MK Ta 05
MK Ta 05
keuangan,
terutama
berkepentingan
dengan
pengukuran
yang berlaku umum. Namun, biaya tersebut tidk termasuk kategori sumber sumber
ekonomi perusahaan dalam artifisial.
2. Kewajiban
Pengorbanan pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan
pada masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa
yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada waktu lampau, yang diakui dan
diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban tersebut,
termasuk kewajiban yang ditangguhkan pembayarannya ( deffered liability ) namun
kewajiban yang dimaksudkan bukan merupakan kewajiban dalam artifisial.
3. Ekuitas Pemilik
Selisih antara sumber sumber ekonomi dengan pengorbanan pengorbanan
ekonomis perusahaan ekonomis perusahaan, atau selisih antara jumlah aktiva dan
kewajiban perusahaan yang merupakan bagian dari hak pemilik. Namun hal xtersebut
bukan suatu ukuran nilai perusahaan.
Aktiva Kewajiban = Ekuitas Pemilik
Dan juga ada unsur unsur yang inheren, yaitu : ketidakpastian, komitmen, dan hal
hal lainnya yang melekat pada perusahaan tertentu, dimana semua itu diperlukan
pengungkapan yang cukup memadai sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
10. konsistensi
11. materialitas
Konsep dasar 1 sampai 5 dikategorikan sebagai pelandasan statemen posisi
keungan, sedangkan konsep dasar 6 sampai 11 dikategorikan sebagai pelandasan
statemen laba rugi.
Paton dan Littleton
Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Paton dan Littleton (1970)
merupakan konsep-konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang
disebut sebelumnya. Buku Paton dan Littleton (P&L) yang diterbitkan pertama
kali pada tahun 1940 merupakan salah satu karya klasik yang mempengaruhi
pemikiran akuntansi sesudah itu.
Konsep konsep dasar yang dikemukakan P&L :
1. entitas bisnis atau kesatuan usaha
2. kontinuitas kegiatan atau usaha
3. penghargaan sepakatan
4. kos melekat
5. upaya dan capaian atau hasil
6. bukti terverifikasi dan objektif
7. asumsi
Beberapa daftar diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tentang apa
yang dimasukkan sebagai konsep dasar oleh berbagai sumber diatas. Perbedaan
dapat terjadi karena perbedaan persepsi berbagai sumber tentang faktor
lingkungan atau karena perbedaan pendefinisian makna atau status suatu konsep
sebagai konsep dasar. Sebagai contoh, Grady menganggap bahawa hak milik
pribadi merupakan suatu konsep dasar sedangkan penulis yang lain menganggap
hak milik pribadi adalah suatu faktor lingkungan. P&L tidak memasukkan
materialitas sebagai konsep dasar mungkin karena mereka mengaggaap bahwa
materialitas lebih merupakan kriteria pemilihan informasi dan karenanya kurang
validitas sebagai konsep dasar. Demikian juga konsep taksiran tidak dimasukkan
dalam konsep dasar karena konsep taksiran lebih merupakan keterbatasan
informasi keuangan daripada konsep itu sendirinya adalah konsekuensi atau
turunan dari konsep entitas bisnis demikian juga konsep periode waktu dan
konsep akrual, keduanya sebenarnya adalah turunan konsep dasar penandingan
upaya dan hasil. Untuk menunjukkan konsep yang maknanya sama sering kali
juga digunakan beberapa istilah ynag berbeda misalnya : kesatuan akuntansi,
kesatuan usaha, kesatuan, entitas, kesinambungan, berlangsung terus dan
kontinuitas usaha.
Suatu konsep dasar merupakan turunan atau konsekuensi logis dari konsep
dasar yang lain sehingga terjadi perbedaan tentang banyaknya konsep-konsep
yang masuk dalam seperangkat konsep dasar. Konsep sistem berapasangan
misalnya, sebenar
Konsep konsep yang diuraikan oleh P&L cukup lengkap karena dapat
menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada
jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu dengan
yang lain secara koheren, oleh karen itu, konsep dasar P&L dijadikan bahan
bahasan utama karena menjelaskan konsep dasar lain yang merupakan turunannya
dengan menunjukkan hubungan dengan konsep dasar P&L. Pembahasan konsep
dasar terhadap standar atau praktik akuntansi, dan hal hal penting yang
berkaitan dengan konseep dasar bersangkutan.
Management
terpisah
pemilik
Akuntan
Dengan pengertian diatas, bila konsep usaha dianut, konsep ini mempunyai beberapa
implikasi di bawah ini. Kesatuan usaha hanya merupakan salah satu kesatuan.
Batas kesatuan
Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas
kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan
kesatuan ekonomik.artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai kesatuan
ekonomik dari pada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali oleh
satu manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat
pertanggung jelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara
ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu
kesatuan.
Implikasi konsep kesatuan usaha
Sesuai dengan gagasan P&L diatas, pendapatan dan biaya merupakan pendapatan
dan biaya kesatuan usaha bukan pemilik. Oleh karena itu, pendapatan dan biaya
tidak didefinisikan atas dasar perubahan ekuitas tetapi atas dasar perubahan aset.
Bahwa pendapatan dan biaya mempengaruhi ekuitas merupakan akibat dianutkan
konsep kesatuan usaha. Dengan kata lain pendapatan, biaya untung, dan rugi
merupakan penyebab perubahan ekuitas.
1.4 Sistem berpasangan
Sistem berpasangan atau aspek ganda dalam pencatatan dan pelaporan merupakan
konsekuensi logis / turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara
manajemen.
1.5 Persamaan Akuntansi
Dengan konsep kesatuan usaha, eleman pendapatan (serta untung) dan biaya
(serta rugi) merupakan penyebab perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antar
buku besar ini dapat dinyatakan dengan persamaan akuntansi yang spesifik dan
bukan persamaan aljabar.
Persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
A=K+E +PB+ID
K*
E*
Posisi awal : A
Perubahan :
berturut-turut. Fluktuasi laba tahunan adalah hal wajar sehingga untung/rugi luar
biasa harus masuk dalam statemen laba-rugi all-inclusive.
2.3 Fungsi Neraca dan Penilain Elemennya
Dengan konsep kontinutas usaha tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk
menunjukkan sisa potensi potensi jasa yang masih dimiliki kesatuan usaha untuk
menghasilkan pendapatan dalam periode periode berikutnya. Proses penentuan
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca merupakan pengukuran sisa
potensi jasa, sehingga akuntansi menilai pos pos neraca berdasarkan kos historis
(historical cost principle concept ).
3. Penghargaan sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah / agregat harga /
penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi merupakan
pengukuran / bahan olah dasar akuntansi yang paling objectif terutama dalam
mengukur sumber ekomonik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar.
Sebagai konsekuensi, elemen elemen atau pos pos pelaporan keuangan
diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut.
Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah
meneydiakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahaan yang
sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain.
Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek
menjadi objek objek homogenus yang paling objektif untuk menyajikan
hubungan antar objek yang bermakna. Penghargaan sepakatan tersebut akan
dicatat dan diolah lebih lanjut dalam sisem akuntansi perusahaan untuk
berbagai laporan manajerial dan statemen keuangan.
Dengan
pemahaman
seperti
digambarkan
diatas,
tujuan
pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif
dan subjektif seperti ; tujuan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, peraturan
pemerintah alasan politik, dan sebagainya.
Kos melekat pada objek yang direpresentasinya sehingga kos bersifat mudah
bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti
objek yang dilekatinya. Kos mempunyai daya saling mengikat antara satu dengan
yang lainnya mengikutiikatan objek-objek yang disimbulkannya. Dasar pikiran
konsep ini adalah bawha tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos
adalah untuk mengikuti aliran upaya (effort) dalam menyediakan produk atau jasa.
Produk biasanya mempunyai manfaat atau utilitas (utility) baru yang lebih besar
daripada manfaat masaing-masing komponen secara terpisah. Berbagai jenis kos
sekadar dikelompokkan kembali untuk menentukan kos yang melekat pada produk
akhir. Nilai tambahan baru (additional utility)yang dikandung produk yang tidak
dicatat.
Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung
(embodied cost) yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau
produk sebagai pasangan kos penggantian (displacement cost) yaitu kos seandainya
objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos
kesempatan (opportunity cost). Jadi, untuk barang sebagai hasil akhir kegiatan
produksi, kos terkandung adalah kos komponen yang melekat pada barang tersebut
sedangkan kos penggantian adalah price-aggreate yang tidak jadi diperoleh klau
barang tersebut tidak ada (nilai keluar/harga jual) atau price aggregate yang haru
dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan).
Saat Pengakuan Nilai Tambah
Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai
factor produksi untuk menghasilkan produk baruyang manfaatnya kebih tinggi. Kalau
kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan bermacam-macam factor produksi,
kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemprosesan factor produksi
tersebut. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan
tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos bahan baku,
kos tenaga kerja, kos jasa mesin (depresiasi),dan kos faktor produksi lainnya
sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk
(product-cost).
