Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
dan
mempertahankan
budaya
yang
umum,
meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga
(Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah
lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
mencari sumber-sumber
penghasilan untuk
sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok
sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelau psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi
keluarga yaitu peran formal dan peran informal.
1 Peran Formal
Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah
perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran
secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi
peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya
suatu sistem. Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah
dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah
tangga perawat anak baik sehat maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi,
memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik
(memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.
2 Peran Informal kelurga
Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga
keseimbangan dalam keluarga. Peran adapif antara lain :
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamanya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar
merupakan suatu pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan (Hamalik, 1983). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Djamarah, 2008).
2.2.2 Gaya Belajar
Gaya belajar adalah suatu cara untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan
di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi untuk menyerap dan
mengelolah informasi dan dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya belajar sendiri ( Deporter, 2000).
Menurut Rita Dunn banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar
seseorang yang mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan
lingkungan. Ada orang yang dapat belajar dengan efektif bila cahaya yang
digunakan terang, sedangkan sebagian lagi dengan pencahayaan yang suram ada
yang dapat belajar secara berkelompok, sedang yang lain memerlukan figur
otoriter seperti orang tua, dan yang lain merasa bahwa belajar sendiri yang paling
efektif bagi mereka. Sebagian orang lagi memerlukan musik dan lingkungan
belajar yang rapi dan teratur ( Deporter, 2000).
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh. Siswa yang cacat akan mengalami gangguan
dalam belajarnya. Jika hal ini terjadi, hendknya anak belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatanya.
b.
Faktor psikologis
Pada faktor psikologis ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain:
1) Inteligensi
Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang
abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan
cepat. Inteligensi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar.
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa
tertuju pada suatu obyek atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap
bahan yang dipelajarinya, jika bahan yang tidak menjadi perhatian akan
timbul kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. Agar anak dapat
6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
Dengan kata lain anak yang sudah siap belum dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar. Jadi kemajuan untuk memiliki kecakapan
itu tergantung dari kematangan dan belajar.
7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi.
Kesediaan ini timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan
dengan kematangan yang berarti kesiapan untuk melaksanakanya.
c.
Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani.
Kelelahan
jasmani
terlihat
dengan
lemah
dan
timbul
2 Faktor-Faktor Eksternal
Faktor-faktor
eksternal
yang
berpengaruh
terhadap
belajar,
dapat
penuh kasih sayang dan perhatian. Relasi antar anggota keluarga sangat
erat kaitanya dengan cara orang tua mendidik.
3) Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan dengan situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi didalam keluarga dimana anak berada dan belajar. Agar anak
dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan
tentram sehingga menyebabkan anak betah tinggal dirumah, anak juga
dapat belajar dengan baik . Tetapi jika suasana rumah yang terlalu banyak
penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, pertengkaran antar
anggota keluarga dapat menyebabkan anak menjadi tidak betah di rumah.
4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubunganya dengan belajar anak. Anak
yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya
makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas
belajar seperti ruangan belajar, peralatan menulis. Fasilitas belajar itu
hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak
hidup dalam keluarga yang miskin maka kebutuhan pokok anak kurang
terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu dan anak belajar anak
terganggu. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan
anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi rendah,
justru menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai
c. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap
belajar anak. Pengaruh itu terjadi karena anak dalam masyarakat tentang
kegiatan anak dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar (Slameto,
2003).
2.2.4 Cara Belajar Yang Efektif
Menurut Slameto (2003) ada beberapa cara yang digunakan dalam belajar
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, anatar lain :
1 Perlunya bimbingan
Dalam belajar ketangkasan dan kecakapan dalam belajar berbeda secara
individual. Walaupun demikian kita dapat membantu dengan memberi
petunjuk-petunjuk umum tentang cara belajar yang efisien. Sukses hanya
dapat tercapai dengan usaha keras. Di samping memberi petunjuk-petunjuk
tentang cara-cara belajar sekaligus membimbing dan mengawasi mereka
belajar. Hasilnya lebih baik lagi kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam
tiap pelajaran yang diberikan.
2 Kondisi belajar
Belajar yang efektif dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan yang
diharapkaan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk
fisiologi,
kebersamaan,
kebutuhan
kebutuhan
akan
akan
keamanan,
kebutuhan
akan
status,
kebutuhan
self-actualisation,
usahanya untuk belajar. Begitu juga orang tua harus menunjukkan kerjasamanya
dalam mengarahkan cara belajar anak dirumah sehingga orang tua berusaha
memotivasi dan membimbing anak dalam belajar (Hasbullah, 1989). Peran orang
tua dalam pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (1992, dalam penelitian
Slameto, 2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan
dasar seperti pendidikan agama, budi pengerti, sopan santun, estetika, kasih
sayang,
rasa
aman,
dasar-dasar
pembentukan
peraturan-peraturan,
dan
rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran ibu sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anak, pelindung keluarga (Setiadi, 2008). Peran orang tua terhadap
perkembangan anaknya adalah memberikan anak kesempatan untuk berkembang,
sebagai guru dengan mengajarkan ketangkasan motorik , menanamkan pedoman
hidup bermasyarakat, sebagai tokoh teladan untuk anaknya, dan sebagai pengawas
dengan memperhatikan, mengamati kelakuan, tingkah laku anak (Singgih, 2002).
Peran yang dapat diberikan oleh keluarga dalam proses belajar anak sehingga
berkembang secara optimal yaitu memberi kasih sayang, perhatian, memberi
semangat dan dorongan, memfasilitasi, memberi rasa hormat, mengenalkan apa
yang boleh dan tak boleh dilakukan oleh anak (Nugraha, 2011).
Menurut Slameto (2003) peran keluarga terhadap pendidikan anak, antara lain :
1 Penyedia fasilitas belajar yaitu dimana keluarga menyediakan tempat dan
peralatan belajar, buku dan alat-alat tulis, jadwal belajar dan kegiatan seharihari, buku konsultasi/PR/latihan.
2 Pendidik, dimana keluarga menjelaskan perlunya dan menasehati agar belajar
dengan rajin dan berprestasi, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
menegur bila anak lalai tugas dan memberi sanksi jika dipandang perlu.
3 Pembimbing, dimana keluarga membantu memecahkan masalah anak dan
pembuat keputusan dalam belajar atau sekolah, menyangkut langkah-langkah
apa saja yang ditempuh anak dalam belajar, memeriksa dan menanyakan nilai
yang diperoleh di sekolah.
samping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatankegiatan orang tua (Friedman, 1998). Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk
belajar menghadapi pisah dengan anak, atau memberikan anak pergi. Lama
kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan kegiatan-kegiatan di luar rumah
akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah
tersebut.
Menurut Tohirin (2005) tugas-tugas perkembangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut:
1 Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain, seperti lompat jauh .
2 Membina sikap yang positif terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu
yang sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan
diri.
3 Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku
di masyarakat.
4 Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan
sebagai wanita (jika ia seorang wanita).
5 Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
6 Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari.
7 Mengembangkan kata hati, moral dan skala nilai dengan keyakinan dan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat.