PEMBIMBING:
dr. Maya SofaH, Sp.B
Disusun Oleh:
Adli Wafijabar 2012730002
Astarina Hafidha K 2012730013
Chairul Amri Apgar 2012730020
Eza Melinda 2012730034
Putri Intan Nurrahma 2012730147
Siti Mutiara Sari 2012730100
Sri Nindiana Putri A 2012730101
Willia Putri Erviana 2011730115
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan refreshing kelompok mengenai Bedah Minor dan Wound Healing ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. H. Lili Koesman
Djoewaeny, Sp.B yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan refreshing kelompok ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Penulis
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata Chirurgia(dibaca; KI-
RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan; dan ergon artinya kerja.
Setiap prosedur operasi yang tidak melibatkan anestesi atau bantuan pernapasan selama
prosedur pembedahan. Sebuah prosedur medis yang melibatkan sayatan dengan
instrumen, dilakukan untuk memperbaiki penyakit atau kerusakan di jaringan tubuh.
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara simple,
tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten
untuk melakukannya seperti contoh membuka abses superficial, pembersihan luka,
inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi.
Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan. Efek dari timbulnya luka
antara lain hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, hingga kematian sel. Tubuh yang
sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,pembersihan sel dan benda asing, serta
perkembangan awal seluler, merupakan bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Akan tetapi, penyembuhan luka
juga dapat terhambat akibat banyak faktor, baik yang bersifat lokal maupun
sistemik(MonacoandLawrence, 2003).
Penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa yang
kompleks yang terjadi secara simultan pada jaringan epidermis, dermis dan subkutis, itu
suatu yang mudah membedakan penyembuhan pada epidermis dengan penyembuhan
pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu terjadi pada saat yang bersamaan.
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang
dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling jaringan
yang bertujuan untuk menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya.
BEDAH MINOR
Bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi yang ringan, biasanya
dikerjakan dengan anestesi lokal. Sebagai contohnya adalah pengangkatan tumor-tumor jinak
atau kista pada kulit, ekstraksi kuku, penanganan luka, dll.
Prinsip dasar :
1. Asepsis dan antisepsis
Asepsis adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menjauhkan mikroorganisme
penyebab infeksi ke medan operasi. Antisepsis adalah tindakan untuk membunuh
mikroorganisme dengan bahan kimia untuk mencegah sepsis. Bahan-bahan kimia yang
sering dipakai yaitu iodine tincture 3-5%, alkohol 70%, hibiscrub, savlon, hibitane,
betadine, atau pisohex. Assepsis dan antisepsis ini dilakukan untuk alat dan ruangan
operasi, orang-orang yang berada di ruang operasi baik pasien, tim operator maupun
observer.
2. Sterilisasi
Adalah suatu usaha untuk membuat suatu benda atau ruangan menjadi bebas
kuman, yaitu dengan membunuh kuman maupun spora yang menempel pada benda atau
ruang operasi tersebut.
Ada 3 cara sterilisasi yang sering digunakan, yaitu :
a. Pemanasan
- Dengan tekanan, digunakan autoklaf yaitu suatu bejana tertutup yang berisi
uap panas dengan tekanan tinggi (750 mmHg, suhu 121 C selama 10-15
menit). Cara ini dapat membunuh kuman beserta spora yang ada.
- Tanpa tekanan
Perebusan, cara ini dipakai untuk mensterilkan instrumen bedah minor jika
tidak ada autklaf. Cara ini kurang baik karena spora tidak ikut mati.
Diperlukan minimal 30 menit setelah air mendidih. Waktu ini dapat
dikurangi dengan menambahkan alkali yang bersifat bakterisidal.
Pemanasan kering menggunakan oven dengan temperatur 160 - 180 C
dalam waktu 1-2 jam.
Flamber/ pembakaran dilakukan dengan alkohol 90% atau spirtus. Bahan
bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus
3. Instrumen
a. Pemegang jarum/needle holder
Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang. Ukurannya
bermacam-macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Pemegang jarum yang di
gunakan disesuaikan dengan ukuran jarum yang ajkan di pakai.
Gambar 1a. needle holder Gambar 1b. cara memegang needle holder
c. Scalpel/bistouri
k. Benang
Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl.
Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit jaringan yang letaknya
profunda.
- non absorbable (tidak dapat diserap jaringan tubuh), contoh : nylon, dacron,
dan teflon. Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit kulit.
