Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU BAHAN

SIFAT KELISTRIKAN PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3).

Disusun Oleh:
Fisika D 2015
1.
Bertin Bintoro Putri
( 15030224009 )
2.
Al Bikhar Islam
( 15030224012 )
3.
Ninik Setyawati
( 15030224023 )
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2016

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur ke hadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ilmiah ilmu bahan yang berjudul
Adapun makalah ilmu bahan tentangSifat Kelistrikan Pada Barium
Titanat (BaTiO3)ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar proses pembuatan makalah Sifat Kelistrikan Pada
Barium Titanat (BaTiO3) ini.
Semoga makalah Sifat Kelistrikan Pada Barium Titanat
(BaTiO3)
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Selain itu, kritik dan
saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Surabaya, 14 November
2016

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................

DAFTAR ISI..............................................................................
3
BAB I KARAKTERISTIK BAHAN
1.1
1.2

Barium Titanat (BaTiO3).........................................


4
Struktur Kristal Barium Titanat (BaTiO3)...............

1.3

Perubahan Struktur Kristal Barium Titanat (BaTiO3)

1.4

Sifat Barium Titanat (BaTiO3).................................

1.5

Karakteristik Barium Titanat (BaTiO3)....................

1.6

Kegunaan Barium Titanat (BaTiO3).

BAB II PEMBUATAN MATERIAL FEROELEKTRIK BARIUM TITANAT


(BATIO3) MENGGUNAKAN METODE SOLID STATE REACTION
2.1Pendahuluan..........................................................
2.2 Metodologi Penelitian...........................................
2.3 Hasil......................................................................
2.4 Kesimpulan...........................................................
BAB II SINTESIS CAIR-GARAM TETRAGONAL BERUKURAN MIKRON
BARIUM TITANAT DARIPREKURSOR PEROKSO-HIDROKSIDA
3.1 Pendahuluan........................................................
14
3.2 Metodologi Penelitian..........................................
15

3.3 Hasil.....................................................................
16
3.4 Kesimpulan..........................................................
22

DAFTAR PUSTAKA...........................................................
GLOSARIUM......................................................................
LAMPIRAN..........................................................................

BAB I KARAKTERISTIK BAHAN.


1.1 Barium Titanat (BaTiO3).
BariumTitanat
(BaTiO3)
merupakan
material
feroelektrikoksidadenganstrukturperovskite ABO3.Barium titanat
(BaTiO3), pertama kali ditelitipadaawaltahun 1940an olehpenelitipenelitidariAmerika, JepangdanRusia. Hal inimenarikkarena barium
titanatmempunyaistruktur kristal perovskite yang sederhana,
halinidapatmempermudahpemahamantentang
material
ferroelektrikitusendiri.
Barium
titanatmudahdiaplikasikarenadalamsegikimiamaupunmekaniklebihs
tabildanmempunyaitemperatur curie yang mendekati temperature
kamardibandingkan material feroelektriklainnya.Aplikasidari barium
titanatantaralainsebagaikapasitorbaiksebagaikapasitor
multilayer
maupunkapasitor single layer, sebagai sensor tekanandan sensor
suhu.
1.2 Struktur Kristal dariBarium Titanat( BaTiO3).
Barium titanatmempunyaistruktur kristal perovskite yang
mengacupadastruktur
kristal
kalsiumtitanat
(CaTiO 3).
Dalamstrukturkalsiumtitanat, terdapat beberapakationbesar yang
dapatmembentukstrukturclose pack berasamaandenganoksigen.
Ion-ion
kalsiumdanoksigensecarabersamamembentukbangunancubic close
packingdengan ion Ti4+ yang kecilmenempatiposisi interstitial
oktahedron. Termasukdalamstrukturini, BaTiO3, SrTiO3, CaZrO3,
SrSnO3.Dalamstrukturinidimungkinkanuntukmensubtitusisebagianda
rikation-kationnya,
sepertidalam
(BaSr)TiO3,
Pb(MnNb)O3.
Dalamsatukristalperovskite barium titanat, terdapatsatu atom
barium, satu atom titanium dantiga atom oksigen. Gambar
menunjukkanstruktur Kristal perovskitedari barium titanat (BaTiO3).

