klasik sperti unity, balance, & Harmony akan memeberi
kecenderungan pada pembentukan space yang figuratif.
Arsitektur Dekonstruksi bukan mengarah pada kecenderungan ruang dan objek yang figuratif
akan memperkuat keabsolutan order. Disamping itu, order melahirkan bentuk-bentuk geometri
yang programatis yang akan berlawanan dengan konsep visualisasi simbol/makna yang retorikal,
tidak fixed, dan multivalen. Karena makna adalah sesuatu yang kontekstual, tergaantung atas
nilai masyarakat sesaat.
Penelusuran Preseden Dekonstruksi
Dekonstruksi di dalam arsitektus tidak bisa dilepaskan dari preseden preseden yang
dihasilkan oleh arsitek-arsitek yang menjadi tokoh dekonstruksi, misalnya : Frank Gehry, Peter
Eisenman, Zaha Hadid, Bernard Tschumi, dan Rem Koolhas. Penelusuran Preseden sangat

diperlukan untuk menemukan arah kecenderunagn dari paradigma suatu objek atau prodak
konkrit dari suatu arsitektur dekonstruksi.
Frank Gehry
Frank Gehry merancang bangunannya tampak sebagai suatu ekspresi benda seni
(scluptural) dari pada wadah suatu fungsi. Sosok solid dan masif menjadi kesan suatu kenihilan.
Frank mengkomposisikan bidang dan ruang tidak menggunakan prinsip-prinsip order dari
arsitektur klasik, secara utuh bangunan memperlihatkan suatu komposisi yang terpuntir, retak
bahkan terkesan belum selesai.
Rem Koolhas
Dasar-dasar yang dipakai oleh Rem Koolhas dalam mendesain bangunannya terletak pada
konsep kombinasi tipologi. Dari beberapa karyanya membuktikan bahwa tipologi menjadi suatu
acuan utama dalam menampilkan masa, blok bangunan dan fasad bangunan diwarnai dengan
keadaan yang abstrak yang terdidi dari kotak-kotak kaca yang disusun secara repetitif dan tibatiba dipecahkan oleh beraneka macam motif grafis seperti balkon-balkon, bentukan segitiga
merah, dan kotak-kotak biru, hal ini bertujuan untuk kepentingan artistik agar bangunan menjadi
lebih memiliki daya jual.
Peter Eisenman
Peter Eiseman memiliki dasar pemikiran dalam mengkomposisikan ruang-ruangnya pada
suatu keadaan yang memutarbalikan order-order dalam arsitektur klasik. Ruang yang terwujud di
hiasi dengan berbagai patahan-patahan, ruang melayang, dan balok-balok yang terkesan
beterbangan. Dalam perancangan komposisi ruangnya Peter menekankan suatu sistem yang
naratif dengan urutan yang sistematis sehingga dapat mengeskspresikan suatu
komposisisuperposisi dari sebuah perjalanan masa silam, merasakan masa kini dan secara
lamunan melayang ke masa yang akan datang.
Bernard Tschumi
Pendekatan perancanagan yang digunakan oleh Bernard Tschumi adalah Teori Manhattan
Transcript yaitu transgresi dan regresi. Teori ini mendasarkan studi gerak manusia sebagai dasar
untuk menggerakan titik, garis dan bidang dalam membentuk ruang. Dari ideologi ini dapat
terbaca bahwa dekonstruksi bukan style (gaya) melainkan suatu proses yang bisa menghasilkan
banyak gaya.

Zaha Hadid
Didalam karyanya Zaha Hadid menjulangkan struktur berlapis yang terkesan lentur pada
karya-karyanya. Penyusunan denah dilakukan dengan dimensi yang berbeda sehingga
menciptakan suatu komposisi void dan solid yang sangat kaya dan sekaligus tidak efektif.
Filosofi anti tercermin dalam berbagai konsep dis- dan de- pada semua karyanya yang anti
pusat, anti as, anti simetri, anti seimbang, anti selaras, dan anti fungsi. Berbagai hal tersebut
menempatkan dirinya sulit dikelompokan dalam arsitektur pasca-fungsionalis karena bukan
termasuk pasca-modern maupun neo-klasik. Karyanya sejalan dengan dekonstruksi dan
cenderung kepada pasca-strukturalis
SEJARAH ARSITEKTUR DEKONSTRUKSI

Sejak pameran mengenai Arsitektur Dekonstruksi yang diadakan di Museum Seni Modern
di New York pada bulan Juli dan Agustus 1988, Dekonstruksi menjadi sebuah aliran baru
dalam Arsitektur dan dapat meneruskan atau menggantikan gaya Internasional
(International Style), yang dalam tahun tigapuluhan juga diperkenalkan dalam Museum
yang sama. Tentu ini merupakan sukses besar bagi para dekonstruktivis yang ikut pameran
itu, yaitu : Frank O. Gehry, Daniel Libeskind, Ren Koolhaas, Peter Eisenman, Zaha M.
Hadid, Coop Himmelblau dan Bernard Tschumi. Sebenarnya yang memperkasai untuk
menerapkan konsep dekonstruksi dalam bidang arsitektur pertama kali adalah Bernard
Tschumi. Selanjutnya, bersama mantan mahasiswanya yang bernama Zaha Hadid dan
Peter Eisenman, mencoba memperkenalkannya melalui pameran dengan nama
Deconstruction Architecture.

Pada sebuah simposium di Tate Gallery di London dalam bulan Maret 1988 terjadi beda
pendapat antara pihak yang berpegangan pada hubungan Dekonstruksi dengan filsafat dan
pihak yang memandang Dekonstruksi sebagai perkembangan Sejarah Seni dan
Konstruktivisme Rusia. Sukses ini berkat kombinasi filsafat Dekonstruksi; Jacques Derrida
dan Konstruktivisme Rusia. Karena itu penting untuk meninjau pertalian antara teori dan
praktek, antara renungan dan rancangan. Pada bulan Oktober tahun 1985 pada Colloquium
di Paris duapuluh orang Arsitek, filsuf dan kritisi membicarakan peran teori dalam Arsitektur
dari arti Arsitektur bagi filsafat.

Aliran Dekonstruksi tidak terdapat dalam Arsitektur saja, bahkan Jacques Derrida telah
menemukan logik yang bertentangan dalam akal dan implikasi, dengan tujuan untuk
menunjukkan bahwa sebuah teks tidak pernah setepatnya mengandung arti yang hendak
dikatakannya atau tidak mengatakan yang dimaksudkan. Derrida berpendapat bahwa
kegiatan Tschumi dan Eisenman dalam Arsitektur sama dengan perbuatannya dalam
filsafat, yaitu kegiatan Dekonstruksi.

PENGERTIAN
ARSITEKTUR
DEKONSTRUKSI
Dekonstruksi adalah istilah yang digunakan pertama kalinya pada tahun 1967, oleh
Jacques Derrida, seorang ahli bahasa yang juga filsuf dan budayawan Perancis kelahiran
Algeria, tahun 1930. Pakar ini menelaah secara radikal teori ilmu bahasa yang pada waktu
itu menganut Strukturalisme yang pernah dikembangkan oleh Ferdinand deSaussure
antara tahun 1906-1911. Dekonstruksi juga merupakan reaksi terhadap modernisme dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan filsafat. Modernisme dalam perkembangan
filsafat ilmu berdasar pada ratio, logos dalam intelektual manusia. Sebagaimana peranan
logos, yaitu menciptakan, mengorganisasi, menyusun suatu jalan pikiran dengan sistem
yang jelas, maka hal-hal yang kecil, hal-hal yang dasar menjadi hilang. Pengalaman

individual, pengalaman pribadi yang begitu kaya biasanya dihilangkan demi mencapai
suatu konstruksi yang jelas, tegas dan tepat.

Kata dekonstruksi dipergunakan Derrida dalam buku De la Grammatologie, di mana kata


tersebut merupakan terjemahan dari istilah Heidegger, yaitu: destruktion dan abbau. Dalam
konteks ini, keduanya mempunyai kesamaan pengertian sebagai: operasi yang dilakukan
atas struktur atau arsitektur tradisional dari konsep dasar ontology atau metafisik barat
(occidental). Tetapi dalam bahasa Perancis, istilah destruction mengimplikasikan suatu
pengancuran total, tetapi Derrida tidak menginginkan adanya penghancuran yang total itu.
Untuk itulah Derrida memakai kata deconstruction yang diketemukannya dalam Littre
untuk menandai maksudnya dalam bahasa Perancis.

