Anda di halaman 1dari 9

PEMUAIAN ZAT

Pemuaian zat terbagi menjadi 3 yaitu:

1) Pemuaian zat padat


2) Pemuaian zat cair
3) Pemuaian zat gas
Berikut ini adalah penjelasan tentang, pemuaian zat, padat, cair, gas:
A. PEMUAIAN ZAT PADAT.

Coba kamu amati bingkai kaca jendela di ruang kelasmu! Adakah bingkai jendela yang
melengkung? Tahukah kamu apa sebabnya? Bingkai jendela tersebut melengkung tidak
lain karena mengalami pemuaian. Pemuaian yang terjadi pada benda, sebenarnya terjadi
pada seluruh bagian benda tersebut. Namun demikian, untuk mempermudah pemahaman
maka pemuaian dibedakan tiga macam, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan
pemuaian volume.

1. Pemuaian Panjang

Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan siang hari?
Kabel jaringan akan tampak kencang pada pagi hari dan tampak kendor pada siang
hari. Kabel tersebut mengalami pemuaian panjang akibat terkena panas sinar
matahari. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian panjang berbagai jenis zat
padat adalah musschenbroek. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh
panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari jenis benda.

Alat Musschenbroek

Besarnya panjang logam setelah


dipanaskan adalah sebesar

Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1C pada


zat sepanjang 1 m disebut koefisien muai panjang (). Hubungan antara panjang
benda, suhu, dan koefisien muai panjang dinyatakan dengan persamaan

Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L0 = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
= Koefisien muai panjang (/C)
t = kenaikan suhu (C)

Beberapa Koefisien Muai Panjang Benda

2. Pemuaian Luas

Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut
akan mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng
akan mengalami pemuaian luas atau pemuaian bidang. Pertambahan luas zat padat
untuk setiap kenaikan 1C pada zat seluas 1 m^2 disebut koefisien muai luas ().
Hubungan antara luas benda, pertambahan luas suhu, dan koefisien muai luas
suatu zat adalah

Keterangan:
A = Luas akhir (m2)
0 = Pertambahan luas (m2)
A0 = Luas mula-mula (m2)
= Koefisien muai luas zat (/ C)
t = Kenaikan suhu (C)

Besarnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.

3. Pemuaian Volume

Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang P0, lebar L0, dan tinggi h0
dipanaskan hingga suhunya bertambah t, maka berdasarkan pada pemikiran muai
panjang dan luas diperoleh harga volume balok tersebut sebesar

dimana
Keterangan:
V = Volume akhir (m^3)
V0 = Volume mula-mula (m^3)
V = Pertambahan volume (m^3)
= Koefisien muai volume (/C)
t = Kenaikan suhu (C)

B. PEMUAIAN ZAT CAIR

Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya dikenal
muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair itu
maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masing-masing jenis zat
cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat cair sama tetapi setelah
dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian volume zat cair terkait dengan
pemuaian tekanan karena peningkatan suhu. Titik pertemuan antara wujud cair, padat
dan gas disebut titik tripel.

Anomali Air

Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumenya


tidak bertambah, akan tetapi justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan
anomali air. Oleh karena itu, pada suhu 4C air mempunyai volume terendah.
Hubungan volume dengan suhu pada air dapat digambarkan pada grafik berikut.

Pada suhu 4C, air menempati posisi terkecil


sehingga pada suhu itu air memiliki massa jenis terbesar. Jadi air bila suhunya
dinaikkan dari 0C 4C akan menyusut, dan bila suhunya dinaikkan dari 4C ke
atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda bila suhunya bertambah pasti
mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu disebut anomali air. Hal
yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu yang berbeda.
C. PEMUAIAN ZAT GAS

Mungkin kamu pernah menyaksikan mobil atau motor yang sedang melaju di jalan
tiba-tiba bannya meletus?. Ban mobil tersebut meletus karena terjadi pemuaian udara
atau gas di dalam ban. Pemuaian tersebut terjadi karena adanya kenaikan suhu udara
di ban mobil akibat gesekan roda dengan aspal.

Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai

adalah koefisien muai volume. Nilai sama untuk


semua gas, yaitu 1/273 C^-1

Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu:


a. pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal),
b. pemuaian gas pada tekanan tetap (isobar), dan
c. pemuaian gas pada volume tetap (isokhorik).

