Pendahuluan
Antara tisu badan yang pertama berubah menjadi warna kuning apabila kadar
bilirubin darah meningkat adalah kojungtiva mata. Keadaan ini disebut sklera
ikterik. Namun, sklera itu sendiri tidak mengalami ikterus tetapi kojungtiva yang
melapisinya saja.
Pre-hepatik : masalah terjadi sebelum memasuki hati. Pre hepatik jaundis bida
disebabkan meningkatnya hemolisis darah merah. Sesetengah penyakit genetik
seperti sickle cell anemia, defensiensi glucose 6-phosphate dehydrogenase .
defek metabolisme bilirubin jga cenderung menimbulkan jaundis.Selalunya jika
masalah pre-hepatik, kadar bilirubin total bisa meningkat atau normal sedangkan
kadar bilirubin direk dan indirek keduanya meningkat dan tiada bilirubin
terdeteksi dalam urin pasien.
1. Etiologi
Jaundis adalah akibat peningkatan bilirubin dalam darah atau penyakit hati.
Penyakit hati ini dapat disebabkan oleh disfungsi hati atau kolestasis.
3. Pemeriksaan
3.1.Anamnesis
Pada pasien kolestasis selalunya datang dengan keluhan kulit dan mata kuning
akibat kadar bilirubin direk yang meningkat dalam darah. Terdapat keluhan
penyerta lain seperti urin bewarna gelap, feses bewarna pucat,nyeri pada ulu
hati pada kanan atas abdomen,mual atau muntah. Bias terdapat juga kegatalan
atau pruritus. Untuk memudahkan diagnosis dapat ditanyakan riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penyakit keluarga, keadaan pasien sendiri sama ada peminum
alkohol, mengkomsumsi obat tertentu dan sebaginya untuk memudahkan
mencari punca ikterus dan kolesatasis yang berlaku pada pasien tersebut.
3.2.Pemeriksaan Fisik
Ikterus ringan bisa diketahui dengan melihat warna sklera; menjadi kuning jika
jumlah bilirubin dalam darah mencapai 2 2,5 mg/dL.
Ikterus sedang tanpa perubahan warna urin merupakan tanda dari unconjugated
hyperbilirubinemia, ikterus sedang dengan warna urin yang lebih gelap
menunjukkan adanya gangguan pada sistem hepatobilier.
Pertimbangkan penyakit kronik hepar jika adaya tanda hipertensi portal dan
portal-systemic encephalopahty.
Bagi pasien yang kakeksia dan terabanya hepar yang keras dan membesar
menandakan adanya metastase.
Laboratorium
Untuk menetukan kadar bilirubin dalam darah pasien. Selalunya jika kasus
kolestasis bilrubin direk atau B2 akan meningkat lebih berbanding bilirubin
indire,B1 akibat masalah eksresi bilirubin direk ke duodenum. Jika nilai bilirubin
direk dan dbilirubin indirek selalunya pada pasien maslah hati sperti infeksi
hepatitis virus termasuk Hepatitis A, Hepatitis B dan sebagainya.
Merupakan enzim yang terdapat di duktus empedu yang terdapat di sel hati.
Kadar ALP di plasma akan meningkat apabila terdapat obstruksi garam empedu
yang banyak, intrahepatik kolestasis dan penyakit hati infitratif. Jadi pada kasus
kolestasis biasnya tes laboratorium menunjukkan peningkatan kadar enzim
Alkaline fosfatase.
4. Diagnosa Kerja
Berdasarkan kasus peningkatan kadar bilirubin direk dalam darah melebihi kadar
bilirubin indirek apabila sel hati tidak dapat mengeksresi bilirubin direk dari hati
ke kandung empedu disebabkan kerosakan sel hati akibat virus hepatitis yang
menyerang hati pasien. Nilai enzim hati yaitu SGOT dan SGPT juga meningkat
dalam kasus ini. Seperti yang kita tahu enzim hati akan meningkat apabila
berlaku destruksi sel hati. Untuk kasus ini sel hati rosak akibat virus hepatitis.
Hepatits
Tingkat awal merasa cepat lelah, tidak napsu makan, sakit kepala, pegal-pegal di
seluruh badan, lemah, mual, dan kadang disertai muntah, dan selanjutnya
demam.
