KASUS PENDEK SONDANG Revisi 2
KASUS PENDEK SONDANG Revisi 2
PENDAHULUAN
Lebih dari 1.7 juta orang Indonesia berpotensi mengalami gangguan tiroid.
Walaupun tiroid merupakan masalah kesehatan secara umum, pada beberapa
pasien gangguan tiroid bisa tidak terdiagnosa selama bertahun-tahun. Masalah
utama yang sering muncul pada gangguan tiroid yaitu hipotiroid dan hipertiroid.
WHO Global Database on Iodine Deficiency 2004 menyatakan proporsi anak usia
sekolah (6-12 tahun) mengalami defisiensi iodium sebesar 285.4 juta dan pada
populasi umum sebesar 1.988 milyar penduduk dunia. Di Asia, terdapat 187 juta
(38.3%) anak usia sekolah (6-12 tahun) dan 1.2 milyar populasi umum (35.6%)
dengan defisiensi iodium. Regional Oceania terdapat 2,1 juta (59,4%) anak usia
sekolah (6-12 tahun) dan 19,2 juta populasi umum (64,5%). Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan masalah yang serius
karena mempunyai dampak yang besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas
sumber daya manusia. Diperkirakan sebanyak 200-800 juta orang yang
mengalami kekurangan yodium. Hasil survei nasional pemetaan GAKY
(gangguan Akibat Kekurangan Yodium) menunjukkan bahwa sebanyak 42 juta
penduduk tinggal di daerah endemik.1
Hipertiroid pada anak dan remaja sebagian besar merupakan penyakit
autoimun. Sampai saat ini belum didapatkan angka yang pasti insiden dan
prevalensi hipertiroid pada anak-anak di Indonesia. Dalam sebuah studi berbasis
populasi nasional hipertiroid di Inggris dan Irlandia pada tahun 2004, insiden
tahunan hipertiroid adalah 0,9 per 100.000 anak <15 tahun, dengan penyakit
Graves merupakan 96 persen dari kasus.2 Sebuah studi nasional dari Denmark
melaporkan insidensi hipertiroid adalah 0,79 per 100.000 pada anak <15 tahun
dalam jangka waktu 1982 hingga 1988, dan meningkat dua kali lipat sebanyak
1,58 per 100.000 di tahun-tahun 1998-2012.3 Sebuah laporan menggunakan data
dari National Health and Nutritional Examination Surveys (NHANES)
menganalisa remaja dan dewasa muda, menemukan bahwa tirotoksikosis lebih
1
paru: simetris, retraksi (-), suara dasar vesikuler, suara tambahan hantaran(-),
ronkhi (-), wheezing (-). Abdomen datar, supel, bising usus (+) normal. Hepar
3cm bawah area costalis, tajam, kenyal. Lien S0. WAZ: NA, HAZ -0.91, BMI
-1.81. Ekstremitas akral hangat, tremor +/+, muscle wasting -/-.
Hasil laboratorium 21 April 2015 Hb 13.5 g/dl, Ht 40.8%, eritrosit
5300/mmk, leukosit 7900/mmk, trombosit 364000/mmk, tubex (4) positif, Mg
0.88 mmol/L, Ca 2.4 mmol/L, Na 143 mmol/L, K 4.7 mmol/L, Cl 109 mmol/L,
T3 total 6.5 mmol/L (1,1-2,9); TSHS < 0.05mIU/L (0,7-6,4); FT4 79.84pmoll/L
(13-27). Hitung jenis 7/0/1/56/30/3, AMC 1%, mielosit 1%, metamielosit 1%,
gambaran darah eritrosit anisositosis ringan (mikrosit, normosit), poikilositosis
ringan (obvalosit, pear shape cell, anulosit), trombosit clumping (+), jumlah sulit
dinilai, bentuk besar (+), giant (+), leukosit jumlah tampak normal, limfosit
teraktifasi (+), hipersegmentasi (+).Data penunjang ECHO tanggal 21 April 2015:
balance chambers, mitral valve prolaps (mv-anterior), tampak kalsifikasi pada
katub mitral anterior, koaptasi tidak sempurna, mitral regurgitasi mild-moderate,
exentric jet, fungsi ventrikel normal. Pasien mendapatkan terapi infuse D5 NS
960/40/10 tpm, inj methylprednisolon 15 mg iv bolus single dose, per oral
paracetamol 500 mg/8 jam, PTU 150 mg/ 6 jam, lugol 6 tetes/ 8 jam, propanolol
35 mg/ 12 jam. Diit 3 kali nasi dan 3 kali susu. Diprogramkan pemantauan
tekanan darah tiap 12 jam pukul 06.00 dan 18.00, pemantauan diuresis tiap 12
jam.
Pasien didiagnosa:
1. Struma
2. Krisis tiroid dengan gagal jantung, exoftalmus, observasi muntah tanpa
tanda dehidrasi, hipertensi, demam.
Perjalanan Penyakit:
Tanggal
Klinis
BB
TB
Struma
Eksoftalmus
NYHA
Laboratorium
EKG
Echo
USG
Terapi
22 April 2015
Pusing berkurang, demam (-), muntah (-),
dada berdebar-debar (+), nyeri perut
berkurang
Suhu 36.80C
TD 110/70 mmHg P50 106/62
Nadi 132 x/ menit regular, isi dan tegangan
cukup
SpO2 99%
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
LED 1 jam 49/mm, 2 jam 75/mm. CRP 2.02
mg/L, ASTO negative.
USG tiroid kesan: ukuran lobus kanan dan kiri
tiroid membesar dengan struktur parenkim
kasar inhomogen stippled hipoekoik multiple
dan tampak peningkatan vaskularisasi,
penebalan isthmus disertai multiple nodul
didalamnya, nodul pada glandula parotis
kanan dan kiri, multiple limfadenopati reaktif
pada level 2,3 dan 5 regio colli kanan (ukuran
terbesar 3.12x1 cm), serta pada level 2,3 dam
5 regio colli kiri (ukuran terbesar 2.78x 0.72
cm).
Infuse D5 NS 960/40/10 tpm
Methylprednisolon per oral 12 mg/ 6 jam
Paracetamol 500 mg/8 jam
PTU 150 mg/ 6 jam
Lugol 6 tetes/ 8 jam
Propanolol 35 mg/ 12 jam
23 April 2015
Pusing (+), berdebar-debar, nyeri perut (+),
nyeri dada kiri (+) hilang timbul tidak menjalar,
tremor (+).
Suhu 37 oC
TD 125/60 mmHg P90 119/76
HR 132x/ menit regular, isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit,
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
EKG, irama sinus, frekuensi 130x/ menit,
deviasi sumbu NAD, posisi elektrik 60o,
interval PR 0.12 sec, interval QRS 0.06 sec, P
pulmonal (-), P mitral (+), S dalam di V1 (-), R
tinggi di V6 (+), R/S < 1 di V1, T tall (-), ST
elevasi (-), ST depresi (-). Kesan: sinus
takikardi, NAD, LAE, LVH
Tanggal
Klinis
BB
TB
Struma
Eksoftalmus
NYHA
Laboratorium
EKG
Echo
USG
25 April 2015
Nyeri kepala (+), demam (+), nyeri perut (+),
nyeri dada (+),tremor (-)
Suhu 38oC
TD 140/80 mmHg P99 130/88
HR 120x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 26x/ menit, SpO2 99
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
-
Terapi
Tanggal
Klinis
27 April 2015
Nyeri kepala (+), demam (-), nyeri perut (+),
nyeri dada (+),tremor (-)
Suhu 36.5oC
TD 130/80 mmHg P99 130/88
HR 132x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
BB
TB
Struma
Eksoftalmus
NYHA
26 April 2015
Nyeri kepala (+), demam (-), nyeri perut (+),
nyeri dada (+),tremor (-)
Suhu 37.2oC
TD 140/80 mmHg P99 130/88
HR 124x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
Urin rutin: warna kuning jernih, berat jenis
1.010, protein negative, urobilinogen 0.2 U/ dl,
sedimen epitel 2-4/LPK, lekosit 2-3/ LPB.
Ureum 47
Creatinin 0.5.
Infuse D5 NS 960/40/10 tpm
Methylprednisolon per oral 12 mg/ 6 jam
Paracetamol 500 mg/8 jam
PTU 150 mg/ 6 jam
Lugol 6 tetes/ 8 jam
Propanolol 35 mg/ 12 jam
Captopril 6.25 mg/ 12 jam
28 April 2015
Pusing (+), demam (-), dada berdebar-debar
berkurang,tremor (-)
Suhu 37oC
TD 120/70 mmHg P90 119/76
HR 117x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
Laboratorium
EKG
Echo
USG
Tanggal
Klinis
29 April 2015
Demam (-), sakit gigi, batuk (+), nyeri sendi
(+), tremor (-)
Suhu 36.3oC
TD 140/90 mmHg P99 130/88
HR 124x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 26x/ menit, SpO2 99%
30 April 2015
Nyeri kepala (+), demam (-), nyeri dada (+),
nyeri sendi (+), tremor (-)
Suhu 36.8oC
TD 120/80 mmHg P90 119/76
HR 115x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
BB
TB
Struma
Eksoftalmus
NYHA
Laboratorium
EKG
Echo
USG
Terapi
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
-
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
-
Infuse stop
Methylprednisolon per oral 8 mg/ 6 jam,
tapering off
Paracetamol 500 mg/8 jam
PTU 150 mg/ 6 jam
Lugol 6 tetes/ 8 jam
Propanolol 35 mg/ 12 jam
Captopril 6.25 mg/ 8 jam
Terapi
Tanggal
Klinis
31 April 2015
Demam (-), sakit gigi, pusing (+), tremor (-)
Suhu 37oC
TD 140/80 mmHg P99 130/88
HR 115x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 28x/ menit, SpO2 99%
BB
TB
Struma
Eksoftalmus
NYHA
Laboratorium
EKG
Echo
USG
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
Terapi
Tanggal
Klinis
5 Mei 2015
Demam (-), nyeri kepala kadang, nyeri tekan
epigastrium (-)
Suhu 36.9oC
TD 130/70 mmHg P99 130/88
HR 120x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
BB
TB
4 Mei 2015
Nyeri kepala (+), demam (-), nyeri dada (+),
nyeri sendi (+), tremor (-)
Suhu 37oC
TD 140/70 mmHgP99 130/88
HR 133x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 24x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
Massa dengan diameter 5cm
Eksoftalmus +/+
NYHA II
Hb 14.2 g/dl, Ht 42.5%, eritrosit 5330/mmk,
leukosit 13900/mmk, trombosit 461000/mmk
Ureum 39 mg/dL
Creatinin 0.33 mg/dL
T3 total 4.06 mmol/L, TSHS < 0.05 (rendah),
T4 total 317.10 (tinggi)
EKG tanggal 3 Mei 2015: irama sinus rhythm,
frekuensi 115x/ menit, deviasi sumbu NAD,
posisi elektrik isoelektrik, interval PR 0.16 sec,
interval QRS 0.04 sec, P pulmonal (-), P mitral
(-), T tall (-), ST elevasi (-), ST depresi (-).
Kesan: sinus takikardi, NAD.
Paracetamol 500 mg/8 jam k/p
Methimazol 150 mg/ hari
Lugol 6 tetes/ 8 jam
Propanolol 5 mg/ 8 jam
Captopril 6.25 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam
Furosemid tab/ 12 jam
7 Mei 2015
Demam (-), nyeri dada (-)
Suhu 37oC
TD 130/80 mmHg P99 130/88
HR 128x/ menit, nadi regular isi dan tegangan
cukup
RR 22x/ menit, SpO2 99%
35 kg
151 cm
Struma
Eksoftalmus
NYHA
Laboratorium
EKG
Echo
USG
Terapi
Thyrasol 3x 7 mg
Lugol 6 tetes/ 8 jam
Propanolol 10 mg/ 8 jam
Captopril 6.25 mg/ 8 jam
Amoxicillin 500 mg/ 8 jam
Furosemid tab/ 12 jam
Pasien dirawat di RSDK sejak tanggal 21 April 2015 sampai 7 Mei 2015.
Selama 3 hari perawatan di RSDK pasien bebas demam, kemudian pada hari ke
empat perawatan pasien demam. Pada hari perawatan selanjutnya pasien sudah
bebas demam. Pada tanggal 21 April 2015 pasien dilakukan pemeriksaan USG
tiroid pada har perawatan. Pada tanggal 26 April 2015pasien dikonsulkan ke
bagian nefrologi karena hipertensinya. Pasien mendapatkan terapi tambahan
captopril 6.25/ 12 jam.Pada tanggal 27 April 2015 pasien dikonsulkan ke bagian
pediatric opthalmologidengan kesan tidak ditemukan kelainan retinopati
hipertensi maupun kelainan lain.Pada tanggal 28 April 2015terapi captopril naik
menjadi 6.25 mg/ 8 jam dan methylprednisolone mulai tapering off. Pada tanggal
30 April 2015 pasien mengeluh sakit gigi, kemudian dikonsulkan ke bagian gigi
dan mulut. Dari hasil pemeriksaan gigi dan mulut didapati gingival abses ec 46
ganggrena pulpa, pasien mendapatkan terapi tambahan amoxicillin 500 mg/ 8 jam.