Gambar 8. Benang absorbable (cat gut plain) dan non absorbable (silk)
l. Jarum
Jarum yang digunakan dalam bedah minor bentuknya melengkung dengan ukuran
yang berbeda-beda. Menurut lengkungnya, dikenal jarum yang berarti lengkung
jarum tersebut sebesar lingkaran. Ukuran yang lain 3/8, , dan seterusnya
maksimal 5/8. Menurut panjangnya (dalam mm) dikenal jarum 12 yang artinya
panjang jarum tersebut 12 mm. Sehingga jika jarum berukuran - 6 maka jarum
tersebut berlengkung lingkaran dengan panjang dari ujung ke ujung 6 mm.
4. Anestesi
Ada 2 macam anestesi yaitu anestesi umum dan local. Anestesi local dibedakan lagi
menurut tempat diberikan obat anestesi, yaitu anestesi spinal, epidural, paravertebral, blok
cabang saraf, infiltrasi, dan permukaan kulit (topical). Setiap anestesi harus memenuhi 2
syarat yaitu:menghilangkan reflex dan melemaskan otot, sedang pada naestesi umum
diperlukan untuk menghilangkan kesadaran. Untuk bedah minor yang dipakai adalah
anestesi local.
Anestesi blok
Obat anestesi langsung disuntikkan di sekitar saraf atau ke pangkal saraf. Misalnya apabila
hendak mengoperasi daerah lengan, maka dapat dilakukan anestesi blok pada plexus
brachialis.
Anestesi infiltrat
Obat anestesi disuntikkan langsung ke ujung-ujung saraf di bawa kulit. Untuk menguangi
perdarahan dapat dicampur dengan adrenalin sebab adrenalin menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah. Campuran dengan adrenalin tidak boleh dipakai untuk operasi daerah
yang mempunyai end artery seperti jari-jari, penis dan sebagainya.
Field block
Anestesi topical
Obat anestesi disemprotkan atau dioleskan ke permukaan kulit atau selaput lender,
sehingga ujung-ujung saraf di bawahnya menjadi mati rasa, contoh:chlor etil
5. Jenis tindakan
a. Insisi
Dimulai dengan membuat sayatan lurus pada massa tumor misalnya pada
abses. Arahnya sejajar dengan garis langer, sehingga akan terbentuk jaringan parut
yang halus karena kolagen kulit terarah dengan baik.
b. Eksisi
Merupakan tindakan pengangkatan massa tumor. Indikasinya antara lain untuk
kista epidermoid (klavus) dan kista dermoid. Klavus merupakan tumor jinak yang
keras, biasanya tumbuh pada kulit telapak kaki maupun tangan. Biasanya timbul
karena tusukan benda asing yang menyebabkan epitel kulit masuk ke bawah
epidermis atau sisa sel yang berasal dari embrio. Klavus tampak seperti benjolan
keras dan sakit bila ditekan atau dipijakkan.
Ekisisi dilakukan dengan membuat sayatan berbentuk elips dengan sumbu
panjang sesuai dengan arah ketegangan kulit.
c. Ekstirpasi
Tindakan pengangkatan seluruh masa tumor beserta kapsulnya. Indikasi:ateroma,
fibroma, lipoma
Ateroma
Benjolan kecil yang terjadi karena saluran sebasea tersumbat sehingga lemak
yang dikeluarkan kelenjar itu tertimbun dan bercampur dengan sel-sel. Akibatnya,
secara perlahan-lahan timbullah pembesaran kelenjar rambut tersebut. Isi ateroma
seperti bubur kebiruan yang mengental. Pada puncak benjolan ateroma terlihat
suatu titik kebiru-biruan yang sebenarnya adalah lubang saluran kelenjar yang
tersumbat.
Lipoma
Fibroma
Tumor yang berasal dari jaringan ikat tubuh.
Teknik pengambilan ateroma:
Siapkan dalam keadaan steril 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset chirurgis,
1 buah scalpel dan amatanya, 2 buah klem bengkok, 4 buah lem arteri, 1
gunting ujung lancip, 1 gunting lurus, naald volder, jarum oto dan jarum kulit,
spuit 5 ml dengan jarum untu anestesi, zde, cat gut, doek dan sarung tangan.
