Oleh:
Satria Adhi Permana
A0A01047
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasilliensis) merupakan tanaman tahunan yang
memiliki siklus hidup selama kurang lebih 25 tahun. Hal ini berarti bahwa pemilihan
bahan tanam/bibit tanaman dilakukan sekali dalam 25 tahun. Pemilihan bahan tanam
harus dipertimbangkan secara cermat, karena adanya kekeliruan dalam pemilihan
bahan tanam akan berdampak negatif terhadap produksi yang akan dihasilkan
nantinya. Umumnya tanaman tahunan merupakan investasi jangka panjang yang
hasilnya akan dinikmati beberapa tahun kemudian.
Bibit karet yang baik adalah bibit yang unggul dan bermutu. Bibit karet yang
dianjurkan adalah bibit karet yang berasal dari klon unggul sesuai dengan potensinya,
yang diperbanyak secara okulasi. Bahan tanam bermutu baik ialah bahan tanam yang
dipelihara dengan baik sehingga pertumbuhan cepat dan seragam, Sehingga dapat
mempersingkat masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM).
Urutan pada setiap tahap kegiatan dalam pengadaan bahan tanam adalah cara
untuk mendapatkan bahan tanam karet yang bermutu baik. Pekerjaan sejak dari
pemilihan biji untuk batang bawah, pengecambahan, pembibitan batang bawah,
pelaksanaan okulasi, pemilihan entres sampai pembibitan tanaman di polibeg harus
mengikuti norma-norma yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut saling
terkait, sehingga saling mempengaruhi satu sama lain. Kesalahan dalam pelaksanaan
satu jenis kegiatan dapat menghasilkan bahan tanam yang tidak bermutu baik
(Nugroho, 2009)
Praktikum ini dilaksanakan agar kita dapat mengetahui cara melakukan
pembibitan tanaman karet, serta mempraktekkannya sehingga kita dapat melakukan
pembibitan karet ini.
B . Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil okulasi akan diperoleh bahan
tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polibag, atau
stum tinggi (Chairil, 2001).
Tanaman karet akan tumbuh dengan baik pada iklim tertentu. Biasanya
tanaman karet akan tumbuh baik pada zona antara 15o LS dan 15o LU. Curah hujan
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ini tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
Kisaran curah hujan yang mendukung pertumbuhan antara 2.500 4.000 mm/tahun,
yang terbagi dalam 100-150 hari hujan (Djoehana S., 1983).
Ketinggian tempat juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet.
Tanaman karet dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai 200 m di atas
permukaan laut (dpl.), semakin tinggi tempat maka pertumbuhannya semakin
lambat. Ketinggian lebih dari 600 m dpl kurang cocok untuk pertumbuhan tanaman
karet. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan karet adalah suhu dan
intensitas cahaya matahari. Menurut Djoehana Setyamidjaja (1983), pertumbuhan
tanaman karet akan optimal pada suhu antara 25oC 35oC, dengan suhu optimal
rata-rata 28oC. Intensitas cahaya matahari yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman
karet adalah 5-7 jam.
Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman
perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan
hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20 25 tahun).
Bibit tanaman karet yang akan dibudidayakan adalah hasil dari perbanyakan
vegetatif, bibit harus berasal dari klon unggul yang terpilih, pertumbuhan bibit
dalam kondisi prima dan terhindar dari hama dan penyakit (Amy, 2006).
Produksi lateks dari tanaman karet selain ditentukan oleh keadaan tanah dan
pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen
penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan
tanaman karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria matang sadap. Kriteria
matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari
permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm. Jika 60% dari populasi tanaman
telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap dipanen
(Anwar, 2001).
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu tertentu dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan, agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum menghasilkan, sistem dan manajemen
sadap. Asumsi bahwa pengelolaan kebun plasma dapat memenuhi seluruh kriteria
yang telah dikemukakan dalam kultur teknis karet di atas, maka estimasi produksi
dapat dilakukan dengan mengacu pada standar produksi yang dikeluarkan oleh
Dinas Perkebunan setempat atau Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan
(Anwar, 2001).
B. Prosedur Kerja
1.
Pemberangkatan
a. Persiapan awal dengan berkumpul di fakultas pertanian, absen dilakukan per
rombongan praktikum dan diberi sedikit pengarahan dari koordinator
dosen
praktikum.
b. Kemudian diberangkatkan menuju PTPN IX Krumput.
c. Setelah sampai di PTPN IX Krumput penjelasan dari petugas diperhatikan dan dicatat.
A. Hasil
Praktikum pembibitan tanaman karet dilaksanakan :
Hari, tanggal
Lokasi
: PTPN IX Krumput
Waktu Pelaksanaan
dasar ( Rookpospat ) yang telah dicampur dengan bubuk belerang 20 %, lahan siap
ditanami.
b. Pendederan biji, biji diseleksi dengan cara direndam dalam air, biji ditanam ke
media yang telah dibuat dengan cara disusun melintang pada bedengan satu per
satu, disiram pagi dan sore secara rutin, dan ditutup dengan karung.
c.
B.
Pembahasan
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik
yang berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Ada
beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji,
persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman.
Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan
untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam
setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20 25 tahun).
Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.
Pembibitan secara generatif (Okulasi) merupakan salah satu usaha perbanyakan tanaman
yang dilakukan dengan cara menempelkan mata dari satu tunas untuk menyatukan sifat-sifat
baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion/entres) yang
ditempelkan padanya sehingga mendapatkan sifat yang unggul. tanaman ke tanaman sejenis
dengan tujuan okulasi atau penempelan mata
Pembitan tanaman karet di PTPN IX Kebun Krumput dilakukan dengan beberapa
tahap pembibitan untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan berproduksi tinggi. Tahapan
pembibitan tersebut yaitu :
Pembibitan Lapangan I, bertujuan untuk menyiapkan batang bawah yang unggul dan
siap untuk di okulasi. Pembibitan lapangan I dilakukan di kebun entres sebelum siap di tanam
di lapangan. Kebun batang bawah yaitu kebun dimana bibit batang bawah ( rootstock ) yang
berasal dari biji dikembangbiakan. Lahan perlu disiapkan agar di peroleh bibit dengan
perakaran yang baik. Kebun batang bawah yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu : lahan yang digunakan relative datar, mudah di jangkau, dekat dengan sumber air,
bukan daerah penyebaran penyakit jamur akar putih (Indranty,1990).
Sebelum biji di tanam dalam kebun bibit batang bawah hal pertama yang perlu
dilakukan yaitu pengecambahan dan pendederan. Pendederan bertujuan untuk menyeleksi biji
yang akan dikecambahkan agar diperoleh biji dengan kulaitas yang baik dan siap untuk
dikecambahkan. Setelah mendapatkan biji yang baik pada seleksi, langkah selanjutnya yaitu
pengecambahan. Tahapan pengecambahan yang dapat dilakukan yaitu : 1) Biji di benam
dengan bagian muka menghadap ke bawah dan punggungnya terlihat di permukaan 2) Jarak
antar biji 1 cm , sehingga 1 m2 memuat 1000 butir biji 3) Penyiraman dengan rotasi
minimal 2 kali sehari guna menjaga kelembaban. 4) Biji mulai berkecambah pada hari kelima
kemudian dipindahkan ke pembibitan lapangan setelah diadakan penyiapan lahan
sebelumnya. 5) Satu hektare pembibitan menghasilkan bibit salur 35000 36000 6) Setelah
selesai dilakukan penanaman langkah selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu pemeliharaan
tanaman di kebun pembibitan seperti penyiraman, penyakit, penyiangan, pemupukan dan
pengendalian hama dan
Jenis klon yang digunakan oleh PTPN IX Krumput ini adalah klon IRR 112, PB 260,
PB 340. Semua klon yang di gunakan di PTPN IX Krumput adalah klon unggulan. Klon
pilihan ini mempunyai berberapa sifat :
1.
Pertumbuhan
a. Pertumbuhan sangat baik, dan mulai bisa disadap pada umur 5 tahun
b. Mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan pertumbuhan semak belukar
dilingkungan RAS 1.
c. Kemampuan untuk tumbuh sangat kuat
d. Mempunyai keseimbangan dalam hal percabangan yang berguna untuk ketahanan atas
kerusakan oleh angin yang kuat
2.
Produksi
a. Mempunyai produksi getah yang tinggi
b. Ketahanan terhadap cara penyadapan yang tidak sesuai dengan ketentuan (misalnya
frekuensi penyadapan terlalu intensif, cara penyadapan yang kasar, luka kulit, dan lain
sebagainya)
IRR 112
Keunggulan yang dimiliki oleh klon IRR 112 yaitu sebagai klon unggul baru
penghasil Lateks-Kayu. Rata-rata laju pertumbuhan lilit batang disaat TBM yaitu 13
cm/tahun dan 6 cm/tahun disaat TM. Pertumbuhan lilit batang klon IRR 112 cukup jagur.
Penyadapan dapat dilakukan pada umur 3,5 tahun, kulitnya relatif tebal, cukup resisten
terhadap Corynespora dan Colletotrichum. Potensi produksi rata-rata 2546 kg/ha/th dan
kumulatif produksi sampai umur 10 tahun 22.493 kg (Saipulloh dan Yusie Arisanti, 2013).
2.
PB 260
Keunggulan dari klon PB 260 pertumbuhan sangat baik, berproduksi tinggi, sangat baik
untuk naungan ketika besar, bertahan lama terhadap Colletotrichum. Tidak selalu
memerlukan obat perangsang. Cocok di sadap oleh pola D3 atau D4 bila ingin menghemat
tenaga kerja.
Kekurangan dari klon ini yaitu lemah terhadap Corynespora dan penyakit bidang
sadap. Klon ini lebih cocok dengan pola sadap D3 atau D4 yang tidak biasa dilakukan di
perkebunan rakyat. Sangat peka terhadap penyadapan yang berlebihan (Purwanto, 2001).
Mata tunas yang baik berasal dari kebun entres yang sehat (bebas dari hama dan
penyakit), segar, umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata
untuk okulasi coklat (umur batang bawah 7 bulan dan berwarna coklat) adalah mata ketiak
daun. Mata tunas yang baik adalah standar mutu mata okulasi atau entres ialah (Siagian,
2006) :
1. Berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai anjuran.
2. Umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan masih segar.
3. Berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%.
4. Mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat (umur batang
bawah 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang berasal dari daun yang
rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman muda (3-4 bulan).
V.
A. Kesimpulan
1. Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik yang
berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal).
2. Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.
Pembibitan tanaman karet di PTPN IX Krumput dilakukan beberapa tahap pembibitan
untuk menghasilkan bibit yang bermutu dan berproduksi tinggi. Tahapan pembibitan
tersebut yaitu pembibitan lapangan I dan okulasi.
3. Jenis klon yang digunakan utnuk batang bawah di PTPN IX Krumput yaitu baru IRR
112,PB260,B340 dan entres lama LCB,WR,PR .
B. Saran
1. Pelaksanaan praktikum sudah berjalan cukup baik, namun untuk kemajuan pada
praktikum di lain kesempatan sebaiknya waktu yang ditentukan untuk berkumpul lebih di
sinkronkan lagi antara yang di beritahukan pada praktikan dan pada dosen pengampu
sehingga kesalahpahaman bisa dihindari.
2. Saat praktikum budidaya tanaman perkebunan lebih baik dibagi dalam beberapa
kelompok dan menyebar agar penjelasan mengenai tahapan-tahapan proses pembibitan
lebih efisien dan tidak terkesan membosankan. Lebih interaktif lagi terhadap mahasiswa,
agar mahasiswa juga dapat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho. 2009. Budidaya dan Pengolahan Hasil Tanaman Karet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Setiawan, D. H. dan A. Andoko, 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1999. Karet. Kanisius, Yogyakarta.
Amy, K.P. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian
Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. Balai
Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian,
Medan.
Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat.
Sianturi, H. S. D., 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera Utara Press,
Medan.
Anwar, C., 2001. Pusat penelitian karet, Mig Crop: Medan
BPPP, 1997. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1992-1996.
Departemen Pertanian, Jakarta.
Suharyanto. 1989. Klon-Klon Anjuran Karet Dalam Perkebunan Rakyat. Kanisius.
Deptan, 2010. Budidaya Tanaman Karet. Http://pustaka-deptan.go.id . Diakses 20
Desember 2014.
Siagian, N., 2006. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanaman Karet Unggul.
Kumpulan Materi Pelatihan Penerapan Teknologi Budidaya Karet dan Pengolahan
Karet 11-13September 2006. Balai Penelitian Karet Sungei Putih.
Russel. 2004. Pupuk dan Pemupukan. PT. Raja Grafindo Pratama. Jakarta.
Yogyakarta.
Sutedjo. 2003. Pupuk dan Pemupukan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara
Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan,
Departemen Pertanian.
Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat Penelitian
Perkebunan Getas.
Tim Penulis PS, 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.
Schery, R. W., 1961. Plants for Man. Prentice Hall Inc, New York.
Syamsulbahri, 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama : Satria Adhi Permana
NIM : A0A015047
TTL : Banyumas, 2 Mei 1995
HP : 085777008037
Email : Satriaadhi28@gmail.com