Identifikasi Umur Pembusukan Forensik
Identifikasi Umur Pembusukan Forensik
IDENTIFIKASI UMUR
dan
PEMBUSUKAN
Oleh:
Melisa Felisia Intan
(0710035)
Felicia Satyarahardja
(0710040)
Marsita Lita
(0710052)
Rahel MF Sigiro
(0610188)
Ika Yunitawati
(0610099)
tanggal
sudah
atau
tumbuh
3) Metode Gustafson2
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson dan Koch pada
umumnya bermanfaat selama gigi masih dalam masa pertumbuhan.
Karena
setelah
yang timbul lebih awal pada pria (45 50 tahun) daripada wanita (55 60
tahun)2.
Perkiraan umur dapat dilakukan dengan pemeriksaan tengkorak, yaitu pada
sutura. Penutupan pada bagian tabula interna biasanya mendahului tabula
eksterna. Sutura sagitalis, coronarius, dan sutura lamboideus mulai menutup
pada umur 20-30 tahun. Lima tahun berikutnya terjadi penutupan sutura
parieto-mastoid dan sutura squamaeus, tetapi dapat juga tetap terbuka atau
menutup sebagian pada umur 60 tahun. Sutura spheno-parietal umumnya tidak
akan menutup hingga usia 70 tahun1.
10
PEMBUSUKAN
Pembusukan atau dekomposisi meliputi dua proses, yaitu autolisis dan
putrefaction. Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan tubuh yang
terjadi dalam kondisi steril karena proses enzimatik intraseluler, tanpa pengaruh
bakteri. Putrefaction proses degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi
sebagai akibat aktivitas mikroorganisme.
Setelah terjadi kematian, bakteri yang normal ada dalam tubuh segera
mengadakan invasi ke dalam jaringan, darah adalah medium yang paling baik
untuk perkembangan dan pertumbuhan bakteri. Bakteri tersebut terutama datang
dari usus besar, dimana Clostridium welchii yang paling dominan. Bila kematian
seseorang akibat penyakit infeksi, pembusukan akan berlangsung lebih cepat.
Autolisis terjadi karenan adanya aktivitas enzimatik yang berasal dari sel itu
sendiri yang dilepaskan setelah terjadi kematian. Sehingga organ-organ yang kaya
dengan enzim-enzim akan mengalami proses autolisis lebih cepat daripada organorgan yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami
autolisis lebih cepat dari pada jantung. Aktivitas enzim yang menyebabkan
autolisis dapat dihambat dengan cara menaruh jaringan tersebut dalam suatu
tempat yang suhunya sangat rendah sekali, misalnya dalam freezer.
Proses pembusukan dipercepat dengan adanya panas, pada suhu lingkungan di
atas 200C, misalnya di daerah tropis, pembusukan akan dapat dilihat dalam waktu
24 jam, bila suhu lingkungan sesuai dengan suhu optimal bagi pertumbuhan
bakteri, maka pembusukan akan lebih cepat terjadinya. Tanda awal dari
pembusukan akan tampak sebagai pewarnaan kehijauan pada daerah perut kanan
bawah, di mana usus bedar di daerah tersebut banyak mengandung cairan dan
bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. Pewarnaan akan menyebar ke seluruh
perut dan kemudian ke daerah dada, pada saat ini tercium bau pembusukan.
Pada akhir minggu pertama tubuh akan seluruhnya berwarna kehijauan dan di
beberapa tempat akan tampak warna merah-ungu. Gambaran pembuluh darah
11
balik akan tampak dengan jelas terutama di daerah bahu, dada bagian atas, perut
bagian bawah, dan pada daerah lipat paha. Jika proses pembusukan cepat,
gambaran pembuluh balik yang seperti jaring-jaring tersebut akan tampak dalam
waktu 24 jam. Warna hijau disebabkan karena reaksi antara H 2S (gas pembusukan
yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi Sulf-Meth-Hb. Kulit ari
kemudian akan dengan mudah terlepas bila tergeser atau tertekan.
Dalam minggu kedua akan terbentuk gelembung-gelembung pembusukan
yang merupakan kelanjutan dari perubahan kulit ari di atas, gelembunggelembung tersebut berisi cairan berwarna merah kehitaman yang disertai dengan
bau pembusukan, yang bila dipecahkan akan tampak kulit pada dasar gelembung
tersebut licin dan berwarna merah jambu. Pembentukan gas dalam tubuh akan
dimulai pada awal minggu kedua, pembentukan gas tersebut dimulai di lambung
dan usus, hal ini menyebabkan perut akan tampak menggelembung dan
dindingnya tegang. Adanya tekanan pada perut akibat pembentukan gas tersebut
akan menyebabkan keluarnya cairan merha kehitaman dari mulut dan hidung,
sebagian berasal dari lambung. Adanya gas dalam jaringan tubuh akan
menimbulkan kesan krepitasi, terabanya derik udara bila daerah tersebut diraba.
Gelembung pembusukan akan tampak jelas biasanya pada daerah kantung zakar
dan buah dada.
Setelah tiga atau empat minggu rambut akan mudah dicabut, kuku-kuku akan
terlepas, wajah akan tampak menggembung, mata akan tertutup erat oleh karena
penggembungan pada kedua kelopak mata, bibir akan menggembung, dan
mencucur, lidah akan mrnggembung dan terjulur keluar. Lalat dapat meletakkan
telurnya pada lubang-lubang tubuh, dan ini kemudian akan menjadi larva yang
tampak banyak berkumpul di daerah mata, hidung, mulut, yang pada umumnya
akan mencapai pertumbuhan yang optimal dalam waktu 4 hari.
Pembusukan pada alat dalam akan terjadi dan dipengaruhi oleh faktor banyak
sedikitnya darah. Kelenjar prostat dan kandung rahim non-gravid paling lama
mengalami pembusukan. Lambung akan berwarna coklat-keunguan dalam waktu
24 jam, tetapi pad aumumnya dalam waktu 4-5 hari, mukosa saluran pernapasan,
endokardium, dam intima pembuluh darah akan berwarna merah-kehitaman.
12
Dalam minggu kedua pembusukan pada jaringan otak, paru-paru, hati, jantung,
limpa, dan ginjal akan mudah dikenali. Otak akan melunak, paru-paru menjadi
lembek, hati menunjukkan gambaran honey-comb, limpa lunak dan mudah hancur,
otot jantung tampak suram dan pucat keunguan. Dengan berlanjutnya proses
pembusukan, alat-alat dalam akan menciut tapi masih tetap dapat dikenali.
Kelenjar prostat dan rahim paling lama mengalami pembusukan, sehingga pada
keadaan tertentu dimana telah terjadi pembusukan lanjut, kedua alat tersebut dapat
digunakan untuk menentukan jenis kelamin yang bersangkutan.
Rumus Casper menunjukkan perbedaan kecepatan pembusukan pada keadaan
lingkungan yang berbeda-beda. Menurut Casper keadaan mayat setelah berada
selama 1 minggu di udara terbuka adalah sama dengan 2 minggu di dalam air, dan
8 minggu di dalam kuburan1,7,8.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Munim Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Pertama. Binarupa Aksara
2. Vij K. 2005. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and
Practises 5th ed. India: Elsevier.
3. Clark, DH. 1992. Practical Forensic Odontology. Great Britain: ButterworthHeinemann Ltd.
4. Meinl, A. 2007. The Application of Dental Age Estimation Methods.
http://othes.univie.ac.at/1246/1/Dissertation_Meinl.pdf
5. Zimmerman, MR, Angel JL. 1986. Dating and Age Determination of
Biological Materials. Great Britain: Croom Helm Ltd.
6. Chandra Satish, Chandra Shaleen, Chandra M, Chandra N. 2004. Textbook of
Dental and Oral Histology with Embryology and MCQs. New Delhi: Jaypee
Ltd.
7. Atmadja, DS. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FKUI
8. DiMaio DJ, DiMaio VJ. 2001. Forensic Pathology 2nd ed. New York: CRC
Press
14