Anda di halaman 1dari 42

Infeksi TORCH

dr. Handy Wiradharma, Sp.OG

ITKES Wiyata Husada


Samarinda
TORC
H Toksoplasmosis

Rubella

CMV

HSV
Toxoplasmosis
Definisi
Penyakit yg disebabkan oleh Toxoplasmosis Gondii
Parasit penyebab penyakit  manusia dan binatang
Khususnya bayi dan anak-anak

Epidemiologi
Insiden cukup tinggi  berkaitan dengan pola makan
dan hospes definitif
Etiologi
Toxoplasma gondii
protozoa intraseluler obligat
bermultiplikasi pada sel hidup
Menetap  SSS, otot skelet dan otot jantung

Transmisi
Transmisi congenital  plasenta
Transmisi melalui makanan  daging mengandung
kista
Melalui transfusi darah
Manifestasi Klinis
Toksoplasmosis Kongenital
Hidrosefalus, korioretinitis dan kalsifikasi serebral
(sindrom sabin)
Toksoplasmosis Kongenital
80%  IQ < 70

Kulit  petekie, ekimosis


Sistemik  prematur, IUGR, limfadenopati,
hepatosplenomegali
Kelainan endokrin  Miksedema, hipernatremia persisten
Sistem saraf sentral  ensefalopati, Hidrosefalus,
Mikrosefali
Mata  korioretinitis
Telinga  tuli sensorineural
Manifestasi Klinis
Toxoplasmosis Akuisita
Limfadenopati  umumnya pada servikalis
Diagnosis
Pemeriksaan langsung tropozoit atau kista
Isolasi parasit
Biopsi kelenjar
Pemeriksaan serologis (IgM – IFA, IgG – IFA, PCR)
Pemeriksaan radiologist
Diagnostik prenatal
Konsep lama hanya bersifat empiris dan
berpedoman pada hasil uji serologis ibu hamil.
Saat ini pemanfaatan tindakan kordosentesis dan
amniosentesis dengan panduan ultrasonografi guna
memperoleh darah janin ataupun cairan ketuban
sebagai pendekatan diagnostik
Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada usia
kehamilan 14-27 minggu (trimester II).
Kordosentesis (pengambilan sampel darah janin
melalui tali pusat) ataupun amniosentesis (aspirasi
cairan ketuban) dengan tuntunan ultrasonografi.
PRINSIP ULTRASONOGRAFI
CHORDOCYNTHESIS
AMNIOSENTESIS
Pencegahan
Mencegah terjadinya infeksi primer pada ibu-ibu hamil
 Memasak daging sampai 60º C
 Jangan menyentuh mukosa mulut bila sedang memegang
daging mentah
 Mencuci buah dan sayur sebelum dimakan
 Kebersihan dapur
 Cegah kontak dengan kotoran kucing
 Siram bekas piring makanan kucing dengan air panas
Pencegahan
Mencegah infeksi terhadap janin dengan jalan :
 Seleksi wanita hamil dengan tes serologis
 Pengobatan adekwat bila ada infeksi selama hamil
 Tindakan abortus terapeutik pada trimester I/II
Vaksinasi pada kucing
Penatalaksanaan
Kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine
(pilihan utama)
Trimetoprim
Spiramycin
Rubella
Definisi
Campak Jerman  infeksi virus menular, yang
menimbulkan gejala ringan (misalnya nyeri sendi dan
ruam kulit)
Kehamilan usia 8-10 minggu  keguguran, IUFD
Etiologi
Virus Rubella
Penularan  droplet / kontak langsung
Manifestasi Klinis
Demam ringan (1 atau 2 hari)
Pembesaran KGB
Bercak kemerahan  timbul pertama kali di muka dan
leher  (24 jam) badan, lengan, tungkai  hilang 1- 4
hari

Pada janin
Abortus
Keterlambatan pertumbuhan, mental, kelainan bentuk
organ
Manifestasi Klinis Rubella kongenital
Sindroma rubella kongenital yang meliputi 4 defek
utama yaitu :
 Gangguan pendengaran tipe neurosensorik.
 Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis
katup pulmonal.
 Gangguan mata : katarak dan glaukoma.
 Retardasimental
 Purpura trombositopeni (Blueberry muffin rash)
 Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis
Bayi yang lahir dengan rubela kongenital
menyebarkan virus sehingga merupakan
ancaman bagi bayi lain, serta orang dewasa
yang berkontak dengan bayi tersebut.
Manifestasi Klinis Rubella kongenital
Extended – Meliputi cerebral palsy, retardasi mental,
keterlambatan pertumbuhan dan berbicara, kejang,
ikterus dan gangguan imunologi (hipogamaglobulin).

Delayed - Meliputi panensefalitis, dan Diabetes


Mellitus tipe-1, gangguan pada mata dan pendengaran
yang baru muncul bertahun-tahun kemudian.
Diagnosis
Anamnesis
Pem Fisik
Pemeriksaan penunjang

Diagnosis pasti  pemeriksaan serologik


Peningkatan titer anibodi 4 kali pada hemaglutination
inhibition test (HAIR) atau
Ditemukannya antibodi Ig M yang spesifik untuk
rubela
Penatalaksanaan
Adamantanamin hidrokhlorida (amantadin)
Interferon dan isoprinosin
CMV
Penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus
Prevalensi CMV kongenital sebesar 0,2 – 3% dari
seluruh kehamilan
Transmisi CMV
Ditularkan melalui kontak langsung dari cairan tubuh,
seperti urin, air liur, atau ASI
Dapat menyebar melalui organ-organ transplantasi dan
transfusi darah

Transmisi selama Kehamilan  hubungan seksual dan


melalui kontak dengan urin atau air liur
Penularan ke Bayi sebelum Lahir  plasenta
Patogenesis
Virus masuki sel dg cara terikat pada reseptor
permukaan sel
Menembus membran sel  vakuola
Selubung terlepas  nukleocapsid menuju ke nukleus
inang
CMV dapat hidup di dalam bermacam sel seperti sel
epitel, endotel, fibroblas, leukosit, sel dendritik
Patogenesis
Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang
karakteristik sehingga terlihat sel membesar
(sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata
burung hantu.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada Ibu Hamil :
 Umumnya >90% asimpomatik
 Gejala yang timbul tidak spesifik, yaitu: demam, lesu,
sakit kepala, sakit otot dan nyeri tenggorok
 Dapat mengalami keguguran
 Menyalurkan pada bayi  kelainan kongenital
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada Bayi
 Demam,
 Kuning (jaundice),
 Gangguan paru,
 Pembengkakan kelenjar limfe,
 Pembesaran hati dan limpa,
 Bintik merah di sekujur tubuh,
 Hambatan perkembangan otak (microcephaly)
 Buta, tuli, retardasi mental bahkan kematian.
Diagnosis klinis
Riwayat Klinis
 Infeksi maternal lebih mungkin disebabkan reaktivasi
virus laten
 Perempuan yang dengan anak-anak, pekerja penitipan
atau pekerja kesehatan berisiko lebih tinggi terhadap
infeksi
Pemeriksaan penunjang
 CMV diisolasi dari urin dan air liur,
 Cairan tubuh lainnya, termasuk ASI, sekresi serviks,
cairan ketuban, WBC, CSS, tinja dan biopsi
 Titer IgG 4 kali atau anti-CMV IgM yang positif
 PCR
Penatalaksanaan
Terapi terbaik  gansiklovir dan valgansiklovir
Immunoglobulin
Lini kedua antara lain foscarnet dan cidofovir
HSV
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe 1 atau tipe 2
Kejadian HSV-1 (mulut) (10-30%)
HSV-2 merupakan penyebab infeksi herpes genital
yang paling banyak (70-90%),
Etiologi
HSV -1 dan HSV-2 adalah virus double-stranded DNA
Transmisi melalui sel epitel mukosa, gangguan kulit,
bermigrasi ke jaringan saraf  keadaan laten
HSV-1  lesi orofacial ditemukan di ganglia
trigeminal
HSV-2  lesi genital ditemukan di ganglia
lumbosakral
Patogenesis
Infeksi terjadi melalui kontak kulit secara langsung
bertahan di ganglia saraf sensoris  masa laten
Virus bereplikasi di serabut saraf perifer  reinfeksi
Manifestasi klinis
Transmisi terjadi pada trimester I cenderung terjadi
abortus
Trimester II, terjadi prematuritas.
Dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum
Pada bayi dapat berupa ensefalitis, keratokonjungtivis,
atau hepatitis, dan lesi pada kulit
Pemeriksaan penunjang
Tzank test
Tes Pap Tzanck  sel raksasa khusus dengan banyak
nukleus atau partikel khusus yang membawa virus
(inklusi)
Pemeriksaan penunjang
Kultur virus  mengambil sampel cairan dalam tahap
blister
Tes PCR
Tes serologi
Diagnosis
Karakteristik lesi vesikuler pada dasar eritema dan
bersifat rekuren
Hasil pemeriksaan penunjang (kultur, serologi,
sitologi)
Penatalaksanaan
Edukasi menghindari hubungan seksual selama gejala
muncul dan selama 1 sampai 2 hari setelahnya
Menggunakan kondom
Terapi oral :
Acyclovir, Famciclovir, dan Valacyclovir, Foscarnet
Topikal
Penciclovir krim 1% atau Acyclovir krim 5%
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai