Anda di halaman 1dari 16

UJI T DUA SAMPEL BEBAS

(INDEPENDENT)
00.15
Hasirun (Run_Art)
0
Judul Penelitian
Perbedaan Skor Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada siswa yang pernah dan yang
belum mendapat penyuluhan tentang HIV-AIDS.
Uji analisis
Uji yang digunakan adalah uji t sampel bebas (independen)
Data yang diperoleh
Kelompok siswa Kelompok
No A siswa B
1 80 68
2 90 57
3 70 46
4 86 57
5 82 44
6 88 51
7 91 62
8 93 54
9 80 49
10 79 48
11 89 64
12 88 48
13 85 58
14 79 55
15 91 52

Data diperoleh dari dua kelompok siswa yaitu siswa A (yang pernah mendapat
penyuluhan tentang HIV/AIDS) dan siswa B (belum pernah mendapat penyuluhan
tentang HIV/AIDS).
Download this on PDF Version --> http://adf.ly/1HnR4L
Analisis Data
1. Langkah pertama:
Melihat apakah data yang diperoleh berdistribusi normal. Ada beberapa cara untuk
melihat apakah data tersebut berdistribusi normal. Kita bisa menggunakan program
SPSS.
1. Setelah masuk program SPSS dan telah menginput data pada data view dan
variable view dengan nama skor_pengetahuan dan Group_kelas dengan value 1
= siswa_A dan 2 = siswa_B
2. Selanjutnya klik Analyze Descriptive Statistics Explore - test Klik variabel
skor_pengetahuan masukkan ke kotak Dependent List dan group_kelas pada
kotak faktor list
3. Pada Plots, centang Normality plots with test, Continue
4. Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
OUTPUT SPSS

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 84.73 1.620

95% Confidence Interval Lower Bound 81.26


for Mean Upper Bound 88.21

5% Trimmed Mean 85.09

Median 86.00

Variance 39.352

Siswa_A Std. Deviation 6.273

Minimum 70

Maximum 93

Range 23

Interquartile Range 10

Skewness -.820 .580

Kurtosis .448 1.121


Siswa_B Mean 54.20 1.784

95% Confidence Interval Lower Bound 50.37


for Mean Upper Bound 58.03

5% Trimmed Mean 54.00

Median 54.00

Variance 47.743

Std. Deviation 6.910


Minimum 44

Maximum 68

Range 24

Interquartile Range 10

Skewness .467 .580

Kurtosis -.458 1.121

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Siswa_A .165 15 .200* .924 15 .220


*
Siswa_B .107 15 .200 .967 15 .812

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil di atas kita lihat pada kolom Shapiro-Wilk dan dapat diketahui
bahwa nilai signifikansi untuk Siswa_A adalah 0.220 dan untuk Siswa_B sebesar
0.812 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel Siswa_A; dan untuk
Siswa_B berdistribusi normal.
2. Langkah Kedua:
Cara SPSS
Untuk melihat hasil uji T sampel bebas (independen):
Selanjutnya klik Analyze Compare means Independent-samples T test Klik
variabel skor_pengetahuan masukkan ke kotak Dependent List dan group_kelas
pada Grouping Variabels
Klik Define groups : klik angka satu pada group 1 dan angka 2 pada group 2, lalu
continue
Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
OUTPUT SPSS

Group Statistics

Kritera N Mean Std. Deviation Std. Error


Mean

Siswa-A 15 84.73 6.273 1.620


Scor_Pengeahuan
Siswa_B 15 54.20 6.910 1.784

Independent Samples Test

Scor_Pengeahuan

Equal variances Equal variances


assumed not assumed

F .105

.748
Levene's Test for Equality Sig.
of Variances
T 12.671 12.671

Df 28 27.743

Sig. (2-tailed) .000 .000

t-test for Equality of Means Mean Difference 30.533 30.533

Std. Error Difference 2.410 2.410

95% Confidence Interval of Lower 25.597 25.595


the Difference Upper 35.469 35.471

Cara Manual
Sebelum kita melakukan uji t test, sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian
(homogenitas) dengan F test (Levene,s Test), artinya jika varian sama maka uji t
menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian
berbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).
Langkah-langkah uji F sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : Kedua varian adalah sama (varian kelompok kelas A dan kelas B
adalah sama)
Ha : Kedua varian adalah berbeda (varian kelompok siswa_A dan kelas
siswa_B adalah berbeda).
2. Kriteria Pengujian (berdasarkan probabilitas / signifikansi)
Ho diterima jika P value > 0.05
Ho ditolak jika P value < 0.05
3. Membandingkan probabilitas / signifikansi
Nilai P value (0.748 > 0.05) maka Ho diterima
4. Kesimpulan
Oleh karena nilai probabilitas (signifikansi) dengan equal variance assumed
(diasumsikan kedua varian sama) adalah 0.748 lebih besar dari 0.05 maka Ho
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa kedua varian sama (varian kelompok
Siswa_A dan Siswa_B adalah sama). Dengan ini penggunaan uji t menggunakan
equal variance assumed (diasumsikan kedua varian sama).

3. Langkah ketiga : Pengujian independen sample t test


Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
a. Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada perbedaan antara rata-rata skor pengetahuan tentang HIV/AIDS kelompok
siswa_A dengan skor pengetahuan tentang HIV/AIDS kelompok siswa_B
Ha : Ada perbedaan antara rata-rata skor pengetahuan tentang HIV/AIDS kelompok
siswa_A dengan skor pengetahuan tentang HIV/AIDS kelompok siswa_B
b. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi = 0.05.
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam
mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5%
(signifikansi 95% atau 0.05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).

c. Menentukan t hitung
Dari tabel di atas didapat nilai t hitung (equal variance assumed) adalah 12.671

d. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada = 95% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df)
n-2 atau 30-2 = 28. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0.05) hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar 2.0484.

e. Kriteria Pengujian
Ho diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t table
Berdasar probabilitas:
Ho diterima jika P value > 0.05
Ho ditolak jika P value < 0.05

f. Membandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas


Nilai t hitung > t tabel (12.671> 2.0484) dan P value (0.000 < 0.05) maka Ho
ditolak.

g. Kesimpulan
Olehkarenanilaithitung>ttabel(12.671>2.0484)danPvalue(0.000<0.05)
makaHoditolak,artinyabahwaadaperbedaanantaraskorpengetahuantentangHIV/AIDS
padakelompoksiswa_AdenganskorpengetahuantentangHIV/AIDSkelompoksiswa_B.
PadatabelGroupStatisticsterlihatratarata(mean)untukkelompoksiswa_Aadalah84.73
danuntukkelasBadalah54.20,artinyabahwaskorpengetahuantentangHIV/AIDStinggi
daripadaskorpengetahuantentangHIV/AIDSpadakelompoksiswa_B.Nilaithitungpositif,
berartirataratasiswa_Alebihtinggidaripadasiswa_Bdansebaliknyajikathitungnegatif
berarti ratarata siswa_A lebih tinggi daripada siswa_B. Perbedaan ratarata (mean
difference)sebesar30.53(84.7354.20),danperbedaanberkisarantara25.597sampai35.469
(lihatpadalowerdanupper).
ByRun_Art

Next

Mengapa 5 atribut surveilans ini diprioritaskan dalam surveilans pasca bencana?

Previous
Meta Analisis

0 komentar:

Poskan Komentar. Taksonomi Nyamuk Culex sp


Nyamuk merupakan vektor dari berbagai penyakit menular di dunia. Ada beribu-ribu
jenis spesies nyamuk yang tersebar diseluruh dunia, family culicidae sendiri memiliki 3.531
spesies dengan 2 subfamily dan 113 genera ( MTI,2011). Genus culex memiliki 26
subgenera dengan 768 jenis spesies yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa spesies tertentu
dari genus ini menjadi vektor transmisi berbagai infeksi arbovirus dan filariasis ke manusia
dan hewan-hewan lainnya ( Azari-Hamidian,2007).
Berikut adalah taksonomi atau nama ilmiah nyamuk culex spp. menurut WRBU,2010 dan
MTI,2011 :
1. Domain : Eukaryota
2. Kingdom : Animalia
3. Subkingdom : Bilateria
4. Branch : Protostomia
5. Infrakingdom : Ecdysozoa
6. Superfilum : Panarthropoda
7. Filum : Arthropoda
8. Subfilum : Mandibulata
9. Infrafilum : Artelocerata
10. Superkelas : Panhexapoda
11. Epikelas : Hexapoda
12. Kelas : Insecta
13. Subkelas : Dicondylia
14. Infrakelas : Pterygota
15. Superordo : Panorpida
16. Ordo : Diptera
17. Subordo : Nematocera
18. Infraordo : Culicomorpha
19. Superfamily : Culicoidea
20. Family : Culicidae
21. Subfamily : Culicinae
22. Tribus : Culicini
23. Genus : Culex

B. Morfologi Nyamuk Culex sp


Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput, toraks,
abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang sayap dan halter
menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan adanya alat mulut yang
panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae (Borror dkk.,
1992). Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang tumpul pada
bagian ujungnya.Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang mata,
sepasangantena, sepasang palpi yang terdiri atas 5 segmen dan 1 probosis antena yang
terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6 Aedes,pada genus Culex tidak terdapatrambut
pada spiracular maupun pada post spiracular.Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama
dengan proboscis. Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks,
mesotoraks dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap
yang mengalami modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik putih
di tiap segmen.
Gambar 1 : Morfologi Nyamuk Culex sp.

Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang permukaan
yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang yang sedikit
terangkat (Setiawati, 2000).Genus Culex dikenali dengan struktur sketelumnya yang
trilobus, ujung abdomen yang tumpul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik.
Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang
disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku diujung skaki nyamuk (Setiawati, 2000).
Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,dengan bintik-bintik
putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki danproboscis berwarna hitam polos
tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan nyamuk genus Culex lainnya.

C. Siklus Hidup

1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk
mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas
permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.

2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan
dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada
tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan
sampai dewasa kurang lebih 5 hari.

3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada
stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang,
stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini
nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan
makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari
air.

4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan nyamuk betina
yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber
protein yang esensial untuk mematangkan telur.[8] Perkembangan telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.
Nyamuk Culex sp betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir setiap datang waktu
bertelur. Telur telur tersebut diletakkan diatas permukaan air dalam keadaan menempel
pada dinding vertical bagian dalam tempat tempat penampungan air . Nyamuk Culex sp
betina lebih menyukai tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan
telurnya dibandingkan dengan tempat penampunga air yang terbuka, karena tempat
penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga
mengakibatkan ruang didalamnya lebih gelap (Sumarmo,1988). Telur akan menetas dalam
waktu 1-3 hari pada suhu 30o C, sementara pada suhu 16o C telur akan menetas dalam waktu
7 hari. Telur dapat bertahan tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai berbulan bulan pada suhu -2o C sampai 42o C. Stadium
larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi menjadi 4 tingkatanperkembangan
atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, Instar II terjadi setelah 2-3 hari telur
menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas. Stadium pupa terjadi seteah 6 -7 hari telur menetas. Stadium pupa berlangsung
selama 2 -3 hari.
Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat
perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah dibawah 10 o C pupa tidak
mengalami perkembangan.(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana ,2000). Stadium dewasa
terjadi setelah 9 10 hari telur menetas. Meskipun umur nyamuk Culex sp betina di alam
pendek yaitu kira kira2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. Betina
untuk menyebarkan virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain.
(Soedarto, 1992)
Pupa-Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
padastadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga
dapatterbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari.Pada
fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama faseini pupa tidak
akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yangdapat terbang dan
keluar dari air.d. DewasaSetelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan
nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah
merupakansumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan
telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari.

D. Bionomik Nyamuk Culex sp


Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda dengan
nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya menghisap sari bunga.
Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan menggigit, tempat beristirahat dan
berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang lain.
1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di air bersih
dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.

2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari.
Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas, kambing, kerbau dan sapi.
Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit manusia di dalam dan di luar rumah
nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di
dalam rumah (47,14%), namun ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia
di dalam rumah lebih tinggi (0,64643) dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah
(0,60135).
3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan beristirahat
selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai kesukaan beristirahat yang
berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat dalam rumah. Nyamuk ini sering berada
dalam rumah sehingga di kenal dengan nyamuk rumahan.

4. Aktifitas menghisap darah


Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam hari
(nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari terbenam sampai
sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00.

E. Sistem Peredaran Darah


Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat dalam
peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea berupa saluran-
saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh. Darah serangga
mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa metabolisme.