Rumusan Derrida mengenai dekonstruksi (deconstruction) tidak pernah secara definitif


diperoleh. Kesulitan terletak pada Phenomenon deconstruction sebagai gejala mengada
yang tidak pernah menuju ke arah kebakuan. Derrida mengatakan bahwa dekonstruksi
bukan semata-mata metoda kritis. Metoda kritis perlu diartikan sebagai memiliki sifat kritis
terhadap dirinya sendiri. Dengan hakekat kritis ini maka wilayah jelajah dekonstruksi tidak
dibatasi pada konteks filosofi saja. Selain itu, oleh Derrida dekonstruksi juga dianggap
bukanlah merupakan metoda berpikir yang destruktif, karena senantiasa membongkar
habis struktur-struktur makna dan bangun suatu konsep. Menurut Derrida sikap
dekonstruksi senantiasa afirmatif dan tidak negatif, sebab sesuatu yang negatif tidaklah
membuka diri pada pencarian pemahaman lebih utuh.

PEMBACAAN DEKONSTRUKSI PADA GEDUNG MESINIAGA

KONSEP RANCANGAN GEDUNG MESINIAGA

Penafsiran atas marka-lingkungan dari pencakar langit milik perusahaan besar yang
mencengangkan ini, menjelajahi arah baru dari tipe bangunan yang biasanya tidak
bersahabat. Pihak arsitek menjuluki tipe baru ini bangunan tinggi beriklim-bio dan
memberinya pengendalian iklim serta penghematan energi yang peka. Yang patut dicatat
adalah adanya dua spiral taman angkasa yang berputar ke atas sambil memberi
bayangan dan kontras visual terhadap permukaan baja dan alumunium dari gedungnya.
Rangka beton pra tekan pada gedung itu selanjutnya ditingkahi oleh dua tipe penangkis
sinar matahari serta tirai baja dan kaca yang membuat citra High Tech yang organik,
apalagi setelah dilengkapi dengan mahkota logam dan umpak pada bagian landasan
bangunannya. Menara Mesiniaga merupakan sebuah penelitian arsiteknya atas prinsipprinsip iklim-bio bagi perancangan gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Menara
Mesiniaga memiliki langgam arsitektur campuran dari langgam kolonial, Cina, Eropa dan
Malaysia.

bangunannya diperlihatkan seluruhnya dan penyejukannya dilakukan memlaui Gedung


Mesiniaga merupakan buah penelitian arsiteknya atas prinsip-prinsip iklim-bio
bagiperancangan gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Yang ditampilkan adalah suatu
organisasi spasial memanjang yang diisi dengan hirarki tertentu. Bangunan tersebut
memiliki tiga bagian struktur yaitu : umpak berselimut unsur hijau yang terangkat, badan
yang bernuansa spiral dengan balkon untuk teras taman dan tirai yang memberi bayangan,
dan bagian puncak tempat fasilitas rekreasi berupa kolam renang serta teras beratap.
Struktur beton pratekan dan rangka bajapengudaraan alami dan buatan.

Sejalan dengan penjelasan diatas pembahasan selanjutnya berusaha untuk mengetahui


sejauh mana pengertian dekonstruksi yang tanpa disadari oleh perancangan terdapat pada
bangunan tersebut. Pembacaan dekonstruksi Gedung Mesiniaga karya Kenneth Yeang
dalam pembahasan ini digunakan dengan menerapkan beberapa asas-asas dekonstruksi
yang digunakan seperti apa yang telah dilakukan oleh Benedikt dalam meninjau Museum
Kimbell. Dengan demikian mudah-mudahan dekonstruksi pada Gedung Mesiniaga ini
dapat terbaca.

PEMBACAAN
DEKONSTRUKSI
GEDUNG
KONSEP DIFFERENCE PADA RANCANGAN MESINIAGA

MESINIAGA

Konsep difference-nya Derrida nampaknya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan


metafisikanya sebuah pohon raksasa-nya gedung Mesiniaga , dimana dengan pemaknaan
bahwa tanda menghadirkan sesuatu yang tidak hadir. Dengan menempatkan konsep taman
secara memutar dan kontiniu (continuous planting spiraling up), hal ini telah memberikan
suatu
makna
ingin
menghadirkan
suatu
bangunan
yang
di
metaforakan sebagai sebuah pohon raksasa.

Taman yang memutar dan bentuk bangunan yang berbentuk lingkaran adalah sebuah
tanda yang menghadirkan sesuatu yang tidak hadir yaitu sebuah pohon yang dilengkapi

dengan dedaunan. Sedangkan pohon itu sendiri merupakan tanda ketidakhadiran yang
tertunda dari apa yang semestinya dihadirkan.

Pohon pada konsep bangunan ini merupakan sebuah metafora dari apa yang seharusnya
hadir dalam sebuah pelestraian alam, dimana pohon merupakan suatu unsur yang
terpenting
dalam
memberikan
seuatu
keseimbangan
alam.
Spiral taman angkasa yang dikembangan di dalam perencanaan bangunan Mesiniaga ini,
dimana taman tersebut berputar ke atas dipakai sebagai alat yang memberikan bayangan
yang kontras visual kepada permukaan baja dan alumunium dari gedung tersebut, hal ini
juga merupakan sebuah metafor dari apa yang seharusnya hadir yaitu sebuah alam yang
ditumbuhi
oleh
beberapa
tanaman
yang
hijau
dan
asri.
Konsep sebuah pohon, yaitu sebuah unsur alam yang hidup dan tumbuh serta berdiri pada
sebuah bidang tanah, merupakan sebuah konsep yang dipergunakan oleh Ken Yeang
untuk membuat dan membangun Gedung Mesiniaga. Metafisikanya sebuah pohon terlihat
jelas sekali pada bangunan ini, dimana penundaan kehadiran yang seharusnya hadir,
sudah merupakan sebuah bukti adanya defference-nya Derrida ada di obyek ini.
Site yang ditata sedemikian rupa dan teratur dan ditumbuhi sebatang pohon pada areal
sekitar site tersebut. Pohon-pohon menumbuhkan cabang-cabangnya, kolom-kolom
menumbuhkan balok-balok. Pertumbuhan terus berlanjut, batang-batang menumbuhkan
dedaunan. Bentuk yang sedang bertumbuh ini dapat kita lihat pada bangunan Gedung
Mesiniaga dimana kolom-kolom tersebut dapat kita lihat karena berada luar bangunan.
Selanjutnya kehadiran mahkota baja yang berada pada puncak bangunan ini juga dapat di
metaforkan sebagai puncak sebuah pohon yang selalu dipenuhi oleh dedaunan, dimana
pemaknaan tersebut merupakan sebuah tanda menghadiran sesuatu makna yang tidak
hadir. Sebuah puncak pohon yang selalu dipenuhi dengan dedaunan tersebut merupakan
sebuah tanda ketidakhadiran, dimana kehadirannya ditandai dengan hadirnya sebuah
rangka baja yang menyerupai sebuah mahkota.

Seperti telah diungkapkan pada pembahasan terdahulu tentang penataan tapak, bahwa
tanaman di sekitar bangunan yang ditata membentuk spiral pada kulit bangunan juga
dipandang sebagai alam yang hijau. Ini sesuai dengan teori Yoshinibu Ashihara, bahwa
untuk membentuk sebuah tatanan ruang luar, kita dapat memperlakukan tanaman di taman
sebagai masa yang dapat juga membentuk ruang luar, sama seperti masa bangunan, jadi
kedudukan masa bangunan dan masa tanaman memang sama bila ditinjau dari
pembentukan ruang luar. Kenneth Yeang mengatakan konsepnya tentang rancangannya
ini sebagai proses bangunan bio - klimatik, tetapi apa yang terlihat ternyata melangkah

lebih jauh dari proses terjadinya sebuah bentuk. Bila kita melihat sketsa dari tema space of
one hundred columns kita seolah diajak untuk membayangkan bahwa bentuk tersebut
tumbuh dari site itu sendiri. Hal ini terlihat pada site dimana bangunan seakan muncul dari
dalam tanah pada sebuah perbukitan.