Kalau penjualan sudah terjadi dan penghargaan sepakatan lebih tinggi dari
pada gabungan kos
Wabah Penggabungan
Aliran fisis produksi, kos dipecahkan, dikelompokkan, dan kemudian
digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Berarti bahwa kos digabungkan
ddengan produk sebagai
diserahkan kepada pelanggan (telah terjadi penjualan) maka kos yang melekat pada
unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat
disebut dengan kos barang terjual (cost of goods sold).
Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, seperti
misalnya kos tenaga kerja langsung, biasanya wabah penggabungannya adalah
produk. Kos yang tidak erat kaitannya dengan produk atau sukar dirunut secara
praktis ke produk, seperti kos administrasi, wabah pengabungannya adalah perioda
(waktu) dan akan membentuk kos perioda (period cost).
Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka
memperoleh hasil berupa pendapatan. Tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya
(biaya). Pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung
biaya. Artinya,
Penakaran yang dimaksud disini adalah dasar atau wadah penandingan antara
biaya dan pendapatan. Penakaran yang paling cocok adalah penakaran yang dapat
menunjukkan secara tepat dan objektif bahwa biaya yang masuk dalam penakaran
adalah biaya yang benar-benar menyebabkan timbulnya pendapatan yang masuk
dalam penakar tersebut. Kalau penakar sudah ditentukan, masalah berikutnya adalah
menentukan berapakah kos yang harus masuk kedalam penakar sehingga dapat
dibaca(dihitung).
Kos yang dapat diperhitungkan sebagai upaya dan kos pendapatan yang
dapat diperhitungkan sebagai hasil. idealnya semua kos dilekatkan pada produk
sehingga asosiasi antara biaya dan pendapatan yang ditimbulkan oleh biaya tersebut
sangat jelas. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam mencari dasar pelekatan kos ke
produk yang memungkinkan semua kos yang terjadi dapat dialokasikan secara cukup
teliti kedalam divisi produksi, administrasi, dan pemasaran atau departemen , atau
pusat kos tertentu yang akhirnya seluruh kos membentuk kos produk.
Karena tidak semua kos mudah dikaitkan dengan produk, akuntansi berahli
kepada
periodewaktu
sebagai
penakar
untuk
dijadikan
dasar
pendapatan dan biaya. Laba yang diperoleh dengan cara seperti ini disebut dengan
laba struktural atau formal. Disebut laba formal karena laba diperoleh sebagai hasil
penerapan ketentuan-ketentuan formal(dalam hal ini adalah prinsip atau standar
akuntansi)
Kos Aktual
Akuntansi hanyalah menandingkan upaya yang benar-benar telah dilakukan
oleh suatu kesatuan usaha sehingga laba yang diperoleh adalah selisih biaya dan
pendapatan yang diukur dengan kos yang sesunggunya terjadi. Artinya , kos tersebut
timbul karena transaksi, kejadian, atau upaya yang nyata-nyata dilakukan. Untuk
mengakui kos harus ada transaksi masa lalu (past transactions). Biaya sesunggunya
adalah biaya yang terjadi akibat suatu kegiatan yang nyata (real)sehingga kos
hipotetis atau asumsian (hypothetical atau imputed cost)tidak diakui. Contoh kos
hipotetis adalah penghematan kos yang terjadi akibat perusahaan membangun sendiri
gedung dan bukan menyerahkan kekotraktor. Harga dari kontraktor lebih mahal
karena memperhitungkan bunga atau laba. Akan tetapi, karena tidak ada transaksi
yang melandasi, selisih tersebut semata-mata hanya asumsi bukan kos nyata.
Asas Akrual atau Himpun
Karena akuntansi mendasarkan diri pada konsep upaya dan hasil dalam
menentukan besarnya laba, akuntansi tidak membatasi pengertian biaya atau
pendapatan pada biaya yang telah diterima. Akuntansi menekankan substansi suatu
kegiatan atau transaksi yang menimbulkan biaya dan pendapatan. Artinya , akibat
suatu transaksi tertentu yang telah terjadi (past events),berjalannya waktu sudah dapat
menjadi dasar untuk mengakui biaya atau pendapatan. Karena itu dalam proses
penandingan(matching), akuntansi mendasarkan diri pada asas akrual bukannya asas
tunai. Konsep dasar akrual yang diajukan APB sebenarnya merupakan turunan
konsep dasar ini.
