Anda di halaman 1dari 11

Tugas Sol-Gel Sains

tentang
Metode Sol-Gel

Oleh :
TIKA PERMATA SARI
BP : 1320412022

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014
Proses sol gel merupakan wet chemical synthesis dan dapat
didefinisikan sebagai proses pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi
kimia dalam larutan pada suhu rendah, dimana dalam proses tersebut terjadi
perubahan fasa dari suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel) dan
diakhiri dengan pelepasan pelarut.
Sol adalah suspensi koloid yang fasa terdispersinya berbentuk solid
(padat) dan fasa pendispersinya berbentuk liquid (cairan). Suspensi dari partikel
padat atau molekul-molekul koloid dalam larutan, dibuat dengan metal alkoksi
dan dihidrolisis dengan air, menghasilkan partikel padatan metal hidroksida dalam
larutan. Reaksinya adalah reaksi hidrolisis. Perbedaan antara sol dan gel dapat kita
lihat pada gambar 1:

Gambar 1. Sol (a), gel (b)


Prekursor (senyawa awal) dalam proses sol-gel tersusun atas unsur logam
atau metaloid yang dikelilingi oleh ligan. Pada umumnya prekursor yang
digunakan yaitu logam alkoksida atau garam anorganik. Prekursor yang biasa
digunakan umumnya logam-logam anorganik atau senyawa logam organik yang
dikelilingi oleh ligan yang reaktif seperti logam alkoksida (M(OR) z), dimana R
menunjukkan gugus alkil (CnH2n+1). Logam alkoksida banyak digunakan karena
sifatnya yang mudah bereaksi dengan air dan dalam berbagai pelarut khususnya
alkohol.
Dari larutan prekursor tersebut akan terbentuk sol. Perubahan bentuk sol
menjadi bentuk gel terjadi melalui reaksi hidrolisis dan reaksi kondensasi. Ada
beberapa tahapan proses pembentukan sol-gel yaitu :
1. Hidrolisis
Pada tahap pertama logam prekursor (alkoksida) dilarutkan dalam alkohol
dan terhidrolisis dengan penambahan air pada kondisi asam, netral atau basa
menghasilkan sol koloid. Hidrolisis menggantikan ligan (-OR) dengan gugus
hidroksil (-OH) dengan reaksi sebagai berikut:
M(OR)z + H2O M(OR)(z-1)(OH) + ROH
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses hidrolisis adalah rasio
air/prekursor dan jenis katalis hidrolisis yang digunakan. Peningkatan rasio
pelarut/prekursor akan meningkatkan reaksi hidrolisis yang mengakibatkan reaksi
berlangsung cepat sehingga waktu gelasi lebih cepat.
Katalis yang digunakan pada proses hidrolisis adalah jenis katalis asam
atau katalis basa, namun proses hidrolisis juga dapat berlangsung tanpa
menggunakan katalis. Dengan adanya katalis maka proses hidrolisis akan
berlangsung lebih cepat dan konversi menjadi lebih tinggi.

Gambar 2. Reaksi hidrolisis


Pada reaksi hidrolisis terjadi penempelan ion hidroksil pada atom logam
dengan pemutusan pada salah satu ikatan logam alkoksida atau garam anorganik.
Kemudian molekul yang telah terhidrolisis dapat bergabung membentuk hasil
reaksi kondensasi, dimana dua logam digabungkan melalui rantai oksigen.
Polimer-polimer besar terbentuk saat reaksi hidrolisis dan kondensasi berlanjut,
yang akhirnya menghubungkan polimer-polimer tersebut ke dalam bentuk gel.

2. Kondensasi
Pada tahapan ini terjadi proses transisi dari sol menjadi gel. Reaksi
kondensasi melibatkan ligan hidroksil untuk menghasilkan polimer dengan ikatan
M-O-M. Pada berbagai kasus, reaksi ini juga menghasilkan produk samping
berupa air atau alkohol dengan persamaan reaksi secara umum adalah sebagai
berikut:
M-OH + HO-M M-O-M + H2O (kondensasi air)
M-OR + HO-M M-O-M + R-OH (kondensasi alkohol)

