Anda di halaman 1dari 30

REFRESHING KELOMPOK

BEDAH MINOR DAN WOUND HEALING

PEMBIMBING:
dr. Maya SofaH, Sp.B

Disusun Oleh:
Adli Wafijabar 2012730002
Astarina Hafidha K 2012730013
Chairul Amri Apgar 2012730020
Eza Melinda 2012730034
Putri Intan Nurrahma 2012730147
Siti Mutiara Sari 2012730100
Sri Nindiana Putri A 2012730101
Willia Putri Erviana 2011730115

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS B CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 3 OKTOBER 11 DESEMBER 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan refreshing kelompok mengenai Bedah Minor dan Wound Healing ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan terimah kasih kepada dr. H. Lili Koesman
Djoewaeny, Sp.B yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan refreshing kelompok ini. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Cianjur, 21 Oktober 2016

Penulis

Bedan Minor dan Wound Healing | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II. BEDAH MINOR................................................................................................... 3
BAB III. WOUND HEALING............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 29

Bedan Minor dan Wound Healing | iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi
dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata Chirurgia(dibaca; KI-
RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan; dan ergon artinya kerja.
Setiap prosedur operasi yang tidak melibatkan anestesi atau bantuan pernapasan selama
prosedur pembedahan. Sebuah prosedur medis yang melibatkan sayatan dengan
instrumen, dilakukan untuk memperbaiki penyakit atau kerusakan di jaringan tubuh.
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara simple,
tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten
untuk melakukannya seperti contoh membuka abses superficial, pembersihan luka,
inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi.
Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan. Efek dari timbulnya luka
antara lain hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, hingga kematian sel. Tubuh yang
sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak,pembersihan sel dan benda asing, serta
perkembangan awal seluler, merupakan bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Akan tetapi, penyembuhan luka
juga dapat terhambat akibat banyak faktor, baik yang bersifat lokal maupun
sistemik(MonacoandLawrence, 2003).
Penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa yang
kompleks yang terjadi secara simultan pada jaringan epidermis, dermis dan subkutis, itu
suatu yang mudah membedakan penyembuhan pada epidermis dengan penyembuhan
pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu terjadi pada saat yang bersamaan.
Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang
dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling jaringan
yang bertujuan untuk menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya.

Bedah Minor dan Wound Healing | 1


1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah selain memenuhi tugas refreshing kelompok
kepaniteraan klinik, juga untuk menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai
bedah minor dan penyembuhan luka.

Bedah Minor dan Wound Healing | 2


BAB II

BEDAH MINOR

Bedah minor (operasi kecil) dipakai untuk tindakan operasi yang ringan, biasanya
dikerjakan dengan anestesi lokal. Sebagai contohnya adalah pengangkatan tumor-tumor jinak
atau kista pada kulit, ekstraksi kuku, penanganan luka, dll.

Prinsip dasar :
1. Asepsis dan antisepsis
Asepsis adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menjauhkan mikroorganisme
penyebab infeksi ke medan operasi. Antisepsis adalah tindakan untuk membunuh
mikroorganisme dengan bahan kimia untuk mencegah sepsis. Bahan-bahan kimia yang
sering dipakai yaitu iodine tincture 3-5%, alkohol 70%, hibiscrub, savlon, hibitane,
betadine, atau pisohex. Assepsis dan antisepsis ini dilakukan untuk alat dan ruangan
operasi, orang-orang yang berada di ruang operasi baik pasien, tim operator maupun
observer.

2. Sterilisasi
Adalah suatu usaha untuk membuat suatu benda atau ruangan menjadi bebas
kuman, yaitu dengan membunuh kuman maupun spora yang menempel pada benda atau
ruang operasi tersebut.
Ada 3 cara sterilisasi yang sering digunakan, yaitu :
a. Pemanasan
- Dengan tekanan, digunakan autoklaf yaitu suatu bejana tertutup yang berisi
uap panas dengan tekanan tinggi (750 mmHg, suhu 121 C selama 10-15
menit). Cara ini dapat membunuh kuman beserta spora yang ada.
- Tanpa tekanan
Perebusan, cara ini dipakai untuk mensterilkan instrumen bedah minor jika
tidak ada autklaf. Cara ini kurang baik karena spora tidak ikut mati.
Diperlukan minimal 30 menit setelah air mendidih. Waktu ini dapat
dikurangi dengan menambahkan alkali yang bersifat bakterisidal.
Pemanasan kering menggunakan oven dengan temperatur 160 - 180 C
dalam waktu 1-2 jam.
Flamber/ pembakaran dilakukan dengan alkohol 90% atau spirtus. Bahan
bakar harus cukup untuk nyala minimum 5 menit. Alat yang dibakar harus

Bedah Minor dan Wound Healing | 3


dalam keadaan bersih, kering, dan diletakkan pada wadah aluminium atau
wadah tahan karat.
b. Kimiawi
- Tablet formalin
- Gas etilan oksida
c. Radiasi
Dilakukan dengan menggunakan daya radiasi sinar X, sinar ultraviolet (UV),
atau sinar gamma berdaya tinggi.

3. Instrumen
a. Pemegang jarum/needle holder
Alat ini biasanya dilengkapi dengan pengunci di bagian belakang. Ukurannya
bermacam-macam, yaitu pendek, sedang, dan panjang. Pemegang jarum yang di
gunakan disesuaikan dengan ukuran jarum yang ajkan di pakai.

Gambar 1a. needle holder Gambar 1b. cara memegang needle holder

b. Pinset anatomis dan Pinset chirurgis


Berguna untuk memegang dan menahan jaringan pada waktu diseksi atau
menjahit. Pinset bergigi tajam, yang dapat dipaki untuk memegang jaringan yang
hanya memerlukan tekanan minimal misalnya : subkutis, otot, fascia, tetapi tidak
digunakan untuk struktur yang mudah berlubang seperti pleura dan peritoneum. Pinset
anatomis digunakan untuk memegang jaringan saat menjahit.

Gambar 2a. macam-macam pinset Gambar 2b. cara memegang pinset(kiri)

c. Scalpel/bistouri

Bedah Minor dan Wound Healing | 4


Skalpel adalah pisau tajam yang digunakan untuk operasi atau diseksi
anatomi. Skalpel dapat di pakai berulang bila pisau yang di gunakan dapat dilepas
dengan gagangnya. Bila terpisah pisaunya dinamakan blade.

Gambar 3a. macam-macam scalpel Gambar 3b. cara memegang scalpel


d. Gunting praerer
e. Guntung preparasi metzenbaum
f. Gunting benang

Gambar 4. Alat-alat minor set ( macam-macam gunting)


g. Desinfeksi klem dan duk klem
h. Klem pean bengkok dan lurus
i. Klem mosquito
j. Kait penahan luka/retractor

Bedah Minor dan Wound Healing | 5


Gambar 5. Alat-alat minor set ( macam-macam klem )

Gambar 6. Alat-alat minor set yang sering digunakan

k. Benang
Terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :
- Absorbable (dapat diserap oleh jaringan tubuh), contoh : catgut dan vicryl.
Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit jaringan yang letaknya
profunda.
- non absorbable (tidak dapat diserap jaringan tubuh), contoh : nylon, dacron,
dan teflon. Benang ini umumnya digunakan untuk menjahit kulit.

Gambar 8. Benang absorbable (cat gut plain) dan non absorbable (silk)

l. Jarum
Jarum yang digunakan dalam bedah minor bentuknya melengkung dengan ukuran
yang berbeda-beda. Menurut lengkungnya, dikenal jarum yang berarti lengkung
jarum tersebut sebesar lingkaran. Ukuran yang lain 3/8, , dan seterusnya
maksimal 5/8. Menurut panjangnya (dalam mm) dikenal jarum 12 yang artinya
panjang jarum tersebut 12 mm. Sehingga jika jarum berukuran - 6 maka jarum
tersebut berlengkung lingkaran dengan panjang dari ujung ke ujung 6 mm.

Bedah Minor dan Wound Healing | 6


Gambar 7. Macam-macam jenis ukuran jarum.

4. Anestesi

Ada 2 macam anestesi yaitu anestesi umum dan local. Anestesi local dibedakan lagi
menurut tempat diberikan obat anestesi, yaitu anestesi spinal, epidural, paravertebral, blok
cabang saraf, infiltrasi, dan permukaan kulit (topical). Setiap anestesi harus memenuhi 2
syarat yaitu:menghilangkan reflex dan melemaskan otot, sedang pada naestesi umum
diperlukan untuk menghilangkan kesadaran. Untuk bedah minor yang dipakai adalah
anestesi local.

Anestesi blok

Obat anestesi langsung disuntikkan di sekitar saraf atau ke pangkal saraf. Misalnya apabila
hendak mengoperasi daerah lengan, maka dapat dilakukan anestesi blok pada plexus
brachialis.

Anestesi infiltrat

Obat anestesi disuntikkan langsung ke ujung-ujung saraf di bawa kulit. Untuk menguangi
perdarahan dapat dicampur dengan adrenalin sebab adrenalin menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah. Campuran dengan adrenalin tidak boleh dipakai untuk operasi daerah
yang mempunyai end artery seperti jari-jari, penis dan sebagainya.

Field block

Anestesi disuntikkan mengelilingi daerah tindakan, misalnya pada pengagkatan kista di


kulit, tumor-tumor di kulit

Anestesi topical

Obat anestesi disemprotkan atau dioleskan ke permukaan kulit atau selaput lender,
sehingga ujung-ujung saraf di bawahnya menjadi mati rasa, contoh:chlor etil

Macam-macam obat anestesi local:


1. Prokain

Bedah Minor dan Wound Healing | 7


Obat anestesi local yang dipakai saat ini. Untuk anestesi infiltrat dipakai larutan -
1%, anestesi blok 2%, anestesi lumbal 4%, jumlah prokain yang masih aman dipakai
adalah 2mg. daya mati rasanya cukup tinggi.
2. Lidokain
Bekerja lebih cepat dan daya mati rasanya lebih lama dibandingkan dengan prokain
3. Kokain
Untk anestesi topical, tidak untuk disuntikkan karena bersifat toksik
4. Tetrakain
Lebih toksik dari kokain dan terutama dipenuhi sebagai anestesi lumbal. Mati rasanya
dapat bertahan sampai 2 jam.

5. Jenis tindakan
a. Insisi
Dimulai dengan membuat sayatan lurus pada massa tumor misalnya pada
abses. Arahnya sejajar dengan garis langer, sehingga akan terbentuk jaringan parut
yang halus karena kolagen kulit terarah dengan baik.
b. Eksisi
Merupakan tindakan pengangkatan massa tumor. Indikasinya antara lain untuk
kista epidermoid (klavus) dan kista dermoid. Klavus merupakan tumor jinak yang
keras, biasanya tumbuh pada kulit telapak kaki maupun tangan. Biasanya timbul
karena tusukan benda asing yang menyebabkan epitel kulit masuk ke bawah
epidermis atau sisa sel yang berasal dari embrio. Klavus tampak seperti benjolan
keras dan sakit bila ditekan atau dipijakkan.
Ekisisi dilakukan dengan membuat sayatan berbentuk elips dengan sumbu
panjang sesuai dengan arah ketegangan kulit.

c. Ekstirpasi
Tindakan pengangkatan seluruh masa tumor beserta kapsulnya. Indikasi:ateroma,
fibroma, lipoma

Ateroma
Benjolan kecil yang terjadi karena saluran sebasea tersumbat sehingga lemak
yang dikeluarkan kelenjar itu tertimbun dan bercampur dengan sel-sel. Akibatnya,
secara perlahan-lahan timbullah pembesaran kelenjar rambut tersebut. Isi ateroma
seperti bubur kebiruan yang mengental. Pada puncak benjolan ateroma terlihat
suatu titik kebiru-biruan yang sebenarnya adalah lubang saluran kelenjar yang
tersumbat.

Lipoma

Bedah Minor dan Wound Healing | 8


Tumor jinak yang berasal dari jaringan lemak dan garis tengahnya antara berapa
mm sampai puluhan cm. Lipoma srg ditemukan si pundak, lengan atas, punggung
dan pantat.

Fibroma
Tumor yang berasal dari jaringan ikat tubuh.
Teknik pengambilan ateroma:
Siapkan dalam keadaan steril 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset chirurgis,
1 buah scalpel dan amatanya, 2 buah klem bengkok, 4 buah lem arteri, 1
gunting ujung lancip, 1 gunting lurus, naald volder, jarum oto dan jarum kulit,
spuit 5 ml dengan jarum untu anestesi, zde, cat gut, doek dan sarung tangan.
Juga beberapa ampul, prokin dan lidokain
Kulit dibersihkan dengan antiseptic (iodine) lalu alcohol 70%
Tutup daerah op dengan duk lubang di sekitar ateroma disuntik dengan
prokain - 1%
Tunggu beberapa saat sampai daerah yang akan dioperasi akan terasa kebal.
Buat dengan hati-hati 2 insisi lengkung, sehingga titik ateroma terletak di
tengah-tengah
Setelah sayatan kulit tepat berada di atas pembungkus aeroma, lepaskan kulit
dan jaringan yang berada di sekitar kapsul ateroma dengan gunting yang tajam
bengkok. Dengan cara memisahkan jaringan kapsul dan sekitarnya, tumor
diangkat,
Usahakan ateroma tidak pecah, bila pecah usahakan agar kapsul dapat
diangkat semua.
Setelah semua ateroma terangkat, bila lubang yang ditimbulkan itu besar,
jaringan lemak dijahit dengan cat gut, sedangkan bila lubangnya kecil kulit
dapat langsung dijahit dengan benang sutra. Jarak 1 jahitan dengan lainnya
dibuat kira2 1 cm. Sebelum dijahit, luka diolesi dengan betadhine
Luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang telah ditetesi lar.betadine

6. Macam-macam jahitan
a. Simpul tunggal
- Lakukan penusukan dari jarak -1 cm di tepi masing-masing luka dan
sekaligus mengambil sebagian jaringan subkutan dengan teknik penusukan
jarum yang tegak lurus pada arah atau garis luka.
- Simpul diletakkan di tepi salah satu tempat tusukan di sebelah tepi luka
- Benang dipotong kira-kira sepanjang 0,5-1 cm.

Bedah Minor dan Wound Healing | 9


Gambar 11. Langkah-langkah menjahit luka
b. Donati
Jahitan ini memungkinkan adaptasi yang lebih baik dari tepi luka.
c. Intrakutan
Dilakukan untuk mengurangi kejadian bekas luka terutama digunakan pada anak-
anak atau luka pada daerah wajah (alasan kosmetika). Umumnya jahitan
intrakutan menggunakan benang atramatik dengan bahan dari nilon sehingga
mudah ditarik. Penggunaan benang absorbable memungkinkan, tetapi perlu
diwaspadai reaksi abrobsi tersebut dapat menimbulkan keloid.
d. Kontinyu
Dipakai dengan tujuan yang sama seperti pada jahitan intrakutan.
e. Kontinyu biasa
Jarang digunakan karena jika terbentuk pus harus membongkar semua jahitan.
f. Kontinyu festoon
Biasanya digunakan untuk penutupan peritoneum atau penutupan kulit.

7. Komplikasi pascabedah
a. Perdarahan
Perdarahan bisa terjadi saat operasi berlangsung atau beberapa waktu setelah
operasi usai. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang turun selama operasi,
beberapa jam setelah operasi normal kembali, sehingga sumbatan darah terlepas,
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan ini juga dapat
disebabkan oleh lepasnya ikatan benang pada pembuluh darah karena ikatan
kurang kuat atau terjadi infeksi pada jahitan tersebut.
b. Syok
Merupakan komplikasi pasca bedah yang gawat dan dapat menyebabkan
kematian. Semua syok, apapun penyebabnya menimbulkan gangguan peredaran
darah seperti kulit menjadi pucat, akral dingin, bibir membiru (tanda sianosis),
nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat dan dangkal, suhu tubuh menurun, dan
tekanan sistolik turun di bawah 90mmHg sedangkan diastolic di bawah 60 mmHg.
Penyebab syok dapat berupa :

Bedah Minor dan Wound Healing | 10


- Kehilangan darah telampau banyak (syok hipovolemik)
- Syok neurogenik
- Gangguan fungsi jantung
- Syok vasogenik karena pelebaran pembuluh darah kapiler, syok anafilaktik
sering bersifat vasogenik
- Syok sepsis atau toksik
- Syok psikis, dapat terjadi pada pasien yang ketakutan, kesakitan hebat, atau
keadaan emosi yang hebat.

