Besaran Dan Vektor
Besaran Dan Vektor
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak terjadi peristiwa-peristiwa yang
berhubungan dengan pengetahuan baik yang bermanfaat maupun yang tidak
bermanfaat. Namun hal tersebut tidak kita sadari bagaimana cara mengembangkan
peristiwa-peristiwa yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Salah satu dari ilmu
pengetahuan tersebut adalah ilmu fisiska, dimana ilmu fisika tersebut sangat
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari dalam melakukan suatu aktivitas, contoh
ilmu fisika yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan usaha manusia untuk
mempelajari gejala alam. Setelah gejala alam diketahui, maka dipikirkan bagaimana
cara pemanfaatannya di dunia nyata atau kehidupan sehari-hari , kajian ilmu fisika
sangat sering muncul dalam terjadinya suatu peristiwa, misalnya sebuah mobil yang
melakukan pengereman dan lain-lain, memindahkan sebuah barang/benda ketempat
lain. Peristiwa-peristiwa ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan bagi kita jika
kita kaitkan dengan ilmu fisika.
Disini kita akan membahas bagaimana caranya kita menerapkan pertanyaanpertanyaan yang ada dipkiran kita dengan mempelajari materi-materi fisika. Dalam
makalah ini kami akan menjelaskan tentang perbedaan besaran pokok dan besaran
turunan beserta satuan dan dimensinya serta memprediksi dimensi suatu besaran
melakukan analisis, dan melakukan penjumlahan dan perkalian vektor dan
menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ilmu fisika dikenal adanya besaran dan satuan. Besaran merupakan
sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai dan satuan merupakan salah satu
komponen basaran yang menjadi standar dari suatu besaran . Ditinjau dari cara
memperolehnya besaran digolongkan menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya didefinisikan atau
ditetapkan terlebih dahulu, yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada besara lain.
Ada 7 besaran pokok antara lain massa, panjang, waktu, suhu, intensitas cahaya, kuat
arus dan jumlah zat. Sedangkan besaran turunan didapat dari hasil menurunkan
besaran pokok. Jika dilihat dari nilai dan arahnya, besaran dibedaka menjadi 2, yaitu
besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar adalah besaran yang hanya
memiliki nilai tanpa memiliki arah. Contoh dari besaran skalar adalah massa, waktu,
panjang dan masih banyak lagi. Sedangkan besaran vektor adalah besaran yang
memiliki nilai dan arah.
Untuk lebih menambah pemahaman kita tentang besaran pokok, besaran
turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi maupun besaran vektor dan besaran
skalar, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan berbagai kajian-kajian tentang
besaran pokok, besaran turunan, satuan SI, dimensi, analisis dimensi, besaran vektor
dan besaran skalar lebih lanjut. Kajian-kajian yang dijelaskan diantaranya pengertian
besaran pokok dan besaran turunan, menjelaskan penerapan satuan besaran pokok dan
besaran turunan dalam SI, cara menentukan dimensi dan pengertian analisis dimensi,
pengertian skalar dan vektor, operasi vektor, resultan vektor dengan metode jajar
genjang, resultan vektor dengan metoda poligon, resultan vektor dengan metode
analisis. Selain dari semua itu, kami juga akan menjelaskan tentang perkalian titik
(dot), perkalian silang (cross) dan sifat-sifatnya, dan juga penerapan perkalian skalar
dan silang dalam fisika.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa rumusan masalah yang
dapat paparkan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud besaran pokok, besaran turunan dan contoh-contohnya?
2. Bagaimana cara menerapkan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam
SI?
3. Bagaimana caranya menentukan dimensi suatu besaran pokok dan turunan dan
apa yang dimaksud dengan analisis dimensi dalam fisika?
4. Apa pengertian skalar dan vektor, dan bagaimana cara mempresentasikan
vektor ?
5. Apa saja jenis operasi vektor, resultan vektor dan metodenya ?
6. Apa saja jenis dari perkalian vektor ?
7. Bagaimana menerapkan konsep perkalian skalar dan perkalian silang dalam
pemecahan masalah sehari-hari ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah diatas sesuai dengan rumusan masalah di atas
sebagai berikut:
1. Mampu membandingakan besaran pokok, besaran turunan dan contohcontohnya.
2. Kita bisa menerapkan satuan besaran pokok dan besaran turunan dalam SI.
3. Mampu menentukan dimensi suatu besaran pokok dan turunan dan kita juga
bisa mengetahui pengertian dari analisis dimensi dalam fisika.
BAB II
PEMBAHASAN
Besaran fisis yaitu segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan
angka. Besaran fisis digunakan untuk menyatakan hukum-hukum fisika, misalnya:
panjang, massa, waktu, gaya, kecepatan, temperatur, intensitas cahaya, dan banyak
lagi yang lain. Ada banyak besaran fisis, kadang-kadang saling bergantung satu
dengan lainnya, sehingga pengaturannya menjadi sulit, misalnya saja laju (speed)
adalah perbandingan antara panjang dan waktu. Yang harus kita lakukan adalah
memilih sejumlah kecil besaran fisis sebagai besaran pokok. Besaran-besaran fisis
lainnya dapat diturunkan dari besaran pokok.
Besaran fisis dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran
turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Ada tujuh besaran pokok
dalam fisika, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Besaran pokok
Satuan
Simbol satuan
panjang
Meter
massa
Kilogram
kg
waktu
Sekon
Ampere
suhu
Kelvin
jumlah zat
Mol
mol
intesitas cahaya
Candela
cd
Rumus
Satuan
luas
panjang lebar
m2
panjang lebar
m3
volume
tinggi
massa jenis
massa
volume
kg m-3
kecepatan
pepindahan
waktu
m s-1
percepatan
kecepatan
waktu
m s-2
gaya
massa percepatan
gaya perpindahan
tekanan
gaya
luas
daya
energi
waktu
gaya waktu
kg m s-1 = N s
impuls dan
momentum
besaran pokok. Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu
(ditulis huruf besar), dan atau diberi kurung persegi. Sebagai contoh, dimensi dari
besaran massa ditulis M atau [M]. Dimensi suatu besaran turunan ditentukan oleh
rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran-besaran pokok.
Sebagai contoh, dimensi dari besaran percepatan yang didefinisikan sebagai hasil bagi
dari kecepatan dan waktu adalah sebagai berikut :
percepatan kecepatan L2
waktu T
= [L][T]-2
Adapun cara-cara menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran
pokok yaitu :
Besaran Turunan
Definisi
Simbol
Dimensi
Volume (V)
p l t
[L][L][L]
[L]3
Massa jenis ()
Massa per volume (
m
V
Kecepatan (v)
Perpindahan per waktu
Percepatan (a)
Kecepatan per waktu
)
s
t
v
t
[M ]
[ L]3
[M][L]-3
[ L]
[T ]
[L][T]-1
[ L]
[T ]2
[L][T]-2
Tabel 1.4. Menentukan dimensi besaran turunan dari dimensi besaran pokok
Analisis dimensi dalam fisika adalah alat konseptual yang sering diterapkan
dalam fisika, dan teknik untuk memahami keadaan fisis yang melibatkan besaran fisis
yang berbeda-beda. Adapun tiga manfaat dimensi dalam fisika, sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk membuktikan dua besaran fisis setara atau tidak. Dua
besaran fisis yang hanya setara jika keduanya memiliki dimensi yang sama dan
keduanya termasuk besaran skalar atau keduanya termasuk besaran vektor.
2. Dapat digunakan untuk menetukan persamaan yang pasti atau mungkin benar.
3. Dapat digunakan untuk menurunkan persamaan suatu besaran fisis jika
kesebandingan besaran fisis tersebut dengan besaran fisis lainnya diketahui.
2.4 Pengertian Skalar , Vektor dan Representasi Vektor
Selain besaran pokok dan turunan, besaran fisika masih dapat dibagi atas dua
kelompok lain yaitu besaran skalar dan besaran vektor. Besaranbesaran seperti
massa, jarak, waktu dan volume, termasuk besaran skalar, yakni besaran yang hanya
memiliki besar atau nilai saja tetapi tidak memiliki arah. Sedangkan besaran seperti
perpindahan, kecepatan, percepatan dan gaya termasuk besaran vektor, yaitu besaran
yang memiliki besar (atau nilai) dan juga memiliki arah. Dalam besaran vektor kita
hanya mementingkan atau memfokuskan hanya pada nilai suatu besarannya tetapi kita
juga akan memperhatikan arah dari besaran vektor tersebut. Beberapa contoh besaran
vektor misalnya perpindahan, gaya dan lain-lain. Jika kita menyatakan perpindahan
selalu disertai arah, cara menyatakan atau menggambarkan vektor ada 3 cara, yaitu
dengan diagram vektor, notasi huruf dan notasi analitis.
1. Cara pertama yaitu dengan diagram vektor, vektor dapat digambarkan dengan
anak panah.