Gambar 3. reaksi kondensasi

Untuk mendapatkan produk oksida, ada satu tahap lanjutan pada proses
sol-gel yaitu perubahan bentuk gel menjadi produk oksida melalui drying dan
firing. Gel biasanya tersusun atas material amorf yang terdapat pori-pori berisi
cairan. Cairan ini harus dihilangkan sehingga gel menjadi xerogel atau dry gel
melalui proses drying. Selama firing, xerogel atau dry gel mengalami densifikasi
dan perubahan bentuk struktur kristal (menjadi glass atau kristalin). Jenis-jenis
produk yang dapat dibentuk dengan proses sol-gel dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 4. Jenis-jenis produk yang dapat dibentuk dengan proses sol-gel


Gel (gelation) adalah jaringan partikel atau molekul, baik padatan dan
cairan, dimana polimer yang terjadi di dalam larutan digunakan sebagai tempat
pertumbuhan zat anorganik. Pertumbuhan anorganik terjadi di gel point, dimana
energi ikat lebih rendah. Reaksinya adalah reaksi kondensasi, baik alkohol atau
air, yang menghasilkan oxygen bridge untuk mendapatkan metal oksida.
Pada proses ini akan terbentuk cluster dan rantai polimer dari cluster.
Dengan meningkatnya jumlah struktur seperti ini akan meningkatkan viskositas
dari sol. Dengan adanya pertumbuhan ini maka sol akan berubah menjadi gel.
Dari penelitian penelitian yang telah pernah dilakukan, penggunaan katali asam
akan menghasilkan rantai yang panjang dengan cabang yang sedikit, sedangkan
dengan menggunakan katalis basa akan menghasilkan rantai dengan cabang yang
lebih banyak. Pelarut yang tidak bereaksi pada saat proses hidrolisis dan
kondensasi akan terkurung di antara rantai-rantai yang terbentuk.
Proses aging merupakan gabungan beberapa proses antara proses gelatin
sampai didapatkannya material akhir yang akan diproses lebih lanjut. Ada 4
proses yang terkait dalam proses aging ini yaitu, polikondensasi, sinersis,
koarsening, dan perubahan fasa. Proses polikondensasi dan proses kondensasi
terjadi pada proses gelatin. Reaksi kondensasi ini dapat ditingkatkan dengan
penambahan suhu.
Pada saat proses kondensasi, akan terbentuk ikatan baru yang akan
menyatukan rantai-rantai dari polimer. Dengan terbentuknya network dari
molekul molekul ini maka akan ada pelarut yamg akan terperangkap diantara
rantai-rantai ini. Dengan berlanjutnya proses ini maka pelarut yang terperangkap
akan didorong keluar. Proses terdorongnya pelarut keluar ini yang disebut dengan
proses sinersis.
Proses berikutnya adalah coarsening, coarsening merupakan pertumbuhan
dari partikel partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Contoh dari proses
coarsening ini adalah pelehan partikel dan kembali didinginkan. Setelah dilakukan
pendinginan maka akan terbentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar. Pada
proses sol-gel, partikel partikel kecil dilarutkan didalam pelarutnya, lalu dilakukan
pengendapan dari partikel partikel tersebut kepada suatu partikel yang lebih besar
sehingga pori dari partikel yang lebih beasr itu akan terisi. Dengan adanya
pengisian ini pada saat proses pengeringan tidak terjadi pengurangan volume yang
terlalu besar pada partikel tersebut.
Metode sintesis menggunakan sol-gel untuk material berbasis oksida
berbeda-beda bergantung prekursor dan bentuk produk akhir, baik itu powder,
film, aerogel, atau serat. Struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung pada
beberapa hal, diantaranya :
1) Pemilihan bahan baku material
2) Laju hidrolisis dan kondensasi
3) Modifikasi kimiawi dari sistem sol-gel
Metode sol gel cocok untuk preparasi thin film dan material berbentuk
powder. Tujuan preparasi ini agar suatu material keramik dapat memiliki
fungsional khusus (elektrik, opik, magnetik, dll). Metode sol gel memiliki
keuntungan antara lain:
1) Untuk partikel halus, rentang ukuran 0,1 sampai beberapa mikron
2) Mudah dalam kontrol komposisi (kehomogenan komposisi kimia baik)
3) Temperatur proses rendah
4) Kehomogenan lebih baik
5) Kemurnian tinggi
6) Tidak terjadi reaksi dengan senyawa sisa
7) Mengurangi pengurangan prekursor akibat penguapan
8) Tingkat stabilitas termal yang baik
9) Stabilitas mekanik yang tinggi
10) Daya tahan pelarut yang baik
11) Modifikasi permukaan dapat dilakukan dengan berbagai kemungkinan.

Kekurangan metoda sol-gel :


1) Bahan dasar relatif mahal
2) Terjadi penyusutan volume yg besar saat pengeringan
3) Terbentuknya pori
4) Memerlukan proses yang relatif lama
5) Proses pengeringan harus sangat dikontrol
6) Penggunaan pelarut organik bisa merusak kesehatan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Sol Gel
Dalam proses sol-gel, ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam
menghasilkan produk yang diinginkan, yaitu:
a. Senyawa
Senyawa logam yang digunakan sebagai bahan awal pada reaksi hidrolisis
dan kondensasi disebut prekursor. Persyaratan umum dari prekursor yang
digunakan adalah harus dapat larut dalam media reaksi dan harus cukup
reaktif dalam pembentukan gel. Perbedaan senyawa alkoksida yang
digunakan sebagai prekursor dalam proses sol-gel akan memberikan
perbedaan yang jelas pada densitas, ukuran pori dan luas permukaan gel.
b. Katalis
Penggunaan katalis menyebabkan reaksi hidrolisis menjadi lebih cepat dan
sempurna. Katalis yang umum digunakan dalam reaksi pembentukan gel
adalah asam-asam anorganik, seperti: HCl, HNO3 dan H2SO4. Disamping
itu, asam-asam organik juga dapat digunakan sebagai katalis, seperti: asam
asetat atau pembentukan gel dan sifat fisik gel. Namun demikian, katalis
tidak diperlukan dalam reaksi kondensasi.
c. Pelarut
Pada tahap awal pelarut digunakan untuk menghomogenkan campuran
bahan dasar dan air karea sifat kepolarannya berbeda. Pelarut berfungsi
untuk menghalangi pemisahan fasa cair-cair pada waktu reaksi hidrolisis
dan mengontrol konsentrasi logam. Pelarut yang umum digunakan dalam
reaksi pembentukan gel adalah alcohol. Hal ini disebabkan karena alkohol
mempunyai tekanan uap yang lebih tinggi pada temperatur kamar.
d. Temperatur
Temperatur dalam proses sol-gel akan mempengaruhi kecepatan
pembentukan gel. Proses sol-gel yang telah dilakukan pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur kamar menyebabkan laju hidrolisis akan
menjadi cepat dan juga menyebabkan gel cepat terbentuk.