Konsep Continuous PalntingSpiraling Up dari Gedung Mesiniaga

Penerapan konsep tersebut dengan menempatkan taman secara memutar keatas dan
diakhiri oleh sebuah mahkota.

Terlihat dikejauahan, memperlihatkan seakan-akan bangunan tersebut tumbuh dari sebuah


perbukitan

PEMBALIKAN HIRARKI PADA RANCANGAN MESINIAGA


Filsafat modern dengan metafisika kehadirannya sangat menekankan kepastian yang tak
tertunda karena segala sesuatu harus bisa diselesaikan dengan logika. Diferensiasi secara
ketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan secara diamatral (oposisi)
binari). Elemen yang pertama dianggap yang penting dan mendominasi yang kedua, secara
hirarkis yang kedua sub-ordinansi terhadap yang pertama, sehingga kalau yang kedua
harus ada, maka ia hanya berperan sebagai perlengkap penderita. Derrida melakukan
dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan kedua elemen
tersebut tidak secara hirarkis yang satu dibawah yang lain, tetapi sejajar sehingga secara
bersama-sama dapat menguak makna (kebenaran) yang lebih luas, lebih mendalam pada
suatu bingkai tanpa batas.

Dalam konteks ini dan melihat konsep perencanaan Gedung Mesiniaga ada beberapa
bagian yang dapat dilihat secara pembalikan hirarki dekonstruksi. Salah satunya yaitu
sebuah konsep penempatan fungsi penampungan air yang biasanya berada di dasar
bangunan atau pada halaman sebuah bangunan, dalam hal ini sang arsitek Kenneth Yeang
mengadakan suatu pembalikan hirarki dengan menempatkan sesuatu yang semestinya

berada dibawah dalam hal ini diletakkan diatas bangunan, atau pada puncak bangunan
lantai 20. Biasanya pada bangunan-bangunan pencakar langit, pada lantai puncak
diletakkan fungsi darurat yanitu meletakan Helipaid. Fungsi penampungan air ini,
digunakan sebagai media yang memberikan sumber kehidupan bagi taman angkasa yang
diciptakan Ken Yeang pada bangunan tersebut

Perletakkan penampungan air hujan yang berfungsi sebagai penyuplai air bagi taman
angkasa spiral

Dengan menggunakan sifat air yang selalu berjalan ketempat yang lebih rendah maka
dengan meletakkan penampungan air diatas bangunan maka air tersebut dapat
memberikan sumber kehidupan bagi taman angkasa yang berbentuk spiral.

KONTEKS

PUSAT

DAN

MARJINAL

PADA

RANCANGAN

MESINIAGA

Perbedaan antara pusat dan marjinal merupakan konsekuensi dari adanya hirarki yang
ditimbulkan oposisi binari. Yang marjinal adalah yang berada pada btas pad tepian, berada
diluar (outside), karenanya dianggap tidak penting. Sementara yang pusat adalah yang
terdalam yang dijantung daya tarik dan makna dimana setiap gerakan berasal dan
merupakan
tujuan
gerakan
dari
yang
marjinal.
Derrida mempertanyakan keabsahan posisi ini dalam konsep parergon (para : tepi, ergon :
karya), yaitu bingkai lukisan. Kalau hanya untuk membingkai lukisan selalu dibuat
demikian bagus berukir. Bukankah pembingkaian (framing) ini mempunyai nilai sendiri
terlepas dari nilai lukisan yang dibingkainya ?.

Dinding pada umumnya berfungsi sebagai kulit luar dari sebuah bangunan. Dinding pada
umumnya berada pada bagian luar (outside), dan merupakan bagian yang digunakan
sebagai batas dari sebuah ruang. Dibalik dinding dapat dipastikan ada sebuah ruang, pada
ruang tersebut ada bermacam-macam komponen penyusun ruang, antara lain perabotan.
Apabila pada sebuah bangunan tinggi biasanya pada sebuah ruang ada salah satu unsur
yang cukup penting sebagai struktur pendukung bangunan yanitu tiang, dimana biasanya
tiang ini pada ruang-ruang tertentu muncul dan berada di dalamnya. Selanjutnya pada
suatu perencanaan dapat juga memperlihatkan bahwa posisi tiang dan dinding berada
pada dimensi yang sama.