8. Perawatan luka operasi


Luka perlu ditutup dengan kasa steril, sehingga sisa darah dapat diserap oleh
kasa tersebut, mencegah kontaminasi mikroorganisme, tersenggol, dan memberikan
rasa aman pada pasien. Setelah dilakukan operasi, luka yang timbul biasanya ditutup
dengan kasa steril selagi masih di ruang operasi dan tidak perlu diganti sampai
diangkat jahitannya, kecuali jika terjadi perdarahan sampai darah menembus kasa,
sewaktu mengganti kasa perlu diperhatikan pengerjaannya harus dilakukan secara
asepsis supaya tidak terjadi infeksi.
Jahitan luka biasanya dibuka setelah hari kelima. Plester harus dilepaskan
sejajar dengan kulit, jangan diangkat tegak lurus agar pasien tidak merasa sakit.
Perlengkapan untuk mengganti perban terdiri dari : pinset anatomis, gunting tumpul,
gunting perban, kasa steril, perban steril, plester, dan cairan antiseptik.

Bila telah tiba waktunya untuk melepas jahitan, bersihkanlah luka dan kulit di
sekitarnya dengan cairan antiseptik, pegang ujung benang, dengan pinset anatomis
steril, lalu guntinglah benang itu tepat di bawah ikatan, sehingga benang yang berada
di luar tidak masuk kembali ke dalam jaringan tubuh ketika benang diangkat.

BAB III
WOUND HEALING

A. Definisi

Bedah Minor dan Wound Healing | 11


Penyembuhan luka adalah suatu proses perbaikan atau pemulihan suatu jaringan yang
rusak dan biasanya terjadi pada kulit. Dan dilihat dari perspektif ini penyembuhan
luka juga adalah bagian dari suatu proses fisiologis.

B. Jenis luka
Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu :
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai denganproses
penyembuhan.
b. Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan.

2. Berdasarkan Derajat Kontaminasi


a. Luka bersih(Clean Wounds), yaitu luka takterinfeksi, dimana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi, dan kulit disekitar luka tampak bersih. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan terjadinya
infeksi luka sekitar 1% 5%.
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds), merupakan luka dalam
kondisi terkontrol, tidak ada material kontamin dalam luka.Kemungkinan
timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.
c. Luka terkontaminasi(Contamined Wounds), yaitu luka terbuka kurang dari empat
jam, dengan tanda inflamasi non-purulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%.
d. Luka kotor atau infeksi(Dirty or Infected Wounds), yaitu luka terbuka lebih dari
empat jam dengan tanda infeksi di kulit sekitar luka, terlihat pus dan jaringan
nekrotik. Kemungkinan infeksi luka 40%.

C. Klasifikasi Penyembuhan Luka


Tujuan utama dari penutupan luka yaitu untuk mengembalikan integritas kulit
sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi, scar dan penurunan fungsi. Proses
penutupan pada luka terbagi menjadi 3 kategori, tergantung pada tipe jaringan yang
terlibat dan keadaan serta perlakuan pada luka.
1. Penutupan luka primer (Intensi Primer)
Penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem terjadi bila luka
segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka dibuat secara
aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan penutupan dengan baik
seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama, jaringan
granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Parutan yang terjadi
biasanya lebih halus dan kecil.
2. Penutupan luka sekunder (Intensi Sekunder)

Bedah Minor dan Wound Healing | 12


Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar akan berjalan secara alami.
Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel.
Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam
intentionem. Cara ini biasanya memakan waktu cukup lama dan meninggalkan parut
yang kurang baik, terutama jika lukanya terbuka lebar.
3. Penutupan luka primer tertunda (Intensi Tersier)
Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi
berat atau tidak berbatas tegas. Luka yang tidak berbatas tegas sering meninggalkan
jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal.
Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka
yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu, selanjutnya baru
dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini disebut penyembuhan primer
tertunda.
Selain itu, jika luka baik yang belum dijahit, atau jahitan terlepas dan kemudian
dijahit kembali, dua permukaan granulasi yang berlawanan akan tersambungkan. Hal
ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas dibandingkan dengan
penyembuhan primer.

Bedah Minor dan Wound Healing | 13


Gambar 1. Macam-macam proses penutupan luka

Bedah Minor dan Wound Healing | 14


D. Fase penyembuhan luka

Penyembuhan secara normal umumnya memiliki waktu dan proses yang jelas, proses
tersebut dibagi menjadi beberapa fase yaitu fase hemostasis dan inflamasi, proliferasi
dan epitelialisasi, serta fase maturasi dan remodeling, dimana jangka waktunya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

1. Hemostasis dan Inflamasi

Fase ini dimulai dari proses hemostasis yang kemudiaan menginisiasi inflamasi,
melepaskan factor kimiawi ke daerah luka.

Pada fase ini terjadi agregasi trombosit, degranulasi trombosit dan aktivasi faKtor
koagulasi. Disini trombosit yang saling melekat melepaskan subtasnsi luka aktif
seperti platelet-derived growth factor (PDGF), transforming growth factor (TGG),
platelet-activating factor, fibronecting, dan serotonin. Trombosit yang bergranulasi
tadi melepaskan kemoaktratan yang kuat untuk menarik sel inflamasi seperti leukosit
polymorphonuclear (PMNs, neutroplhils), dan sel monosit.

