Anda di halaman 1dari 9

LAMBANG DAN IDENTITAS

Di bawah ini merupakan logo daerah dari Kabupaten Serdang Bedagai.

ARTI DAN MAKNA LOGO DAERAH

Perisai bersegi empat lonjong ke bawah, bagian atas datar bertuliskan Serdang
Bedagai dengan warna dasar kuning gading dan hijau muda berbingkaikan
warna hitam.

Padi dan kapas yang masing-masing berjumlah 25 butir sebagai symbol


Kabupaten Serdang Bedagai adalah Kabupaten ke-25 di Propinsi Sumatera
Utara.

KETERANGAN GAMBAR

Satu buah bintang berwarna putih melambangkan Kabupaten Serdang Bedagai


adalah kabupaten yang religius.

Satu buah persegi tujuh melambangkan tanggal 7 hari jadi Kabupaten Serdang
Bedagai.

Satu buah lingkaran di dalam segi tujuh melambangkan bulan 1 (Januari) bulan
hari jadi Kabupaten Serdang Bedagai.

Padi dan kapas melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat


Kabupaten Serdang Bedagai.

Dua tangan yang saling bersalaman melambangkan saling eratnya persatuan


dan kesatuan serta keramahtamahan rakyat Kabupaten Serdang Bedagai.

KETERANGAN GAMBAR DI DALAM BAGIAN-BAGIAN

Topi tradisional melayu dan keris melambangkan keanekaragaman dan etnis dan
budaya yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai

Dua helai daun padi dan empat tangkai padi melambangkan hasil-hasil pertanian
yang dimiliki oleh Kabupaten Serdang Bedagai, dua helai daun padi
melambangkan awal tahun 2004, dan empat tangkai padi melambangkan tahun
jadinya Kabupaten Serdang Bedagai.

Pohon sawit, karet dan coklat melambangkan hasil-hasil perkebunan yang ada di
Kabupaten Serdang Bedagai.

Laut, sampan dan pulau melambangkan potensi kelautan dan objek wisata
bahari di Kabupaten Serdang Bedagai.

Roda gigi dan pabrik melambangkan industri dan tenaga kerja modern, dinamis
dan kompetitif.

Pita putih bertuliskan TANAH BERTUAH NEGERI BERADAT yang bermakna


Kabupaten Serdang Bedagai adalah kabupaten yang bertuah (beruntung) dan
masyarakatnya adalah masyarakat yang beradat (berbudi pekerti yang luhur).

Tulisan "Serdang Bedagai" di dalam logo menunjukkan nama daerah

WARNA YANG TERKANDUNG DI DALAM LOGO DAERAH MENGANDUNG ARTI

Kuning melambangkan keagungan dan kemuliaan.

Hijau melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan.

Putih melambangkan kesucian dan kebersihan.

Merah melambangkan kebenaran, keberanian dan semangat yang tinggi.

Biru melambangkan kesejukan dan keindahan.

Hitam melambangkan keteguhan dan keperkasaan.

VISI DAN MISI


VISI
Menjadikan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai Kabupaten terbaik dengan
masyarakat yang Pancasilais, Religius, Modern, Kompotitif dan berwawasan
lingkungan. Adapun penjabaran visi adalah:

Masyarakat Pancasilais adalah masyarakat yang beradab dan Agamis yang


tercermin dalam cara berpikir, bersikap, dan berperilaku yang berbudaya,
menghargai ilmu pengetahuan, terbuka, mengakui kemajemukan, toleransi,
berkeadilan, dan demokratis sesuai yang tercantum dalam Pancasila.

Masyarakat yang Religius adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai nilai
kepercayaan yang dianutnya dan saling menghargai antar sesama. Bertindak
atas dasar kebaikan dan toleransi yang tinggi, bekerja atas dasar keikhlasan dan
prinsip prinsip kemanusiaan sehingga akan tercapai kerukunan antar umat ber
agama secara rasional.

Masyarakat Modren adalah masyarakat yang berpikir dan bertindak secara


positif serta mampu menerima nilai nilai baru yang dinamis, inovatif,
berpandangan luas dan berorientasi kemasa depan serta memiliki toleransi yang
tinggi terhadap perbedaan dengan tetap menjunjung tinggi nilai nilai agama
dan budaya.

Masyarakat Kompetitif adalah masyarakat yang mampu memenuhi


kebutuhannya (need for achievement ) untuk lebih maju dengan mengandalkan
kemampuan dan kekuatan sendiri serta mempunyai motivasi dan prakarsa yang
tinggi sehingga mampu mengelola dan mengembangkan potensi yang dimiliki

dengan berpijak pada lingkungan budaya dan sosialnya. Sehingga mampu


memberikan apresiasi kepada pihak lain benar benar bekerja atas dasar
kemampuan.

