Indomie
Indomie
Oleh
RANY ANDESTI
05101003040
KELOMPOK VII
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, teknologi pangan pun ikut berpengaruh terhadap
perkembangan pengolahan bahan makanan sehingga banyak industri-industri yang mengolah
bahan makanan yang menggunakan teknologi canggih. Berkaitan dengan hal itu kami
mahasiswa DIII gizi poltekkes kemenkes tasikmalaya mengunjungi
PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk, berikut sejarah didirikannya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, Divisi Mi Instan Indofood
senantiasa berada di posisi terdepan dalam industri mi instan Indonesia, dikenal atas
produknya yang berkualitas dan memiliki cita rasa yang tinggi dengan harga terjangkau.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT
Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP) merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman
yang bermarkas di Jakarta, Indonesia.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT
Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994 - Berganti nama menjadi PT Indofood Sukses
Makmur.Pada tahun 1995 - Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum yaitu Bogasari.
Setelah Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari pada tahun 1997 - Mengakuisisi
80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis serta distribusi.
Tahun 2005 - Membentuk perusahaan patungan dengan Nestl, mengakui sisi perusahaan
perkebunan di Kalimantan Barat. Pada tahun 2006 - Mengakuisisi 55,0% saham perusahaan
perkapalan Pacsari Pte. Ltd. Kemudian pada tahun 2007 - Mencatatkan saham Grup
Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru. Pada tahun2008 Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68,57% saham di
PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka. Kemudian pada tahun 2009 - Memulai
proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT Indofood CBP Sukses
Makmur (ICBP) dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan
penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP),
yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke dalam ICBP.
Pada tahun 2010 - Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui
pengalihan kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan
kurang dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan
dengan pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah
Tujuan
Tujuan kunjungan ke pabrik PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk
adalah :
1. Untuk memperluas pengetahuan mengenai teknologi pangan khususnya pada pengolahan
bahan pangan setengah jadi
2. Untuk mengetahui proses pengolahan, pengemasan dan distribusi produk setengah jadi
mie instan
II. ISI
A. Pengadaan Bahan Makanan (bahan baku dan bahan tambahan )
berperan
dalam
memberi
rasa, memperkuat
tekstur
mie,
mie.
Lapisan
tersebut
cukup
efektif
untuk
mencegah
Material
Tepung terigu
Minyak goreng
Bumbu
Supplier
Bogasari Flour Mills
Salim Ivomas
PT.
Food
Ingredient
Development
Lokasi
Jakarta
Jakarta
Cikampek
Ada tiga tahap penting dalam pengolahan mie instan sampai siap dipasarkan.
Tahap yang pertama yaitu tahap pendahuluan, tahap pembuatan, dan tahap terakhir
adalah penyimpanan.
1. Tahap pendahuluan
yaitu melakukan quality control yaitu dengan menyeleksi bahan-bahan yang
sesuai standar yang diinginkan oleh produsen contohnya terigu. Tujuan dari
proses ini adalah agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tahan lama. Bahan
yang tidak memenuhi standar dikembalikan pada pihak produsen bahan.
2. Tahap kedua
Tahap kedua dalam proses produksi adalah pembuatan mie. Tahapan ini
terbagi menjadi enam peoses, yaitu:
a. Mixing yaitu mencampur bahan baku dengan cairan formula yang diaduk
menggunakan mesin pengaduk (mixer) hingga adonan tercampur rata
dengan tingkat kekenyalan yang sesuai untuk dibentuk. Dalam proses
mixing PT. Indofood Sukses Makmur TBK Bandung menggunakan sistem
Silo , yaitu Suatu proses penyupplian tepung terigu yang dilakukan secara
otomatis. Tepung terigu yang berasal dari gudang bahan baku dimasukkan
ke tangki penampungan (buffer) sebelum penimbangan berlangsung.
