Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TINGKAH LAKU TOKOH FILM MIRACLE IN CELL 7

DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH HUMAN


BEHAVIOR AND SOCIAL ENVIRONMENT

Oleh:
Iksandi Eka Purwadi
(150910301024)

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2016

DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................. 4
2.1

Miracle In Cell no 7....................................................................4

2.2

Aliran Psikologi Tingkah laku......................................................5

2.3

Pendekatan Tingkah Laku..........................................................6

2.4

Peran peksos Dalam Mengintervensi.........................................8

BAB 3 PENUTUP.................................................................................... 10

BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini tingkah laku atau behaviorisme adalah hal- hal yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga
orang dewasa memiliki tingkah laku yang berbeda-beda. Oleh sebab itu penting
bagi kami untuk mempelajari dan membahas tingakah laku atau behaviorisme
lebih dalam, karena behaviorisme dapat menjelaskan segala kelakuan manusia
secara saksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif.
Dengan uraian yang kami buat, ternyata konsep behaviorisme besar
pengaruhnya terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihanlatihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
Perlu diketahui bahwa tingkah laku yang kita miliki sekarang bukanlah
sesuatu yang sudah ada sejak kita lahir, melainkan suatu hal yang terus
berkembang seiring dengan berjalannya roda kehidupan masing-masing. Orang
yang memiliki tingkah laku yang negative aan menghadapi masa sulit dalam
mempertahankan persahabatan, pekerjaan, pernikahjan dan hubungan secara
umum.
Karena ita tidak hidup sendiri didunia. Manusia adalah makhluk sosial,
yang akan selalu membutuhkan dan berinteraksi dengan sesame. Dan dalam
menggapai tujuan hidup kita. Hal utama yang mempengaruhi tingkah laku adalah
lingungan, pendidikan, dan pengalaman. Ketiga hal inilah yang nantinya akan
menentuan bagaimana entah baik atau buruknya tingkah laku seseorang.
Dalam paper ini saya sebagai penulis akan menjelasan bagaimana tingkah
laku seseorang terbentuk menurut teori behaviorisme. Kali ini penulis akan
mengambil contoh kasus dari film korea yang berjudul Miracel In Cell 7 dan
menganalisis tingah laku dari pemeran utama yaitu yong-goo

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Miracle In Cell no 7
Film ini menceritakan tentang seorang ayah (Yong-Goo) yang memiliki
keterbelakangan mental. Ia tinggal bersama dengan putrinya (Ye-Sung)yang
masih berusia 6 tahun, dan mereka saling menyayangi satu dengan yang lain.
Setiap hari ia dan anaknya mendatangi toko yang menjual tas Sailor Moon.
Konflik dalam film ini muncul saat Yong-Goo ingin menepati janji nya pada YeSeung untuk membelikannya tas Sailor Moon tersebut, tepat sehari sebelum
mereka membeli tas tersebut, ternyata tas yang selama ini mereka lihat sudah
dibeli oleh seorang putri yang ternyata adalah anak dari komisaris polisi. YongGoo memohon agar komisaris mau memberikan tas tersebut tapi usahanya hanya
sia-sia.
Suatu hari saat Yong-Goo sedang beristirahat, putri komisaris polisi
menghampiri Yong-Goo dan memberitahukan dimana tempat yang menjual tas
Sailor Moon sama seperti yang ia punya. Kemudian Yong-Goo mengikutinya dari
belakang sampai anak tersebut tergelincir karena jalanan yang licin. Ketika YongGoo ingin memberikan pertolongan pertama ada seorang wanita melihatnya dan
mengira kalau Yong-Goo melakukan pembunuhan dan kekerasaan seksual.
Akhirnya Youn-go ditangkap polisi, anak tersebut Tewas dan ayah Young go
menjadi tersangka Utama.
Keesokan harinya Ye-seung berniat untuk berangkat ke sekolah namun
ayah nya belum juga pulang, di tempat lain Ayah Yong-Goo dibawa ke tempat
kejadian untuk melaksanakan reka ulang. Yong-goo diarahkan untuk melakukan
adegan reka ulang sesuai keinginan polisi. Karena Yong-Goo memiliki
keterbelakangan mental dia tak mengerti maksud polisi tersebut dan menurut saja.
Ye-Sung melihat kerumunan yang menonton reka ulang itu dan ternyata ia
melihat ayah nya disana ia berteriak teriak memanggil ayahnya. Yong-Goo yang
mendengar teriakan Ye-Sung pun menoleh, sayang ia langsung di bawa kembali
oleh Polisi dan tak boleh bertemu dengan Ye-Sung.
Ye-Sung dikirim ke sebuah lembaga pengasuhan. Sedangkan, Yong-Goo
dimasukan dalam sel no.7 di sebuah penjara. Penghuni lain di dalam sel ini pada
awalnya ikut menyiksa Yong-Goo karena mereka membaca riwayat kasus Yong-

Goo tapi pada akirnya mereka sadar kalau orang yg menderita keterbelakangan
mental seperti Yong-Goo tidak mungkin melakukan hal seperti itu dan mereka
menjadi sangat simpatik pada Yong-Goo. Yong-Goo yang hanya memiliki satu
keinginan yaitu ingin melihat putrinya, Ye-Sung. Tetapi karena sel mereka
memiliki peraturan tidak diperbolehkan menerima kunjungan, maka seluruh
penghuni sel no. 7 berusaha mewujudkan keinginannya Yong-Goo agar bisa
bertemu dengan Ye-Seung.
Akhirnya mereka bisa membawa Ye-Sung dengan berbagai macam cara,
dan kedatangan Ye-Seung pun membawa kegembiran didalam sel no.7 dan hal-hal
konyol pun terjadi didalam sel ini. Bahkan kepala sipir sendiri yang awalnya
marah ketika tahu ada anak gadis di penjara, akhirnya mengijinkan anak gadis itu
tinggal di sana.Hari-hari mereka lalui, dan mereka pun semakin akrab satu dengan
yang lain. Sampai pada akhirnya Yong-Goo akan menghadapi persidangan untuk
kasusnya dan mereka pun juga mengajari Yong-Goo bagaiman cara menjawab di
persidangan agar ia bisa bebas dari tuduhan palsu atas dirinya. Namun pada
akhirnya Yong-Goo kalah dalam persidangan dan ia tetap dihukum mati. Sesaat
sebelum pengadilan dimulai, ia diancam oleh komisaris polisi, bahwa jika ia tidak
mau dihukum, maka Yae Sung akan dibunuh. maka dari itu ia menjawab
pertanyaan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kepala komisaris polisi.
Beberapa tahun kemudian, Ye-Sung yang telah tumbuh dewasa
mengajukan banding pada pengadilan demi membersihkan nama ayah yang sangat
ia cintai. Walaupun Yong-Goo telah tiada, namun di akhir cerita, namanya berhasil
dibersihkan oleh anaknya.
2.2 Aliran Psikologi Tingkah laku
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku tidak lain adalah perubahan
dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons.
Skinner:
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh
sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu,
karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi
antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang
diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah
yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara

stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon
tersebut. Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya :
a.

Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan


stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

b.

Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Jika di lihat dari kasus si pemeran utama yoon-goo, yoon-goo mendapat
operantconditioning dari teman teman satu cell nya dimana yoon-goo mendapat
duungan mental dan membantu yoon goo dalam menghadapi putusan pengadilan.
2.3

Pendekatan Tingkah Laku


1. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)
Behaviorisme percaya bahwa perilaku manusia merupakan hasil
dari proses belajar, manusia belajar dari lingkungannya dan dari hasil
belajar itulah ia berperilaku. Oleh karena itu, manusia dapat dipengaruhi
oleh lingkungannya. Pendekatan ini juga berpendirian bahwa manusia
dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis. Perilaku adalah hasil
pengalaman dan perilaku digerakkan atau dimotivasikan oleh kebutuhan
untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan
(Rakhmat,1994). Pendekatan ini juga disebut psikologi StimulusResponse (S-R). Pendekatan S-R yang ketat tidak mempertimbangkan
pengalaman kesadaran seseorang. Sebagaimana yang dikatakan Sukadji,
pengalaman sadar hanyalah kejadian-kejadian yang dialami dengan
kesadaran penuh. Pengalaman sadar itu hanya dapat diketahui oleh anda
sendiri, seorang peneliti hanya bisa melihat dan menilai tindakan anda,
emosi yang sedang anda alami.
Jadi, perilaku yang dihasilkan oleh si pemeran utama yoon-goo
adalah merupakan sebuah perilaku yang didapatkannya dari proses belajar
bukan hasil dari bawaan lahir. Proses belajar yang di alami oleh yoongoo ini dapat dilihat ketika si yoon-goo yang notabene menderita cacat
mental mendapat dukungan dari teman satu sel nya. Ia mempelajari
bagaimana caranya menghadapi hakim dan jaksa penuntut umum di
pengadilan nanti.

2. Pendekatan kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah
proses mental, dimana individu(organisme) aktif dalam menangkap,
menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan
reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum
memberikan reaksi atas stimulus yang datang. Pendekatan kognitif adalah
pendekatan yang menanggapi keresahan orang ketika behaviorisme tidak
mampu menjawab mengapa ada orang yang berperilaku berbeda dari
lingkungannya, yakni ia memiliki motif pribadinya sendiri. Juga karena
terlihat bagaimana pasifnya manusia.
Dengan menggunaan pendekatan kognitif ini kita dapat mencari
tahu mengapa yoon-goo membuka celana anak dari komisaris polisi dan
menciumnya (CPR) yang kemudian di salah artikan oleh seorang wanita
pejalan aki yang kebetullan lewat didekat TKP yang mengira bahwa yoongoo melakukan tindak kekerasan pada korban.
Dengan pendekatan ini nantinya akan dapat terjelaskan bahwa
yoon-goo membuka celana dan mencium anak komisaris atau korban
hanya untuk melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau
resusitasi jantung paru atau yang biasa dikenal dengan nafas buatan.
3. Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan ini, manusia dipandang sebagai Homo Ludes
(manusia bermain). Setiap manusia hidup dalam pengalaman pribadinya
yang unik. Tidak akan ada satu manusiapun yang memiliki pengalaman
yang sama. Pendekatan ini berpendapat manusia bukan hanya sekedar
wayang, yang sibuk mencari identitas, namun ia juga berupaya mencari
makna, baik makna kehidupannya, makna kehadirannya di lingkungan,
serta apa yang dapat diberikannya kepada lingkungan. Carl Rogers
mengatakan, "kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan
dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan
konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi
diri". aktualisasi diri adalah mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
Psikologi humanistik menekankan kreativitas, vitalitas emosi,
eutentisitas, dan pencarian makna diatas kepuasan materi. Pendekatan ini
merupakan penampakan sosial dari upaya kita untuk membina hati dan
tubuh yang bijak sebagaimana jiwa yang bijak (Rakhmat, 2003). Psikologi
humanistik bertumpu pada tiga dasar pijakan, yaitu :

a.)

keunikan manusia

b.)

pentingnya nilai dan makna

c.)

kemampuan manusia untuk mengembangkan diri.


Jadi, pendekatan ini menilai manusia tidak digerakan oleh

kekuatan luar yang tidak dapat di kontrolnya, tetapi manusia adlah


pemeran yang mampu mengontrol nasib sendiri dan mampu mengubah
dunia di sekelilingnya.
Yoon-goo melakukan CPR tersebut menurut pengalamannya
karena ia telah mendapatkan pelatihan nafas buatan tersebut ketika ia
melamar sebagai penja parkir di sebuah apartment ataupun mall. Inilah
yang disebut sebagai pengalaman pribadi yang unik tadi. Bahwa setiap
individu melakukan sebuah perilaku atau bertingkah laku Karena
pengalaman yang telah mereka alami. Karena pengalaman setiap individu
berbeda maka perbedaan pengalaman inilah yang membuat setiap individu
unik dan berbeda dalam bertingkah laku.
Jika dilihat dari level intervensinya maka kasus yoon-goo ini
termasuk dalam kategori mikro karena hanya melibatkan individu individu
tersebut sendiri. kasus tersebut hanya melibatkan tersanga toon-goo dan
korban. Tanpa berimplikasi terhadap masyaraat yang lebih luas.
2.4 Peran peksos Dalam Mengintervensi
Ada hal-hal yang dapat dilakukan seorang pekerja sosial
sebagai pendamping yoon-goo:
1. Pengumpulan fakta: mengupayakan diperolehnya landasan
kenyataan (fakta) yang memadahi untuk perencanaan dan
membela yoon-goo
2. Kooperasi dan koordinasi: yaitu meningkatkan dan
memperlancar saling hubungan dan meningkatkan kerjasama
dan koordinasi upaya-upaya antar para ahli seperti pengacara
untuk membantu.
3. Hubungan masyarakat: yaitu mengembangkan pemahaman
yang lebih baik dari yoon-goo yang berkonflik dengan hukum
secara keseluruhan tentang kebutuhan-kebutuhan, sumbersumber, tujuan-tujuan yang akan dicapai, pelayanan-pelayanan,
metode-metode yang digunakan dan standar (ukuran-ukuran)
yang seharusnya.
4. Peningkatan: yaitu meningkatkan dan mengupayakan agar
tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai atau usulan-usulan

pembela yoon-goo disepakati secara resmi atau


diinginkan/disenangi oleh hukum.
5. Pemberian dukungan: yaitu mengembangkan dan
mengupayakan kelangsungan dukungan keuangan secara
memasahi dari organisasi-organisasi dan orang-orang yang
terlibat terkait dengan upaya-upaya kesejahteraan sosial.
Sebagai advocat
Pekerja sosial dalam menangani klien yang berkonfllik dengan hukum,
perlu melakukan kolaborasi dengan profesi seperti pengacara. Pengacara
adalah bagian dari pihak yang memberikan perlindungan hukum kepada klien
yang berkonflik dengan hukum. Advokasi kepada aparat penegak hukum

harus dilakukan oleh pekerja sosial, terutama menekankan kepada


perlunya pemenuhan perlindungan sosial terhadap klien yang sedang
ditahan atau dipenjara. Advokasi dilakukan kepada aparat penegak
hukum disemua tingkatan, baik ketika masih pada tingkat penyidikan
di kantor polisi maupun tingkat penuntutan.
Secara khusus pekerja sosial berperan dalam:

Membantu

menganalisis

berkaitan

dengan

klien

dan

mengartikulasikan

(yoon-goo)

maupun

isu

kritis

yang

permasalahan-

permasalahan yang terkait.

Membangkitkan dan merangsang diskusi dan aksi kegiatan yang


berarti dalam rangka memperoleh dukungan dari berbagai pihak dalam
penyelesaian masalah klien yang berkonflik dengan hukum.

BAB 3 PENUTUP
Dari tulisan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan
mengenai

peran

pekerja

sosial

sebagai

seorang

pendamping

dalam

menangani klien yang berkonflik dengan hukum sebagai berikut :

1. Pekerja Sosial harus memandang klien adalah sebagai korban dan bukan
sebagai

seorang pelaku. klien sebagai korban adalah

korban dari

perlakuan salah dari penuntut karena lien yang menderita cacat mental ini
tidak mengerti apa apa dan perlu dampingan oleh pekerja sosial

2. Dalam melakukan pendampingan terhadap klien, Pekerja Sosial harus


mendengarkan suara klien dan tidak boleh mendominasi dalam proses
pendampingan.

3. Pekerja Sosial mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan


intervensi terhadap klien yang berkonflik dengan hukum sehingga perlu
melibatkan

fihak

lain

jaringan referal system.

yang

mempunyai

interest

dalam

sebuah

Anda mungkin juga menyukai