PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Di dalam epidemiologi terdapat tiga tipe pokok pendekatan atau metode yaitu:
a. Epidemiologi deskriptif (descriptive epidemiology)
Di dalam epidemiologi deskriptif di pelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variable-variable epidemiologi yang terdiri dari
orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
b. Epidemiologi analitik (analytic epidemiology)
Epidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk
menganalisis faktor penyebab (determinant) masalah kesehatan. Di sini
diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) atau
apa penyebab terjadinya masalah itu. Misalnya, setelah ditemukan secara
deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu
dianalisis lebih lanjut apakah memang rokok itu merupakan faktor
determinan/penyebab terjadinya kanker paru.
c. Epidemiologi eksprimen
Salah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu
faktor sebagai penyebab trjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah
diuji kebenarannya dengan percobaan (experiment). Misalnya kalau rokok
dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eskperimen
jika rokok dikurangi maka kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen
jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun, ataupun sebaliknya.
Eksperimen epidemiologi dapat juga dilakukan di laboratorium, tetapi
disesuaikan dengan masalah komuniti yang dihadapinya, sehingga
eksperimen epidemiologi sewajarnya dilakukan di komuniti. Untuk itu,
misalnya, pembuktian peranan rokok terhadap kanker paru dilakukan dengan
melakukan intervensi pengurangan rokok dalam kehidupan masyarakat dan
melihat apakah memang terjadi penurunan kanker paru. Peraturan
pelarangan merokok yang ditandai menurunnya jumlah penduduk dan diikuti
Bentuk peran itu dapat dijabarkan dalam 7 peran utama (Valanis, 10), yaitu:
1. Investigasi etiologi penyakit
dianalisis
dan
diketahui
penyebabnya
dilakukan
upaya-upaya
2.5.
Pada masa berikutnya, Hipocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca, dan lain
sebagainya. Namun demikian, dalam teori ini tidak dijelaskan faktor lingkungan
bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit, terlebih tidak dijelaskan bagaimana faktor
lingkungan itu dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
Kemudian berkembanglah teori terjadinya penyakit berdasarkan sisa-sisa makhluk hidup
yang mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan pengotoran udara dan lingkungan
sekitarnya. Teori ini berkembang terutama pada abad pertengahan dan pada waktu itu
lebih mengarah kepada kebersihan lingkungan terhadap peninggalan makhluk hidup.
Contoh pengaruh tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang dikira karena sisa-sisa
pembusukan binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa malaria artinya daerah yang
jelek dan masih ada masayarakat yang tetap menganut teori ini.
Akhirnya pada abad-abad selanjutnya terjadi perubahan yang cukup besar dalam konsep
penyakit yang bermula dari didapatkannya mikroskop. Konsep penyakit mulai mengacu
kepada adanya jasad renik, perkembangan selanjutnya mengantar para ahli ke arah yang
lebih maju, sehingga selain jasad renik, disusul pula dengan teori imunitas dan hormonal
yang semakin berkembang pada saat ini. Manusia mulai optimis dalam menghadapi
berbagai penyakit dengan antibiotika, pemberian imunitas kekebalan dan semacamnya.
Ternyata kemudian setelah penyakit menular mulai dapat diatasi pada negara-negara
maju, muncullah masalah baru dengan munculnya penyakit tidak menular yang unsur dan
faktor penyebabnya banyak berkaitan dengan berbagai faktor seperti faal tubuh, proses
degenerasi, faktor genetika dan berbagai faktor lainnya yang sangat berkaitan satu saama
lain.
2.6.
10
timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit dan atas
dasar model-model tersebut dilakukan eksprimen terkendali untuk menguji sampai di
mana kebenaran dari model-model tersebut.
a. Agen-agen infeksi (penyebeb infeksi)
1. Golongan virus misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2. Golongan riketsia, misalnya: typhus.
3. Golongan bakteri misalnya: disentri.
4. Golongan protozoa, misalnya: malaria, filaria, schistoma, dan sebagainya.
5. Golongan jamur, misalnya: bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya.
6. Golongan cacing, misalnya: bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan sebagainya.
b. Sumber infeksi dan penyebaran penyakit
Macam-macam penularan (mode of transmission)
a) Kontak (contact)
Kontak di sini dapat terjadi kontak lansung maupun tidak langsung melalui
benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang di tularkan melalui
kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup
berjumbel. Oleh karena itu, lebih cenderung terjadi di kota dari pada di desa
yang penduduknya masih jarang.
b) Inhalasi (inhalation)
11
12
Kelompok usia yang rentan terhadap penyakit menular perlu perlindungan khusus
dengan imunisasi aktif maupun pasif. Obat obat prophylacsis tertentu juga dapat
mencegah penyakit malaria.
BAB III
ANALISA KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Infeksi Malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/subtropik, dan
negara berkembang maupun negara yang sudah maju. Di Indonesia penyakit Malaria masih
menjadi penyakit infeksi utama di Indonesia kawasan timur, bahkan juga menjadi masalah
bagi daerah di Jawa dan Sumatera yang dahulunya sudah dapat dikendalikan. Dengan
perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia khususnya dengan berkembangnya
dunia wisata, infeksi Malaria juga merupakan masalah bagi negara-negara maju karena
munculnya penyakit Malaria di negara tersebut. Masalah mortalitas Malaria berat dan
morbiditas mempunyai ikatan erat dengan timbulnya resistensi pengobatan dan kewaspadaan
terhadap diagnosa dini dan penangannanya.
3.2 Pembahasan
13
Di Indonesia, malaria merupakan salah satu penyakit menular yang mempengaruhi angka
kematian bayi, ana dan ibu melahirkan serta dapat menurunkan produktifitas tenaga kerja.
Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi terutama di kawasan timur Indonesia
mengingat masih banyak kawasan yang berbau hutan atau rawa. Kejadian luar biasa malaria
masih sering terjadi terutama di daerah yang terjadi perubahan lingkungan, misalnya tambak
udang atau ikan yang tidak terpelihara, penebangan pohon bakau sebagai bahan bakar untuk
memasak garam maupun arang, muara sungai yang tersumbat yang akan terjadi tempat
perindukan nyamuk malaria. Penyakit malaria di Indonesia akhir-akhir ini masih merupakan
masalah di bidang pelayanan kesehatan, karena SPR mulai meningkat setelah KOPEM
(Komando Operasi Pembasmian Malaria) tidak difungsikan lagi. Begitu pula dengan
laporan-laporan adanya perkembangan yang tidak baik dengan ditemukannya jenis malaria
yang resisten terhadap obat-obatan anti-malaria yang digunakan saat ini, sehingga mendapat
kesulitan dalam pengobatan pasien malaria.
Indonesia yang umumnya endemis malaria sangat memerlukan penanganan malaria yang
lebih baik sekalipun banyak publikasi tentang pencegahan dan penanganan malaria namun
kecenderungan meningkatnya insiden maupun prevalensi malaria tetap ada. Penanganan
Malaria berat yang cepat dan benar akan menyelamatkan penderita dari kematian. Untuk itu
diperlukan pengetahuan yang luas tentang manifestasi Malaria berat, evaluasi fungsi organ
yang terlibat, deteksi parasit dengan cepat serta langkah-langkah tindakan dan pengobatan.
Pada tahap berikutnya sebaiknya penderita dengan dugaan Malaria berat dapat dirawat di
Unit Perawatan Intensif.
Dalam menangani penderita malaria, sebagian penderita masih sering terlambat dibawa
ke Unit Pelayanan Kesehatan seperti puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit sehingga
menyebabkan penderita tidak tertolong lagi. Upaya pemberantasan yang dilakukan saat ini
adalah menemukan penderita sedini mungkin dan langsung memberi pengobatan. Upaya
untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat mulai dilakukan melalui pembentukan pos
pelayanan terdekat berupa Pos Obat Desa/Dusun yang mengikutsertakan masyarakat dalam
menemukan sampai mengobati kasus Malaria. Sedangkan untuk memutuskan rantai
penularan dilakukan upaya pemberantasan nyamuk penular Malaria baik nyamuk dewasa
melalalui penyemprotan dinding rumah maupun pemberantasan jentik yang berada di sarang
14
nyamuk tersebut melalui penataan lingkungan sehingga jentik tidak tumbuh atau
menyemprotkan bahan pembunuh jentik nyamuk. Selain itu, dilakukan upaya untuk
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk melalui promosi penggunaan kelambu
dimasyarakat, penggunaan obat gosok penolakan gigitan nyamuk.
3.3 Solusi
Malaria adalah penyakit yang penyebarannya di dunia sangat luas yang meliputi lebih
dari 100 negara yang beriklim tropis dan sub tropis. Malaria menurunkan status kesehatan
dan kemampuan bekerja penduduk dan menjadi hambatan penting untuk pembangunan sosial
dan ekonomi. Maka dari itu perlu kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat itu sendiri
dengan cara:
Melakukan kegitan yang dapat dijalankan untuk mengurangi malaria antara lain dengan:
1. Menghindari atau mengurangi kontak atau gigitan nyamuk anopheles, (pemakaian
kelambu, penjaringan rumah, repelen, obat nyamuk, dsb.)
2. Membunuh nyamuk dewasa(dengan menggunkan berbagai insektisida).
3. Membunuh jentik (kegiatan anti larva) baik secara kimiawi (larvasida) maupun biologi
(ikan, tumbuhan, jamur, bakteri)
4. Mengurangi tempat perindukan
5. Mengobati penderita malaria
6. Pemberian pengobatan pencegahan(profilaksis)
7. Vaksinasi masih dalam tahap riset clinical
15
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Epidemiologi merupakan studi terjadinya penyakit pada populasi manusia. Pokok
ilmu pengetahuan ini terutama ditunjukan kepada kelompok-kelompok orang dan bukan
kepada perseorangan secara terpisah. Istilah-istilah epidemiologi acap kali terasa asing bagi
para klinikus atau ahli pelayanan kesehatan lainnya yang terlatih untuk memikirkan
problema khusus pada tiap-tiap penderita tertentu. Epidemiologi mempelajari semua
penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit noninfeksi, seperti kanker, penyakit
kekurangan gizi (malmitrition), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa,
diabetes dan malaria, dll.
16
4.2.
Saran
Bagi pembaca, agar selalu memperhatikan kesehatan diri serta dapat mencegah dari
hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Bagi penyusun ( kelompok ),
agar lebih memahami mengenai isi makalah diatas, dan selalu kompak bekerjasama untuk
memperoleh ilmu yang lebih baik dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
17
Bustan. M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi ( edisi revisi ). Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Entjang, Indan . 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti.
http://www.geocities.com/klinikikm/epidemiologi/penyakit-menular.htm 6 April 2009 Pukul
15.35
http://www.geocities.com/klinikikm/epidemiologi/penyakit-menular.htm 6 April 2009 Pukul
20.35
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2.
Jakarta: Rineka Cipta.
18