A
1. Besar dan arah vektor dapat kita lihat atau dapat digambarkan melalui diagram
vektor. Misalkan diagram vektor di atas, kita dapat melihat besar dan arah vektor A
dan B, panjang dari anak panah dapat kita lihat sebagai besar atau nilai vektornya
misalnya panjang anak panahnya 1 meter, sedangkan arah dari vektor tersebut
dapat kita lihat dari arah kepala anak panah pada diagram vektor.
2. Cara yang kedua adalah dengan notasi huruf. Ada beberapa aturan dalam penulisan
vektor menggunakan huruf. Vektor dapat ditulis dengan huruf kapital yang dicetak
tebal, huruf kecil yang dicetak tebal, dan dalam penulisan sehari-hari biasanya
ditulis dengan menambahkan anak panah di atas huruf yang menyatakan vektor.
AB
dan
ab
Vector AB memiliki arti atau dapat diartikan bahwa arah vektornya dari vektor A
ke vektor B.
3. Cara yang ketiga adalah dengan notasi analitis. Notasi ini digunakan untuk
menganalisa vektor tanpa menggunakan gambar atau diagram. Contoh : vektor a
dapat dinyatakan dalam komponen komponen sebagai berikut :
ay
ay
a
az
ax
ax
Gambar
vektor dengan
arahtetapi
yang memiliki
berbeda arah yang sama
b. Dua vektor
yang1.4
besarnya
tidak sama
B
Gambar 1.5 vektor dengan besar yang berbeda
B
Gambar 1.7 Vektor A dan B
AB
B
A
A+B=B+A
(1.1)
B
Gambar 1.10
b. Hukum Asosiatif
Kedua
hukum
ini
menyatakan
bahwa
bagaimanapun
urutan
atau
B
A
Gambar 1.11
10
( A+ B ) + C =A+ ( B + C )
(1.2)
Gambar 1.12
Dalam menentukan resultan vector AB diatas dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu:
1. Titik pangkal vektor B diletakkan berhimpit dengan vektor A
2. Gambar jajar genjang dengan P dan Q sebagai sisinya, lalu tarik garis
diagonalnya
D
Q
A
11
BC
(1.3)
AC 2=
AB
BC
(1.4)
(1.5)
Dimana diketahui :
AB = P
BC = AD = AC = R
Sehingga persamaan (1.5) dapat ditulis menjadi
R 2 P 2 Q 2 2( P )(Q ) cos
(1.6)
(1.7)
R= P2 +Q2 +2 ( P )( Q ) cos
Catatan :
1. Jika vektor P dan Q searah, maka = 00 dan R =
P 2+Q2 +2 ( P ) (Q )
(1.8)
(1.9)
P 2+Q2
(1.10)
b. Metode Segi Banyak (Poligon)
Menghitung nilai resultan juga dapat dilakukan dengan metode polygon (segi
banyak). Metode poligon adalah cara meresultankan vektor dengan cara menggambar.
Salah satu vektor sebagai acuan dan vektor lain disambungkan dengan pangkal tepat
12
F
E
G
H
R
c. Metode Analitik
Jika pada satu titik bekerja lebih dari 1 vektor, maka untuk mencari
resultannya dapat digunakan metode analitik (uraian). Dalam metode ini, vektor akan
diproyeksikan ke dalam komponen-komponennya dalam suatu system kordinat
tertentu. Vektor-vektor tersebut dapat doproyeksikan pada 2 arah (sumbu x dan sumbu
y). Vektor-vektor yang sejajar dapat dihitung resultannya dengan cara dijumlahkan
atau dikurangkan. 2 resultan pada arah sejajar pasti saling tegak lurus, sehingga
resultan akhirnya dapat ditentukan dengan dalil phytagoras
bar :
F1 y
F1
F2
F2 y
F2 x
F1 x
13
F X =F 1 X F2 X
(1.11)
F Y =F1 Y + F2 Y
(1.12)
dimana :
1 X=
F
F1
cos
(1.13)
2 X=
F2 cos
F
(1.14)
F1y = F1 sin
(1.15)
2 y=
F2 sin
F
(1.16)
tg=
FY
FX
(1.17)
(1.18)
B = kA
14
(1.19)
Vektor B memiliki besar k kali vektor A. jika nilai k positif (+) maka vektor B
akan memiliki arah yang sama dengan vektor A. namun jika k bernilai negative maka
vektor B berlawanan arah dengan vektor A.