Kemudian tepung yang sudah disesuaikan jumlahnya/sudah diprogram
(sesuai dengan jenis mie yang akan diproduksi) secara otomatis masuk ke
dalam mixer.
b. Penggilingan yaitu membentuk adonan menjadi tipis. Penipisan adonan
mie terdapat dalam tiga ukuran dengan ketebalan yang berbeda. Penipisan
pertama adonan digiling dengan cukup tebal, penipisan kedua ukurannya
sudah lebih tipis dari yang pertama, dan yang terakhir penggilingan adonan
dengan ukuran yang tipis dengan ketebalan sekitar 2 milimeter.
c. Slicing (pengirisan), penyisiran dan penggelombangan yaitu adonan mie
yang sudah digiling tipis, diiris menjadi 8 bagian sesuai ukuran kemudian
adonen mie masuk kemesin yang didalamnya terdapat alat seperti sisir yang
Mesin
penggorengan
ini
bentuknya
tertutup.
Proses
ini
packing mie yang telah terkemas dan diberi kode produksi, kemudian
ditumpuk pada karton kemasan sejumlah yang telah ditentukan, kemudian
mie diberi lakban. Tujuan dari pemberian kemasan adalah untuk melindungi
produk dari kotoran, debu dan penggangu lainnya yang dapat menurunkan
kualitas mie. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan adalah
kode produksi, mutu karton, kondisi pengeleman, berat rata-rata dan
cemaran. Adapun limbah yang dihasilkan berupa sisa kardus dan juga
dihasilkan mie yang hancur rusak (HP).
E. Peralatan yang digunakan ;
a. Mixer
b. Pengilingan
c. Mesin pemotong
d. Pengukus
e. Mesin pemotong
f. Mesin penggoreng
g. Mesin pendingin
h.Mesin pengemasan
F. Proses Pengolahan
Pada proses pengolhan mie instan terdapat tujuh tahapan yang harus dilewati,
meliputi Mixing (Pencampuran), Pressing (pengepresan). Slitting (pembentukkan
untaian), Steaming (pengukusan), cutting (pemotongan), frying (pengorengan),
cooling (pendinginan), wrapping/packing (pengemasan).
1. Mixing
Proses mixing adalah proses awal pada pengolahan mie. Pada tahap
ini tepung terigu yang sudah berada di alat mixer dicampurkan dengan air dan
bahan tambahan ( larutan alkali yang sudah dibuat sesuai dengan jenis mie
yang akan diproduksi ) agar menjadi suatu adonan. Air yang dicampurkan
harus sesuai, sehingga adonan tidak terlalu lembek atau terlalu keras. Pada
proses ini pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pengamatan terhadap
2.
Cup noodles, yaitu mis instan dalam kemasan cup yang dalam
dilakukan
proses
cooling,
mie
akan
di
wrapping
dan
per bungkus, dapat juga dibeli dengan paket per 5 bungkus dan paket 1
kardus yang berisi 30 atau 40 bungkus indomie. Harga indomie relatif
ekonomis, di Indonesia pada tahun 2010,dihargai Rp. 1350,00 per
bungkusnya atau sekitar 10 sen dolar Amerika. Di Australia, tahun 2009
prodak dijual dengan harga 25 sen per bungkusnya atau AUD 10 untuk satu
kardus berisi 40 bungkus prodak, sedangkan di Amerika Serikat pada tahun
2009, prodak biasa dijual dengan harga 1 dolar per 3 bungkusnya, dan dapat
ditemukan di berbagai supermarket Asia seperti Lion Supermarket, Marina
Food, atau 99 Ranch,dll.
G. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode studi
pustaka dan observasi lapangan. kami mencari berbagai informasi yang berkaitan
dengan masalah yang akan diangkat, baik melalui referensi, jurnal hasil penelitian,
buku, internet dan berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan tersebut.
Kami juga mengobservasi lapangan berupa survei ke kantin Fakultas Hukum dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai tempat pelasanaan aplikasi HACCP
produk pangan berupa nasi goreng. Pembahasan makalah ilmiah ini menggunakan
metode deskriptif yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat serta berfikir
deduktif dan induktif. Tujuan berfikir deduktif adalah suatu cara berfikir dengan
bertolak dari kenyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat
khusus dan positif. Sedangkan berfikir induktif adalah suatu cara berfikir yang
bertolak pada pernyataan yang bersifat khusus dan menarik kesimpulan yang bersifat
umum.
H. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
I. PEMBAHASAN
produk nasi goreng pada bahan baku memiliki tiga kategori resiko. Kategori resiko
bahaya I terdapat pada bahan baku berupa garam. Garam yang dipakai oleh kantin
Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupaka
garam lokal dengan proses tradisional tanpa pengolahan yang steril. Kategori resiko
bahaya II terdapat pada hampir semua bahan baku pembuatan nasi goreng kecuali
kerupuk, minyak goreng, nasi putih dan acar. Kategori resiko bahaya II merupakan
resiko bahaya yang berasal dari bahan yang memiliki sensitifitas yang rendah dari
kerusakan fisik, biologis atau kimia (Bahaya B) dan terjadinya kontaminasi baik dari
proses penjualan, maupun penanganan yang salah pada saat distribusi (Bahaya E).
Kategori resiko bahaya III terdapat pada bahan kerupuk, minyak goreng, dan
nasi putih. Bahan-bahan ini memiliki bahaya yang sama dengan kategori resiko
bahaya II yaitu bahaya B dan E dengan penambahan satu bahaya lagi yaitu bahaya
pencemaran yang terjadi ketika sebelum dikemas. Contohnya adalah penggunaan
minyak curah, Jika pedagang nasi goreng tidak teliti membeli minyak goreng di
pasar atau warung bisa tercemar polutan biologis, bisa berupa lalat atau nyamuk yang
mati karena minyak goreng dalam keadaan terbuka ketika disimpan. Hal ini dapat
berakibat minyak goreng tercemar ketika dikemas dalam kantong plastik bening
kiloan. Resiko bahaya terbesar (kategori resiko bahaya IV) terletak pada acar. Hal ini
disebabkan oleh acar memiliki bahaya A, B, D dan E. Acar yang kami pantau adalah
acar yang dibuat secara tradisional, tidak dikemas dan teknik pengolahannya belum
sesuai dengan HACCP produk pangan. (Widodo, 2006).
Resiko dari beberapa bahaya yang telah dikemukakan dapat dikendalikan
pada proses pengolahan berupa pembersihan, penumisan, penggorengan dan
pemanasan. Pembersihan dilakukan pada produk bumbu segar (kecuali penyedap
rasa) dilakukan sebelum proses penghalusan berupa pencucian dengan air yang
mengalir. Pencucian dengan air mengalir ini ditujukan untuk menghilangkan
pestisida maupun kotoran yang melekat pada bumbu akibat pestisida dan kotoran
terbawa air. Penumisan merupakan tindak pengandalian titik kritis. Hal ini
disebabkan penumisan merupakan proses pemasakan bumbu dengan energi panas
(kalor). Energi kalor yang tinggi dapat menghambat bakteri Bacillus cereus sebagai
patogen yang sering ditemui pada produk nasi goreng dapat menghasilkan toksin
Kesimpulan :
penanganan dan pencegahan titik kritis agar makanan yang dikonsumsi aman dan
menyehatkan
Saran :
Praktikum HACCP yang telah kami lakukan di kantin Fakultas Hukum dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik menunjukkan sangat pentingnya aplikasi
HACCP dalam pengolahan makanan. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada
semua lapisan masyarakat di lingkungan Universitas Sriwijaya maupun masarakat
luas agar mengawasi, mengayomi melaksanakan proses HACCP produk makanan di
kantin-kantin yang ada di Universitas Sriwijaya maupun tempat-tempat yang menjual
aneka makanan dimana saja. Hal ini ditujukan untuk menjamin produk makanan
yang kita konsumsi aman dan menyehatkan
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar. 2003. Mutu Karkas Ayam Hasil Pemotongan Tradisional dan Penerapan
HACCP. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 22, No.1; 31-39. (Online).
(http//www.google/wongpordjo.com, diakses pada tanggal 11 April 2012).
Anonim. 2008. HACCP. (Online). (http//www.google/akabogor.com, diakses pada
tanggal 11 April 2012).
Anonim. 2008. Nasi Goreng. (Online). (http//www.wikipedia.com, diakses pada
tanggal 11 April 2012).
Departemen Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2005. Data Kasus Keracunan Pangan
Tahun 2005. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah : Semarang.
Dewanti, R dan Hariyadi. 2006. Sistem Manajemen keamanan Pangan Modern
Berbasis Resiko. Proceeding Seminar Nasional PATPI, 2-3 Agustus 2006.
Yogyakarta; 127-132.
Sudarmaji. 2005. Analisis Bahaya Dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis
Critical Control Point ). Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga,
1(2); 183-190.
Widodo dan S.Y, Rudimah. 2006. Respon Konsumen Terhadap Pemberitaan
Ditemukannya Formalin Pada Produk Pangan Olahan. Jurnal.
LAMPIRAN
Hasil
Identifikasi Produk
A. Nama
: Nasi goreng
B. Komposisi
Bahan Utama
: Nasi putih
Bahan Bantu
1. Bawang merah
6. Cabai
2. Bawang putih
7. Kecap
3. Penyedap rasa
8. Kerupuk
4. Minyak goreng
9. Acar
5. Telur
10. Garam
C. Karakteristik
D. Umur Simpan
: 12 jam
E. Konsumen
F. Konsumsi
G. Cara Pengolahan
Seluruh bahan bantu kecuali minyak goreng, telur, kecap, acar dan kerupuk
yang telah disiapkan dan dibersihkan kemudian dihaluskan menjadi satu dalam
pengadonan, setelah itu adonan ditumis hingga harum. Masukkan nasi putih dan
campurkan bumbu dengan pengadukan serta diberi kecap. Nasi goreng siap
dikonsumsi bersama telur goreng, acar dan kerupuk.
TELUR
BUMBU MASAK
KECAP
PENGADUKAN
PENGGORENGAN
NASI GORENG
ACAR
KERUPUK
TELUR GORENG
PEMANASAN
NASI GORENG
Produk\Bahan
Kategori Resiko
III
a. Minyak goreng
III
b. Bawang Merah
II
c. Bawang putih
II
d. Kecap
II
e. Telur
II
f. Penyedap rasa
II
g. Cabai
II
h. Kerupuk
III
i. Acar
IV
j. Garam
Bahan utama
Nasi putih
Bahan Bantu
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP
no
no
No
Pembersihan
yes
yes
yes
no
Yes
Pencucian
yes
yes
yes
no
Yes
Penumisan
yes
yes
yes
no
Yes
Pemanasan
yes
yes
yes
no
Yes
Keterangan:
Q1: Apakah bahaya telah dikendalikan oleh Program Kelayakan Teknis Unit
Pengolahan (Persyaratan teknik sanitasi dan higiene serta cara pengolahan yang
baik dan benar)? (Bila yes/no teruskan analisa pada Q2).
Q2: Apakah ada tindakan pencegahan terhadap bahaya pada tahap tersebut? (Bila
yes teruskan analisa pada Q3, bila no maka stop bukan titik penegndalian kritis).
Q3:
Apakah pada tahap tersebut memang dirancang khusus untuk mencegah atau
mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya sampai pada tingkat yang masih
dapat diterima? (Bila yes merupakan Titik Pengendalian Kritis, bila no teruskan
analisa pada Q4).
Q4:
Pertanyaan 1
Pertanyaan 2
CCP
Bawang merah
Ya
Ya
Bukan CCP
Bawang putih
Ya
Ya
Bukan CCP
Garam
Ya
Ya
Bukan CCP
Acar
Ya
Ya
Bukan CCP
Penyedap rasa
Ya
Ya
Bukan CCP
Telur
Ya
Ya
Bukan CCP
Keterangan :
Pertanyaan 1. Apakah bahan mentah mungkin mengandung bahan berbahaya ?
(mikrobiologi, kimia, dan fisika)
Pertanyaan 2. Apakah penangganan/pengolahan termasuk cara mengkonsumsi dapat
menghilangkan atau menggurangi bahaya?
Dokumentasi :