Melihat rancangan Ken Yeang, dimana posisi keduanya yaitu antara tiang dan dinding telah
dibedakan dalam peletaknya. Pada konteks dekonstruksi tentang pusat dan marjinal , dan
melihat pengertian dari konsep parergon-nya Derrida, maka penempatan dinding yang
seharusnya berada pada marjinal pada gedung tersebut ditempatkan seolah-olah pada
pusat bangunan yang dilindungi oleh beberapa buah tiang yang melindunginya. Peran tiang
yang merupakan fungsi struktur bangunan tinggi diusahakan juga berperan sebagai alat
pelindung dinding yang ditarik kepusat untuk menghindari pencahayaan yang berlebihan.
Dinding-dinding bangunan yang selama ini dibiarkan sebagai komponen yang tidak
berguna tetapi pada bangunan Gedung Mesiniaga peranan dinding yang ditarik kepusat
tersebut mempunyai peran yang sangat sentral dalam mengatur pencahayaan yang

masunk kedalam gedung. Dinding-dinding tersebut dipenuhi oleh kaca-kaca yang berfungsi
untuk memasukkan berkas-berkas cahaya sehingga kegelapan didalamnya terusir dan
masuklah roh yang memberikan kehidupan pada bangunan ini sehingga terjadilah proses
kehidupan yang terjadi pada pembahasan sebelumnya. Cahaya ini terus masuk pada siang
hari
dari
bukaanbukaan
yang
ada
pada
kulit-kulit
bangunan
dan
diarahkan oleh lempengan-lempengan logam yang berada diluar dinding tersebut. Tetapi
pada malam

hari kita melihat proses sebaliknya, keluarnya roh itu dari dalam gedung Mesiniaga.
Keluarnya cahaya dari bangunan sangat kuat terasa pada bangunan tengah. Dan
pengeluaran cahaya ini terasa sangat memberikan arti bahwa bangunan tersebut
mengisyaratkan pada lingkungan bahwa di dalamnya ada suatu roh dan kehidupan.
Cahaya disini tidak sekedar merasuk kedalam ruang tetapi juga keluar dari ruangan,
sehingga bentuk di sini adalah wadah dari roh, seperti falsafah Lao Tze tentang ruang.
Bahwa yang penting adalah yang ada di dalam, kekosongan yang ada di dalam itu, dan ini
semakin diperkuat dengan adanya aliran kehidupan dari keluar-masuknya cahaya tersebut.

Secara jelas terlihat peranan dinding yang berada dipusat dari lingkaran luar bangunaan
tersebut sangat sentral dan penting sekali di dalam mengatur pencahayaan alami Gedung
Mesiniaga, dalam hal ini sang dinding meninggalkan sang tiang yang tetap dengan
kemarjinalannya.

Pada rancangan denah Gedung Mesiniaga terlihat perletakan kolom yang berada diluar
dari dinding gedung tersebut. Proses penukaran antara pusat dan marjinal terlihat pada
bagian ini

PENGULANGAN

DAN

MAKNA

PADA

RANCANGAN

MESINIAGA

Suatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang (iteratif) pada
konteksyang berbeda dimana secara konotif maupun denotif artinya akan memperoleh
struktur yang stabil. Dalam arsitektur, penggunaan metafora secara berulang-ulang akan
membuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dimaksudkannya.
Pengulangan/ serangkaian titik menunda kehadiran makna yang akan dimunculkan (dalam
konteks bahasa). Ia juga merupakan waktu istirahat, jedah, memperlambat tempo atau
mengarah padaketidakthuan. Serangkaian tanda tanya menunda kehadiran makna tentang
kebingungan, kegalauan, ketidakpastian, dan seterusnya. Serangkaian tanda seru
menunda kehadiran makna tentang kemarahan, kegeraman dan seteruanya. Dengan
demikian pengulangan/ serangkaian titik, tanda tanya, tanda seru merupakan metafora dari
ketidkthuan, kebingunan dan kemarahan.