Fase kuning (ikterik) : ditandai dengan urin berwarna kuning kehitaman seperti
air teh dan feses berwarna hitam kemerahan. Bagian putih dari bola mata,
langit-langit mulut dan kulit menjadi berwarna kekuning-kuningan. Fase ini
berlangsung kurang lebih selama 2-3 minggu;
Hepatitis virus dapat menjadi kronis dan bisa berlanjut menjadi sirosis hati dan
kanker hati.
Hepatitis A
Hepatitis A lebih banyak diderita oleh anak-anak dan orang muda. Disebabkan
oleh infeksi virus hepatitis A, pada umumnya menular melalui
makanan/minuman yang terkontaminasi oleh feses penderita, bisa juga melalui
konsumsi kerang yang terkontaminasi virus. Penyakit ini jarang menjadi kronis.
Gejala yang timbul ringan dan tidak selalu timbul fase kuning/ikterik. Langkah
pencegahannya, yaitu:
cuci tangan setelah dari toilet, sebelum makan dan sebelum menyiapkan
makanan;
Imunisasi
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B
hindarkan pemakaian jarum suntik bekas, dan peralatan tato yang tidak steril.
Hindarkan pemakaian bersama sikat gigi, pisau cukur dan alat lainnya yang
dapat menimbulkan luka.
Hepatitis C
Hepatitis D
Virus hepatitis D hanya dapat ditemukan pada penderita hepatitis B, karena
untuk hidupnya memerlukan virus pembantu yaitu virus hepatitis B. Upaya
pencegahan terhadap hepatitis B secara tidak langsung juga mencegah hepatitis
D.
Hepatitis E
Tipe penularannya sama dengan virus hepatitis A yaitu melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh feses. Infeksi virus hepatitis E terutama
terjadi di daerah yang tingkat kesehatan dan sanitasinya buruk, dan lebih
banyak diderita oleh anak-anak dan wanita hamil.
5. Diagnosa Banding
- Batu empedu
5.1 intrahepatik
Biasanya gejala sirosis bilier primer dimulai secara bertahap. Pada sekitar 50%
penderita, gejala awalnya berupa gatal-gatal dan kadang kelelahan, yang timbul
beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum gejala lainnya muncul.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pembesaran hati pada sekitar 50% penderita
dan pembesaran limpa pada sekitar 25% penderita. Sekitar 25% penderita
memiliki endapan kuning kecil di kulitnya (xantoma) atau pada kelopak matanya
(xantelasma). 10% akan berkembang menjadi pigmentasi kulit. Kurang dari 10%
penderita mengalami jaundice.
Penyebab
Sebagian besar kanker berasal dari kepala pankreas, yang dilewati oleh saluran
empedu. Yang lebih jarang, kanker berasal dari saluran empedu sendiri, yaitu:
di hati.
Yang lebih jarang lagi, saluran empedu tersumbat oleh kanker yang berasal dari
bagian tubuh lainnya (kanker metastatik), atau tertekan oleh kelenjar getah
bening yang terkena limfoma.
gatal-gatal.
Batu Empedu
Batu Empedu adalah timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan di dalam kandung empedu disebut
kolelitiasis, sedangkan batu di dalam saluran empedu disebut koledokolitiasis.
Batu empedu lebih banyak ditemukan pada wanita dan faktor resikonya adalah:
usia lanjut
kegemukan (obesitas)
Komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol, sebagian kecil lainnya
terbentuk dari garam kalsium. Cairan empedu mengandung sejumlah besar
kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan empedu menjadi
jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan diluar empedu.
Sebagian besar batu empedu terbentuk di dalam kandung empedu dan sebagian
besar batu di dalam saluran empedu berasal dari kandung empedu. Batu
empedu bisa terbentuk di dalam saluran empedu jika empedu mengalami aliran
balik karena adanya penyempitan saluran atau setelah dilakukan pengangkatan
kandung empedu. Batu empedu di dalam saluran empedu bisa mengakibatkan
infeksi hebat saluran empedu (kolangitis), infeksi pankreas (pankreatitis) atau
infeksi hati. Jika saluran empedu tersumbat, maka bakteri akan tumbuh dan
dengan segera menimbulkan infeksi di dalam saluran. Bakteri bisa menyebar
melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi di bagian tubuh lainnya.
GejalaSebagian besar batu empedu dalam jangka waktu yang lama tidak
menimbulkan gejala, terutama bila batu menetap di kandung empedu. Kadang-
kadang batu yang besar secara bertahap akan mengikis dinding kandung
empedu dan masuk ke usus halus atau usus besar, dan menyebabkan
penyumbatan usus (ileus batu empedu). Yang lebih sering terjadi adalah batu
empedu keluar dari kandung empedu dan masuk ke dalam saluran empedu.
Dari saluran empedu, batu empedu bisa masuk ke usus halus atau tetap berada
di dalam saluran empedu tanpa menimbulkan gangguan aliran empedu maupun
gejala. Jika batu empedu secara tiba-tiba menyumbat saluran empedu, maka
penderita akan merasakan nyeri. Nyeri cenderung hilang-timbul dan dikenal
sebagai nyeri kolik. Nyeri timbul secara perlahan dan mencapai puncaknya,
kemudian berkurang secara bertahap. Nyeri bersifat tajam dan hilang-timbul,
bisa berlangsung sampai beberapa jam. Lokasi nyeri berlainan, tetapi paling
banyak dirasakan di perut atas sebelah kanan dan bisa menjalar ke bahu kanan.
Penderita seringkali merasakan mual dan muntah. Jika terjadi infeksi bersamaan
dengan penyumbatan saluran, maka akan timbul demam, menggigil dan sakit
kuning (jaundice). Biasanya penyumbatan bersifat sementara dan jarang terjadi
infeksi. Nyeri akibat penyumbatan saluran tidak dapat dibedakan dengan nyeri
akibat penyumbatan kandung empedu. Penyumbatan menetap pada duktus
sistikus menyebabkan terjadinya peradangan kandung empedu (kolesistitis
akut). Batu empedu yang menyumbat duktus pankreatikus menyebabkan
terjadinya peradangan pankreas (pankreatitis), nyeri, jaundice dan mungkin juga
infeksi. Kadang nyeri yang hilang-timbul kambuh kembali setelah kandung
empedu diangkat, nyeri ini mungkin disebabkan oleh adanya batu empedu di
dalam saluran empedu utama.
USG
CT scan
berbagai teknik foto rontgen yang menggunakan zat kontras radioopak untuk
menggambarkan saluran empedu.
pelarutan dengan terapi asam empedu menahun (asam kenodiol dan asam
ursodeoksikolik).
Batu saluran empedu bisa menyebabkan masalah yang serius, karena itu harus
dikeluarkan baik melalui pembedahan perut maupun melalui suatu prosedur
yang disebut endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP).
ERCP dan sfingterotomi telah berhasil dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4
dari setiap 1.000 penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
perdarahan
Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan batu empedu muncul lagi.
Batu kandung empedu tidak dapat diangkat melalui prosedur ERCP. ERCP saja
biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran empedu yang lebih tua,
yang kandung empedunya telah diangkat.
6. Pengobatan
6.1.Medika Mentosa
Untuk kasus hepatitis virus, harus diberikan anti hepatitis seperti berikut:
1. Interferon Alfa
2. Lamivudin
- Analog sitosin
- Analog guanosisn
- Untuk kasus batu empedu diberikan obat peluruh batu seperti Asam
Ursodeoxykolat
- Bagi pasien yang mengalami kesakitan dapat diberi obat analgetik derivat
opiod seperti meperidin
7. Komplikasi
8. Prognosis
Biasanya prognosis kolestasis bergantung terapi dan kondisi pasien. Jika
dilakukan terapi menyeluruh menghilangkan penyebab maka prognosis menjadi
baik. Dengan berkembangnya alternatif pengobatan maka diharapkan prognosis
hepatitis menjadi lebih baik. Hepatitis A biasanya mempunyai prognosis baik
kecuali yang fulminan, sedangkan hepatitis B prognosisnya semakin buruk bila
infeksi terjadi semakin dini.