Pada tanggal 31 April 2015 terapi methylprednisolone di stop dan pasien
mendapatkan terapi tambahan furosemid tab/ 12 jam. Pada tanggal 4 Mei 2015
pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium darah rutin, ureum, creatinin, T3,
TSHS, dan T4 total. Pasien dilakukan pemeriksaan EKG ulang. Terapi PTU
diganti dengan methimazol 150 mg/ hari. Pada tanggal 5 Mei 2015 pasien
dilakukan pemeriksaan USG ginjal dan Echo ulang. Terapi methimazol diganti
dengan thyrasol 3x7 mg. Pada tanggal 7 Mei 2015 pasien diijinkan untuk pulang.
BAB III
KRISIS TIROID DAN PEMBAHASAN KASUS
1. Definisi
Krisis tiroid, beberapa kepustakaan menggunakan istilah Thyroid Storm
(TS), krisis tirotoksikosis atau thyrotoxicosis storm, merupakan suatu keadaan
hipermetabolik yang diinduksi oleh hormon tiroid, bersifat akut dan
mengancam jiwa, yang ditandai dengan manifestasi-manifestasi tirotoksikosis
yang berlebihan.9
2. Insidensi
Krisis tiroid merupakan komplikasi penyakit hipertiroid yang sangat
jarang terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Insidennya hanya
sekitar 1% sampai 2% dari pasien tirotoksikosis yang dirawat, diperkirakan
lebih banyak terjadi pada perempuan, sementara mortalitas pasien-pasien yang
dirawat antara 10% sampai 75%.9 Dalam studi kasus di Jepang tahun 2012
diperkirakan insidensi krisis tiroid adalah 0,2/100.000 penduduk/ tahun, dan
krisis tiroid hanya terjadi pada 5,4% dari pasien tirotosik yang dibawa ke ke
rumah sakit.10
10
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari krisis tiroid adalah sebagai berikut:
a. Sistem saraf dan kejiwaan. Pasien hipertiroid sering memberikan gejala
kecemasan, perasaan kejiwaan yang tertekan. Depresi, emosional yang labil,
konsentrasi yang menurun, mungkin mengalami penurunan prestasi sekolah
dan pekerjaan. Pada beberapa kasus yang jarang gangguan mental bisa sangat
berat meliputi gejala manik-depresi, schizoid, atau reaksi paranoid. Gejala
karakteristik pasien tirotoksikosis bisa menunjukkan hiperkinesia. Selama
wawancara pasien bisa menunjukkan gejala sering mengubah posisi dan
pergerakan yang cepat. Peningkatan refleks dan tremor mungkin pula
didapatkan. Pada pasien anak-anak manifestasi gejala klinik cenderung lebih
berat, misalnya tidak mampu berkonsentrasi, penurunan prestasi sekolah.9
b. Sistem kardiovaskuler. Hormon tiroid mempunyai efek langsung pada sistem
konduksi jantung, sehingga mungkin terjadi efek takikardi supraventrikuler.
Fibrilasi atrial dapat terjadi pada 2-20% kasus. 9, 11 Hormon tiroid mempunyai
efek positif peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi dari otot jantung,
serta peningkatan penggunaan ATP dalam proses kontraksi miokard.12, 13
Pada kondisi krisis hipertiroid dimulai dengan keluhan berdebar, terdapat
takikardia, hipertensi sistolik, peningkatan curah jantung dan kontraktilitas
miokard, mungkin dapat ditemukan kardiomegali, dan pada auskultasi
terdengar bising pansistolik akibat insufisiensi mitral yang terjadi karena
gangguan fungsi muskulus papilaris.
11, 14
11
12
13
bulan terakhir
Mata: terdapat eksoftalmus dan gangguan visus
Gangguan suhu: terdapat demam dan sering berkeringat.