1. Pemuaian Gas pada Suhu Tetap (Isotermal)

Pernahkah kalian memompa ban dengan pompa manual. Apa yang kalian
rasakan ketika baru pertama kali menekan pompa tersebut? Apa yang kalian
rasakan ketika kalian menekannya lebih jauh? Awalnya mungkin terasa ringan.
Namun, lama kelamaan menjadi berat. Hal ini karena ketika kita menekan pompa,
itu berarti volume gas tersebut mengecil. Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku
hukum Boyle, yaitu gas di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka
hasil kali tekanan dan volume gas adalah tetap. Dirumuskan sebagai:

Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)

2. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)


Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di dalam
ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding dengan
suhu mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai:

Keterangan:
V = volume (L)
T = suhu (K)

3. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik)


Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika
volume gas di dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding
dengan suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay Lussac dirumuskan sebagai
Dengan menggabungkan hukum boyle dan hukum Gay Lussac
diperoleh persamaan

Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)
PERPINDAHAN KALOR

Perpindahan kalor terbagi menjadi 3 yaitu:


1) Perpindahan Kalor: Konduksi
2) Perpindahan Kalor: Konveksi
3) Perpindahan Kalor: Radiasi
Berikut ini adalah penjelasan tentang perpindahan kalor, Konduksi, Konveksi,
Radiasi:

A. PERPINDAHAN KALOR: KONDUKSI

Siapkan sebuah lilin dan sepotong kawat tipis. Pegang salah satu ujung kawat lalu
sentuhkan ujung kawat lain ke nyala lilin. Tunggu selama beberapa saat hingga tanganmu
kepanasan. Mengapa tanganmu terasa panas ? Ketika salah satu ujung kawat
bersentuhan dengan nyala lilin, kalor berpindah dari nyala lilin (suhu tinggi) menuju ujung
kawat tersebut (suhu rendah). Adanya perpindahan kalor menyebabkan suhu ujung kawat
yang bersentuhan dengan api meningkat. Perbedaan suhu antara ujung kawat yang
bersentuhan dengan nyala lilin dengan ujung kawat lainnya menyebabkan kalor
berpindah dari ujung kawat yang bersentuhan dengan api menuju ujung kawat yang
disentuh tangan. Adanya perpindahan kalor menyebabkan suhu ujung kawat yang
disentuh meningkat. Kalor selanjutnya berpindah menuju tangan yang lebih dingin.
Akibatnya tangan anda terasa panas.

Ketika salah satu bagian benda yang mempunyai suhu tinggi bersentuhan dengan
benda bersuhu rendah, kalor berpindah dari benda bersuhu tinggi menuju bagian benda
bersuhu rendah. Adanya tambahan energi menyebabkan atom dan molekul penyusun
benda bergerak semakin cepat. Ketika bergerak, molekul tersebut memiliki energi kinetik
(EK = mv2). Molekul-molekul yang bergerak lebih cepat (energi kinetiknya lebih besar)
menumbuk molekul yang berada di sebelahnya. Molekul tadi menumbuk lagi molekul lain
yang berada di sebelah. Demikian seterusnya. Jadi molekul-molekul saling bertumbukan,
sambil memindahkan energi. Perpindahan kalor yang terjadi melalui tumbukan antara
molekul pernyusun benda dinamakan perpindahan kalor secara konduksi.

Rumus perpindahan kalor secara konduksi

Benda yang terletak di sebelah kiri memiliki suhu yang lebih tinggi (T 1) sedangkan
benda yang terletak di sebelah kanan memiliki suhu yang lebih rendah (T 2). Karena
adanya perbedaan suhu (T1 T2), kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju
benda yang bersuhu rendah (arah aliran kalor ke kanan). Benda yang dilewati kalor
memiliki luas penampang (A) dan panjang (l).
Berdasarkan hasil percobaan, kalor yang berpindah selama selang waktu tertentu (Q/t)
berbanding lurus dengan perbedaan suhu (T1 T2), luas penampang (A), sifat suatu benda
(k = konduktivitas termal) dan berbanding terbalik dengan panjang benda. Rumus laju
perpindahan kalor secara konduksi :

Penerapan perpindahan kalor secara konduksi

Mengapa ubin terasa lebih sejuk daripada karpet ? Ubin memiliki konduktivitas
termal yang lebih besar daripada karpet. Karenanya ubin merupakan penghantar kalor
yang bagus, sedangkan karpet merupakan penghantar kalor yang buruk. Ketika kita
menginjak karpet, kalor mengalir dari kaki menuju karpet. Hal ini terjadi karena suhu
tubuh kita lebih tinggi dari suhu karpet. Karpet merupakan penghantar kalor yang buruk
karenanya kalor yang mengalir dari kaki kita menumpuk di permukaan karpet sehingga
karpet menjadi lebih hangat. Ketika kita menginjak ubin atau keramik, kalor mengalir dari
kaki menuju ubin atau keramik. Karena ubin merupakan penghantar kalor yang baik maka
kalor tidak tertahan di permukaan ubin. Kalor mengalir dengan lancar sehingga kaki kita
terasa dingin. Jika rumahmu berada di daerah dingin, sebaiknya alasi lantai kamarmu
dengan karpet agar tubuhmu tidak kehilangan kalor. Sebaliknya, jika rumahmu berada di
daerah panas, sebaiknya jangan alasi lantai kamarmu dengan karpet karena bukan
kesejukan yang dirimu rasakan tapi kegerahan.

jbanyaknya kalor yang berpindah dari tubuh menuju lantai. Kalor adalah energi yang
berpindah. Ketika tubuhmu kehilangan banyak kalor, maka energi di dalam tubuhmu
berkurang. Jika kekurangan energi maka anda bisa sakit!

