Anda di halaman 1dari 15

Asal Mula Gong Kebyar

Gamelan gong kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis
babad bali, gong kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915. Desa yang
sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga
memulai tradisi Tari Kebyar.
Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di
desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada
tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Ketut Mario dari
Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.

Perkembangan Gong Kebyar di Bali, terdapat tiga Gamelan kebyar yang berkembang di
Bali yaitu :
1. Gamelan kebyar yang bersumber dari Gong Gede,
2. Bersumber dari gamelan palegongan.
3. Murni buatan baru.
Yang pertama memiliki embat yang sesuai dengan embat gamelan gong gede yaitu
agak rendah seperti yang banyak terdapat di Bali Utara. Kelompok kedua menggunakan
embat sama dengan embat gamelan palegongan, yaitu agak tinggi seperti yang sebagian
besar terdapat di Bali bagian selatan. Gamelan-gamelan kebyar yang murni buatan baru
sebagian besar memiliki embat sedang seperti yang terdapat diberbagai daerah di Bali dan di
luar Bali. Kenyataan ini menunjukan bahwa belum ada standarisasi embat untuk Gamelan kebyar
di Bali.
Selain itu, juga dinamakan gong kebyar karena menurut kutipan catatan Eka Darmaputra
di ISI Denpasar, Gong Kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya
kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi yang sedang
diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari tunggang langgang.
Disebutkan juga dalam catatan tersebut, gong kebyar merupakan tabuhan bersama dan
serentak yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan
suling, kajar, rebab, kempul, bende, kemong dan terompong.
Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya
bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada
iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang
sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu
membangkitkan semangat.

Foto para penabuh gong kebyar 1928 di Bali Utara

Struktur Gong Kebyar

Gong Kebyar merupakan salah satu perangkat/barungan gambelan Bali yang terdiri dari
lima nada ( panca nada ) dengan laras pelog, tetapi tiap-tiap instrument terdiri sepuluh bilah.
Gong Kebyar bagi masyarakat Bali sudah tidak asing lagi, karena hampir seluruh desa maupun
banjar yang ada di Bali memiliki satu perangkat/ barungan Gong Kebyar.
Oleh karenanya gong kebyar menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika
dibandingkan dengan jenis-jenis gambelan yang ada saat ini seperti misalnya, gambelan
Gambang, Gong Gde, Slonding, Semara Pegulingan dan masih banyak yang lainnya.
Barungan gong kebyar terdiri dari :
Dua buah (tungguh) pengugal/giying
Empat buah (tungguh) pemade/gangsa
Empat buah (tungguh) kantilan
Dua buah (tungguh) jublag
Dua buah (tungguh) Penyacah
Dua buah (tungguh) jegoggan
Satu buah (tungguh) reong/riyong
Satu buah (tungguh) terompong
Satu pasang gong lanang wadon
Satu buah kempur
Satu buah kemong/klentong gantung
Satu buah bebende
Satu buah kempli
Satu buah (pangkon) kecek/ceng-ceng ricik
Satu pasang kendang lanang wadon
Satu buah petuk/kajar
Di Bali ada dua macam bentuk perangkat dan gaya utama gambelan gong kebyar yaitu
gambelan gong kebyar Bali Utara dan gambelan gong kebyar Bali Selatan. Kedua gambelan
gong kebyar ini perbedaannya terletak pada :
Tungguhan gangsa, Bali Utara bentuk bilah penjain dan dipacek sedangkan Bali Selatan
menggunakan bentuk bilah kalorusuk dan digantung.
Gambelan Bali Utara kedengarannya lebih besar dari suara gambelan Bali Selatan,
meskipun dalam patutan yang sama.
Dalam perkembangannya gong kebyar munculah istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali
Selatan, meskipun batasan istilah ini juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah atau
kabupaten yang termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng.
Sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lain mengambil gaya Bali Selatan.
Disamping itu penggunaan tungguhan gong kebyar di masing-masing daerah sebelumnya
memang selalu berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan maupun fungsinya.

Fungsi Gong Kebyar


Sebagaimana kita ketahui lewat literatur dan rekaman telah tampak bahwa Gong Kebyar
itu telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaharu maksudnya
adalah lewat gong kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-geding baru
yang lepas dari tradisi yang sudah ada. Sedangkan sebagai pelanjut tradisi maksudnya adalah
gong kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui
transformasi dan adaptasi.
Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi untuk
mengiringi tari kekebyaran. Namun sesuai dengan perkembangannya bahwa gong kebyar
memiliki fungsi yang sangat banyak.
Hal ini dikarenakan gong kebyar memiliki keunikan yang tersendiri, sehingga ia mampu
berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan,
palegongan maupun jenis gending yang lainnya.
Disamping itu Gong Kebyar juga bisa dipergunakan sebagai salah satu penunjang
pelaksanaan upacara agama seperti misalnya mengiringi tari sakral, maupun jenis tarian wali dan
balih-balihan.
Karena gong kebyar memiliki multi fungsi maka gong kebyar menjadi sumber inspirasi
karya baru. Dengan demikian Gong Kebyar telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut
tradisi. Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat Gong Kebyar para seniman kita telah
berhasil menciptakan gending-gending baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada. Sedangkan
sebagai pelanjut tradisi Gong Kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter
gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi. Misalnya dalam gending gong kebyar kita
mengenai istilah gegambelan, gender wayang dan gong luang.
Juga disebutkan dengan menggunakan iringan gamelan gong kebyar, dalam sejarah
drama klasik di Bali, maka drama tersebut berganti nama menjadi drama gong, dan sejak itulah
banyak muncul sekaa-sekaa drama gong baru lainnya.

Kelompok Gamelan dalam Sejarah

1. Gamelan Wayah
Gamelan Wayah atau Gamelan Tua diperkirakan telah ada sebelum abad XV.
Umumnya didominasi oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak mempergunakan kendang.
Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa peranan instrumen ini tidak begitu menonjol.
Beberapa gamelan golongan tua antara lain :
1. Angklung
2. Balaganjur
3. Bebonangan
4. Caruk
5. Gambang
6. Gender Wayang
7. Genggong
8. Gong Beri
9. Gong Luwang
10. Selonding

Foto Gamelan Gamban

2. Gamelan Madya
Gamelan/Barungan Madya merupakan gamelan yang berasal sekitar abad XVI-XIX.
Gamelan ini merupakan barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-
instrumen bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan
peranan penting. Yang termasuk gamelan/barungan madya adalah:

1. Batel Barong
2. Bebarongan
3. Gamelan Joged Pingitan
4. Gamelan Penggambuhan
5. Gong Gede
6. Pelegongan
7. Semar Pagulingan
3. Gamelan Anyar
Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis barungan
gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak pada ciri-ciri yang
menonjolkan permainan kendang. Ada beberapa jenis Gamelan Anyar, diantaranya sebagai
berikut:
1. Adi Merdangga
2. Bumbung Gebyog
3. Gamelan Bumbang
4. Gamelan Geguntangan
5. Gamelan Genta Pinara Pitu
6. Gamelan Gong Kebyar
7. Gamelan Janger
8. Gamelan Joged Bumbung
9. Gamelan Manikasanti
10. Gamelan Semaradana
11. Gong Suling
12. Jegog
13. Kendang Mabarung
14. Okokan / Grumbungan
15. Tektekan