Pada bangunan Gedung Mesiniaga, pengulangan alat penangkis sinar matahari yang
terbuat dari logam merupakan suatu tanda tanya tentang kehadiran suatu makna yang
tersembunyi dibalik kehadirannya. Ibarat kepala seorang manusia yang ditutupi sebuah
topi, artinya manusia tersebut melindungi kepal dari sengatan sinar matahari, tetapi selain
topi dibutuhkan pula suatu bentuk dari topi tersebut sebuah penangkis cahaya yang dapat
menghindarkan mata dari silaunya matahari. Kemudian apa bila seorang manusia merasa
silau terhadap sinar matahari sedangkan dia tidak menggunakan topi, secara reflek
tangannya akan digunakan sebagai penangkis sinar matahari. Kalau penangkis sinar
matari tersebut hanya diletakkan cuma sebuah pada bangunan Gedung Mesiniaga
tersebut, maka belum memberikan makna metafora dari sebuah tangan manusia untuk
menangkis matahari dari silaunya cahaya matahari, tetapi karena diberi secara berulangulang maka makna penangkis tersebut semakin jelas namun kehadiran makna sebenarnya
dari sebuah tangan manusia tetap tertunda dibalik kehadirannya, apalagi penempatannya
berada pada bagian-bagian tertentu yang memang dibutuhkan akibat fungsi yang
diembannya. Oleh karena itu akibat pemunculan lempengan tersebut semakin jelaslah
makna melalui metafora tangan manusia yang sedang menahan silaunya sinar matahari.

Pada gambar terlihat lempengan baja yang diletakkan pada bagian-bagian tertentu secara
berulang. Kehadirannya sebagai sebuah tanda tanya menunda sebuah kehadiran makna
dari tangan manusia yang sedang menahan silaunya matahari yang menyinari mata
manusia tersebut.

Gambar yang memperlihatkan sebuah konsep Penempatan penangkis sinar matahari


sebagai Sebuah metafora tangan manusia yang sedang Dari silaunya cahaya matahari

Profil Saya
\Dekonstruktivisme dalam arsitektur telah menjadi suatu fenomena yang berpengaruh dalam perkembangan
perancangan sejak awal kemunculannya pada dekade 1980-an. Dekonstruksi adalah suatu pendekatan
terhadap perancangan bangunan dengan mencoba melihat arsitektur dari segi fragmentasi (potongan),
manipulasi permukaan struktur dan faade, serta olahan bentuk-bentuk non-rectilinear. Dalam arsitektur
kontemporer, strategi perancangan dengan menggunakan prinsip dekonstruksi telah melahirkan bangunanbangunan luar biasa dengan bentukan dan gubahan massa yang tidak teratur, terdistorsi, abstrak dan
bahkan antigravitasi. Arsitek-arsitek yang populer dengan sebutan the seven architects (Bernard Tschumi,
Peter Eisenman, Frank Gehry, Rem Koolhaas, Zaha Hadid, Daniel Libeskind dan Coop Himmelblau) menjadi
tokoh-tokoh terkemuka dibalik kesuksesan dekonstruksi dalam membangun suatu citra baru terhadap
arsitektur. Kaidah-kaidah tradisional dalam arsitektur klasik maupun modern yang selama bertahun-tahun
dan bahkan berabad-abad diyakini dan dijadikan sebagai dasar bagi perancangan ditentang secara radikal
dan konseptual melalui eksplorasi dan olah kreativitas dalam desain. Segera setelah kemunculannya,
dekonstruksi menjadi aliran baru yang menggantikan gaya Internasional (International Style) yang
sebelumnya mendominasi karakter desain bangunan. Pengaruh filosofi dekonstruksi yang diperkenalkan oleh
Jacques Derrida serta konstruktivisme yang berkembang di Rusia pada awal abad ke-20 melahirkan dua
aliran utama dalam arsitektur dekonstruksi yang dikenal sebagai dekonstruksi derridean dan dekonstruksi
nonderridean. Dalam karya ilmiah ini pemahaman terhadap arsitektur dekonstruksi diterangkan melalui
eksplorasi preseden-preseden arsitektural yang terkait secara teoritis sebagai manifestasi strategi
dekonstruksi dalam transformasi desain.

Anda mungkin juga menyukai