PMNs yang pertama masuk ke luka, puncaknya 1-2 hari setalah terjadinya luka.
Akibat keluarnya PMNs maka permeabilitas vascular meningkat, terjadi pelepasan
prostaglandin, dan timbul substansi kemotaktik, seperti komplemen, interleukin-1 (IL-
1), tumor necrosis factor alpha (TNF-), TGF, platelet factor 4 atau bacterial products,
dan semua yang menstimulasi migrasi neutrophil. Fungsi utama dari neutrophil yaitu
fagositosis bakteri dan debris jaringan. PMNs juga menjadi sumber utama dari
pelepasan sitokin selama inflamasi, terutama TNF-, yang mempengaruhi proses
angiogenesis dan sintesis kolagen. PMNs juga melepaskan protease seperti

Bedah Minor dan Wound Healing | 15


koleganase, yang terdapat dalam matrix dan degradasi subtansi dasar pada fase awal
penyembuhan luka.

Setelah neutrophil, sel inflamasi yang masuk ke lokasi luka adalah makrofag, yang
berasal dari monosit. Jumlahnya meningkat tinggi di lokasi luka pada 48 96 jam
setelah luka dan tetap ada hingga penyembuhan luka selesai. Makrofag tidak hanya
melanjutkan fagositosis debris jaringan dan bakteri, tetapi juga mensekresi mediator
seperti sitokin dan Growth Factors (GF). Pelepasan mediator TGF, VEGF, insulin-
like growth factor, epithelial growth factor dan laktat, macrophages regulate cell
proliferation, matrix synthesis, dan angiogenesis.

Setelah makrofag, limfosit masuk, puncaknya 1 minggu setelah luka dan


menghubungkan fase inflamasi ke fase proliferasi.

Gambar 2. Fase Hemostasis dan Inflamasi (Mallefet and Dweck, 2008)

2. Proliferasi

Fase ploriferasi merupakan fase kedua dari penyembuhan luka, fase ini berlangsung
dari hari ke 4 hingga hari ke 12. Pada fase ini jaringan secara kontinu kembali
terbentuk. PDGFs adalah faktor kemotaktik kuat terhadap fibroblast, di sini fibroblas
dan sel endotel merupakan sel terakhir yang muncul ke tempat luka. Fibroblas
berprolifersi dan menjadi aktif untuk mengembalikan fungsi dari remodeling sintesis
matrix. Aktifasi fibroblast dimediasi oleh sitokin dan pelepasan growth factor dari

Bedah Minor dan Wound Healing | 16


makrofag. Pada saat luka, fibroblast mensintesis kolagen lebih banyak dibandingkan
pada kondisi tidak luka.

Di fase ini sel endotel juga berproliferasi. Sel ini ikut berperan terhadap proses
angiogenesis. Sel endotel bermigrasi dari venula yang dekat dengan luka. Sel endotel
bermigrasi, dan bereplikasi dan membentuk pembuluh darah baru, semua ini
depengaruhi oleh sitokin, dan growth factor.

Gambar 3. Fase Proliferasi

3. Fase Remodelling

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang
lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah menyempurnakan terbentuknya
jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan berkualitas. Fibroblast
sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai
berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan serat fibrin dari kolagen bertambah
banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan
mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang
telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase remodelling. Selain
pembentukan kolagen, juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase.
Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan
berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat, dengan struktur yang
lebih baik (proses re-modelling).

Bedah Minor dan Wound Healing | 17


Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen
yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi
penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang
akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka. Luka
dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit
mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun
proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang
dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi, serta
luasnya luka. (Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG,
Matthews JB, Pollock RE: Schwartzs Principles of Surgery, 9th Edition)

Gambar 4. Fase Remodelling


E. Penyembuhan Luka di Jaringan Tertentu
a. Kulit
Fase penyembuhan luka dapat diibagi 3 tahap yang saling terkait dan overlap:
inflamasi, formasi jaringan baru dan remodelling. Hal pertama yang terjadi setelah
cedera pada jaringan adalah inflamasi melalui peran sel-sel inflamasi. Sel inflamasi
pertama yang direkrut adalah neutrofil. Sel-sel inflamasi akan secara masiv
menginfiltrasi luka pada 24 jam pertama setelah cedera. Neutrofil akan memasuki
tahap apoptosis segera setelah menginfiltrasi luka dan kemudian mengeluarkan sitokin
selama proses apoptosis itu, dimana sitokin-sitokin tersebut berperan dalam
rekruitmen sel makrofag. Makrofag akan menuju jaringan luka 2 hari setelah cedera
dan melakukan aktifitas fagositosis.

Bedah Minor dan Wound Healing | 18


Proses selanjutnya adalah pembentukan formasi jaringan baru. Proses
reepitelisasi ini dimulai beberapa jam setelah formasi luka terbentuk. Keratinosit dari
tepi luka akan bermigrasi melintasi wound bed pada permukaan antara dermis luka
dan bekuan fibrin. Migrasi ini difasilitasi oleh produksi protease spesifik seperti
kolagenase dari sel epidermal untuk mendegradasi matrix ekstraseluler. Angiogenesis
masiv akan terjadi seiring kebutuhan akan suplai oksigen dan nutrien jaringan untuk
penyembuhan luka. Kemudian beberapa dari fibroblast akan berdiferensiasi menjadi
miofibroblas. Sel kontraktile ini akan membantu menyambung jarak antar tepi luka.
Disaat bersamaan growth factors yang diproduksi jaringan granulasi akan
memudahkan proliferasi dan diferensiasi sel epitelial memperbaiki integritas barier
epitel.
Fase terakhir adalah remodeling yang terdiri atas apoptosis miofibroblas, sel
endotelial dan makrofag. Pada fase ini akan terjadi involusi bertahap dari jaringan
granulasi dan terjadi regenerasi kulit.