Asas akrual adalah asas dalam pengakuan pendapatan dan biaya yang
menyatakan bahwa pendapatan diakui pada saat hak kesatuan usaha timbul lantaran
penyerahan barang atau jasa ke pihak luar dan biaya diakui pada saat kewajiban
timbul lantaran penggunaan sumber ekonomik yang melekat pada barang dan jasa
yang diserahkan tersebut. Sebagai konsekuensi asas ini, akuntansi mengakui pos-pos
akruan
(accrued)dan
tangguhan(deferred).
Penghimpunan
atau
Pengertian Depresiasi
Depresiasi adalah biaya nyata bukan hipotesis. Epresias untuk suatu perioda
harus diperhitungkan dan diakui sebagai biaya karena jasa yang diberikan oleh aset
tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau pemberhentian aset tersebut.
Seluruh potensi jas aset tetep (depresi total yang direpresentasi oleh kos aset) jelas
akan dimanfaatkan atau dipakai dengan cara tertentu sampai jasa yang terkandung
didalamnya habis. Jadi, depresiasi adalah bagian dari kos aset yang telah
diperhitungkan sebagai biaya.
Penentuan besarnya depresiasi tidak tergantung pada besarnya laba
perusahaan walau pun besarnya biaya depresiasi akan mempengaruhi besanya laba
sendiri
bukan masalah
bertentengan dengan konsep-konsep : jasa dibalik kos, daya ikat kos serta upaya dan
hasil. Juga tidak menjadikan masalah prinsip bagi akuntansi bahwa metoda depresiasi
yang digunakan tidak sejalan dengan proses keausan fisis aset tersebut atau tidak
menunjukan adanya fluktuasi nilai aset yang serupa.
Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metoda tertentu harus tetep
merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan tersebut
menimbulkan atau bahkan menambah rugi operasi. Misalnya, suatu perusahaan
membeli alat pengangkutan(truk) dengan kapasitas angkutan lima ton dan
menentukan bahwa depresiasi didasarkan atas metoda garis lurus. Masalahny adalah
kalau truk tersebut tidak selalu dipakai atau mengangkut barang kurang dari lima
ton ,apakah biaya depresiasi harus dikurangi?
Depresiasi total truk tersebut dapat disamakan dengan kos sewa truk tersebut
dengan tarif sewa atau dasar waktu (misalnya tahunan) dan seluruh kos sewa telah
dibayar dimuka.
Pos-pos Luar Biasa
Sebagai konsekuensi konsep dasar kontinuitas usaha, konsep upaya dan hasil
harus dipandang dalam perspektif jangka panjang. Karena perhatian diletakkan pada
daya melaba, konsep upaya dan hasil tidak sekedar mengakibatkan pengakruan dan
penangguhan(accruing and deferring) untuk perioda berjalan tetapi juga untuk jangka
panjang. Untuk menentukan laba periodik, konsep menandingkan(matching) yang
berorientasi jangka panjang akan memasukkan juga:
1. Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya
manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan
direncanakan.
2. Rugi luar biasa(extraordinary losses) yaitu hilangnya atau berkurangnya
manfaat ekonomik atau aset yang yang terjadi akibat hal-hal yang tidak ada
hubunganya atau tidak mudah dihubungkan dengan upaya untuk memperoleh
hasil.
Tidak menjadi masalah bagi konsep penandingan apakah untung non operasi(luar
biasa) hanya ditandingkan dengan rugi non operasi dan baru kemudian selisihnya
ditambahkan atau dikurangkan terhadap laba operasi atau apakah untung non operasi
ditambahkan dulu ke laba operasi baru kemudian rugi non operasi dikurangkan. Yang
penting bagi konsep penandingan adalah bahwa untung dan rugi non operasi luar
biasa tersebut berkaitan dengan biaya dan pendapatan dan bukan berkaitan dengan
transaksi dengan pemilik. Di lain pihak, rugi non operasi mengurangi aset total baik
itu akibat pendapatan tadak dapat menutup biaya ataupun akibat kejadian-kejadian
yang tidak terduga yang sama sekali tidak berkaitan dengan upaya untuk memperoleh
hasil.
didukung
oleh
bukti-bukti
yang
obyektif
dan
dapat
diuji
Bukti hendaknya diartikan dalam arti luas dan substantive tidak sekedar bukti
formal dan material. Itulah sebabnya Sudibyo (2001) membedakan makna antara
bukti audit(audit evidence)dan bahan kebuktian(evidential metter). Bukti menjadi
basis rasional dalam melakukan pertimbangan(judgment).