2. Perkalain Vektor dengan Vektor
ada 2 jenis perkalain ini, yaitu
a. Perkalain tititk/dot ()
Perkalian titik 2 buah vektor, A dan B dapat dituliskan A B . 2 buah vektor
yang dioperasikan dengan perkalian titik menghasilkan bilangan biasa (skalar)
A
B 1.17
Gambar
AB = AB cos
(1.20)
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perkalian titik, antara
lain :
Dalam perkalian titik berlaku hukum komutatif
AB = BA
(1.21)
(perklaian dot tidak memperhatikan urutan)
Perkalian titik juga memenuhi hukum distributif
A(B+C) = AB + AC
(1.22)
0
Jika vektor A dan B saling tegak lurus ( = 90 ) maka
AB = 0
(1.23)
Jika kedua vektor memiliki arah yang sama (searah) = 0, maka
AB = AB
(1.24)
Jika A=B akan diperoleh
AA = A2 atau BB = B2
(1.25)
Jika = 1800 maka vektor A dan B akan berlawanan arah
AB = AB
(1.26)
b. Perkalian silang/cross ()
Dengan notasi AB (dibaca A cross B), perkalian silang 2 vektor ini
menghasilkan sebuah vektor baru. Vektor hasil perkalian ini dapat digambarkan
sebagai sebuah vektor yang tegak lurus terhadap masing-masing vektor tersebut.
Hal hal penting yang harus diingat dalam perkalian silang, antara lain :
Perkalain silang bersifat anti komutatif
A B = B A
(1.27)
0
Sudut yang dibentuk vektor A dan B 90 (tegak lurus) maka
A B= AB
(1.28)
0
0
Jika vektor A dan B segaris dengan = 0 ataupun = 180 (searah ataupun
berlawanan) maka
A B= 0
2.7 Penerapan Perkalian Vektor
(1.29)
15
Gambar 1.19
Hasil dari perkalian ini (usaha) merupakan bilangan skalar (bilangan biasa)
tanpa arah. Contoh lain dari penerapan perkalian titik ini adalah saat menghitung fluks
listrik.
2. Penerapan Perkalian Silang (Cross)
Masih ingatkah dengan momen gaya ? momen gaya dirumuskan = F r.
dimana adalah momen gaya, F adalah vektor gaya dan r adalah vektor posisi.
Momen gaya ini merupakan besaran vektor karena setelah dioperasikan, momen gaya
selain memiliki nilai juga memiliki arah.
O
Gambar 1.20
Titik O merupakan poros, jika batang tersebut ditarik dengan gaya F, maka
batang akan bergerak searah jarum jam. Sehingga momen gaya termasuk salah satu
contoh penerapan perkalian silang (cross). Adapun contoh lain yaitu Gaya Lorentz.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan yang dapat ditarik adalah
sebagai berikut :
1. Besaran pokok merupakan besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih
dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran yang lain. Sedangkan besaran
turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran-besaran pokok.
2. Untuk penyamaan persepsi pengukuran di seluruh dunia, diciptakan suatu
standar satuan yang disebut dengan satuan Sistem Internasional yang dapat
dikonversi ke dalam satuan yang berlaku di negara masing-masing. Misalnya
satuan panjang secara internasional adalah meter, dapat dikonversi ke dalam
satuan inchi, kaki, mil, dan lain-lain.
3. Dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaranbesaran pokoknya.
4. Kegunaan analisis dimensi yaitu; (a) mengungkapkan kesetaraan beberapa
besaran yang secara sepintas tampak berbeda, misalnya energi kinetik, energi
potensial, dan usaha; (b) menentukan satuan dari besaran turunan dengan cara
analisis dimensional.
5. Analisis dimensional adalah suatu cara untuk menentukan satuan dari suatu
besaran turunan, dengan cara memperhatikan dimensi besaran tersebut.
6. Besaran skalar artinya besaran yang tidak memiliki arah.
7. Besaran vektor merupakan besaran yang selain memiliki nilai juga memiliki
arah.
2. Ada 3 cara untuk merepresentasikan vektor, yaitu
a. Diagram vektor
b. Notasi huruf
17
c. Notasi analitis
3. Ada beberapa metode untuk mencari nilai resultan vektor, antara lain :
a. Metode jajar genjang
R= P2 +Q2 +2 ( P )( Q ) cos
b. Metode segi banyak (polygon)
c. Metode analitik (uraian)
2
F R2= F X + F Y
18
DAFTAR PUSTAKA
www.ensiklopedia.com
www.google.com
Halliday,Resnick.1999.Fisika Jilid I.Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Giancoli, D.C.1998. Fisika Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga
Modul Fisika Dasar 1
Sri Handayani, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: CV
Adi Perkasa
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: CV Teguh Karya
19