Perkembangan Karawitan Bali

Dalam periode tahun 1970 sampai dengan 1990-an, seni karawitan Bali mengalami kemajuan
yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan Bali pada waktu itu memperlihatkan dua
sisi yang menarik dan sangat menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini.
Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah serta keluar
negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi karawitan baru yang semakin
rumit dengan teknik permainan yang semakin kompleks.
Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan gaya-gaya musik lokal.
Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 -
3 barungan gamelan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang
paling baik perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh keberadaan
daripada barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling sesuai dengan selera masyarakat
banyak terutama kalangan generasi muda.
Ada bebrapa contoh yang dapat dijadikan bukti terhadap perkembangan Gong Kebyar ini.
1. Di desa Singapadu sebuah desa di Kabupaten Gianyar misalnya, hingga sekitar akhir
tahun 1960 hanya ada 1 barung Gong Kebyar dan 7 barung gamelan Geguntangan atau
Paarjan. Dua puluh tahun kemudian di desa yang terdiri dari 13 banjar dinas ini telah ada
6 barung Gong Kebyar dan 2 barung Geguntangan. Jumlah ini masih perlu ditambah 2
barung Gong Kebyar yang dimiliki oleh sanggar atau sekaa pribadi.
2. Di kota-kota besar diluar Bali seperti Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta juga
telah berdiri group musik dan gamelan Bali. Dapat dipastikan bahwa gamelan yang
dimiliki oleh group-group ini adalah gamelan Gong Kebyar.
3. Di tingkat Internasional, gamelan Bali (Gong Kebyar, Semar Pagulingan dan Gender
Wayang) sudah tersebar ke Eropa, Jerman, Australia, Jepang, Canada, India dan mungkin
yang terbanyak ke Amerika Serikat. Walaupun kebanyakan dari barungan gamelan Bali
ini ditempatkan di perwakilan RI, ataupun universitas-universitas, semakin banyak
group-group swasta dan perorangan yang memiliki gamelan sendiri. Group Sekar Jaya El
Ceritto, California, Giri Mekar di Woodstock, New York (keduanya di Amerika Serikat),
dan group Sekar Jepun di Tokyo Jepang adalah beberapa group kesenian asing yang
hingga kini masih aktif. Menjadi semakin kompleksnya komposisi gamelan Bali yang
diwarnai dengan melodi serta teknik cecadetan yang semakin rumit.
Belakangan ini muncul komposisi-komposisi musik baru yang menampilkan melodi yang lincah
dan mempergunakan banyak nada. Hal ini sangat berbeda dengan gending-gending dari masa
lampau yang melodi-melodinya sangat sederhana, mempergunakan beberapa nada saja dan
berisikan banyak pengulangan. Pola-pola cecadetan yang muncul belakangan ini sudah banyak
memakai pola ritme/ hitungan tidak ajeg (tidak konstan/stabil) seperti tiga, lima atau tujuh.
Dalam komposisi lama, dalam gender wayang sekalipun pola ritme/hitungan ajeg sangat
dominan. Perubahan ini juga diikuti oleh masuknya jenis pukulan rampak dan keras, yang
datangnya secara tiba- tiba seperti yang terjadi pada Gong Kebyar. Tambah lagi ekspresi musikal
hampir semua gamelan Bali menjadi "ngebyar" (meniru Gong Kebyar). Nampaknya perubahan
ini besar kaitannya dengan adanya pengaruh gamelan Gong Kebyar.
Kecenderungan yang lain adalah pengembangan barungan dengan cara menambah beberapa
instrumen baru. Gejala ini yang terlihat dalam pengembangan gamelan Geguntangan, munculnya
Adi Merdangga dan gamelan pengiring sendratari. Hal ini kiranya berkaitan dengan munculnya