b. Fase Penyembuhan Pada Tulang


Penyembuhan fraktur pada tulang adalah sebuah mekanisme yang komplek
dan proses regenerasi unik dalam mengembalikan fungsi dan bentuk tulang.
Proses penyembuhan tulang didahului oleh proses inflamasi dan didominasi
oleh fase pembentukan formasi tulang. Selama fase penyembuhan, kalus eksternal
terbatas pada kapsula fibrosa yang tersusun oleh jaringan granulasi yang tidak
beraturan. Fase inflamasi lebih lanjut ditandai invasi invasi sel mesenkimal yang
berdiferensiasi menjadi kondrosit untuk pembentukan tulang rawan dan osteoblast
untuk pembentukan tulang. Sel-sel debris inisial dan hematoma selanjutnya akan
digantikan oleh jaringan fibrosa. Jumlah kolagen tipe I akan meningkat sampai 5 hari
setelah fraktur, tetapi kolagen tipe III adalah yang dominan dalam menyusun jaringan.
Fase reparasi tulang dikaitkan dengan pertumbuhan formasi tulang
intramembran dari regio periosteal. Fase ini ditandai dengan invasi pembuluh darah
dan pertumbuhan kalus, dimana puncak pertumbuhannya biasa ditemukan hari 14
setelah fraktur.
Fase remodelling ditandai terbentuknya formasi endochondral trabekular yang
dihubungkan dengan osteoblast dan TRAP-positive settlement pada rongga sumsum
tulang, penyatuan fragmen dan regenerasi celah sumsum tulang. Hal ini sesuai
dengan data percobaan dari model percobaan fraktur pada kelinci yang menunjukkan
peningkatan jumlah tulang trabekular dengan penyusun dominannya kolagen tipe I,

Bedah Minor dan Wound Healing | 19


sedang kolagen tipe III dan tipe V tetap ditemukan didaerah puasat dari trabekula.
Selanjutnya tulang menyembuh tanpa adanya scar.

F. Gangguan Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka dapat terganggu oleh penyebab dari tubuh sendiri(endogen) dan
oleh penyebab dari luar tubuh (eksogen). Penyebab endogen terpenting adalah gangguan
koagulasi yang disebut koagulopati, dan gangguan sistem imun. Semua gangguan
pembekuan darah akan menghambat penyembuhan luka, sebab homeostatis merupakan
titik tolak dan dasar fase inflamasi. Gangguan sistem imun akan menghambat dan
mengubahreaksi tubuh terhadap luka, kematian jaringan dan kontaminasi.
Penyebab eksogen meliputi penyinaran sinar ionisasi yang akan mengganggu
mitosis dan merusak sel dengan akibat dini maupun lanjut.Pemberian sitostatik, obat
penekan imun misalnya setelah transplantasi organ,dan kortikosteroid juga akan
mempengaruhi penyembuhan luka. Pengaruhsetempat seperti infeksi, hematom, benda
asing, serta jaringan mati sepertisekuester dan nekrosis sangat menghambat
penyembuhan luka.

G. Perawatan Luka
Pertama dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan apakah ada
perdarahan yang harus dihentikan. Kemudian tentukan jenis trauma, tajam atau tumpul,
luasnya kematian jaringan, banyaknya kontaminasi dan berat ringannya luka.
Pertama dilakukan anastesi setempat atau umum tergantung berat letak luka serta
keadaan penderita. Luka dan sekitarnya dibersihkan dengan antiseptic, kalau perlu di
cuci dengan air sebelumnya. Bahan yang dapat dipakai ialah larutan yodium povidon 1%
dan alrutan klorheksidin %. Larutan yodium 3% atau alcohol 70% hanya digunakan
untuk membersihkan kulit di sekitar luka. Kemudian luka disekitar kerja di tutup dengan
kain steril dan secara steril dilakukan kembali pembersihan luka dari kontaminan secara
mekanis, misalnya pembuangan jaringan mati dengan gunting atau pisau dan dibersihkan
dengan bilasan, guyuran atau semprotan cairan NaCl. Setelah itu luka di jahit dan di
balut dengan kassa.

1. Luka sengatan Listrik


a. Arus Listrik
Bedah Minor dan Wound Healing | 20
Arus listrik menimbulkan kelainan terhadap saraf dan otot dimana kan
menimbulkan luka bakar. Arus bolak-balik menimbulkan rangsangan otot yang hebat
berupa kejang-kejang. Bila arus tersebut melewati jantung dengan kekuatan sebesar 60
miliamper maka akan menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Kejang tetanik yang kuat akan menyebakan fraktur kompresi vertebra. Bila
kawat berarus listrik terpegang tangan, pegangan akan sulit dilepaskan akibat kontraksi
otot fleksor jari lebih kuat daripada otot dada. Keadaan ini menyebabkan gerakan napas
terhenti sehingga penderita dapat mengalami asfiksia. Pada tegangan rendah, arus searah
tidak berbahaya dibanding arus bolak-balik dengan ampere yang sama. Sebaliknya pada
tegangan tinggi arus searah lebih berbahaya. Panas timbul karena tahanan yang dijumpai
waktu arus mengalir. Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah adalah
saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Jaringan yang tahanannya tinggi
akan lebih banyak dialiri arus dan panas yang timbul lebih tinggi. Telapak kaki dan
tangan mempunyai tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi akibat
arus listrik di daerah ini juga lebih berat.
Bila arus mengenai pembuluh darah, maka akan merusak intima sehingga terjadi
thrombosis yang timbul pelan-pelan. Hal ini menerangkan mengapa kematian jaringan
pada luka bakar listrik seakan-akan progresif dan banyak kerusakan jaringan baru yang
muncul kemudian. Bila arus mengenai di daerah kepala, maka penderita akan pingsan
lama dan mengalami henti napas.

b. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal yaitu memutuskan arus listrik, kemudian dilakukan resusitasi


jantung dan pernapasan buatan. Cairan parenteral harus diberikan. Pemberian cairan
lebih banyak dari yang diperkirakankarena sering kerusakan jauh lebih luas daripada
yang di sangka. Kalau banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap oleh
myoglobin. Penderita diberikan manitol 25 gram, disusul dosis rumatan 12,5 gram/jam.
Kalau perlu, manitol diberikan samapai 6 kali, untuk memperbaiki filtrasi ginjal dan
mencegah gagal ginjal. Bila ada otak, dapat diberikan diuretic dan kortikosteroid.
Pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu pembersihan jaringan mati secara
bertahap karena tidak semua jaringan mati jelas tampak pada hari pertama. Bila luka
pada ekstremitas mungkin perlu fasiatomi pada hari pertama untuk mencegah sindrom
kompartemen. Selanjutnya, dilakukan cangkok kulit atau rekontruksi.

Bedah Minor dan Wound Healing | 21


2. Tersambar Petir
a. Patogenesis:

Petir bevoltase 20-100 juta volt dan arus dapat mencapai 20.000 amper dengan
suhu inti samapai 30.000 kelvin, yaitu jauh lebih tinggi dari pada permukaan matahari.
Kecelakaan tersambar petir terjadi dalam 4 cara. Cara pertama tersambar petir langsung,
cara kedua tersambar samping yaitu petir mengenai pohon dan terjadi loncatan arus
listrik berjarak 2 meter dari pohon. Cara ketiga terjadi bila korban bersandar di pohon
atau tersambar kontak. Yang keempat terjadi dekat tanah yang tersambar petir atau
tersambar langkah.
Pada kejadian pertama dan kedua arus listrik masuk dari kepala melalui lubang
kepala, mata, hidung, telinga atau mulut dan mencapai bumi melalui leher, tubuh dan
kaki. Dan pada jalan arus listrik yang mencapai otak, pusat pernapasan, dan jantung
dapat terjadi pingsan, henti napas, maupun henti jantung.
Pada kejadian ketiga, aliran listrik masuk ke tubuh pada tempat kontak. Pada kejadian
terakhir yaitu tersambar langkah, arus listrik masuk melalui kaki yang paling dekat
tempat petir di tanah dan keluar tubuh lagi melalui kaki sebelahnya. Hal itu dapat terjadi
bila jarak antara korban dan letak tegangan tinggi di tanah tidak melebihi 30 meter. Pada
keadaan ini tidak terjadi pingsan, henti napas dan henti jantung.

b. Resusitasi

Biasanya orang akan sadar kembali dalam waktu tertentu, sedangkan kelumpuhan pusat
napas juga akan berlalu setelah 5 -10 menit. Biasanya asistolik juga akan pulih bila
napas buatan dilakukan secara memadai. Oleh karena itu, korban akan selamat bila
diberikan resusitasi berupa napas buatan segera setelah kecelakaan. Hal ini dapat
menyelamatkan sampai 70% korban. Defibrilasi jantung tidak perlu karena henti jantung
pada korban ini merupakan asistol tanpa fibrilasi.

3. Luka Akibat Zat Kimia


a. definisi

Bedah Minor dan Wound Healing | 22


Luka ini merupakan luka bakar. Kerusakan yang terjadi sebanding dengan kadar dan
jumlah bahan yang mengenai tubuh, cara dan lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja
zat kimia tersebut. Zat kimia akan tetap merusak jaringan sampai bahan tersebut habis
bereaksi dengan jaringan tubuh
Zat kimia seperti kaporit, PK dan asam kromat dapat bersifat oksidator. Bahan
korosif, seperti fenol danfosfor putih, serta larutan basa seperti Kalium hidroksida dan
natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein. Denaturasi akibat penggaraman
dapat disebabkan oleh asam vormiat, asetat, tanat, fluorat, dan klorida. Asam sulfat
merusak sel karena bersifat cepat menarik air. Beberapa zat yang dapat menyebakan
keracunan sistemik, asam fluoride, dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam
tanat, kromat, formiat, pikrat dan fosfor dapatmerusak hati dan ginjal bila di absorbs.
Lisos menyebabkan metheglobinuria.

b. Pengobatan

Baju yang terkena zat kimia harus segera di lepas. Sikap yang menyebabkan keadaan
lebih buruk adalah menganggap ringan luka, karena dari luar tampak sebagai kerusakan
kulit yang hanya kecoklatan, padahal daya rusak masih terus menembus kulit , kadang
samapai 72 jam.
Penangan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara massif, dengan
mengguyur penderita dengan air mengalir sambil diusakan membersihkan pelan-pelan.
Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan karena buang waktu untuk mencarinya dan
panas yang timbul dari reaksi kimia dapat menambah kerusakan jaringan. Sebagai tindak
lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, serta pemberian
cairan dan elektrolit.
Pada kecelakaan akibat asam fluoride pemberian kalsium glukonat 10% di bawah
jaringan yang terkena bermanfaat mencegah ion fluor menembus jaringan dan
emnyebabkan dekalsifikasi tulang. Pajanan zat kimia pada mata perlu tindakan darurat
segera berupa irigasi dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9% secara terus menerus
sampai penderita di rawat di Rumah Sakit. Penyiraman sering sukar dilakukan karena
biasanya timbul blefarospasme.

