Anda di halaman 1dari 4

Cytomegalovirus (CMV)

Etiologi : cytomegalovirus.
Virus ini dapat menyebabkan pembengkakan sel yang karakteristik sehingga sel tampak terlihat
membesar (cytomegali) dan tampak seperti gambaran mata burung hantu

Gejala/Tanda:
infeksi CMV perinatal tanpa gejala.
infeksi CMV kongenital:
1. bintik-bintik merah di kulit (petechiae)
2. pembesaran hati dan limpa (hepatosplenomegaly)
3. sakit kuning (jaundice)
4. kepala berukuran kecil (microcephaly)
5. tidak ada pengapuran otak (cerebral calcification).
CMV mononucleosis: demam, kelelahan, tak enak badan (malaise), sakit kepala,
nyeri otot (myalgia), dan pembesaran limpa/lien (splenomegaly).
CMV Karena Penyakit sistemik umum (individu imunosupresi, individu

menjalani transpantasi organ) : pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang


kadang-kadang fatal.
Diagnosis
Anamnesis: IDEM GEJALA KLINIS
Pemeriksaan Penunjang
Ibu
1. Titer antibodi anti CMV > 4 X
2. Antibodi IgM ibu (+)
3. Isolasi virus.
Infeksi kongenital
1. IgM spesifik serum janin (+)
2. Isolasi virus
3. Konfirmasi imunologi spesifik
Terapi:
Ganciclovir (5 mg per Kg berat badan, 2 x sehari intravena, diberikan selama 14

21 hari).
Foscarnet (60 mg per Kg berat badan, setiap 8 jam untuk 2-3 minggu). dipakai

bila resisten ganciclovir


valganciclovir (900 mg setiap hari selama14-21 hari).

Cidofovir (5 mg per Kg berat badan per minggu untuk 2 minggu).


Transmisi (Penularan):
1. Horizontal = melalui hubungan seksual, menyusui, kontak dengan air liur
(saliva), tinja, urin dan darah.
2. Vertikal = Infeksi primer Ibu transmisi ke janin 40 %
Pencegahan
1. Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin mencegah infeksi
primer (Belum dilakukan di Indonesia)
2. Menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan sebelum dan melakukan sesuatu
3. Wanita usia subur yang bekerja di rumah sakit (terutama yang bekerja dikamar bersalin
dan bangsal anak) sebaiknya memperhatikan prinsip tindakan kewaspadaan universal;

4. Hindari transfusi kepada bayi baru lahir dari ibu yang seronegatif dari pendonor
seropositif CMV.

Komplikasi
1. Infeksi SSP antara lain: (meningoencephalitis, kalsifikasi, mikrosefali, gangguan
migrasi neuronal, kista matriks germinal, ventriculomegaly dan hypoplasia
cerebellar)
2. Kelainan pada mata meliputi korioretinitis, neuritis optik, katarak, koloboma, dan
mikroftalmia.
3. Sensorineural Hearing Defisit (SNHD)
4. Hepatomegali dengan kadar bilirubin direk meningkat.
Prognosis

Herpes Simpleks
Sinonim: herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis (genitalis), fever blister,
cold sore.
Etiologi: virus herpes simpleks (Herpes Virus Hominis/HVH) tipe I atau tipe II,
merupakan virus DNA.
1. HS tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak. Lokasi di daerah pinggang ke atas,
terutama mulut dan hidung.
2. HS tipe II (virus of love) biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan
dengan peningkatan aktivitas seksual. Lokasi di daerah pinggang ke bawah, terutama
daerah genital
Faktor pencetus: emosional, menstruasi, hubungan seksual, stres psikis, minuman
beralkohol, makanan yang pedas, daging kambing.
Penularan:
1. Kontak kulit langsung
2. Hubungan seks.
3. Jarang transplecenta, seringnya saat persalinan
Gejala klinis: ada 3 tingkat
1. Infeksi primer: malaise (rasa tak enak badan), demam, nyeri otot, pembengkakan
kelenjar getah bening regional. Dijumpai vesikel (gelembung berisi cairan,
berdiameter < 1 cm) berisi cairan jernih, menggerombol, di atas dasar kulit yang
kemerahan. Sebelum timbul vesikel, biasanya didahului oleh rasa gatal, atau seperti
terbakar. Berlangsung 2-6 minggu. Salah satu manifestasinya herpetic whitlow
(terjadi pada orang yang kebiasaannya menggigit jari).
2. Fase Laten: tidak ditemukan gejala klinis.
3. Infeksi rekurens: gejala yang timbul lebih ringan dari infeksi primer berupa rasa
panas, gatal, nyeri. Berlangsung 7-10 hari.
Penegakan Diagnosis:
Anamnesis: IDEM GEJALA KLINIS
Pemeriksaan Fisik:
Inspeksi : Vesikel2 miliar berkelompok, jika pecah membetuk ulkus, dan kemerahan
pada sekitar
Pemeriksaan Penunjang :
1. Kultur jaringan sensitifitas 95 % mahal, lama (> 48 jam )
2. Serologi : ELISA sensitifitas 97,5 % dan spesifisitas 98 %
3. Pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzank
Terapi:
1. Krim Acyclovir dioleskan tiap 3 jam, 6X/ hari, selama 7 hari
2. Oral untuk infeksi primer, infeksi ulang, penekanan rekurensi: 200mg, 5 X/ hari,
selama 10 hari
3. Intravena (kasus berat) 5 mg/ kgBB/ 8 jam selama 5 hari
Komplikasi :

1. Pioderma
2. ekzema herpetikum,
3. esophagitis
4. infeksi neonatus
5. keratitis
6. ensefalitis
Pencegahan:
1. Menjaga Kebersihan
2. Hindari kontak dengan penderita
Prognosis: Cenderung rekuren

Anda mungkin juga menyukai