stage-stage pementasan besar dengan penonton yang berada jauh dari arena pentas (tempat
menari). Agar musik dapat didengar oleh penonton yang berada di kejauhan ini, maka
penambahan instrumen menjadi perlu selain menggunakan sistem amplifikasi. Misalnya saja
pada tahun 1970, gamelan Geguntangan adalah suatu barungan kecil yang menimbulkan suara
lembut merdu. Kini Geguntangan sudah dilengkapi dengan beberapa buah kulkul, dengan
beberapa instrumen bilah seperti cuing dan lain-lain. Ada kecenderungan bahwa perkembangan
seni Karawitan Bali lebih didominir oleh gaya Bali Selatan.
Seni Karawitan sebagaimana halnya kesenian Bali lainnya, juga meliputi dua gaya daerah : Bali
utara dan Bali Selatan. Perbedaan antara kedua gaya ini tampak jelas dalam tempo, dinamika dan
ornamentasi dari pada tabuh- tabuh dari masing-masing gaya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk tempo tabuh-tabuh Bali Utara cenderung lebih cepat
dari yang di Bali Selatan, begitu pula jenis lagu yang dimainkan lebih berat dan keras. Hal ini
juga menyangkut masalah dinamika di mana tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara
lebih tajam daripada Bali Selatan. Namun demikian, ornamentasi tabuh-tabuh Bali Utara
cenderung lebih rumit daripada Bali Selatan. Akhir-akhir ini tabuh-tabuh gaya Bali Utara terasa
semakin jarang kedengarannya, sebaliknya tabuh-tabuh Bali Selatan semakin keras gemanya.
Semua yang sudah diuraikan di atas mengisyaratkan kemajuan karawitan Bali baik secara
kuantitas maupun kwalitas. Ada kecendrungan bahwa di masa yang akan datang seni karawitan
Bali, khususnya instrumental yang didominir oleh gamelan Gong Kebyar dan ekspresi "ngebyar"
akan masuk ke jenis-jenis gamelan non-Kebyar. Sementara karawitan gaya Bali Utara dan
Selatan akan berbaur menjadi satu (mengingat pemusik kedua daerah budaya ini sudah semakin
luluh), gamelan klasik seperti Semar Pagulingan nampaknya akan bangkit kembali.
Di masa yang akan datang, bentuk-bentuk seni karawitan dan barungan gamelan Bali baru akan
terus bermunculan. Adanya "kebiasaan" dikalangan seniman Bali untuk terus mencoba, mencari
dan menggali ide-ide baru, baik dari dalam seni budaya tradisi mereka maupun dari unsur luar
yang senafas, sangat memungkinkan akan terwujudnya perkembangan seni karawitan Bali yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Sejarah Tarian Bali
Setelah kerajaan Majapahit menaklukkan bali pada abad ke-14, pemerintahan Jawa mulai
banyak muncul dan menyatu dengan budaya setempat. Membuat Bali menjadi semakin canggih,
dinamis dan lebih hidup. Narasi yang melengkapi tarian atau drama berdasarkan kepada cerita
pemerintahan dari kerajaan Majapahit, bahkan cerita-cerita epos dari India, cerita pewayangan
yang digemari di atas panggung menyerap banyak kutipan dari Kakawin Jawa kuno. Saat budaya
Jawa mulai menghilang di abad ke 16 saat mulai masuknya budaya Islam, budaya jawa kuno
masih hidup di bali dan menjadi budaya bali kuno.
Saat pemerintah kolonial Belanda masuk ke Bali, seni klasik bali mulai runtuh. Dengan
dikalahkannya pemerintahan setempat dan dengan pemimpin baru di Bali, pusat perkembangan
seni berpindah ke desa-desa kecil, dan ke pengembangan pariwisata. Tahun 30 sampai 50an
adalah dekade terbaik, teater narasi masih bisa bertahan, sementara pertunjukan tari tunggal
muncul dimana-mana, didukung dengan musik baru yang lebih dinamis yang disebut dengan
gong kebyar. Tren ini berlangsung hingga tahun 60 dan 70-an dengan munculnya sendratari
kolosal, menampilkan cerita Jawa dan India kuno yang diadaptasi dengan kebutuhan penonton di
zaman modern.

Tarian & Agama


Tarian bali dalam konteks agama memiliki beberapa fungsi spesifik seperti :
1. Sebagai sarana tempat untuk dewa yang sedang turun ke dunia, penari akan berlaku
sebagai tempat persinggahan dari dewa tersebut. Tari ini termasuk tari Sang Hyang
Dedari dengan gadis kecil yang kesurupan, dan tari Sang Hyang Jaran, sebuah tarian api.
2. Sebagai sarana menyambut dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari pendet, rejang
dan sutri.
3. Sebagai hiburan kepada dewa-dewa yang datang ke dunia seperti tari topeng dan wayang.

Klasifikasi tari Bali menurut fungsinya ada tiga, yaitu :


1) Tari Wali adalah suatu tari yang pementasannya dilakukan sejalan dengan pelaksanaan
upacara. Tarian ini tidak mengandung cerita, hanya mengandung simbolis religius.
Contohnya tarian rejang, sanghyang, pendet dan baris gede.
2) Tari Wewali/Bebali adalah tari yang pementasannya menunjang jalannya upacara yakni
sebagai sarana pengiring. Tarian ini biasanya dipentaskan bersamaan dengan upacara
berlangsung dan tarian ini mengungkap suatu cerita, yang disesuaikan dengan upacara
yang diselenggarakan saat itu. Contohnya tari Topeng Pajegan dan Arja.
3) Tari Balih-balihan adalah tari yng tidak termasuk sakral, hanya berfungsi hiburan dan
tontonan yang mempunyai unsur dasar seni tari yang luhur, seperti tari legong, janger,
joged, dll.

Jenis-Jenis Tarian Bali


1. Tari Kecak
"Cak-cak-cak." Suara obsesif dari paduan suara yang tak lekang dimakan zaman tiba-tiba muncul
dari balik pepohonan. Kegelapan kemudian menyelimuti panggung. Ratusa pria bertelanjang
dada duduk melingkar dibawah cahaya lampu minyak yang berkelap-kelip. "Cak-Cak". Mereka
kemudian mulai menari dengan suara yang dihasilkan dari teriakan mereka, tangan diangkat ke
udara dan tubuh mereka digerakkan bersama-sama. Ini adalah Tari Kecak yang unik, tari yang
paling terkenal diantara tarian Bali yang lainnya. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Limbak dan
Walter Spies yang merupakan pelukis dari jerman sekaligus teman dari I Wayan Limbak.

2. Tari Barong and Kris


Tari Barong dan Kris seperti tari Kecak. Tari Barong dan Kris ini adalah pertempuran antara roh
kebaikan melawan roh kejahatan. Barong bisa mengambil berbagai bentuk, namun pada tarian
ini mengambil bentuk Barong Keket, Barong yang paling suci diantara barong lainnya. Barong
Keket adalah makhluk yang aneh, setengah anjing berbulu lebat dan setengah harimau yang
dimainkan oleh dua orang. Musuhnya adalah Rangda. Barong memiliki kepribadian yang baik
dan melindungi desa dari Rangda, tapi Barong juga merupakan sosok yang jahil dan penyayang.
Barong muncul ke halaman pura, menghentakan rahangnya seiring gamelan, menari dan
menikmati dukungan beberapa lelaki yang membawa keris. Rangda kemudian menampakkan
wujudnya, lidahnya yang panjang menjulur, payudaranya yang panjang beroyang-goyang, isi
perut manusia melingkar di lehernya, taring yang panjang keluar dari mulutnya dan cakarnya
yang panjang melayang di udara.

3. Tari Legong
Tari legong adalah tarian yang paling anggun diantara tarian Bali yang lainnya dan bagi
penikmat tari Bali, tarian ini adalah yang paling menyedot perhatian karena keanggunannya.
Penari Legong adalah gadis kecil yang beruisa delapan atau sembilan tahun. Sebuah hal penting
yang melekat pada penari Legong adalah dia akan terus dikenang sebagai penari legong yang
hebat meski masa keemasannya lebih dari 50 tahun yang lalu.

4. Tari Baris
Tarian para pejuang atau dikenal dengan nama tari Baris adalah penyetara dari tari Legong yang
feminim dan berkat yang didapatkan akan memberikan jiwa yang energik, siap bertempur dan
bisa membela diri. Tarian tunggal, penari Baris harus bisa menyampaikan pemikiran dan emosi
dari seorang prajurit yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke medan pertempuran dan bertemu
dengan musuh di medan perang. Para penari harus bisa menampilkan perubahan emosinya tidak
hanya melalui gerakan tariannya tapi juga dari mimik wajah yang ditampilkan. Ksatria,
kebanggaan, kemarahan, kecakapan dan pengampunan (perang adalah hal buruk, bahkan di Bali)
semuanya harus bisa ditampilkan dengan baik.

5. Tari Kebyar
Kebyar adalah tari tunggal pria seperti tari Baris, tapi lebih menekankan pada kemampuan
pribadi sang penari. Perkembangan tari Kebyar masa kini di persembahkan oleh seniman tari
perang Mario. Ada banyak bentuk dari tarian ini termasuk Kebyar Duduk dimana tarian
dilakukan dalam posisi duduk dengan gerakan tangan, lengan dan dada ditambah ekspresi wajah
yang sangat penting. Kebyar Trompong adalah tarian dimana sang penari ikut dalam menabuh
gamelan dengan memainkan alat musik yang disebut Trompong sambil terus menari.