4. Cedera suhu Dingin

Bedah Minor dan Wound Healing | 23


Pada waktu suhu jaringan turun, akan terjadi vasokontriksi arteriol sehingga sel
mengalami hipoksia. Akibat anoksia, permeabilitas dinding pembukuh darah meninggi
sehingga timbul edema. Arus darah melambat sehingga terjadi stasis kapiler,aglutinasi
trombosit, thrombosis, dan nekrosis jaringan. Akibat dari suhu dingin, cairan sel
mengkristal, sel saraf, pembuluh darah, otot lurik sangat peka terhadap suhu rendah.
Sedangkan kulit, fasia, dan ajringan ikat lebih tahan. Kadang kulit tampak sehat namun
otot dibawahnya mati. Bagian tubuh yang sering terkena yaitu bagian ujung yaitu jari
kaki dan tangan, telinga dan hidung.
Semua pakaian di longgarkan. Bagian yang sakit di hangatkan kembali dengan
merendam menggunakan air, suam- suam kuku (30 C). selanjutnya diberikan perawatan
seperti pada luka bakar biasa. Fisioterapi sangat penting.

5. Luka Gigitan

Luka gigit dapat disebabkan oleh hewan liar, hewan peliharaan atau manusia. Luka
gigitan dapat hanya berupa luka tusuk kecil atau luka compang camping luas yang berat.
Persoalan yang ditimbulkan oleh luka gigitan atau sengatan serangga adalah lukanya
sendiri, kontaminasi bakteri atau virus dan reaksi alergi. Dalam penanggulangannya,
perlu diidentifikasi hewan yang menggigit atau menyengat utuk perencanaan langkah
pertolongan.
Tindakan terhadap luka adalah pembersihan luka, disusul dengan menjahit rapat atau
membuat jahitan situasi, yaitu jahitan untuk sementara sesuai keadaan dengan maksud
mencegah luka terbuka terlalu lebar. Cara menjahit bergantung pada kemungkinan
adanya infeksi. Umumnya dianggap lebih aman kalu sementara hanya dibuat jahitan
situasi. Setelah diamati beberapa hari dan luka tampak tenang baru di jahit rapat.
Tindakan terhadap kuman atau allergen yang masuk terdiri atas mencuci dan eksisi luas
luka. Diusahakan untuk menghalangi dan mengurangi penyebaran dengan memasang
turniket, istirahat total dan mendinginkan daerah yang bersangkutan. Untuk menawarkan
racun, diberikan serum antiracun dan jika diduga terjadi kontaminasi kuman penyakit
diberikan vaksin.

H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


1. Infeksi luka

Bedah Minor dan Wound Healing | 24


Kontaminasi bakteri mempengaruhi penyembuhan luka, antibiotik profilaksis adalah
cara yang efektif dalam pencegahan infeksi.
2. Nutrisi
Secara umum malnutrisi berhubungan dengan penyakit kronik, kanker, atau defisiensi
spesifik karbohidrat, protein, dan mineral-mineral yang mempengaruhi penyembuhan
luka. Nutrisi yang adekuat akan mendukung aktivitas seluler dan sintesis kolagen pada
penyembuhan luka.
3. Suplai Oksigen
Oksigen penting dalam proses penyembuhan luka. Tempat paling cepat pada kulit
dalam proses penyembuhan luka adalah wajah dan leher, karena mendapatkan suplai
oksigen paling banyak.
4. Penyakit Kronik
Pasien dengan penyakit kronik terutama gangguan endokrin, diabetes, keganasan.
Kondisi-kondisi ini penting menjadi perhatian ahli bedah harus mempertimbangkan
efek mereka pada jaringan-jaringan di lokasi luka, serta sebagai dampak potensial
mereka pada pemulihan secara keseluruhan pasien.

I. Komplikasi Penyembuhan Luka


1. Penyulit Dini
Hematom harus dicegah dengan mengerjakan hemostasis secara teliti. Hematom yang
mengganggu atau terlalu besar sebaiknya dibuka dan dikeluarkan. Seroma adalah
penumpukan cairan luka di lapangan bedah. Jika seroma mengganggu dan terlalu besar,
dapat dilakukan pungsi. Jika seroma kambuh, sebaiknya dibuka dan dipasang panyalir.
Infeksi luka yang terjadi jika luka tidak dibersikan.
2. Penyulit Lanjut
Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan
dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang
tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung
kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang
menimbulkan rasa gatal dan kadang kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut
pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit,
toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga,
dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung,
atau mulut.
Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan
kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari
selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan
Bedah Minor dan Wound Healing | 25
secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi
pada proses penyembuhan luka.

Bedah Minor dan Wound Healing | 26


DAFTAR PUSTAKA

Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE:
Schwartzs Principles of Surgery, 9th Edition)

David LD. 2004. Ethicon: Wound Closure Manual. Minnesota: Ethicon inc. pp: 6-8.
Diegelmann RF and Evans MC. 2004. Wound healing : an overview of acute, fibrotic and
delayed healing. Front in Biosci. 9:283-9.
Grabb and Smith. Plastic Surgery. Wolters and Kluwer. Philadhelpia.
Mallefet P and Dweck A.C. 2008. Mechanisms involved in wound healing. Biomed Scient.
609-15.

Bedah Minor dan Wound Healing | 27

Anda mungkin juga menyukai