GambarStruktur kristal perovskitedari Barium Titanat (BaTiO3).


1.3 PerubahanStruktur Kristal dariBarium Titanat (BaTiO3).
Barium titanatmempunyai 5 strukturkristal yang berbedayaitu
hexagonal, kubik, tetragonal, orthorhombic danrhombohedral.
Strukturkristal hexagonal danstruktur Kristal kubikdari barium
titanatmempunyaisifatparaelektrik,
sedangkanpadastrukturkristal
tetragonal,
orthorhombic
danrhombohedraldari
barium
titanatmempunyaisifatsebagai material ferroelektrik.
u

GambarPerubahanstrukturkristaldari
Titanat

Barium

1.4 SifatBarium Titanat( BaTiO3).


No.
1.

Sifat
Mekanik

Planting khusus.

2.

Termal

Tahantermal.

3.

Listrik

Piezoeletrositas.
Konduktorlistrik.

4.

Dielektrik

Konduktorionik.
Semikonduktor.
Pemancarelektron.

5.

Optik

Transmisioptik.
Polarisator.

Penggunaan
Turbin
gas,
Alatpemotong,
Mesin
diesel, Pelumaspadat.
Reaktornuklir,
Radiator,
Pirantielektronik.
Osilatorlistrik, Printer.
Resistor
Eksoterm,
Kapasitor Mini.
Kapasitortegangantinggi.
Detektoroksigen,
Elektrolitpadat.
Detektor Gas, Baterai
Surya.
Penembakkatoda,
Layardatar.
SeratOptik,
DetektorOptik.
MemoriOptik.

1.5 KarakteristikBarium Titanat (BaTiO3).


No.
1.

2.

Sifat
Fisik.
a. Fase
b. Warna
c. Densitas
d. Titiklebur
e. Massa molar
f. Tidakberasa
Kimia.

solid
putih
6,02 gr/cm3.
1625oC
233,192 g/mol

Tidaklarutdalam air.
Tahanterhadapkorosi.
Tahanterhadapsuhutinggi.

1.6 KegunaanBariumTitanat ( BaTiO3 ).


1. Sebagaibahandielektrikdalamkapasitor.
2. Sebagaipelumaspadat.
3. Sebagai radiator.
4. Sebagaibahansemikonduktordaribateraisurya.
5. Sebagaibahanpolarisatoruntukseratoptik.
6. Sebagaibahankonduktorlistrikdalamkapasitor mini.

BAB. II APLIKASI BAHAN.


Pembuatan Material Feroelektrik Barium Titanat (BaTiO3)
Menggunakan
Metode Solid State Reaction.
Meisya Istiqomah, Anif Jamaluddin, dan Yofentina Iriani.
2.1 Pendahuluan.
Penelitian material feroelektrik sangat banyak dilakukan.
Feroelektrik termasuk bahan dielektrik yang memiliki polarisasi
spontan kuat. Kelebihan bahan feroelektrik adalah kemampuan
mengubah polarisasi internal menggunakan medan listrik yang
sesuai dan polarisasi spontan. Bahan feroelektrik memiliki beberapa
sifat unik, diantaranya sifat histerisis dan konstanta dielektrik yang
tinggi, sifat pizoelektrik, sifat piroelektrik, sifat optik linier untuk
lapisan tipis. Barium titanat (BaTiO3) dengan struktur kristal
perovskite tetragonal telah dikenal bersifat material feroelektrik.
Material ini telah banyak digunakan dalam aplikasi di bidang
elektronik karena barium titanat lebih ramah lingkungan, memiliki
temperatur Curie yang lebih rendah daripada material dielektrik
lain, dan memiliki konstanta dielektrik yang tinggi. Barium titanat
mudah diaplikasikan dengan alasan bahwa barium titanat
mempunyai sifat kimia dan sifat mekanik yang lebih stabil. BaTiO3
merupakan salah satu tipe ABO3 (A = mono atau divalen dan B =
ion tri-heksavalen) meterial keramik yang dibutuhkan untuk aplikasi
feroelektrik.
2.2 Metodologi Penelitian.
Pembuatan material feroelektrik diawali dengan penghitungan mol
bahan sehingga diperoleh massa masingmasing bahan, kemudian
dilakukan pencampuran dan homogenisasi dengan mortar alumina.
Pembuatan bulk dilakukan sebelum sampel disintering pada furnace
dengan temperatur 9000C dan rentang waku 5 serta 6 jam.
Karakterisasi dilakukan menggunakan peralatan X-RayDiffraction
(XRD) Bruker D8 Advance bersumber radiasi Cu dengan panjang
gelombang 1,54187 . Kristal BaTiO3 di-scan pada sudut 100

hingga 800 sehingga diperoleh data berupa intensitas dan sudut


hamburan (2), hingga memenuhi hukum Bragg :
n = 2d sin
Dengan n=1,2,3,... (bilangan bulat), merupakan panjang
gelombang (m), d adalah jarak kisi pada kristal, dan merupakan
besarnya sudut difraksi.
2.3 Hasil.

Grafik hubungan antara 2 dengan intensitas.


Hasil pengujian dengan peralatan XRD untuk variasi waktu sintering
ditunjukkan oleh Gambar diatas . Semakin lamawaktu sintering
maka intesitasnya akan semakin tinggi. Sampel dianalisa dengan
International Commission DataDiffraction (ICDD) data base. Puncakpuncak yang muncul teridentifikasi milik barium titanat. Semakin
besar intensitas maka FWHM akan semakin kecil. Ukuran kristal
dapat dilihat melalui besarnya FWHM.

Tabel 1. Perhitungan Nilai FWHM dan Ukuran Kristal.


Lama waktu sintering
(jam)
5
6

FWHM

Ukuran kristal (nm)

0,2994
0,26021

6,72426
6,12066

Data diolah menggunakan metode Rietvield dengan bantuan


software GSAS. Input dari metode ini dengan memasukkan
a=b=3,995 , c=4,035 , sudut ===900, dan space group p4
mm.
Tabel 2. Perhitungan Nilai Tetragonalitas dan Kristalinitas.
Lama waktu
sintering
(jam)
5
6

a ()

4,005895
4,000434

c ()

c/a ()

4,000434
4,021041

1,0061744
1,0051512

Kristalinitas
(%)
94,49866137
79,91337304

Kekristalan suatu material dipengaruhi oleh nilai c/a, dimana


apabila nilai c/a lebih dari 1 maka kristal tersebut mempunyai
bentuk tetragonal. Tabel 1 memperlihatkan adanya perbedaan nilai
tetragonalitas, FWHM, ukuran kristal, dan kristalinitas pada lama
waktu sintering yang berbeda. Nilai parameter kisi antara data
masukan dengan data olahan program mengalami perubahan,
sehingga nilai c/a juga berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya
pergeseransudut difraksi.

(a)

(b)

Hasil Penghalusan Menggunakan Program GSAS.


Hasil penghalusan menggunakan program GSAS ditunjukkan oleh
Kurva berwarna hitam merupakan kurva yang terbentuk dari data
hasil XRD, kurva berwarna hijau menunjukkan background dari
histogram, dan warna merah menunjukkan olahan data dari
program, sedangkan warna biru menunjukkan adanya perbedaan
antara data hasil XRD dengan data olahan dari program. Hasil yang
paling signifikan dari penghalusan program ini ditunjukkan oleh nilai
chi square yang kecil. Dari data penghalusan menggunakan metode
Rietveld menunjukkan bahwa data yang diduga awal adalah milik
BaTiO3.

2.4 Kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semaikin besar nilai
intensitas suatu puncak maka semakin kecil ukuran FWHM. Semakin
lama waktu sintering maka semakin besar nilai tetragonalitas suatu

kristal. Di mana besarnya nilai tetragonalitas sebanding dengan


besarnya ukuran kristal,namun berbanding terbalik dengan nilai
FWHM.

Anda mungkin juga menyukai