6. Tari Janger
Covarrubias dan Hickman dalam bukunya menyebutkan sebuah tarian, hampir tidak mencirikan
tarian bali, sebuah tarian yang tiba-tiba ada pada tahun 1920an dan 1930an. Hari ini tarian
tersebut tidak lagi sebuah tarian yang asing. Tarian ini memiliki beberapa kesamaan dengan
tarian lain yang ada di Bali termasuk Tari Sanghyang dimana suara lembut dari para wanita
sangat kontras dengan suara keras yang dibuat oleh para pria tetapi saling bersahutan. Pada tari
Janger, formasi 12 wanita dan 12 pria duduk dan menari dimana gerakan dan suara lembut para
wanita berpadu dengan gerakan tegas dan suara yang keras dari para pria.

7. Tari Topeng
Kata topeng berarti menempel di wajah. Tari topeng adalah tarian dimana sang penari harus
mengikuti karakter topeng yang ia mainkan. Sebagai contoh Topeng Tua, adalah sebuah tarian
tunggal klasik yang menggunakan topeng seorang lelaki tua dan menuntut sang penari
menirukan gerakan seorang pria renta. Pada tarian lain, penari harus menirukan berbagai tokoh
dan karakter yang ada pada topeng. Koleksi lengkap seorang penari topeng bisa berjumlah 30
hingga 40 buah.

8. Tari Pendet
Pendet adalah tarian yang berlangsung setiap hari di pura, prosesi sederhana yang dilakukan
sebelum menghaturkan sesajen di pura, tidak memerlukan latihan khusus. Anda mungkin sering
melihat tari Pendet dilakukan oleh seorang wanita yang membawa persembahan saat upacara
keagamaan di pura, tapi kadang-kadang juga dilakukan sebagai tarian pembuka dan penutup dari
pagelaran pentas seni tari yang lainnya.

9. Tari Sanghyang
Tarian ini pada awalnya bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat dari desa. Sanghyang adalah roh
suci yang sementara mengambil tempat di tubuh sang penari yang kerasukan. Tari Sanghyang
Dedari ditampilkan oleh dua gadis muda yang menari seperti pada tarian Legong. Para penari
tidak dilatih khusus dalam tarian ini dan terlebih lagi tarian ini dilakukan dalam irama dan
gerakan yang sempurna tetapi dalam keadaan mata penari yang benar-benar tertutup. Paduan
suara wanita dan suara kecak dari para pria mengiringi tarian ini namun saat suara-suara tidak
lagi terdengar, para penari pun jatuh pingsan.

10. Tari Penyambutan


Tari penyambutan yang ada di Bali merupakan sebuah tari Balih-balihan atau hiburan yang
dibuat berdasarkan konsep tarian sakral yang biasanya tari dipersembahkan kepada para dewa,
kini dibuat tari itu dalam bentuk tari hiburan dimana para penarinya menyambut kehadiran
penonton dengan persembahan taburan bunga sebagai ucapan selamat datang. Contoh tari
penyambutan tamu yaitu Tari Panyembrama, Puspawresti, Sekar Jagat, dll.

Tari Puspawresti merupakan tarian yang terinspirasi dari tari pependetan yang ada di Pura di
daerah Bali, yang mana tari pendet itu merupakan tari wali yang berfungsi sebagai tari
penyambutan turunnya para dewa. Tari puspawresti berasal dari kata Puspa yang berarti bunga
dan Wresti yang berarti hujan. Tarian ini diciptakan pada tahun 1981 oleh I Wayan Dibia
sebagai penata tari dan I Nyoman Windha sebagai penata tabuh. Tarian ini dibawakan oleh
sekelompok penari pria dan wanita, dimana para wanitanya membawa bokor yang berisikan
bunga yang berwarna-warni yang dikawal oleh para penari pria yang membawa tombak. Tari
Puspawresti ini menggambarkan sekelompok muda-mudi yang dengan penuh rasa hormat dan
ramah-tamah menyambut kedatangan para tamu yang sedang berkunjung.
Bagian-Bagian Gong Kebyar

NO Jumlah Nama Keterangan

Ugal pemimpin (di depan) dan ugal penandan (dibelakang).


Berfungsi sebagai pemimpin barungan gong kebyar
1 2 Ugal
(mengatur tempo, keras lembut suara, kapan mulai dan
kapan berhenti)

Gangsa Terdiri dari 2 pemolos dan 2 penyandet atau penyangsih.


2 4
(Pemada) Berfungsi sebagai pemegang melodi

Kantil Fungsi dan jenisnya sama dengan gangsa hanya saja


3 4
(kancilan) bentuknya lebih kecil

4 2 Jegog Berfungsi sebagai bas atau pelantang suara

Jublag
5 2 SDA
(kenyur)
Penyacah
6 2 SDA
(calung)

Biasanya berstruktur panjang, ada 12 nada, dimainkan oleh


Reong
7 1 empat orang. Fungsinya sebagai melodi dan member aksen
(barangan)
atau angsel dalam tabuh

Sama dengan reong namun lebih besar, terdiri dari sepuluh


nada, dimainkan oleh satu orang. Fungsinya sebagai
8 1 Terompong
pemimpin sekaligus pemegang melodi dalam tabuh
yadnya/lelambatan
Saru pasang kendang lanang wadon. Kendang wadon lebih
besar dan bertugas memimpin (dag). Sedangkan kendang
9 2 kendang
lanang berbentuk lebih kecil dan berada di belakang kendang
wadon(dug). Berfungsi sebagai pemegang angsel.

Golg lanag wadon(CEGIR). Fungsinya sebagai penanda


10 2 gong
akhir lagu.

Bende,
klentong,
11 1 Berfungsi sebagai penanda tengah-tengah lagu.
kempur,
kempli

Berfungsi sebagai pemegang aksen atau angsel dan selalu


12 1 Kecek
mengikuti kendang.

1 buah rebab dan beberapa


13 Berfungsi sebagai penghalus lagu.
seruling

1. Pemimpin dalam barungan Gong Kebyar disebut dengan


2. Pembawa angsel/aksen dalam sebuah gamelan Gong Kebyar adalah
3. Yang termasuk salah satu pelantang suara dalam gong kebyar adalah
4. Nada yang kita kenal dalam gamelan gong kebyar berjumlah
5. Setiap akhir lagu/tabuh dalam gong kebyar selalu ditandai dengan pukulan
6. Pencipta tari Puspawresti adalah
7. Perbedaan gaya Gong Kebyar Bali Utara dengan Bali Selatan adalah terletak pada
8. Fungsi utama Gong Kebyar saat pertama kali muncul adalah
9. Tokoh yang menemukan tarian janger adalah
10. Yang berfungsi sebagai penanda tengah-tengah lagu adalah
11. Pukulan yang sejalan dengan mat/tempo dalam memainkan gong kebyar disebut
12. Fungsi rebab dan suling dalam gamelan gong kebyar adalah
13. Laras Selendro biasanya digunakan dalam gamelan
14. Yang disebut ngeseh adalah
15. Ngumbang ngisep merupakan istilah dalam gong kebyar yang artinya
16. Yang dimaksud dengan kebyar adalah
17. Yang mengatur kapan memulai dan mengakhiri lagu adalah
18. Ciri gamelan Bali Selatan adalah
19. Aturan memukul Penyahcah, Jublag, dan Jegog secara berurutan adalah
20. Gerakan menutup satu mata sambil sedikit memutar kepala dalam gerak tari disebut
21. Perbedaan Jublag/Kenyur Gamelan Bali Utara dengan Bali Selatan dapat dilihat dari
22. Gamelan yang menggunakan embat Gong Gede banyak terdapat didaerah
23. Ciri utama gamelan Bali Utara adalah
24. Jenis tari menurut fungsinya yaitu
25. Yang termasuk tarian sang Hyang adalah

Anda mungkin juga menyukai