Juga beberapa ampul, prokin dan lidokain
Kulit dibersihkan dengan antiseptic (iodine) lalu alcohol 70%
Tutup daerah op dengan duk lubang di sekitar ateroma disuntik dengan
prokain - 1%
Tunggu beberapa saat sampai daerah yang akan dioperasi akan terasa kebal.
Buat dengan hati-hati 2 insisi lengkung, sehingga titik ateroma terletak di
tengah-tengah
Setelah sayatan kulit tepat berada di atas pembungkus aeroma, lepaskan kulit
dan jaringan yang berada di sekitar kapsul ateroma dengan gunting yang tajam
bengkok. Dengan cara memisahkan jaringan kapsul dan sekitarnya, tumor
diangkat,
Usahakan ateroma tidak pecah, bila pecah usahakan agar kapsul dapat
diangkat semua.
Setelah semua ateroma terangkat, bila lubang yang ditimbulkan itu besar,
jaringan lemak dijahit dengan cat gut, sedangkan bila lubangnya kecil kulit
dapat langsung dijahit dengan benang sutra. Jarak 1 jahitan dengan lainnya
dibuat kira2 1 cm. Sebelum dijahit, luka diolesi dengan betadhine
Luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang telah ditetesi lar.betadine
6. Macam-macam jahitan
a. Simpul tunggal
- Lakukan penusukan dari jarak -1 cm di tepi masing-masing luka dan
sekaligus mengambil sebagian jaringan subkutan dengan teknik penusukan
jarum yang tegak lurus pada arah atau garis luka.
- Simpul diletakkan di tepi salah satu tempat tusukan di sebelah tepi luka
- Benang dipotong kira-kira sepanjang 0,5-1 cm.
7. Komplikasi pascabedah
a. Perdarahan
Perdarahan bisa terjadi saat operasi berlangsung atau beberapa waktu setelah
operasi usai. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang turun selama operasi,
beberapa jam setelah operasi normal kembali, sehingga sumbatan darah terlepas,
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan ini juga dapat
disebabkan oleh lepasnya ikatan benang pada pembuluh darah karena ikatan
kurang kuat atau terjadi infeksi pada jahitan tersebut.
b. Syok
Merupakan komplikasi pasca bedah yang gawat dan dapat menyebabkan
kematian. Semua syok, apapun penyebabnya menimbulkan gangguan peredaran
darah seperti kulit menjadi pucat, akral dingin, bibir membiru (tanda sianosis),
nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan dangkal, suhu tubuh menurun, dan
tekanan sistolik turun di bawah 90mmHg sedangkan diastolic di bawah 60 mmHg.
Penyebab syok dapat berupa :
Bila telah tiba waktunya untuk melepas jahitan, bersihkanlah luka dan kulit di
sekitarnya dengan cairan antiseptik, pegang ujung benang, dengan pinset anatomis
steril, lalu guntinglah benang itu tepat di bawah ikatan, sehingga benang yang berada
di luar tidak masuk kembali ke dalam jaringan tubuh ketika benang diangkat.
BAB III
WOUND HEALING
A. Definisi
B. Jenis luka
Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu :
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai denganproses
penyembuhan.
b. Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan.
Penyembuhan secara normal umumnya memiliki waktu dan proses yang jelas, proses
tersebut dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase hemostasis dan inflamasi, proliferasi
dan epitelialisasi, serta fase maturasi dan remodeling, dimana jangka waktunya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Fase ini dimulai dari proses hemostasis yang kemudiaan menginisiasi inflamasi,
melepaskan factor kimiawi ke daerah luka.
Pada fase ini terjadi agregasi trombosit, degranulasi trombosit dan aktivasi faKtor
koagulasi. Disini trombosit yang saling melekat melepaskan subtasnsi luka aktif
seperti platelet-derived growth factor (PDGF), transforming growth factor (TGG),
platelet-activating factor, fibronecting, dan serotonin. Trombosit yang bergranulasi
tadi melepaskan kemoaktratan yang kuat untuk menarik sel inflamasi seperti leukosit
polymorphonuclear (PMNs, neutroplhils), dan sel monosit.
PMNs yang pertama masuk ke luka, puncaknya 1-2 hari setalah terjadinya luka.
Akibat keluarnya PMNs maka permeabilitas vascular meningkat, terjadi pelepasan
prostaglandin, dan timbul substansi kemotaktik, seperti komplemen, interleukin-1 (IL-
1), tumor necrosis factor alpha (TNF-), TGF, platelet factor 4 atau bacterial products,
dan semua yang menstimulasi migrasi neutrophil. Fungsi utama dari neutrophil yaitu
fagositosis bakteri dan debris jaringan. PMNs juga menjadi sumber utama dari
pelepasan sitokin selama inflamasi, terutama TNF-, yang mempengaruhi proses
angiogenesis dan sintesis kolagen. PMNs juga melepaskan protease seperti
Setelah neutrophil, sel inflamasi yang masuk ke lokasi luka adalah makrofag, yang
berasal dari monosit. Jumlahnya meningkat tinggi di lokasi luka pada 48 96 jam
setelah luka dan tetap ada hingga penyembuhan luka selesai. Makrofag tidak hanya
melanjutkan fagositosis debris jaringan dan bakteri, tetapi juga mensekresi mediator
seperti sitokin dan Growth Factors (GF). Pelepasan mediator TGF, VEGF, insulin-
like growth factor, epithelial growth factor dan laktat, macrophages regulate cell
proliferation, matrix synthesis, dan angiogenesis.
2. Proliferasi
Fase ploriferasi merupakan fase kedua dari penyembuhan luka, fase ini berlangsung
dari hari ke 4 hingga hari ke 12. Pada fase ini jaringan secara kontinu kembali
terbentuk. PDGFs adalah faktor kemotaktik kuat terhadap fibroblast, di sini fibroblas
dan sel endotel merupakan sel terakhir yang muncul ke tempat luka. Fibroblas
berprolifersi dan menjadi aktif untuk mengembalikan fungsi dari remodeling sintesis
matrix. Aktifasi fibroblast dimediasi oleh sitokin dan pelepasan growth factor dari
Di fase ini sel endotel juga berproliferasi. Sel ini ikut berperan terhadap proses
angiogenesis. Sel endotel bermigrasi dari venula yang dekat dengan luka. Sel endotel
bermigrasi, dan bereplikasi dan membentuk pembuluh darah baru, semua ini
depengaruhi oleh sitokin, dan growth factor.
3. Fase Remodelling
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang
lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah menyempurnakan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan berkualitas. Fibroblast
sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan serat fibrin dari kolagen bertambah
banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan
mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang
telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase remodelling. Selain
pembentukan kolagen, juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase.
Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan
berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat, dengan struktur yang
lebih baik (proses re-modelling).
Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari tubuh sendiri(endogen) dan
oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah gangguan
koagulasi yang disebut koagulopati, dan gangguan sistem imun. Semua gangguan
pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka, sebab homeostatis merupakan
titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan menghambat dan
mengubahreaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi.
Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu
mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut.Pemberian sitostatik, obat
penekan imun misalnya setelah transplantasi organ,dan kortikosteroid juga akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruhsetempat seperti infeksi, hematom, benda
asing, serta jaringan mati sepertisekuester dan nekrosis sangat menghambat
penyembuhan luka.
G. Perawatan Luka
Pertama dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada
perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul,
luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya luka.
Pertama dilakukan anastesi setempat atau umum tergantung berat letak luka serta
keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptic, kalau perlu di
cuci dengan air sebelumnya. Bahan yang dapat dipakai ialah larutan yodium povidon 1%
dan alrutan klorheksidin %. Larutan yodium 3% atau alcohol 70% hanya digunakan
untuk membersihkan kulit di sekitar luka. Kemudian luka disekitar kerja di tutup dengan
kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari kontaminan secara
mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan
dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NaCl. Setelah itu luka di jahit dan di
balut dengan kassa.
b. Penatalaksanaan
Petir bevoltase 20-100 juta volt dan arus dapat mencapai 20.000 amper dengan
suhu inti samapai 30.000 kelvin, yaitu jauh lebih tinggi dari pada permukaan matahari.
Kecelakaan tersambar petir terjadi dalam 4 cara. Cara pertama tersambar petir langsung,
cara kedua tersambar samping yaitu petir mengenai pohon dan terjadi loncatan arus
listrik berjarak 2 meter dari pohon. Cara ketiga terjadi bila korban bersandar di pohon
atau tersambar kontak. Yang keempat terjadi dekat tanah yang tersambar petir atau
tersambar langkah.
Pada kejadian pertama dan kedua arus listrik masuk dari kepala melalui lubang
kepala, mata, hidung, telinga atau mulut dan mencapai bumi melalui leher, tubuh dan
kaki. Dan pada jalan arus listrik yang mencapai otak, pusat pernapasan, dan jantung
dapat terjadi pingsan, henti napas, maupun henti jantung.
Pada kejadian ketiga, aliran listrik masuk ke tubuh pada tempat kontak. Pada kejadian
terakhir yaitu tersambar langkah, arus listrik masuk melalui kaki yang paling dekat
tempat petir di tanah dan keluar tubuh lagi melalui kaki sebelahnya. Hal itu dapat terjadi
bila jarak antara korban dan letak tegangan tinggi di tanah tidak melebihi 30 meter. Pada
keadaan ini tidak terjadi pingsan, henti napas dan henti jantung.
b. Resusitasi
Biasanya orang akan sadar kembali dalam waktu tertentu, sedangkan kelumpuhan pusat
napas juga akan berlalu setelah 5 -10 menit. Biasanya asistolik juga akan pulih bila
napas buatan dilakukan secara memadai. Oleh karena itu, korban akan selamat bila
diberikan resusitasi berupa napas buatan segera setelah kecelakaan. Hal ini dapat
menyelamatkan sampai 70% korban. Defibrilasi jantung tidak perlu karena henti jantung
pada korban ini merupakan asistol tanpa fibrilasi.
b. Pengobatan
Baju yang terkena zat kimia harus segera di lepas. Sikap yang menyebabkan keadaan
lebih buruk adalah menganggap ringan luka, karena dari luar tampak sebagai kerusakan
kulit yang hanya kecoklatan, padahal daya rusak masih terus menembus kulit , kadang
samapai 72 jam.
Penangan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara massif, dengan
mengguyur penderita dengan air mengalir sambil diusakan membersihkan pelan-pelan.
Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan karena buang waktu untuk mencarinya dan
panas yang timbul dari reaksi kimia dapat menambah kerusakan jaringan. Sebagai tindak
lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, serta pemberian
cairan dan elektrolit.
Pada kecelakaan akibat asam fluoride pemberian kalsium glukonat 10% di bawah
jaringan yang terkena bermanfaat mencegah ion fluor menembus jaringan dan
emnyebabkan dekalsifikasi tulang. Pajanan zat kimia pada mata perlu tindakan darurat
segera berupa irigasi dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9% secara terus menerus
sampai penderita di rawat di Rumah Sakit. Penyiraman sering sukar dilakukan karena
biasanya timbul blefarospasme.
5. Luka Gigitan
Luka gigit dapat disebabkan oleh hewan liar, hewan peliharaan atau manusia. Luka
gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka compang camping luas yang berat.
Persoalan yang ditimbulkan oleh luka gigitan atau sengatan serangga adalah lukanya
sendiri, kontaminasi bakteri atau virus dan reaksi alergi. Dalam penanggulangannya,
perlu diidentifikasi hewan yang menggigit atau menyengat utuk perencanaan langkah
pertolongan.
Tindakan terhadap luka adalah pembersihan luka, disusul dengan menjahit rapat atau
membuat jahitan situasi, yaitu jahitan untuk sementara sesuai keadaan dengan maksud
mencegah luka terbuka terlalu lebar. Cara menjahit bergantung pada kemungkinan
adanya infeksi. Umumnya dianggap lebih aman kalu sementara hanya dibuat jahitan
situasi. Setelah diamati beberapa hari dan luka tampak tenang baru di jahit rapat.
Tindakan terhadap kuman atau allergen yang masuk terdiri atas mencuci dan eksisi luas
luka. Diusahakan untuk menghalangi dan mengurangi penyebaran dengan memasang
turniket, istirahat total dan mendinginkan daerah yang bersangkutan. Untuk menawarkan
racun, diberikan serum antiracun dan jika diduga terjadi kontaminasi kuman penyakit
diberikan vaksin.
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE:
Schwartzs Principles of Surgery, 9th Edition)
David LD. 2004. Ethicon: Wound Closure Manual. Minnesota: Ethicon inc. pp: 6-8.
Diegelmann RF and Evans MC. 2004. Wound healing : an overview of acute, fibrotic and
delayed healing. Front in Biosci. 9:283-9.
Grabb and Smith. Plastic Surgery. Wolters and Kluwer. Philadhelpia.
Mallefet P and Dweck A.C. 2008. Mechanisms involved in wound healing. Biomed Scient.
609-15.