Anda di halaman 1dari 2

Metode Penelitian Epidemiologi (Deskriptif; Analitik; Eksperimental)

Penelitian Epidemiologi yang bakal kalian baca ini merupakan ringkasan aja,
masih bisa dijabarkan lebih jauh lagi. Gue disini cuma menekankan perbedaan
ketiganya. Semoga bermanfaat buat teman-teman yang memulai mata kuliah
epidemiologi maupun teman-teman FKM pada umumnya. Check this one!
Penelitian
Deskriptif
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat
kesimpulan
dan
laporan.
Hasil pekerjaan penelitian deskriptif diharapkan mampu menjawab pertanyaan mengenai
faktor who (siapa), where (dimana), dan when (kapan). Yaitu, merupakan langkah awal
untuk mengetahui adanya masalah kesehatan dengan menjelaskan siapa yang terkena dan
dimana
serta
kepan
terjadinya
masalah
itu.
Penelitian
Analitik
Metode penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena, baik antara faktor resiko/faktor penyebab/determinan dan faktor efek,
antar faktor resiko, maupun antar faktor efek. Yang di maksud dengan faktor resiko adalah
suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Sedangkan faktor efek
adalah
suatu
akibat
dari
adanya
faktor
resiko.
Dalam penelitian analitik, dari analisis korelasi (hubungan/keterkaitan) dapat diketahui
seberapa jauh kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu
(efek).
Penelitian
Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen, hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu
faktor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran / output / penyakit, adalah diuji
kebenarannya dengan percobaan atau eksperimen. Eksperimen juga dapat dilakukan di
laboratorium, tetapi disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga
eksperimen sewajarnya dilakukan di masyarakat. Bentuk eksperimen lain yang sering
dilakukan adalah berkaitan dengan pengaruh intervensi penyuluhan terhadap perubahan
pengetahuan
tentang
suatu
masalah
kesehatan.
Ketiga jenis penelitian ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya, saling berkaitan
dan mempunyai peranan masing-masing sesuai dengan tingkat kedalaman pendekatan
epidemiologi yang dihadapi.
Pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan penelitian
deskriptif, lalu diperdalam dengan penelitian analitik dan disusul dengan
pembuktian yaitu dengan melakukan pendekatan eksperimen.
Contoh
Kasus
Tinggal diantara asap kota mungkin buruk bagi paru-paru, tapi apakah berperan
meningkatkan resiko stroke? Sebuah penelitian terbaru Kanada menyimpulkan:
Paul Villeneuve dari Health Canada, sebuah departemen kesehatan pemerintahan federal
Kanada, bersama rekannya melakukan penelitian deskriptif dan berhasil menemukan
tingginya kasus stroke diantara penduduk di daerah berasap Edmonton, Kanada. Berikut
penuturan
co-author
penelitian
kepada
Reuters
Health.
Penelitian sebelumnya "konsisten" menunjukkan bahwa kajian jangka pendek menemukan
polusi udara dapat meningkatkan risiko stroke kemudian dikaitkan dengan kematian,
berdasarkan
catatan
para
peneliti
Kanada
dalam
jurnal
Stroke.
Untuk menjawab pertanyaan itu, mereka melihat data kesehatan dan lingkungan yang
dikumpulkan antara tahun 2003 hingga 2007, di tingkat lingkungan, di Edmonton, Alberta,
sebuah kota yang dikelilingi pabrik pengolahan minyak, gas, dan batu-bara.
Para peneliti dengan metode penelitian deskriptif berhasil menemukan lebih dari 7.300
orang yang berdomisili di Kota Edmonton dirawat karena stroke. Meskipun pandangan
pertama dalam jumlah (angka) menunjukkan sebuah kaitan antara menghisap udara
berpolusi
dalam
waktu
lama
dengan
stroke.

Hanya warga Edmonton, Kanada yang tinggal di daerah padat lalu lintas kota yang
menghadapi risiko tinggi terkena stroke, namun apakah hanya polusi yang menjadi faktor
resiko dari stroke? Saat ini peneliti berkutat pada metode penelitian analitik, setelah
ditemukan secara deskriptif bahwa banyak warga di lingkungan berpolusi yang menderita
stroke, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah memang polusi itu merupakan faktor
determinan/penyebab terjadinya stroke. Berikut adalah salah satu analisis mereka yang
menguatkan kebenaran tentang adanya keterkaitan antara polusi dengan stroke:
"Analisis ini juga bisa dijelaskan dengan kecenderungan populasi yang lebih rentan terhadap
stroke, dengan kebutuhan yang lebih besar untuk akses ke pusat-pusat perawatan
kesehatan yang memadai bagi penduduk yang tinggal di daerah padat lalu lintas
dibandingkan
dengan
penduduk
di
daerah
terpencil,"
tulis
mereka.

Jika hipotesis tentang adanya hubungan polusi kendaraan/industri dan


stroke, maka perlu dibuktikan dengan penelitian selanjutnya yaitu penelitian
eksperimen, dimana uji kebenaran ini akan membantu mempengaruhi
kebijakan publik (intervensi pemerintah melalui departemen kesehatan
maupun dapertemen lingkungan hidup), contoh intervensi seperti
pendisiplinan pengurangan aktifitas pabrik dan kendaraan, perluasan
kawasan hijau, penggunaan bahan bakar tanpa timbal, dsb. Jika hasil
intervensi tersebut terbukti dapat menurunkan jumlah penderita stroke,
maka kebenaran bahwa polusi merupakan salah satu faktor penyebab stroke
dapat dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai