1
akan berkontraksi lebih kuat daripada otot lain yang lebih pendek.
Otot rangka dapat berkontraksi menurut kehendak atau kemauan
kita. Tanggapan otot terhadap kemauan kita dilaksanakan dengan
perantaraan sistem saraf pusat dan saraf motorik yang
mempersarafi otot itu. Setiap ada kerusakan pada sistem saraf
pusat atau pada saraf motorik yang menyebabkan terganggunya
perambatan impuls dari korteks otak ke otot, mengakibatkan pula
otot tidak dapat mengadakan tanggapan terhadap kemauan kita.
Hal ini disebut paralisis (Wulangi, 1994).
Bila otot melakukan kerja berat secara terus-menerus, otot
akan membesar. Membesarnya otot ini disebut hipertrofi. Otot
yang mengalami hipertrofi, diameter serabut ototnya meningkat
dan jumlah zat yang terdapat di dalam otot juga bertambah.
Sebaliknya, otot yang tidak digunakan dapat menjadi kecil, dan hal
ini disebut atropi. Hiperplasia adalah membesarnya otot yang
disebabkan karena membesarnya serabut otot (Wulangi, 1994).
Bila otot rangka menegang, terjadilah beberapa perubahan yaitu
perubahan bentuk, perubahan kimia, perubahan panas dan
perubahan elektrik. Selama masa kontraksi, otot menjadi pendek
dan gemuk, tetapi tidak mengalami perubahan volume. Studi
mengenai kontraksi otot menunjukkan bahwa kontraksi otot
merupakan hasil perubahan bentuk molekul protein. Menurut
Szent-Gyorgi, protein utama yang terlibat dalam kontraksi adalah
aktin dan miosin yang dapat berkombinasi menjadi aktomiosin.
Kontraksi terjadi karena pemendekan aktin dengan jalan
menggeser sambil berputar (Wulangi, 1994).
Pada perubahan kimia, energi yang digunakan oleh otot selama
kontraksi berasal dari perubahan kimia yang terjadi di dalam otot
iu sendiri. Otot dalam keadaan istirahat mengandung zat seperti
air 75%, protein 20%, glikogen 1%, fosfokreatin 0,3%, asam laktat
0,5%, dan heksosefosfat 0,05%. Analisis kimia menunjukkan
bahwa setelah kontraksi berakhir, jumlah fosfat anorganik dan
asam laktat meningkat, sedangkan glikogen dan asam fosfat
menurun. Oksigen (O2) banyak digunakan, sedangkan
2
karbondioksida (CO2) dan air (H2O) banyak dihasilkan. Energi
yang digunakan untuk kontraksi otot berasal dari proses sebagai
berikut :
Energi (E) yang dilepas dapat segera digunakan untuk
kontraksi otot E. Energi (E) yang dilepas dari reaksi ini digunakan
untuk sintesis kembali ATP (adenosin trifosfat). Energi (E) yang
dilepas digunakan untuk sintesis kembali fosfokreatin. Energi (E)
yang dilepas digunakan untuk mengubah 4/5 asam laktat menjadi
glikogen (Wulangi, 1994).
Hutang Oksigen
Bila aktivitas otot sangat meningkat, oksidasi asam laktat dan
perubahannya menjadi glikogen tidak seimbang dengan
pembentukan asam laktat. Setelah otot berhenti berkontraksi,
oksidasi asam laktat yang banyak tertimbun masih terus
berlangsung meskipun kontraksi otot telah selesai. Dengan
perkataan lain, selama aktivitas otot sangat meningkat otot
seolah-olah berhutang oksigen. Hutang oksigen ini dikembalikan
pada masa pemulihan (Wulangi, 1994).
Selama kontraksi otot terjadi perubahan panas. Dari seluruh
energi yang digunakan untuk kontraksi, hanya kurang lebih 20%
sajalah digunakan untuk melakukan kerja, selebihnya hilang
dalam bentuk panas. Jadi otot dapat dikatakan tidak 100% efisien.
Namun demikian panas yang timbul dapat digunakan untuk
mempertahankan suhu tubuh. Pada hawa dingin, produksi panas
dapat ditingkatkan dengan jalan pergerakan otot. Perlu diulang
disini bahwa pada semua makhluk hidup, energi selalu dibutuhkan
untuk melakukan bermacam-macam proses hidup. Sebagian dari
energi tampak sebagai panas, bahkan pada otot yang tidak
berkontraksi pun (otot dalam keadaan agak istirahat), panas selalu
timbul (Wulangi, 1994).
Panas ini disebut panas istirahat. Selama otot berkontraksi
panas yang timbul melebihi panas istirahat. Panas yang melebihi
panas istirahat ini disebut Panas Awal (initial heath). Panas awal
ini dibedakan menjadi panas aktivasi dan pemeliharaan, panas
3
pemendekan dan panas relaksasi. Baik pada kontraksi isotonik
maupun kontraksi isometrik, selalu ada panas aktivasi dan
pemeliharaan, karena energi selalu digunakan untuk kontraksi.
Bila otot tidak memendek, panas pemendekan tidak ada. Panas
pemendekan mungkin dibutuhkan untuk kerja dari jembatan silang
(cross-bridge) pada proses pemendekan. Bila otot melakukan
kerja (mengangkat beban), segera setelah kontraksi otot berakhir
dan relaksasi dimulai, tampak bahwa beban akan menyebabkan
otot memanjang. Energi tidak diperlukan selama otot dalam
keadaan relaksasi. Panas relaksasi berasal dari energi yang
disimpan selama otot berkontraksi. Akhirnya, ada panas
pemulihan yang disebabkan karena adanya energi yang
digunakan oleh reaksi kimia untuk resintesis ATP (Wulangi, 1994).
Ada 2 macam panas produksi yaitu panas awal yang dilepas
selama proses kontraksi dan panas pemulihan yang terjadi
setelah proses kontraksi selesai. Panas awal terdiri dari
a. panas aktivasi dan pemeliharaan yang merupakan panas yang
dilepas dari suatu proses kimia yang mengubah otot dari keadaan
istirahat menjadi keadaan aktif. Panas ini timbul baik pada otot
yang memendek (kontraksi isotonik) atau otot yang tidak
memendek (kontraksi isometrik)
b. panas pemendekan yang merupakan panas yang timbul
karena adanya pemendekan. Bila otot tidak memendek,
panas pemendekan juga tidak timbul. Ini mungkin
ditimbulkan karena meningkatnya liberasi energi oleh
jembatan silang pada waktu terjadi pergeseran terhadap
miosin.
c. panas relaksasi yang timbul karena liberasi energi potensial
otot, bila otot dalam keadaan relaksasi. Ini tidak merupakan
proses kimia, tetapi hanya sekedar perubahan fisika dari
energi potensial yang tersimpan, pada waktu otot memendek
berubah menjadi panas selama fase relaksasi,
4
d. panas pemulihan yang merupakan panas yang dilepas oleh proses
kimia (resintesis ATP). Kurang lebih 9/10 dari panas ini berasal dari
proses metabolisme anaerob (Wulangi, 1994).
Perubahan Elektrik
Bila otot berkontraksi, terjadilah perubahan Elektrik.
Perubahan Elektrik ini dapat dideteksi oleh instrumen yang
khusus untuk itu. Otot mempunyai kelakuan seperti baterei, bila
otot tersebut berkontraksi. Otot yang berkontraksi akan
menimbulkan suatu arus yang biasa dikenal dengan nama arus
aksi. Arus aksi ini akan mengalir dari daerah positif ke daerah
negatif. Daerah yang aktif adalah relatif lebih negatif
dibandingkan dengan daerah yang tidak aktif. Bila otot dalam
keadaan istirahat, tidak ada arus yang timbul. Arus aksi yang
timbul pada jantung yang berdenyut dapat dicatat oleh alat
yang disebut elektrokardiograf (Wulangi, 1994)