Apa fungsi jendela dan pintu ? Mengapa pintu dan jendela sebaiknya terbuat dari
kayu ? Pada malam hari, suhu udara di luar rumah lebih rendah daripada suhu udara di
dalam rumah. Adanya perbedaan suhu udara ini menyebabkan kalor berpindah dari dalam
rumah ke luar rumah. Karenanya, biasanya pada malam hari kita menutup pintu atau
jendela. Selain bertujuan menghalau penjahat, salah satu fungsi jendela atau pintu adalah
menahan kalor agar tidak keluar dari dalam rumah. Biasanya pintu atau jendela terbuat
dari kayu. Konduktivitas termal kayu cukup kecil sehingga bisa berperan sebagai isolator
termal. Fungsi lain dari jendela atau pintu adalah menahan udara. Udara yang
terperangkap pada sisi dalam jendela atau pintu berfungsi sebagai isolator yang baik
(penghambat kalor yang hendak kabur). Konduktivitas termal udara sangat kecil. Semakin
kecil konduktivitas termal suatu benda, semakin sulit kalor berpindah secara konduksi
melalui benda tersebut.

B. PERPINDAHAN KALOR: KONVEKSI

Perpindahan Kalor Secara Konveksi


Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan disertainya perpindahan partikel.
Konveksi ini terjadi umumnya pada zat fluid (zat yang mengalir) seperti air dan udara.
Konveksi dapat terjadi secara alami ataupun dipaksa.

Konveksi alamiah misalnya saat memasak air terjadi gelembung udara hingga mendidih
dan menguap. Sedangkan konveksi terpaksa contohnya hair dryer yang memaksa udara
panas keluar yang diproses melalui alat tersebut.
Bagaimanakah proses terjadinya konveksi saat memasak air? Air merupakan zat cair yang
terdiri dari partikel-partikel penyusun air. Saat memasak air dalam panci, api memberikan
energi kepada panci dalam hal ini termasuk proses konduksi.

Kemudian panas yang diperoleh panci kemudian dialirkan pada air. partikel air paling
bawah yang pertama kali terkena panas kemudian lama kelamaan akan memiliki massa
jenis yang lebih kecil karena sebagian berubah menjadi uap air.

Sehingga saat massa jenisnya lebih kecil partikel tersebut akan berpindah posisi naik ke
permukaan. Air yang masih diatas permukaan kemudian turun ke bawah menggantikan
posisi partikel yang tadi. begitulah seterusnya hingga mendidih dan menguap terus
menerus.
Besarnya energi konveksi atau bisa disebut laju konveksi ditentukan oleh persamaan
berikut:

Keterangan:
Q = kalor(joule)
h = koefisienkonveksi
t = waktu(s)
A = luaspenampang(m^2)
T = Suhu (kelvin)

C. PERPINDAHAN KALOR: RADIASI


Perpindahan Kalor Secara Radiasi

Radiasi merupakan proses peripandahan kalor yang tidak memerlukan


medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang
Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Namun demikian dalam
kehidupan sehari-hari proses radiasi juga berlaku saat kita berada didekat api
unggun, seperti pada gambar.

Bagaimanakah proses radiasinya? matahari adalah sumber cahaya di bumi,


sinarnya masuk ke bumi melewati filter yang disebut atmosfer, sehingga cahaya
yang masuk ke bumi adalah cahaya yang tidak berbahaya. Cahaya yang masuk
ke bumi melalui lapisan atmosfer itu dikenal dengan gelombang elektromagnetik
yang terbagi ke dalam gelombang pendek dan gelombang panjang. Seperti
Radio, TV, Radar, Inframerah, Cahaya Tampak, Ultraviolet, Sinar X dan Sinar
Gamma.

Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan berdasarkan panjang


gelombang dan frekuensinya. Semakin besar panjang gelombang semakin kecil
frekuensinya. Energi radiasinya tergantung dari besarnya frekuensi dalam arti
semakin besar frekuensi semakin besar energi radiasinya. Sinar Gamma adalah
gelombang elektromagnetik dan sinar radioaktif dengan energi radiasi terbesar.

Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang
memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang
dikenainya juga makin besar. Hal ini adalah fakta sehari-hari. Saat kita menjemur
pakaian hitam dan putih dibawah sinar matahari berwarna dengan jenis dan
tebal yang sama, maka pakaian warna hitam akan lebih cepat kering
dibandingkan dengan pakaian berwarna putih.

Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap panas,


sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya dengan
sempurna. Sehingga emisivitas bahan (kemampuan menyerap panas) untuk
warna hitam e = 1 sedangkan warna putih e = 0. Untuk warna lainnya berkisar
antara 0 dan 1.

Besarnya energi radiasi benda hitam tergantung pula pada tingkat derajat
suhunya. Seperti yang terlihat dari rumus energi radiasi berikut:

Keterangan:
P = Energiradiasi setiap waktu(watt)
Q = Kalor(joule)
t = waktu(s)
e = emisivitas bahan
A = luas penampang(m^2)
T = suhu(kelvin)
o = konstanta stefan boltzmann (5,67 x 10^-8)

Anda mungkin juga menyukai