Didin 111-120 PDF
Didin 111-120 PDF
ISSN : 1411-6286
PERANAN KESEPIAN
DAN KECENDERUNGAN INTERNET ADDICTION DISORDER
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA
Didin Mukodim, Ritandiyono, Harumi Ratna Sita
Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya 100 Depok
Email: ritan@staff.gunadarma.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bermula dari pemikiran penulis bahwa secara teoritis dan hasil penenlitian
beberapa pakar psikologi ditemukan prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi variabel-variabel nonintelektual, diantaranya adalah variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji: peranan kesepian dan kecenderungan internet
addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan prestasi
belajar mahasiswa, hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi
belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder
pada mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan: 1). Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian
dengan prestasi belajar mahasiswa (r = -0,204 dengan nilai signifikansi 0,078 (p > 0,05)). 2). Tidak
ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi
belajar mahasiswa (r = -0,013 dengan nilai signifikansi 0,909 (p > 0,05)). 3). Tidak ada hubungan
yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa
(r = 0,200 dengan nilai signifikansi 0,083 (p > 0,05)). 4). Tidak ada peranan kesepian dan
kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa, (F =
1,611 dengan nilai signifikansi 0,207 (p > 0,05)). Penelitian ini menemukan bahwa variabel kesepian
dan kecenderungan internet addiction disorder secara bersama-sama hanya memiliki peranan sebesar
4,20% terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Kata Kunci: kesepian, kecenderungan internet addiction disorder, dan prestasi belajar
A.
Pendahuluan
Setiap individu adalah berbeda, dan tidak semuanya dapat menjalin hubungan sosial dengan
baik, tanpa rintangan yang berarti. Kegagalan atau hambatan dalam interaksi sosial yang memuaskan
dapat mengakibatkan seseorang merasa terisolasi dan kesepian serta dapat menimbulkan akibat-akibat
yang tidak baik (Weiss dalam Peplau dan Perlman, 1982).
Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dan berdasarkan pengalaman
berhubungan dengan tidak mencukupinya kebutuhan akan bentuk hubungan yang akrab atau intimasi
(Sullivan dalam perlman & Peplau, 1982). Sermat (dalam Middlebrook, 1980) berpendapat bahwa
kesepian yang dialami oleh seseorang karena aktivitas-aktivitas rutinnya dalam belajar di sekolah
maupun di rumah akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Ia merasa jenuh dan tidak termotivasi
untuk belajar, sehingga prestasi belajarnya menjadi merosot.
Adanya perkembangan yang sangat pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu adanya
internet, seseorang yang kesepian akan menghabiskan waktunya untuk menjelajahi internet (surfing,
browsing, dan lainnya). Mereka menghabiskan perasaan kesepiannya tersebut dengan cara memasuki
dunia on-line atau menjelajahi cyberspace selama beberapa jam. Apabila kegiatan untuk bermain
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
111
112
ISSN : 1411-6286
internet dilakukan secara berlebihan maka dapat dikatakan tidak wajar. Suler dan Young, 1996 (dalam
http://www.apa.org/releases/internet.html) menyatakan bahwa beberapa orang mengalami kesulitan
untuk mengetahui kapan harus berhenti menggunakan internet, karena adanya aspek sosial, hubungan
secara interpersonal dengan orang lain, yang sedemikian menstimulasi, dan menguntungkan
(rewarding and reinforcement). Misalnya saja seorang mahasiswa dari perguruang tinggi terkenal
yang memasuki chatroom dan menghabiskan waktu 60 jam seminggunya. Dalam setahun prestasi
belajar untuk matakuliah-matakuliah yang dia ambil merosot dengan tajam. Dia mulai menarik diri
dari teman-temannya di dunia nyata, dan mulai mengeluhkan simptom-simptom beberapa penyakit
yang
tidak
dapat
diidentifikasi
oleh
para
dokter
(Young,
1998,
dalam
http://www.apa.org/releases/internet.html). Individu-individu tersebut yang apabila memenuhi kriteria
diagnostik mengenai internet addiction disorder, akan disebut sebagai individu yang mengalami
kecanduan
terhadap
internet
(Goldberg,
1996
dalam
http://www.rider.edu/~suler/psycyber/suportgp.html).
Beranjak dari penjabaran mulai awal sampai tersebut di atas, dan sehubungan dengan semakin
banyaknya pengguna dan penyedia jasa internet, maka timbul minat dari peneliti untuk meneliti:
apakah ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar
pada mahasiswa, apakah ada hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa,
apakah ada hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada
mahasiswa, dan apakah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction
disorder pada mahasiswa?
B.
Tinjauan Pustaka
1.
a.
Prestasi Belajar
Pengertian Prestasi Belajar
Winkel (1987) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap
proses belajar dan hasil belajar siswa. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian yang dilakukan untuk
menentukan seberapa jauh proses belajar dan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan
instruksional yang sudah ditetapkan, baik menurut aspek isi maupun aspek perilaku.
Loekmono (1988) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan perwujudan atau aktualisasi
dari kemampuan dan usaha belajar siswa dalam waktu tertentu. Nana Sudjana (1992) memberikan
pengertian prestasi belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, guru dapat menyatakan
kedudukannya dalam kelas, apakah termasuk siswa yang pandai, sedang, atau kurang. Biasanya
prestasi belajar dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat dan dicapai pada periode-periode
tertentu.
Banyak cara untuk mengukur prestasi belajar siswa. Pengajar dapat melakukannya dengan
cara mengajukan pertanyaan lisan, memberikan pekerjaan rumah atau tugas tertulis atau melihat
penampilan actual dari tugas ketrampilan dan tes tertulis (Crow & Crow 1984). Winkel (1983)
berpendapat bahwa cara mana yang akan digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa biasanya
berkaitan dengan tujuan dan bidang prestasi belajar yang akan dievaluasi. Tetapi yang paling umum
dilakukan adalah melalui tes tertulis. Sehingga pada umumnya yang dimaksud dengan prestasi belajar
adalah nilai-nilai hasil belajar yang diperoleh melalui pengukuran dengan alat tes. Prestasi belajar
siswa dapat dilihat dari nilai rapor siswa. (Crow & Crow 1984).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian
pendidik terhadap proses dan hasil belajar siswa, yang menggambarkan penguasaan siswa atas matari
pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami siswa
dalam jangka waktu tertentu.
b.
Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua yaitu
(Syah 1995, Sudjana 1992): a). Faktor internal, yaitu faktor dari dalam diri siswa yang meliputi
kondisi fisiologis dan psikologis siswa. b). Faktor eksternal siswa, yaitu faktor dari luar diri siswa,
yang meliputi kondisi lingkungan sosial dan non-sosial.
112
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
2.
Kesepian
a.
Pengertian Kesepian
ISSN : 1411-6286
Karakteristik Kesepian
Fromm-Reichman, Lopata, dan Young (dalam Yuniarti, 2002) menyebutkan karakteritik
kesepian adalah sebagai berikut: tidak terpenuhinya kebutuhan akan keakraban, hasil persepsi dan
evaluasi hubungan sosial yang kurang memuaskan, kurang adanya reinforcement sosial.
3.
a.
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
113
C.
114
ISSN : 1411-6286
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini adalah: a). Ada peranan kesepian dan internet
addiction disorder terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, b). Ada hubungan antara kesepian
dengan prestasi belajar pada mahasiswa, c). Ada hubungan antara internet addiction disorder dengan
prestasi belajar pada mahasiswa, d). Ada hubungan antara kesepian dengan internet addiction disorder
pada mahasiswa.
D.
Metode Penelitian
1.
Metode Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, pada dasarnya penelitian ini bersifat ex post facto, artinya
data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan dalam penelitian ini berlangsung
(Depdikbud, 1982).
2.
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
ISSN : 1411-6286
item yang diadaptasi dari Basyuni (2000), untuk mengungkap pola penggunaan internet. Prestasi
belajar diungkap dengan melihat indeks prestasi kumulatif mahasiswa, yang merupakan data sekunder.
5.
E.
1.
2.
F.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis ditolak, berarti: tidak ada peranan
kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar pada
mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar pada
mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder
dengan prestasi belajar pada mahasiswa, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian
dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa.
Penelitian ini menemukan bahwa variabel kesepian dan kecenderungan internet addiction
disorder secara bersama-sama hanya memiliki peranan sebesar 4,20% terhadap prestasi belajar
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
115
116
ISSN : 1411-6286
mahasiswa. Berarti sisanya yaitu sebesar 95,80% peranannya dilakukan oleh variabel-variabel lain
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini juga menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan
prestasi belajar pada mahasiswa, dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan
internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa. Berarti prestasi belajar
mahasiswa lebih memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.
Variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor
internal yang meliputi kondisi fisiologis dan psikologis mahasiswa, dan faktor eksternal mahasiswa
yang meliputi kondisi lingkungan di sekitar mahasiswa.
Kondisi fisiologis mahasiswa mencakup kebugaran kondisi umum fisiologis dan tonus
(tegangan otot), serta tingkat kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran. Apabila dalam
belajarnya, mahasiswa tidak mengalami gangguan kesehatan akan lebih mungkin siswa tersebut
mencapai prestasi belajar yang baik. Tentu saja hal ini akan bergantung dengan aspek-aspek lainnya.
Kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa diantaranya adalah
intelegensi, motivasi berprestasi, minat, kemandirian, dan keadaan emosi mahasiswa. Entwistle (1983)
berpendapat bahwa intelegensi berkorelasi secara signifikan dengan prestasi belajar. Dua contoh hasil
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi dan prestasi belajar, yaitu hasil
penelitian Pearson (dalam Mussen et.al 1989) bahwa prediktor terbaik dari nilai matematika peserta
didik adalah konsep diri atau persepsi mengenai kemampuan serta harapan akan keberhasilan dalam
belajar matematika. Hasil penelitian Bandura (dalam Mussen et.al 1989) bahwa suatu perasaan mampu
yang memuaskan akan mendorong peserta didik untuk lebih rajin belajar di masa datang dalam
mencapai prestasi belajar. Menurut Syah (1995) minat peserta didik dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajarnya. Karena peserta didik memiliki minat yang besar dalam belajar, maka ia
akan memusatkan perhatian secara intensif terhadap belajarnya, yang memungkinkannya untuk belajar
lebih rajin, dan akhirnya dapat mencapai prestai yang diharapkannya. Penelitian Crandal, Preston dan
Robinson (dalam Wijaya 1986) menemukan adanya hubungan antara kemandirian dan prestasi belajar
peserta didik. Menurut Wankowski (dalam Beard dan Senior 1980) bahwa emosi siswa dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya. Penelitian Burges dan Carter (dalam Sulaeman 1984)
menunjukkan hasil bahwa terdapat korelasi positif antara gaya belajar dengan prestasi belajar peserta
didik.
Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi prestasi belajar adalah orang tua dan keluarga
atau saudara-saudara dari peserta didik. Utami Munandar (1995) menyatakan bahwa cara paling baik
dalam merangsang perkembangan mental anak adalah dengan memberi dorongan, pujian dan kasih
sayang, karena dapat menambah harga diri dan kepercayaan anak kepada dirinya sendiri, yang
akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian prestasi belajarnya. Selain itu, lingkungan
sosial sekolah seperti guru, teman-teman siswa, dan para staf administrasi, dapat mempengaruhi
prestasi belajar peserta didik. Para guru yang senantiasa memberi teladan positif dalam belajar dan
memotivasi peserta didik untuk berprestasi, serta teman-teman peserta didik yang rajin dan memiliki
motivasi berprestasi yang tinggi dalam belajar, cenderung dapat mempengaruhi peserta untuk rajin dan
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi pula (Syah 1995).
Lingkungan non-sosial yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik ialah gedung
sekolah (ruang kelas) dan letaknya, rumah tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, kondisi
cuaca, dan kondisi-kondisi lingkungan non-sosial lainnya. Misalnya ruang kelas yang terawat dengan
baik, sirkulasi udaranya baik, cukup penerangannya, dan sarana belajar di kelas yang memadai,
cenderung dapat membantu peserta untuk berprestasi dalam belajarnya (Syah 1995).
116
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
ISSN : 1411-6286
105,0
77,25
13,24
122,5
96,00
13,52
Berdasarkan tabel di atas, mean hipotetik dan empirik kecenderungan internet addiction
disorder (77,25) dan kesepian (96,00) dalam penelitian ini, ditemukan sama-sama rendah atau kurang
dari mean hipotetik kecenderungan internet addiction disorder (105,0) dan kesepian (122,5). Berarti
bahwa secara empirik kondisi kecenderungan internet addiction disorder dan kesepian pada subjek
penelitian adalah lebih rendah atau kurang dari kondisi yang diduga (hipotetik).
Rendahnya kecenderungan internet addiction disorder pada subjek penelitian kemungkinan
disebabkan oleh adanya kesenjangan digital yang sangat besar. Di Indonesia sendiri masih terdapat
kesenjangan digital yang sangat besar. Akses informasi internet baru bisa dinikmati 1% dari total
penduduk karena keterbatasan jaringan telekomunikasi (Edo/GSM dalam http://www.astaga.com).
Pertumbuhan industri internet Indonesia sepanjang 2001-2002 juga relatif stagnan, dikarenakan
kurangnya sosialisasi pengenalan internet di daerah, sehingga tidak semua orang tahu dan bisa
menggunakan internet (dalam http://www.apjii.or.id/news/indeks.php?). Menurut International Data
Corporation (dalam http://www.indomedia.com), tingkat adopsi internet di Indonesia masih rendah,
sekitar 0,11% dari populasi. Masih minimnya jumlah pengguna internet di Indonesia tidak terlepas
dari kemampuan ekonomi masyarakat yang relatif masih di bawah standart nasional.
Selain itu sebanyak 66% para pengguna internet di Indonesia juga mempercayai bahwa
internet
lebih
memiliki
dampak
negatif
daripada
dampak
positif
(dalam
http://www.astaga.com/teknologi/mailto). Ini bisa di lihat dari survei yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerjasama dengan Indonesia Internet Business
Community (i2bc) terhadap 1500 pengguna Internet di 10 kota besar di Indonesia, yakni Jakarta,
Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Batam, Balikpapan, Denpasar dan Makasar.
Survei dilakukan pada 22 Maret hingga 5 April 2000, yang mengatakan bahwa enam aspek negatif
dari penggunaan internet, adalah menghambur-hamburkan uang, menghabiskan waktu, degradasi
moral (terkait dengan akses ke situs porno, judi, dan lainnya), menghambat sosialisasi, infiltrasi
budaya barat, dan tidak adanya penyaringan informasi yang dapat membahayakan pengembangan
mental anak-anak (Susanti dalam http://www.astaga.com/teknologi/mailto). Pemakaian internet di
Indonesia juga masih dianggap sebagai suatau kegiatan yang mewah dan mahal, sehingga mayoritas
pengguna memilih melakukan aktivitas ini di kantor atau di warung internet (warnet) agar tidak
mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Sekitar 75% menyatakan keberatan untuk berlangganan
internet, hanya 21% yang mengatakan berlangganan internet (Susanti dalam http://www.astaga.com).
Berdasarkan semua kondisi yang disebutkan di atas, memungkinkan kepada individu-individu
di Indonesia yang apabila mengalami kesepian, tidak akan menggunakan internet untuk mengatasi
kesepiannya. Sehingga dapat dimengerti kalau hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder.
Pada umumnya subjek penelitian menggunakan internet karena adanya faktor pekerjaan,
media informasi, kuliah, surfing, browsing, membaca dan membalas e-mail, chatting, serta
memanfaatkan fasilitas internet lainnya. Subjek penelitian menggunakan internet bukan karena mereka
kesepian. Hal ini bisa dilihat dari analisis tambahan bahwa tujuan subjek penelitian melakukan log-on
di internet berbagai macam, yakni bertujuan untuk bekerja ada 12%, tujuan untuk rekreasi atau
mencari hiburan ada 14%, untuk kuliah 68%, dan untuk kegiatan yang lainnya (seperti cek e-mail,
surfing, browsing, chatting, dan lainnya) adalah 43%.
Rendahnya kecenderungan internet addiction disorder pada subjek penelitian juga dapat
dilihat pada rata-rata on-line dalam seminggu, yaitu banyaknya subjek penelitian (59%) yang rata-rata
on-line dalam seminggu kurang dari 2 jam (29%) dan 2-4 jam (30%).
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
117
118
ISSN : 1411-6286
Rendahnya tingkat kesepian pada subjek penelitian yang sudah mencapai tingkat akhir
perkuliahannya, kemungkinan disebabkan oleh adanya banyaknya tugas-tugas kuliah, yang salah
satunya adalah tugas menyusun skripsi, sehingga mereka tidak mengalami dan merasa kesepian.
Meskipun diantara subjek penelitian yang mungkin tidak memiliki banyak tugas kuliah, dan mungkin
kurang dalam pergaulan, tetapi mereka tidak merasa kesepian, mungkin justru menikmati kondisi
tersebut. Seperti yang katakana oleh Radikun (1989) bahwa kesepian adalah jika seseorang merasa
menderita, ketika individu mempersepsikan adanya kekurangan dalam pergaulannya (baik kurang
intens atau kurang jumlah teman yang dimilikinya) maka individu tersebut itu kesepian. Tetapi jika
individu tidak mempermasalahkan keadaan bahkan menikmatinya maka berarti individu tersebut
bukan orang yang kesepian.
G.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet
addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang
signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar pada mahasiswa, tidak ada hubungan yang
signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar pada mahasiswa,
dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction
disorder pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian
memiliki tingkat kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang rendah.
Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi ditolaknya hipotesis, yakni adanya
variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor internal dan
eksternal mahasiswa. Selain itu, masih terdapat kesenjangan digital yang sangat besar di Indonesia,
dan kebanyakan mahasiswa menggunakan internet karena adanya faktor pekerjaan, media informasi,
sekolah, dan memanfaatkan fasilitas internet lainnya. Jadi mahasiswa menggunakan internet bukan
karena kesepian.
H.
Daftar Pustaka
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
118
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
[34]
ISSN : 1411-6286
Hania, M. 1992. Hubungan antara Kesepian dengan Rasa Percaya Terhadap Orang
Lain Pada
Pria dan Wanita Dimasa Dewasa Awal yang Tidak memiliki
Pasangan. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Jong Gierveld, J. 1987. Developing & Testing a Model of Loneliness. Journal of
Personality
and Social Psyhology.
Kompas. Maret 2000. Bisnis Portal, Bisnis Masa Depan, p.11.
Lake. T. 1980. Kesepian (Terjemahan). Jakarta: Arcan.
Lindzey, G. & Aronson, E. 1968. The Handbook of Social Psychology 2nd Edition.
New Delhi:
American Publishing.
Loekmono, L. 1988. Korelasi antara Indeks Prestasi Kumulatif Semester I/1987-1988
dengan Masalah yang Dialami Mahasiswa. Laporan Penelitian. Salatiga: Pusat
Bimbingan
Universitas Kristen Satya Wacana
Matondang, J. 1998. Kesepian pada Pria dan Wanita Lajang. Skripsi (Tidak
diterbitkan).
Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Mayang, R., 2001. Hubungan Kesepian Dengan Perilaku Asertif. Penelitian Ilmiah.
Jakarta:
Universitas Gunadarma.
Middlebrook. N. P. 1980. Social Psychology & Modern (2nd ed.). New York: Alfred A
Knopf.
Morgan, C.T. et al. 1986. Introduction to Psychology 7th ed. Singapore: McGraw-Hill.
Parastuti, Wesmira. 2000. Fungsi Keluarga Terhadap Proses Ketergantungan Obat
Pada Remaja. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Peplau, L. A., & Perlman, D. 1982. Loneliness: A Sourcebook of Current Theory,
Research,
and Therapy. New York: Wiley.
Priyatmo. 2000. Bisnis Portal, Bisnis Masa Depan. Dalam Kompas. Edisi 12 Maret
2000. Jakarta
Radikun, T.B., 1989. Hubungan Antara Kesepian Dengan Perilaku Asertif dan
Berfikir
Rasional. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Sita, H.R., hubungan antara kesepian (Loneliness) dengan kecenderungan kecanduan
terhadap
internet (Internet Addiction Disorder).
Turner, J. S. & Helms, D. B., 1983. Lifespan Development (2nd ed.). Holt, Rinehart &
Winston, Tokyo.
Turnip, Sherly Saragih., 1997. Cara Menanggulangi Loneliness Pada Dewasa Awal
Pertengahan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Warzukni, Wike., 2001. Penghayatan Kesepian Narapidana Wanita. Skripsi (Tidak
diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi UI.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Wright, J. 1982. Learning to Learn in Higher Education. London: Croom Helm, Ltd.
Wrigtsman, L.S., Deaux, K., Frabcis, C.D. & Carol, K.S. 1993. Social Psychology in
The 90s.
6th Edition. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Widiyanto, C. (Penghimpun). 2001. Himpunan Karangan dari Kristiana Dewayani.
Pemakaian Internet Secara Sehat Dalam Kajian Teori dan Hasil Penelitian.
Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Yuaniarti, R. 2002. Perbedaan Perasaan Kesepian Antara Pria Lajang dan Wanita
Lajang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jakarta: Universitas Gunadarma
Informasi on-line:
[1]
Center for on-line Addiction (1998) What is internet Addiction (IA). World Wide
Web, http://www.netaddiction.com/whatis.htm
[2]
Center for On-line Addction (1998) What is internet Addiction? World Wide Web,
http://www.netaddiction.com/whatis.htm php50.com
[3]
Edo/GSM. 2000. World Wide Web, http://www.astaga.com,
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma
119
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
120
120
ISSN : 1411-6286
Peranan Kesepian Dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder Terhadap Prestasi Belajar
MahasiswaUniversitas Gunadarma