Berwawasan Lingkungan yaitu selalu mengupayakan dan menjaga


keseimbangan antara kelestarian sumber daya alam dan daya dukung
lingkungan dalam mengisi pembangunan yang berkelanjutan ( sustainable
develovment ).

MISI
Untuk mencapai visi disusun misi Kabupaten Serdang Bedagai sebagai berikut:

Mewujudkan Pemerintahan yang baik, bersih dan partisipatif berdasarkan prinsip


prinsip keterbukaan ( transparansi ) dan pertanggung jawaban (akuntabiltas).

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang religious, berbeda saing,


inovatif dan professional.

Mengembangkan perekonomian dan wilayah pembangunan berdasarkan potensi


sumber daya alam (SDA) yang berwawasan lingkungan.

Meningkatkan pembangunan pedesaan dengan pola partisipatif melalui gerakan


pembangunan swadaya rakyat.

Mendorong terciptanya stabilitas keamanan dan ketertiban guna menwujudkan


ketentaraman masyarakat yang dinamis dengan menjunjung hak asasi manusia
dan demokrasi.

HARI JADI DAN MOTTO DAERAH


HARI JADI DAERAH
Hari Jadi Daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah pada tanggal 7 Januari 2004.
Hari Jadi sebagaimana dimaksud diatas ini wajib di peringati dan dirayakan oleh
seluruh instansi pemerintah dan swasta di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai setiap
tahunnya.
MOTTO DAERAH
Motto Daerah Kabupaten Serdang Bedagai adalah TANAH BERTUAH NEGERI
BERADAT. Motto Daerah sebagaimana dimaksud diatas mengandung arti tanah yang
subur, dan masyarakatnya beradat serta berbudi pekerti yang luhur.

SEJARAH SERDANG BEDAGAI


Nama Serdang Bedagai diambil dari dua kesultanan yang pernah memerintah di
wilayah tersebut yakni Kesultanan Serdang dan Padang Bedagai. Kesultanan Serdang
dimulai ketika terjadi perebutan tahta kesultanan Deli setelah Tuanku Panglima
Paderap (pendiri kesultanan Deli) mangkat pada tahun 1723. tuanku Gandar Wahid,
anak kedua Tuanku Panglima Paderap mengambil alih tahta dengan tidak
memperdulikan abangnya Tuanku Jalaludin dan adiknya Tuanku Umar. Tuanku
Jalaludin tidak bisa berbuat banyak karena cacat fisik, sementara Tuanku Umar
terpaksa mengungsi ke wilayah Serdang.
Melihat hal ini beberapa petinggi wilayah yakni Datuk
Sunggal Serbanyaman, Raja Urung Sinembah, Raja
Ulung Tanjong Morawa dan Kejuruan Lumu sebagai
wakil Aceh menabalkan Tuanku Umar Johan Pahlawan
Alam Shah Kejuruan Junjungan sebagai Sultan
Serdang pertama pada tahun 1728. wilayah kesultanan ini berpusat di Kampung Besar
tempat dimana ibunya, Tuanku Ampunan Sampali tinggal. Tuanku Umar atau Raja
Osman akhirnya tewas saat pasukan kerajaan Siak ingin menaklukan kerajaankerajaan Melayu di pesisir Sumatera Timur di tahun 1782. makam Tuanku Umar sampai

kini masih ada di tengah-tengah perkebunan Sampali. Kesultanan Serdang kemudian


dilanjutkan oleh putranya Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Sedangkan adiknya Tuanku
Sabjana ditempatkan sebagai Raja Muda di kampung Kelambir pinggir Sungai Tuan. Di
bawah kepemimpinan Tuanku Ainan, Kesultanan Serdang mengalami perkembangan
dengan melebarkan wilayah kekuasaan hingga ke Percut dan Serdang Hulu.
Kesultanan Siak memberi gelar Sultan pada Tuanku Ainan di tahun 1814. istrinya
adalah putri dari Raja Perbaungan, yakni Tuanku Sri Alam. Anak-anak Tuanku Ainan
membuka dan memimpin perkampungan-perkampungan baru.
Tahun 1817, Tuanku Ainan mangkat dan diganti oleh putra keduanya, Tengku Sinar
karena putra pertamanya Tengku Zainal Abidin tewas dalam pertempuran membantu
mertuanya di Kampung Punggai. Tengku Sinar di Kampung Punggai. Tengku Sinar
kemudian diberi gelar Paduka Sri Sultan Thaf Sinar Bashar Shah. Pada zaman inilah
Kesultanan Serdang mengalami kejayaan dengan perdegangan dan pemerintahan
yang adil. Perjanjian dagang dengan Inggris dibuat tahun 1823. Tercatat ekspor ketika
itu berjumlah 8.000 pikul terdiri lada, tembakau, kacang putih, emas dan kapur barus.
Sedangkan Inggris memasok kain-kain buatan Eropa. Wilayah kekuasan sudah
melebar mulai dari Percut, Padang Bedagai, Sinembah, Batak Timur sampai Negeri
Dolok. Sultan Serdang keempat adalah Tengku Muhammad Basyaruddin yang
kemudian bergelar Paduka Sri Sultan M. Basyarauddin Syaiful Alam Shah. Ia ditabalkan
di tahun 1850 sesaat setelah ayahandanya mangkat. Basyaruddin merupakan putra
keempat Tuanku Ainan. Selama pemerintahannya, Kesultanan Serdang melebarkan
wilayah jajahannya hingga ke Batubara (Lima Laras), seluruh Senembah dan
menembus kawasan Karo dan Batak Timur.
Ketika pengaruh Belanda semakin kuat, Sultan
Basyarudiin dengan tegas memihak pada Kesultanan
Aceh dan melakukan perlawanan. Hal ini membuat ia
diberi mandat sebagai Wajir (kuasa) Sultan Aceh
dengan wilayah kewajirannya meliputi Langkat hingga
Asahan. Sebagai wajir, ia menghadapi kedatangan
ekspedisi Belanda yang dipimpin Netscher tahun 1862. Di sisi lain, Sultan Basyaruddin
berusaha menjaga perdamaian dengan Kesultanan Deli yang memiliki hubungan akrab
dengan Belanda. Namun peperangan dengan Kesultanan Deli sempat pecah ketiak
Serdang merebut kembali wilayah Denai. Demikian juga ketika Kesultanan Aceh
mengirim 200 kapal perang untuk menyerang Kesultanan Deli dan Kesultanan Langkat,
Sultan Basyaruddin turut membantu. Dalam melawan Belanda, Sultan Basyaruddin
didukung oleh para raja dan orang-orang besar jajahannya seperti raja Kampung
Kelambir: Raja Muda Pangeran Muda Sri Diraja M Takir, Wajir Bedagai: Datuk Putera
Raja Negeri Serdang Ahmad Yudha, Wajir Senembah: Kejuruan Seri Diraja Sutan Saidi.

Melihat perlawanan yang begitu kuat, akhirnya Belanda pada Agustus 1865
menurunkan ribuan pasukannya di Batubara dan Tanjung Balai. Penyerangan ini diberi
sandi Ekspedisi Militer melawan Serdang dan Asahan. 30 September, pasukan Belanda
sampai di Serdang dan langsung mengejar Sultan Basyaruddin yang bertahan di
pedalaman, hingga akhirnya perlawanan tersebut dipatahkan pada 3 Oktober dan
Sultan Basyaruddin ditawan Belanda. Belanda kemudian merampas tanah-tanah
jajahan Serdang seperti Padang, Bedagai, Percut dan Denai. 20 Desember 1879,
Sultan Basyaruddin mangkat di Istana Bogak, Rantau Panjang dan dimakamkan di
dekat Stasiun Araskabu. Kesultanan Serdang diteruskan pada Tengku Sulaiman yang
saat itu masih dibawah umur, 13 tahun. Ia ditabalkan menjadi Paduka Sri Sultan Tuanku
Sulaiman Syariful Alam Shah. Untuk menghindari kekosongan kekuasaan pamannya
Tengku Mustafa bergelar Raja Muda Sri Maharaja diangkat sebagai Wali Sultan.
Penabalan ini dilaksanakan di Istana Tanjung Puteri, Bogak, Rantau Panjang.
Pengangkatan ini tidak serta merta diakui oleh Residen Belanda. Mereka memberi 3
syarat jika Sultan Sulaiman ingin diakui yakni: Serdang tidak menuntut daerah-daerah
yang telah dirampas Belanda, penetapan tapal batas antara Deli dan Serdang serta
Sultan harus tunduk pada kekuasaan Belanda. Namun Sultan Sulaiman tidak perduli.
Tahun 1882, Belanda memaksa agar sebagian wilayah Senembah diserahkan kepada
Deli dengan imbalan Deli akan menyerahkan kembali Negeri Denai. Sultan Sulaiman
baru diakui pada tahun 1887 walau ia tetap tidak setuju atas tapal batas dengan Deli
yang ditentukan Belanda.
Tahun 1891 Kontrolir Belanda, Douwes Dekker memindahkan ibukota Kesultanan
Serdang ke Lubuk Pakam karena Rantau Panjang selalu mengalami banjir. Namun
Sultan Sulaiman tidak mau. Ia yang telah membangun istana Kota Galuh dan mesjid
Sulaimaniyah di Persimpangan Tiga Perbaungan pada tahun 1886 justru pindah ke
istana tersebut. Kota ini menjadi tandingan kota Lubuk Pakam karena sultan kemudian
membangun kedai, pasar dan pertokoan sehingga ramai. Daerah-daerah taklukan
Serdang yang dikuasai Belanda dijadikan perkebunan seperti di Denai, Bedagai,
Senembah dan Percut. Seluruh perkebunan ini mengikat kontrak dengan Sultan Deli.
Walau diakui namun kekuasaan sultan pelan-pelan dibatasi Belanda. Bahkan ketika
pulang bertemu dengan Kaisar Jepang Tenno Heika Meiji Mutshuhito, tapal batas
dengan Bedagai telah diperkecil Belanda. Belanda juga menghapus jabatan-jabatan
penting kesultanan setelah yang menyandangnya meninggal dunia.
Di bawah pimpinan Sultan Sulaiman, kesultanan Serdang membangun 2.000 bahu
lahan persawahan lengkap dengan irigasinya. Kemudian di tahun 1903 didatangkan
transmigran masyarakat Banjar untuk mengolahnya. Sultan juga membuka pabrik
belacan dan sabun di Pantai Labu serta membuka perkebunan tembakau di Kuala Bali.
Bank Batak dibangun Sultan di Bangun Purba sebagai penunjang roda perekonomian
di Serdang. Di bidang pendidikan Sultan mendirikan sekolah Syairussulaiman di
Perbaungan. Dalam buku Kronik Mahkota Kesultanan Serdang yang ditulis Tuanku

Luckman Sinar Basarsyah, Sultan Sulaiman digambarkan orang yang anti Belanda.
Misalnya Sultan Sulaiman adalah orang yang memperjuangkan agar rakyat yang
tinggal di sekitar perkebunan tembakau konsesi dibenarkan mengerjakan lahan untuk
tanaman padi saat areal perkebunan dibelukarkan. Untuk memastikannya ia membuat
kodefikasi tentang Hak Adat Rakyat Penunggu di tahun 1922, hak ini membenarkan
siapa saja yang memenuhi syarat untuk memperoleh hak jaluran. Sultan Sulaiman juga
dikenal akrab dengan kesenian dan kebudayaan. Ia mendirikan teater Indera Ratu
yang membawakan cerita-cerita Melayu, India dan Barat. Sekali setahun teater ini
menggelar pertunjukan ke berbagai pelosok Serdang untuk menghibur rakyat secara
gratis. Sultan juga menghidupkan teater tradisional Makyong dan wayang kulit jawa
yang dihadiahkan oleh Sultan Hamengkubowono VIII. Biasanya kesenian ini digelar
pada tiap hari raya di depan Istana Perbaungan.
Saat perang dunia kedua, Jepang yang masuk ke Serdang melalui Pantai Perupuk
Tanjung Tiram, Batubara. Namun pasukan ini terkejut ketika masuk ke istana
menemukan gambar Tenno Heika Meiji tergantung di dinding istana. Sejak itu
hubungan Sultan Sulaiman dengan tentara pendudukan Jepang terjalin baik. Bahkan
Sultan diberikan mobil dengan plat no. 1. jepang juga berjanji tidak akan mengambil
pekerja paksa dari Serdang dengan syarat Serdang harus menyuplai beras ke markasmarkas Jepang. Sultan Sulaiman juga segera mengibarkan bendera merah putih ketika
mendengar proklamasi 17 Agustus 1945 melalui gubernur Sumatera Timur, TM Hassan,
Sultan mengirimkan sebuah telegram kepada Presiden Soekarno yang menyatakan
kesultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah
Republik Indonesia dan dengan segala kekuatan akan mendukungnya. Dalam masa
pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami
pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar Negara
Sumatera Timur (NST) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda)
dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk negara Republik Indonesia.
Para pendukung NST membentuk permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur
menentang kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional
Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian
bergabung dengan negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia
Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur tidak bersedia. Akhirnya pemerintah NRI
meminta kepada Republik Indonesia Serikat untuk mencari kata sepakat dan mendapat
mandat penuh dari NST dan NIT untuk bermusyawarah dengan NRI tentang
pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain UUDS Kesatuan yang
berdasar dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan UUD 1945. Atas dasar itu
kesultanan Serdang masuk dalam kabupaten Deli Serdang. Karena Sumatera Timur
dibagi atas 5 afdeling, salah satu diantaranya adalah Deli dan Serdang. Afdeling ini
dipimpin oleh seorang Asisten Residen serta terbagi atas 4 (empat) onder Afdeling yaitu
Beneden Deli beribukota di Medan, Bovan Deli beribukota di Pancur Batu, Serdang

beribukota di Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota di Tebing Tinggi dan masingmasing dipimpin oleh seorang kontrolir.

Anda mungkin juga menyukai