F. Sistem Pernafasan
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda
lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat
kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya
spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan
tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-
pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang
disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas.
Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi
yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
G. Sistem Pencernaan
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan yang
sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai anus. Pencernaan
pada serangga dilakukan secara ekstrasel

H. Habitat
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi
penularan arbovirus. Larva dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran
organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di
malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.

I. Faktor Lingkungan Fisik

1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi akan
meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat tetapi apabila
suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk pertumbuhan
nyamuk berkisar antara 200C 300C. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus dalam
tubuh nyamuk.

2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang
dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang besar maka daya penguapannya
juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-
lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada
mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan penguapan air dalam
tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah
penguapan, kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang
biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan lain-lain.

3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas.
Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan kepancaran
berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada suatu permukaan.
Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan unit lux (lx)atau lumen
per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas cahaya terhadap suhu dan
kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang
dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Begitu
juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke
suatu permukaan maka kelembaban di suatu lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.

G. Patologi dan Gejala Klinis


Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang
penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Gejala klisnis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan cacing dewasa baik yang
hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing
dewasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul
dengan okstruktif menahun 10 sampai 15 tahun kemudiam. Perjalanan filariasis dapat dibagi
beberapa stadium: stadium mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium
menahun. Ketiga stadium tumpang tindih, tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis
filariasis bankrofti yang terdapat di suatu daerah mungkin berbeda dengan dengan yang
terdapat di daerah lain (Parasitologi Kedokteran, 2008).
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan limfosintigrafi
menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat menyumbat saluran limfe
dan terjadi dilatasi pada saluran limfe, disebut lymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa
banyak dan lymphangietaksia terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik.
Cacing yang mati menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif,
lumen tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus berlanjut
pada individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup menyebabkan
limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi otot polos di sekitar
daerah yang terkena (Pathology Basic of Disease, 2005).
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa
limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise. Gejala peradangan
tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu atau
dua minggu lamanya. Peradangan pada system limfatik alat kelamin laki-laki seperti
funikulitis, epididimitis dan orkitis sering dijumpai. Saluran sperma meradang, membengkak
menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang
meradang tersebut menyerupai hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang
paling sering dijumpai adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan
elephantiasis yang mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva.
Kadang-kadanag terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi karena
dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk yang
tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan yang berat walaupun mereka
mengandung mikrofilaria (Parasitologi Kedokteran, 2008).

J. Pengobatan
Biasanya kalau banyak ditemukan penderita yang didalam darahnya ditemukan
microfilaria akan dilakukan pengobatan missal dengan DEC ( Di Ethyl Carbamazine ).
Pengobatan massal sering menimbulkan masalah, bila beberapa orang tidak tahan dengan
pengobatan Single Dose yang diberikan hingga terjadi efek samping yang tidak kita inginkan.

K. Pencegahan
Pencegahan nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pencegahan secara mekanik


Cara ini dapat di lakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau tempat-tempat sejenis
yang dapat menampung air hujan danmembersihkan lingkungan yang berpotensial di jadikan
sebagai sarang nyamuk Culex sp misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis
lain yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk
baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.

2. Pencegahan secara biologi


Intervensi yang di dasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit, pesaing
untuk menurunkan jumlah Culex sp. Ikan pemangsa larva misalnya ikan kepala timah,
gambusia ikan mujaer dan nila di bak dan tempat yang tidak bisa ditembus sinar matahari
misalnya tumbuhan bakau sehingga larva itu dapat di makan oleh ikan tersebut dan
merupakan dua organisme yang paling sering di gunakan. Keuntungan dari tindakan
pengendalian secara biologis mencakup tidak adanya kontaminasi kimiawi terhadap
lingkungan.
Selain dengan penggunaan organisme pemangsa dan pemakan larva nyamuk
pengendalian dapat di lakukan dengan pembersihan tanaman air dan rawa-rawa yang
merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan
genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk dan membersihkan semak-semak di sekitar
rumah dan dengan adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi jumlah
gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak di letakkan jauh dari rumah.

3. Pencegahan secara kimia.


Penggunaan insektisida secara tidak tepat untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
dengue harus dihindarkan. Selama periode sedikit atau tidak ada aktifitas virus dengue,
tindakan reduksi sumber larva secara rutin, pada lingkungan dapat dipadukan dengan
penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang, ditutup, diisi atau ditangani
dengan cara lain.

Anda mungkin juga menyukai