Dari proses sol-gel dapat dihasilkan beberapa produk yang berbeda yang
dapat dilihat pada skema di bawah ini :
1. Pembentukan dense film
Dengan cara mengubah larutan metal alkoksida menjadi xerogel film dengan
melakukan coating dan dipanaskan sehingga terbentuk dense film
Contoh : Preparasi Film ZnO-Silika Nanokomposit dengan metode sol-gel
Pada proses pembentukannya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan
larutan prekursor dengan metode sol-gel, pembuatan sol silica dari waterglass
dan mengambil lapisan film tipisnya dengan teknik dip-coating. Persiapan
larutan prekursor dilakukan dengan cara melarutkan Zn(CH3COO)2.2H2O (Zinc
acetate dihidrat) kedalam etanol hingga konsentrasinya 0,1 M. Kemudian
larutan tersebut didistilasi pada suhu 80oC disertai dengan pengadukan dengan
kecepatan 600 rpm sampai didapatkan larutan yang tersisa dalam flask sekitar
40% volume mula-mula. LiOH.H2O dimasukkan kedalam larutan etanol
hingga mencapai konsentrasi 0,23 M diikuti dengan pengadukan dengan
kecepatan 600 rpm. Kedua larutan tersebut kemudian dicampur dan dilakukan
pengadukan pada suhu sekitar 5oC, kemudian didiamkan untuk waktu tertentu
sebelum dicampur dengan sol silika untuk men-trap partikelnya pada matrik
silika.
Pembuatan sol silika dilakukan dengan cara melarutkan waterglass dalam
aquadest yang mempunyai suhu 60oC disertai pengadukan sampai suhunya
turun menjadi 30oC. Melewatkan larutan waterglass kedalam resin kation dan
anion hingga dihasilkan sol silika. Pengambilan lapisan film tipis ZnO ini
menggunakan teknik dip coating sederhana dengan cara memanfaatkan jarum
pendek jam dinding sehingga kecepatan penarikan substrate sekitar 1cm/jam.
Untuk analisa morfologi kristal dengan menggunakan SEM, XRD serta FTIR.
Produk akhir didapatkan warna luminesens dari koloid ZnO relatif stabil
untuk konsentrasi Zinc asetat yang bervariasi mulai dari 0,05 M sampai dengan
0,2 M yaitu hijau kekuning-kuningan. Semakin besar konsentrasi Zinc asetat
akan menghasilkan kristalinitas yang lebih baik dengan bentuk kristal
heksagonal dan akan menghasilkan nilai transmitan yang lebih baik dengan
ukuran partikel ZnO yang lebih kecil.
2. Pembentukan keramik fibers
Proses pembentukan keramik fibers ini dilakukan dengan mengubah larutan
metal alkoksida dengan proses polimerisasi hidrolisis menjadi bentuk sol
kemudian proses spinning dan furnace maka akan terbentuk ceramic fiber.
Contohnya pada sintesis keramik borosilikat berbasis silika sekam padi dengan
metode sol-gel.
Sintesis dilakukan dengan mereaksikan silika sol sekam padi dan B 2O3 sol
hasil hidrolisis boraks dengan perbandingan massa silika dan B 2O3 4:1.
Campuran silika sol dan B2O3 sol diaduk menggunakan magnetic stirer dengan
ditambahkan HCl 10 % hingga terbentuk borosilikat gel. Borosilikat gel
dipanaskan pada suhu 110oC, selanjunya digerus dan dicetak menjadi pellet.
Pellet borosilikat disintering dengan variasi suhu 900 oC, 1000 oC, dan 1100 oC.
Karakterisasi gugus fungsi dilakukan menggunakan Spectroscopy FTIR dalam
rentang bilangan gelombang 4000 400 cm -1. Hasil analisis menunjukkan
pembentukan gugus B-O-Si dari gugus B-O-B boron oksida dan gugus Si-O-Si
silika sekam padi sangat dipengaruhi oleh kenaikan suhu sintering. Semakin
tinggi suhu sintering maka probabilitas terbentuknya gugus B-O-Si dari gugus
B-O-B dan gugus Si-O-Si semakin besar. Berdasarkan hasil analisis spektrum
FTIR dapat disimpulkan bahwa pembentukan gugus B-O-Si keramik
borosilikat berbasis silika sekam padi optimal pada rentang suhu sintering 1000
1100 oC.
3. Pembentukan uniform partikel.
Proses pembentukan uniform partikel ini dilakukan dengan mengubah metal
alkoksida dengan proses polimerisasi hidrolisis menjadi bentuk sol kemudian
langsung dilakukan proses presipitasi sehingga terbentuk uniform partikel
(kristal).
Contohnya pada pembentukan partikel hidroksiapatit dengan menggunakan
metode sol-gel.
Pada proses sintesis hidroksiapatit ini, digunakan prekursor Ca(NO 3)2 dan
(NH4)2HPO4 sebagai sumber Ca dan PO4. (NH4)2HPO4 ditambahkan pada
larutan Ca(NO3)2 kemudian diatur pH=9 dengan NH4OH. Campuran kemudian
didiamkan pada temperatur kamar dan dioven pada suhu 200 oC selama 100
menit dan dikalsinasi pada suhu 800oC selama 2 jam. Hasil akhir akan
didapatkan kristal hidroksiapatit yang dapat digunakan sebagai biomaterial.
4. Pembentukan aerogel.
Proses pembentukan aerogel ini dilakukan dengan mengubah metal alkoksida
menjadi sol kemudian dilakukan proses gelling sehingga terbentuk wet gel
kemudian dilakukan evaporation dari pelarut sehingga terbentuk aerogel.
Contohnya pada silika aerogel sebagai optik sensor oksigen.
Pembentukan aerogel, secara umum, terdiri dari dua langkah, yaitu
pembentukan gel basah, dan pengeringan gel basah. Awalnya, gel basah dibuat
oleh larutan air natrium silikat, atau bahan serupa. Sementara proses ini
berlangsung, reaksi pembentukan garam dalam gel yang harus dihilangkan
dengan cara washings (pencucian berulang-ulang). Pembuatan aerogel dibagi
dua yaitu single step dan twostep aerogel. Kemudian melewati proses aging
dan soaking, lalu proses pengeringan melewati titik kritis (supercritical
driying). Produk akhir yang dihasilkan yaitu silika aerogel sebagai bahan yang
memiliki densitas yang rendah dan berpori dapat digunakan sebagai bahan
pelindung.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai