Anda di halaman 1dari 5

Analisis Kualitas Air Sumur di Wilayah Yogyakarta

Analisis Kualitas Air Sumur di


Wilayah Yogyakarta
Yumechris Amekan, Grace N.I. Sagala, Debby Stevia, Rita Christiani, Novalin N.
Titarsole, Stefiane R. Keliwulan

ABSTRAK
Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari
permukaan tanah, yang mudah terkontaminasi oleh rembesan, sehingga berpotensi
mengalami penurunan kualitas air. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari
sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan, yang berasal dari septic tank WC yang
kurang permanen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air sumur di
wilayahYogyakarta pada bulan September 2009 di 9 (Sembilan) lokasi penelitian yaitu,
Sleman; Jalan Solo; Klitren dengan metode Cluster Random Sampling. Kualitas air
dibandingkan dengan baku mutu Keputusan Gubernur 214/KPTS/1991, PPRI nomor 82
tahun 2001 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.
Hasil analisis secara insitu dan dan laboratorium di 9 lokasi penelitian pada bulan September
2009 menunjukkan 5 (lima) dari 10 parameter yang diteliti melampaui baku mutu air kelas I
PPRI nomor 82 tahun 2001.
Tingginya beberapa parameter diatas mengindikasikan adanya pencemaran di lokasi tersebut.
Dari hasil observasi diketahui bahwa sebagian besar penduduk membuang limbah cair
domestiknya ke dalam sumur resapan, sehingga air limbah tersebut dapat dengan mudah
masuk ke dalam akifer tanah, mengingat jenis tanah diYogyakarta bersifat porous.

METODE PENELITIAN
Metode sampling dilakukan dengan metode Cluster Random Sampling yaitu teknik
sampling yang digunakan untuk menentukkan sampel bila objek yang akan diteliti atau
sumber datanya sangat luas (Sugiono, 2006). Teknik sampling ini menggunakan dua tahap,
yaitu tahap pertama menentukan pembagian daerah, tahap berikutnya menentukan sampel air
sumur penduduk yang ada di daerah tersebut dengan teknik random sampling.
Wilayah Yogyakarta dibagi menjadi 3 (tiga) daerah yang padat aktivitas penduduknya.
Daerah pertama di Sleman pada daerah yang padat pemukiman penduduknya dan berdekatan
dengan pertokoan. Daerah kedua di Klitren yang padat penduduknya dan berdekatan dengan
laundry. Daerah ketiga di Bausasran yang berdekatan dengan beberapa lokasi sekolah dan
pemukiman penduduk.
Dari tiap lokasi diambil sampel air sumur kemudian di komposit menjadi satu, jumlah
total sampel yaitu 9 sampel yang akan dianalisis semuanya. Sampel air sumur diambil dengan
menggunakan timba dan sebelum timba dinaikkan dilakukan pengadukan terlebih dahulu
agar terjadi pencampuran secara merata. Sampel air yang diperoleh dimasukan ke dalam
botol aqua (untuk analisis kimia), Erlenmeyer steril (analisis mikroba).Pengujian sampel
warna, bau, suhu dan pH dilakukan secara insitu. Pengukuran TDS, TSS, kekeruhan, nitrat
dan total Coliform dilakukan di Lab. Ekologi UKDW. Parameter yang diambil ditunjukan
pada Tabel 1.
Cara Pemeriksaan Contoh Air

Fair, Geyer dan Okun (1966) dalam Mardani (1989) menyatakan bahwa pada suatu
penelitian terhadap kualitas air, tidak semua parameter dari sifat-sifat air harus diteliti. Hal ini
sangat tergantung dari tujuan penelitian tersebut. Tetapi lebih ditekankan terhadap parameter
yang berhubungan dengan keamanan, penerimaan dan fungsi perairan tersebut. Menurut
Dahuri (1993), untuk analisis kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung di lokasi (in situ) dan cara pengawetan yang dilakukan di Laboratorium Induk,
terutama untuk sifat-sifat air yang dapat bertahan lama dalam kondisi yang sudah diawetkan.
Analisis secara in situ dilakukan untuk parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah,
sehingga harus saat itu juga langsung dilakukan pengukuran. Parameter-parameter tersebut
antara lain pH, suhu, salinitas, kecerahan, bau, rasa, dan warna, dengan alat-alat yang telah
disediakan (Dahuri, 1993).
Tabel 1. Parameter kualitas air dan metode analisis serta alat yang digunakan
No
Parameter
Satuan
Metode Analisis
Alat
A
Fisika
0
1
Suhu
C
Termometri
Thermometer
2
Kekeruhan
NTU (mg/L)
Spectrofotometri
Spectrophotometer
3
Bau & Rasa
Organoleptik
4
Warna
Unit Ptco
VCM
Skala Ptco
5
TDS
mg/L
Gravimetri
Timbangan analitik
6
TSS
mg/L
Gravimetri
Timbangan analitik
B
Kimia
7
pH
Potensiometri
Indicatoruniversal
8
Nitrat (NO3)
mg/L
Spectrofotometri
Spectrophotometer
C
Mikrobiologi
9
Total Coliform
Sel/100 ml
MPN
Table MPN

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil analisis dari 10 parameter kualitas air sumur yang di ukur terdapat 5 (lima) parameter
melampaui baku mutu Air Kelas I PPRI No.82 Tahun 2001 yaitu warna, rasa dan bau,
kekeruhan sertaColiform.
Berdasarkan persyaratan Kualitas Air Minum Kelas I PPRI No.82 Tahun 2001, kekeruhan air
sumur di semua lokasi pengambilan sampel berada diatas baku mutu yaitu diatas 5 mg/L.
Data Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali pada masing-masing lokasi pengambilan sampel
tercantum pada Tabel 2.
Kualitas Air Tanah Ditinjau dari Parameter Fisika
Kekeruhan
Dari hasil analisis menunjukan hampir semua air sumur yang diuji memiliki nilai kekeruhan
diatas 5 mg/L. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh adanya zat-zat tersuspensi seperti bahan
organik dan zat-zat halus lainnya, tetapi pada umumnya sistem pengambilan sampel air yang
kurang memenuhi syarat (peralatan dan metode) dapat mengakibatkan kekeruhan yang lebih
besar dari nilai seharusnya (ARFANDY, 1983).
Kekeruhan dapat mengganggu kebersihan wadah penampungan air sehingga harus
sering dibersihkan (Dewan Riset Nasional, 1994). Ditinjau dari sifat tanah di lokasi tersebut
bersifat porous sehingga air dari atas permukaan tanah hasil kegiatan penduduk seperti
memasak, mencuci dan kegiatan lainnya yang mengandung bahan organik mudah meresap ke
dalam tanah.
Total Dissolved Solid (TDS)

Dari seluruh sampel air sumur yang dianalisis tidak ada sampel yang melebihi baku
mutu air kelas I PPRI no.82 tahun 2001 yaitu sebesar 1100 mg/L. TDS merupakan semua
komponen yang terlarut baik itu unsur-unsur organic maupun anorganik yang pengukurannya
menggunakan satuan PPM (Part Per Million) atau sama dengan miligram per liter (Mg/L).
Ditinjau dari kondisi lingkungan, pembuangan limbah rumah tangga dilakukan dengan
penyerapan langsung ke dalam tanah.
Nitrat (NO3)
Hasil analisis menunjukan 9 lokasi mengandungan nitratyang tidak melebihi baku
mutu air kelas I. Nitrifikasi, amonifikasi dan denitrifikasi merupakan proses mikrobiologi
oleh karena itu sangat dipengaruhi oleh suhu dan aerasi. Proses nitrifikasi juga dipengaruhi
oleh kadar oksigen terlarut > 2 mg/L, pH optimum 8-9, bakteri nitrifikasi cenderung
menempel pada sedimen atau bahan padatan lain, pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih
lambat dari bakteri heterotrof, suhu optimum 20o C-250C (Novotny dan Olem,1994 dalam
Effendi, 2003). Menurut hasil wawancara dapat diketahui terjadinya fluktuasi penaikan dan
penurunan muka air tanah mengikuti kondisi cuaca pada hampir semua sumur yang diuji.
Intensitas curah hujan sebelum bulan April tinggi sehingga menaikan muka air tanah, hal ini
mengindikasikan adanya aerasi yang tinggi dan suhu yang rendah pada bulan tersebut
sehingga pertumbuhan bakteri nitrifikasi dapat berlangsung optimal sehingga penguraian
bahan organik menjadi nitrat tinggi. Bulan April ke bulan selanjutnya intensitas curah hujan
menurun sehingga terjadi penurunan muka air tanah dan aerasi menurun sehingga aktifitas
bakteri nitrifikasi juga menurun sehingga penguraian bahan organik menjadi nitrat juga
berkurang. Tingginya konsentrasi nitrat dalam air sumur juga mengindikasikan tingginya
kandungan bahan-bahan organik yang terlarut di dalamnya. Bila ditinjau dari kondisi fisik
lingkungannya lokasi sampel merupakan daerah padat penduduknya, jarak antara satu rumah
dengan rumah lainnya sangat berdekatan sehingga kandungan bahan organik dari limbah
domestik tinggi maka nitrat yang dihasilkan dari penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme juga tinggi.
Total Coliform
Total Coliform merupakan indikator bakteri pertama yang digunakan untuk
menentukan aman tidaknya air untuk dikonsumsi. Bila coliform dalam air ditemukan dalam
jumlah
yang
tinggi
maka
kemungkinan
adanya
bakteri
patogenik
seperti Giardia danCryptosporidium di dalamnya (anonim, 2007). Hasil analisis total
Coliform yang melebihi baku mutu terdapat di 1 lokasi sampel. Hal ini terjadi karena pada
lokasi tersebut merupakan daerah padat penduduk sehingga jarak sumur dengan pembuangan
limbah domestic dan septic tank dekat. Hampir semua penduduk di lokasi penelitian
membuang limbah domestik dan septic tanknya dengan meresapkan ke dalam tanah sehingga
air tanah mudah terkontaminasi oleh kelompok bakteri Coliform. Sleman dan Bausasran
memiliki sanitasi yang lebih baik dan terorganisir dari pada di Kllitren hal ini terlihat dari
adanya saluran pembuangan di sepanjang jalan di daerah penelitian dan juga jarak antara satu
rumah dengan rumah lainnya tidak terlalu dekat seperti di 2 lokasi lainnya sehingga Total
Coliformnya berada di bawah baku mutu air kelas 1 PPRI no 82 tahun 2001.
Bau, Rasa dan Warna
Hasil analisis menunjukkan 3 sumur berbau dan berasa dan sebagian besar sumur
warnanya memiliki nilai yang berada di atas standar baku mutu air bersih yaitu 15 Pt.Co. Hal
ini menunjukkan air sumur tersebut tidak memenuhi persyaratan kualitas fisik air minum
yang tidak boleh berbau, berasa dan berwarna.Ketentuan mengenai batas maksimum untuk
warna didasarkan pada segi estetika (ARFANDY, 1983).

Menurut Alaerts, rasa pada air sumur dapat disebabkan oleh derajat keasamanan (pH)
yang rendah sehingga dapat melarutkan Besi, sedangkan bau disebabkan oleh kadar Sulfida
yang tinggi. Bau dan warna pada air minum dapat mengurangi selera konsumen, sedangkan
warna yang mungkin disebabkan oleh tingginya kadar Besi dapat meninggalkan noda pada
pakaian, wadah penampung air dan dinding kamar mandi.
Suhu
Suhu air dipengaruhi oleh kedalaman perairan, komposisi substrat dasar, luas permukaan
yang langsung mendapatkan sinar matahari dan tingkat penutupan daerah
pemukiman perairan (LANGENEGGER, 1994). Suhu air pada sumur-sumur gali yang
diamati pada umumnya tidak jauh berbeda, berkisar antara 25 29 oC. Suhu yang tidak sesuai
dapat merusak keseimbangan suhu tubuh dan jika suhu lebih dari 35 0C, air dapat
menimbulkan rasa (WIJAYA, 1991).
pH
Derajat keasaman pada sumur yang diteliti berkisar antara 6 7. Berdasarkan baku mutu Air
Kelas I PPRI No.82 Tahun 2001 pH berkisar antara 6 9. Sampel air sumur memenuhi
standar kualitas air bersih ini. Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan
keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Nilai pH suatu perairan
memiliki ciri yang khusus, adanya keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan yang
diukur adalah konsentrasi ion hidrogen. Dengan adanya asam-asam mineral bebas dan asam
karbonat menaikkan pH, sementara adanya karbonat, hidroksida dan bikarbonat dapat
menaikkan kebasaan air. Ada 2 fungsi dari pH yaitu sebagai faktor pembatas, setiap
organisme mempunyai toleransi yang berbeda terhadap pH maksimal, minimal serta optimal
dan sebagai indeks keadaan lingkungan.
TSS
TSS adalah cara pengukuran satuan tingkat kebersihan air berdasarkan jumlah partikel
yg ada didalamnya (caranya : air tersebut dilewatkan sebuah filter dan kemudian filter itu
dikeringkan dan ditimbang, penambahan berat filter itu adalah nilai TSS nya). TSS ini untuk
menghitung kebersihan air yg homogen.
TSS (Total Suspended Solid) adalah materi padat seperti pasir, lumpur, tanah maupun
logam berat yang tersuspensi di daerah perairan. TSS merupakan salah satu parameter biosik
perairan yang dinamikanya mencerminan dinamika perubahan yang terjadi di daratan dan
perairan. Analisis spasial TSS di perairan diharapkan dapat berguna untuk kuanti kasi
keterkaitan antara ekologi daratan dan lautan. TSS dapat dianggap sebagai indikator awal
dalam mengevaluasi kondisi lingkungan pesisir wilayah setempat berkaitan dengan
keberlanjutan kegiatan yang sudah dan akan dikembangkan.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
1. Kualitas air sumur gali di wilayah Yogyakarta kurang layak digunakan sebagai baku mutu
air minum sebab telah melampaui nilai ambang baku mutu air kelas I yang ditetapkan PPRI
No.82 tahun 2001.
Saran

1. Perlunya sistem pengelolaan air limbah domestik yang baik misalnya dengan pembuatan
sumur resapan dengan konstuksi sumur resapan yang baik dilengkapi
dengan kerikil, pasir dan ijuk untuk memfiltrasi air buangan sehingga tidak mencemari air
sumur.
2. Pembuatan sistem konstruksi septic tank yang baik seperti pembuatan septic tank dengan 2
sekat sehingga air buangannya tidak mencemari air sumur.
3. Pembuatan saluran pembuangan air yang jauh dari sumur baik sumur pribadi maupun
sumur tetangga.

Anda mungkin juga menyukai