Memverifikasi berarti membktikan kebenaran, menguji ketelitiansuatu fakta,
atau menguatkan/menyangkal suatu pertanyaan. Bukti adalah sarana untuk
memastikan kebenaran atau memberikan pembuktian. Bukti yang kuat adalah bukti
yang dapat mmberikan keyakinan tinggi akan kebenaran suatu pernyataan.
Buktuterverivikasi (yang dapat diverifikasi)adalah bukti yang mempunyai sifat
tertentu sehingga memungkinkan untuk menjadi bahan pembuktian kebenaran
pertanyaan. Objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh suatu bukti tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi(personal bias). Istilah ini merupakan lawan
kata subjektif yang mengisyaratkan adanya unsure personal seperti mentalitas atau
hasrat untuk mengelabuhi yang mungkin mempengaruhi kekuatan bukti
Objektivitas Relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi
bersifat relative. Kegiatan usaha tidak memungkinkan untuk dijadikan bahan analisis
laboratorium dan tidak pula mengikuti rumus-rumus matematik. Begitu pula, masa
depan dunia usaha tidak dapat diramalkan dengan tepat secara keseluruhan dan hal
yang sama berlaku untuk perusahaan secara induidual. Dengan demikian fakta
akuntansi tadak selalu bersifat objektif penuh(conclusively objektif) dan dapat
disertifikasi secara tuntas( completely verifiable).
Bukti akuntansi juga tidak harus mendasarkan pada bukti yuridis. Itulah
sebabnya, untuk dapat dinyatakan sebagai aset yang harus dilaporkan oleh kesatuan
usaha, suatu aset tidak harus dimiliki kesatuan usaha tetapi cukup dikuasai.
Dalam jangka panjang, ada resiko dari konsep objektivitas relative yaitu
bahwa perlakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak
sesuai dengan keadaan dan fakta pada periode masa datang. Akan tetapi, kalau fakta
yang digunakan adalah yang terbaik diperoleh(best obtainable) maka tidak ada lagi
yang dapat diperbuat pada waktu itu. Terbaik diperoleh dapat mengecoh karena,
terbaik diperoleh kadang-kadang digunakan dengan pebgertian tidak lebih dari
yang tergampang atau termurah diperoleh (cheapest obtainable). Akuntansi
hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tanpa mengorbankan
realibilitas. Namun, memperoleh bukti yang secara menyakinkan objektif juga
memerlukan kos yang tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa konsep dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam
akuntansi mengandung elemen variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat
objektivitas. Tingkat objektivitas bukti yang paling tinggi pada saat dan kaadaan
tertentu adalah yang terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkan objektivitas
yang tinggi tersebut tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha.
Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep
dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas
keterbatasanya.
Kontinuitas Usaha
masyarakat dan pemerintahan yang mengakui hak milik pribadi. Dengan pengakuan
hak milik pribadi ini,
satu
bentuk
perlindungan
adalah
adanya
kewajiban
untuk
Tentu saja, akuntansi juga menghendaki agar statemen keuangan dapat saling
diperbandingkan antar perusahaan dalam batasan-batasan yang layak. Oleh karena
itu, akuntansi tidak berusaha untuk menekankan keseragaman mutlak(melalui
akuntansi standardisasian atau stadardized accounting) tetapi lebih menekankan pada
penentuan pedoman-pedoman umum yang memberikan keleluasaan untuk memilih
perlakuan yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Konservatisma
Konservatisma
ketidakpastian
untuk
tindakan
atau
keputusan
atas
dasar
memutuskan untuk mengakui rugi tersebut. Implikasi konsep ini terhadap pelaporan
keuangan adalah bahwa pada umumnya akuntansi akan segera mengakui biaya atau
rugi yang kemungkinan basar akan terjadi tetapi tidak mengantisipasi untung atau
pendapatan yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.
Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Konsep ini menyatakan bahwa sistem pengendalian internal yang memadai
merupakan sarana untuk mendapatkan keterandalan informasi atau data akuntansi
yang tinggi. Konsep yang diajukan Grandy ini dilandasi penalaran bahwa objektivitas
dalam akuntansi bukan merupakan objektivitas mutlak dan akuntansi mengetahui
adanya taksiran-taksiran sehingga keterandalan data hanya dapat dijamin kalau
kesatuan usaha mempunyai sistem pengendalian internal yang memadai. Oleh karena
itu, pengendalian internal juga merupakan salah satu bentuk bukti yang mendukung
keterandalan, objektivitas, dan keterverifikasian angka-angka akuntansi. Sebagai
bukti, auditor harus menilai(to assess) struktur internal kesatuan usaha yang
diauditnya.
konsep
dasar
berfungsi
melandasi
penalaran
pada
tingkat