Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM 3

POPULASI (KEANEKARAGAMAN KOMUNITAS)


A. Tujuan
1. Untuk mengetahui frekuensi relatif vegetasi dan keanekaragaman hewan dalam
komunitas
2. Untuk mengetahui dominansi relatif vegetasi dan keanekaragaman hewan dalam
komunitas
3. Untuk mengetahui kerapatan relatif vegetasi dan keanekaragaman hewan dalam
komunitas
4. Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) vegetasi dan keanekaragaman hewan
dalam komunitas
B. Dasar Teori
Kuadrat
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, misalnya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun
dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta
dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat
lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan
sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977).
Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan
petak. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan
satuan kuadrat seperti m2, cm2, dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada
dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar, dan bentuk empat persegi
panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangan (Kusmana, 1997).

Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis vegetasi
herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan menggunakan
seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat
persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang
sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk
lingkaran, sehingga bentuk petak berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak
kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur
sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak
(Kusmana, 1997).
Namun demikian bentuk petak empat persegi panjang mempunyai kekurangan terhadap
bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap luasnya lebih besar daripada
perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus meningkat
apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat : spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat : metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies
yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan
suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yang
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan beberapa area (penutupan
relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu
daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis
tanaman.
d. Chart quadrat: penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini
terutama berguna dalam memproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan
letak tiap-tiap spesies yang vegatasinya tidak begitu rapat. (Weaver, 1938).
Dengan metode kuadrat, bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkungan yang
menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau
ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Syafei, 1990).
Luas Minimum

Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat
bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas papaun percontohan diambil harus dapat
menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap
memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada
dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk
hutan tropika yang sangat sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili
karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan
disebut luas minimum

(Sucipto, 2008).

Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang digunakan.
Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50
cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat
semua jenis tumbuhan yang ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk
mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami
bahwa luas minimum berada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis
tidak melebihi 10% (Sucipto, 2008).
Transek
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu wilayah.
Transek merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi biofisik
suatu wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada
awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus
keadaannya (Odum, 1971). Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan
perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar
jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar
jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah
diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang

baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya
(Kershaw, 1979).
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat
pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada metode garis ini, sistem
analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah
vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat
merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Sistem Analisis dengan
Metode Kuadrat Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu
luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak
contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya
frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat
permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan
mengukur diameter batang (Kusmana, 1997).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut
dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2
komponen, yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan
kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara banyak spesies itu
(Ludwiq, 1988).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N),
biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari

seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari
segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin
stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari
sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif).
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Harga relatif ini dapat dicari dengan
perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari
variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan
disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua
jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan
penamaan untuk vegetasi tersebut (Odum, 1971).
Pitfall Trap
Ada banyak variasi dari perangkap, tetapi dalam bentuk yang paling dasar, perangkap
terdiri dari beberapa jenis cangkir atau wadah lainnya (ember galon, misalnya) yang terendam di
dalam tanah dan sebagian diisi dengan pengawet. Serangga dan organisme lain merangkak
tentang di tanah hanya berjalan ke dalam wadah dan kemudian tidak bisa keluar. Perangkap
dapat ditutup untuk membantu mencegah hujan yang berlebihan dari cangkir meluap, mereka
dapat memiliki baling-baling panduan yang dapat membantu organisme panduan ke dalam
cangkir, dan mereka mungkin berumpan untuk menangkap lebih spesifik jenis serangga.
Perangkap yang terdiri dari dua cangkir plastik toko makanan, baling-baling baja
panduan, dan baja heksagonal penutup. Setiap haa cangkir diameter dalam dari 11 cm di bagian
atas, diameter bagian dalam 8,8 cm di bagian bawah, dan kedalaman 7,8 cm. Piala ditempatkan
di lubang di tanah yang digali dengan pemotong lapangan golf cangkir, yang meminimalkan
dampak terhadap daerah sekitarnya. Dua cangkir, satu di dalam yang lain, ditempatkan di setiap
lubang sehingga bahwa setiap air hujan akan mengisi cangkir bawah dan mengambang ke atas
cangkir atas untuk mencegah hilangnya isi perangkap. Masing-masing dari baling-baling baja
yang digunakan per perangkap panduan langkah-langkah 7,2 cm dengan 30,6 cm. Baik
menggunakan guide vanes tiga ditempatkan equilaterally sekitar cangkir dan tenggelam di dalam
tanah sekitar 2,0 cm, atau salah satu guide vane ditempatkan di antara dua perangkap. Sebuah

penutup baja heksagonal, yang dibuat oleh menekuk sudut segitiga sama sisi untuk membentuk
poin memproyeksikan ke bawah, ditempatkan di atas bagian atas cangkir bersarang untuk
membantu mengalihkan hujan. Gelas perangkap diisi sekitar setengah dengan campuran 50/50
propilen glikol dan etanol 70%, dengan sejumput benzoat dentonium ditambahkan untuk
mencegah mamalia dari minum solusinya (Wallwork, 1970).
Ekstraksi contoh hewan tanah pada prinsipnya dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu
metode dinamik dan mekanik. Pada metode dinamik hewan tanah dirangsang untuk berkumpul
pada bejana likasi. Berbeda dengan itu, pada metode mekanik, hewan tanah yang hidup dan
berada pada tanah contoh diperlakukan demikian rupa sehingga secara hewan itu akan terkumpul
pada bejana lokasi. Kedua metoda ini ada kelebihan dan kekurangannya. Pada metode dinamik
hewan yang terkumpul hanyalah yang hidup dan aktif dan dapat mencapai tempat koleksi,
sehingga hewan yang lemah tidak dapat terambil (Suin, 2002).
Pengambilan contoh hewan tanah dapat dilakukan dengan cara memasang perangkap
lubang. Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan memasang perangkap lubang ini
tergolong kepada pengumpalan hewan tanah secara dinamik. Perangkap lubang yang yang
digunakan sangat sederhana, hanya berupa bejana yang ditanam di dalam tanah. Permukaan
bejana dibuat datar dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam perangkap maka
perangkap diberi atap dan agar air mengalir di permukaan tanah tidak masuk kedalamnya maka
perangkap dipasang pada tanah yang datar dan sedikit agak ketinggian. Jarak antar perangkap
minimal 5 m (Prawirohartono, 1999).
Wadah-wadah gelas, botol-botol atau kaleng logam dibenamkan dalam tanah sedemikian
rupa, sehingga mulut wadah tersapu oleh permukaan tanah. Sebuah penutup pelindung yang
muncul dari permukaan tanah dapat ditempatkan di mulutnya untuk mencegah air hujan masuk
kedalam jerat. Jerat-jerat lubang yang dikerjakan dengan peralatan waktu untuk tetap menangkap
setiap waktu secara terpisah, harus dikembangkan. Lubang dapat dikosongkan dengan
menggunakan peralatan penghisap mekanis atau yang dijalankan dengan tang untuk menghindari
gangguan terhadap sekelilingnya (Michael P. , 2005).
Pemasangan hendaknya pada sore hari dan dibiarkan semalam. Paginya di cek apakah
ada reptile atau amphibi yang terjebak, hal ini dilakukan karena hewan Herpetofauna hanya aktif
pada malam hari, sehingga pemasangan Pitfall trap dilakukan pada malam hari (Polunin, 1990).

Perangkap jenis ini digunakan untuk menangkap serangga yang bejalan di atas
permukaan tanah. Perangkap dibuat dengan cara membenamkan kaleng kecil ke dalam tanah. Di
bagian dalam kaleng kita beri larutan pengawet yang bagian atas campuran 5 bagian propylene
phenoxytol 45 bagian glycol, 50 bagian formalin, dan 900 bagian air. Untuk menarik kedatangan
serangga, maka kita tempatkan umpan di dalam perangkap tersebut. Umpan ditempatkan di
dalam kaleng. Umpan yanf dibuat sedemikian rupa sehingga masih bisa mengundang serangga
untuk datang (mengunjunginya) (Jumar, 2000).
Terdapat beberapa indeks yang biasa digunakan untuk menilai tingkat keanekaragaman
jenis (tumbuhan atau hewan) di suatu tempat. Salah satu indeks tingkat keanekaragaman jenis
adalah indeks Shannon Indeks Wiener, dan dapat ditulis sebagai berikut:
H ' = Pi Pi
Keterangan:
H

= indeks keanekaragaman jenis

Pi

= ni/N

Ni

= jumlah individu jenis ke 1

= jumlah individu semua jenis

Indeks Shannon yang dinyatakan dalam jumlah jenis:


N=e

H'

(Magurran, 1988) menjelaskan bahwa nilai indeks keanekaragaan (H') ini berhubungan
dengan kekayaan spesies pada lokasi tertentu, tetapi juga dipengaruhi oleh distribusi kelimpahan
spesies. Jika diasumsikan distribusi menyebar normal, maka pada kisaran 100 spesies akan
didapatkan nilai H' 3, dan untuk mendapatkan H' > 5 diperlukan 10 5 spesies. Berdasarkan
Wilhm & Dorris (1968) dalam Masson (1981) bahwa nilai H' 1 termasuk keanekaragaman
rendah dan nilai 1 H' 3 termasuk keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang.
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis tumbuhan di
dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh
populasi jenis tumbuhan. untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang
dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang
ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan

dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total
area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.
Hubungan ini dapat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai
penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena
keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Berikut rumus menentukan nilai mutlak dan nilai relatif, nilai penting:
a. Densitas Mutlak (DsM)

= total individu spesies X total plot x luas plot minimal

b. Densitas Relatif (DsR)

= DsM spesies X x 100 % total DsM

c. Dominansi Mutlak (DmM)

= total cover spesies X total plot x luas plot minimal

d. Dominansi Relatif (DmR)

= DmM spesies X x 100 % total DmM

e. Frekuensi Mutlak (FM)

= plot dengan spesies X x 100 % total plot

f. Frekuensi Relatif ( FR)

= FM spesies X x 100 % total FM

(Soerianegara, 1988).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari
sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif).
Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga
nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Surasana, 1990).
Setelah melakukan pengukuran luas minimum petak untuk menghitung keanekaragaman
tumbuhan (rumput), maka dilanjutkan dengan penggunaan petak. Menghitung keanekaragaman
rumputan digunakan luas kurva minimum yang direkomendasikan adalah 1 m 2, maka praktikum
kali ini digunakan petak 1 m2.

Anda mungkin juga menyukai