4. Diagnosis
Penegakan diagnosis krisis tiroid berdasarkan pada gambaran klinis dan
pemeriksaan laboratorium. Gambaran klinis diperoleh dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Anamnesis riwayat pasien yang termasuk gejala hipertiroid
meliputi sifat mudah marah, gelisah, tingkat emosional yang labil, penurunan
berat badan, banyak berkeringat dan tidak toleransi terhadap panas, permorma
sekolah yang buruk karena penurunan konsentrasi, mual, muntah, diare, nyeri
abdominal, jaundice, dan kecemasan. Pemeriksaan fisik meliputi demam
dengan suhu > 38,5oC, gangguan kardiovaskular berupa hipertensi, tandatanda gagal jantung antara lain atrial fibrilasi atau takikardi ventrikuler, dan
gangguan neurologis berupa agitasi, hiperrefleksia, tremor, kejang, dan koma.8
Untuk memudahkan menegakkan diagnosis, digunakan skor kriteria
Burch dan Wartofsky, jika skor lebih dari 45 berarti diagnosis krisis tiroid bisa
ditegakkan. Berikut tabel skor Kriteria krisis tiroid menurut Burch dan
Wartofsky.17
Tabel 2. Skor Kriteria krisis tiroid menurut Burch dan Wartofsky
Kriteria
Disfungsi Pengaturan Suhu
Suhu 37.2o-37.7oC
Suhu 37.8o-38.2oC
Suhu 38.3o-38.8oC
Suhu 38.9o-39.3oC
Suhu 39.4o-39.9oC
Suhu 40oC atau lebih
Skor
5
10
15
20
25
30
14
0
10
20
30
0
10
20
5
10
15
20
25
0
5
10
15
0
10
0
10
=10
=10
=10
= 25
=5
=0
=0
= 55
Oleh karena itu berdasarkan kriteria tersebut, dengan jumlah skor >45, kasus
ini merupakan kasus dengan krisis tiroid.
15
17
18
oral
atau
0.5-1
mg
intravena
setiap
jam
atau
0.01-0.1
20
juga
tergantung
daripenyebabnya,
misalnya
pada
21
dan tapering sampai stop pada perawatan hari ke 11. Dosis terapi yang
diberikan sudah sesuai dengan penatalaksanaan krisis tiroid. Pasien juga
mendapatkan terapi propanolol 35 mg tiap 12 jam dan pada hari perawatan
ke 6 pasien mendapatkan terapi captopril 6.25mg tiap 12 jam. Pada hari
perawatan ke 9 TD pasien 140/50 mmHg, dan pada hari perawatan ke 11 TD
140/80 mmHg. Pasien mendapatkan tambahan terapi diuretik furosemid
tab tiap 12 jam, propanolol naik menjadi tiap 8 jam. Pada hari perawatan ke
16 dosis propanolol 10 mg tiap 8 jam dan captopril naik menjadi 6.25 tiap 8
jam.
7. Prognosis
Angka mortalitas krisis tiroid cukup tinggi, sehingga diagnosis dini yang
tepat dan terapi agresif yang adekuat dapat menurunkan mortalitas. Angka
kematian orang dewasa pada krisis tiroid mencapai 10-20%, bahkan beberapa
menyebutkan hingga 75% dari populasi pasien yang rawat inap. Dengan
penanganan dini krisis tiroid, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang
dari 20% dan prognosis biasanya akan baik.8
Pada kasus ini, prognosis quo ad vitam adalah dubia ad bonam karena
kegawatdaruratan dapat ditangani dengan baik, quo ad sanam adalah dubia
ad malam karena penyakit hipertiroid memerlukan pengobatan dan
pemantauan yang lama dapat kembali mengalami krisis tiroid bila terdapat
faktor pencetus ataupun tidak mendapat pemantauan yang baik, quo ad
fungsionam adalah dubia ad bonam selama kondisi hipertiroid dapat
terkontrol dengan baik.
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
Infodatin. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2015.
Williamson S, Greene SA. Incidence of thyrotoxicosis in childhood: a
national population based study in the UK and Ireland. Clinical
endocrinology. 2010;72(3):358-63. Epub 2009/09/23.
Havgaard Kjaer R, Smedegard Andersen M, Hansen D. Increasing
Incidence of Juvenile Thyrotoxicosis in Denmark: A Nationwide Study,
22
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
23
18.
19.
20.
24