Anda di halaman 1dari 20

KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

A. Suhu dan Pemuaian


1. Termometer
Suhu merupakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. suhu termasuk
kedalam besaran skalar. Alat untuk mengukur suhu dinamakan termometer. Sifat
termometrik zat adalah sifat-sifat zat yang berubah jika dipanaskan, misalnya volume
zat cair, panjang logam, hambatan listrik seutas kawat platina, tekanan gas pada
volume tetap, dan warna pijar (filamen) lampu.
a. Beberapa Jenis Termometer
Termometer yang paling umum digunakan untuk mengukur suhu dalam
keseharian adalah termometer yang terbuat dari kaca dan diisi dengan zat cair. Yang
tergolong termometerzat cair adalah termometer klinis, termometer dinding, dan
termometer maksimum/minimum. Selain termometer zat cair, jenis-jenis termometer
lainnya adalah termometer bimetal, termometer hambatan, termokopel, termometer
gas, dan pirometer.
b. Kalibrasi Termometer
Kalibrasi termometer adalah kegiatan menetapkan skala sebuah termometer yang
belum memililki skala. Suhu termasuk besaran pokok dalam fisika. Oleh karena itu,
suhu mempunyai standar. Standar untuk suhu disebut titik tetap. Ada dua titik tetap
yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas.
Pada kenyataannya, suhu yang diketahui tetap adalah suhu pada waktu benda
mengalami perubahan wujud. Untuk pengukuran suhu yang tidak begitu tinggi
digunakan titik lebur es sebagai titik tetap bawah dan titik didih air sebagai titik tetap
atas. Menurut termometer yang banyak digunakan saat ini, titik tetap bawah adalah
titik lebur es murni dan ditandai dengan angka 0. Alasan menyebut es murni karena
ketidakmurnian es ( misalnya bercampur dengan air garam) akan menyebabkan titik
lebur es lebih rendah ( dibawah nol). Titik tetap atas adalah suhu uap diatas air yang
sedang mendidih pada tekanan 1 atm dan ditandai dengan angka 100. Alasan
menyebut tekanan dalam 1 atm adalah karena titik didih air sangat dipengaruhi oleh
tekanan udara diatas permukaan air. Skala yang ditetapkan berdasarkan titik lebur es
dan titik didih air disebut skala celcius.
c. Hubungan Panjang Kolom Raksa dan Bacaan Suhu
Panjang kolom raksa dalam pipa kaca menentukan bacaan suhu yang ditunjukkan
termometer. grafik pada gambar 1 menunjukkan bagaimana kolom raksa X berubah

terhadap bacaan suhu dalam skala celcius. Perhatikan, hubngan antara X dan suhu
adalah linier.

Jika X menyatakan panjang kolom raksa pada suhu sembarang yang tidak
diketahui, X0 dan X100 masing-masing menyatakan panjang kolom raksa pada titik

lebur es (00C) dan titik didih air (1000C), suhu sembarang dapat dirumuskan
Hubungan Suhu dan Panjang Kolom Raksa
X X0


100 X 100 X 0

d. Skala Kelvin
Skala Kelvin (simbol: K) adalah skala suhu di mana nol absolut didefinisikan
sebagai 0 K. Satuan untuk skala Kelvin adalah kelvin (lambang K), dan merupakan
salah satu dari tujuh unit dasar SI. Satuan kelvin didefinisikan oleh dua fakta: nol
kelvin adalah nol absolut (ketika gerakan molekuler berhenti, dalam termodinamika),
dan satu kelvin adalah pecahan 1/273,16 dari suhu termodinamik triple point air
(0,01 C). Skala suhu Celsius kini didefinisikan berdasarkan kelvin.

Para ilmuan lebih menyukai skala kelvin karena skala ini tidak dikalibrasi
berdasarkan titik lebur es dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan batasan
energi yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Olelh karena itu, para ilmuan menetapkan
satuan SI untuk suhu adalah kelvin. Skala Kelvin disebut juga skala termoodinamik
atau skala mutlak.
e. Skala Fahrenheit
Skala Fahreheit adalah salah satu skala suhu selain Celsius dan Kelvin. Nama
Fahrenheit diambil dari ilmuwan Jerman yang bernama Gabriel Fahrenheit (16861736). Skala ini dikemukakan pada tahun 1724. Dalam skala ini, titik beku air adalah
32 derajat Fahrenheit (ditulis 32 F) dan titik didih air adalah 212 derajat Fahrenheit.
Negatif 40 derajat Fahreheit sama dengan negatif 40 derajat Celsius. Skala Fahrenheit
banyak digunakan di Amerika Serikat.

2. Pemuaian
a. Pengertian pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan
suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi
pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas. Pemuaian
pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian
luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat
cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya
diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273.
b. Macam-macam pemuaian
b.1 Pemuaian Zat Padat
Pemuaian Panjang
Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan siang hari?
Kabel jaringan akan tampak kencang pada pagi hari dan tampak kendor pada siang
hari. Kabel tersebut mengalami pemuaian panjang akibat terkena panas sinar
matahari. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian panjang berbagai jenis zat
padat adalah musschenbroek. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh
panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari jenis benda.

Gambar 4. Alat Musschenbroek


Besarnya panjang logam setelah dipanaskan adalah sebesar

Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1C pada zat sepanjang 1 m disebut
koefisien muai panjang (). Hubungan antara panjang benda, suhu, dan koefisien
muai panjang dinyatakan dengan persamaan

Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L0 = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
= Koefisien muai panjang (/C)
t = kenaikan suhu (C)
-

Beberapa Koefisien Muai Panjang Benda

Pemuaian Luas
Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut akan

mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng akan
mengalami pemuaian luas atau pemuaian bidang. Pertambahan luas zat padat untuk
setiap kenaikan 1C pada zat seluas 1 m^2 disebut koefisien muai luas (). Hubungan
antara luas benda, pertambahan luas suhu, dan koefisien muai luas suatu zat adalah

Keterangan:
A = Luas akhir (m2)
0 = Pertambahan luas (m2)
A0 = Luas mula-mula (m2)
= Koefisien muai luas zat (/ C)

t = Kenaikan suhu (C)


Besarnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.

Pemuaian Volume
Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang P0, lebar L0, dan tinggi h0
dipanaskan hingga suhunya bertambah t, maka berdasarkan pada pemikiran muai
panjang dan luas diperoleh harga volume balok tersebut sebesar

Dimana,

Keterangan:
V = Volume akhir (m^3)
V0 = Volume mula-mula (m^3)
V = Pertambahan volume (m^3)
= Koefisien muai volume (/C)
t = Kenaikan suhu (C)
b.2 Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya
dikenal muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada
zat cair itu maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masingmasing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat cair
sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian volume
zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu. Titik pertemuan
antara wujud cair, padat dan gas disebut titik tripel.

Anomali Air
Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumenya tidak
bertambah, akan tetapi justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air.
Oleh karena itu, pada suhu 4C air mempunyai volume terendah. Hubungan volume
dengan suhu pada air dapat digambarkan pada grafik berikut.

Pada suhu 4C, air menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki
massa jenis terbesar. Jadi air bila suhunya dinaikkan dari 0C 4C akan menyusut,
dan bila suhunya dinaikkan dari 4C ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda
bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu
disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu yang
berbeda.
b.3 Pemuaian Gas
Mungkin kamu pernah menyaksikan mobil atau motor yang sedang melaju di
jalan tiba-tiba bannya meletus?. Ban mobil tersebut meletus karena terjadi pemuaian
udara atau gas di dalam ban. Pemuaian tersebut terjadi karena adanya kenaikan suhu
udara di ban mobil akibat gesekan roda dengan aspal.
Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai

adalah koefisien muai volume. Nilai sama untuk semua gas, yaitu 1/273 C^-1
Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu:

a. pemuaian gas pada suhu tetap (isotermal),


b. pemuaian gas pada tekanan tetap (isobar), dan
c. pemuaian gas pada volume tetap (isokhorik).
1. Pemuaian Gas pada Suhu Tetap (Isotermal)
Pernahkah kalian memompa ban dengan pompa manual. Apa yang kalian rasakan
ketika baru pertama kali menekan pompa tersebut? Apa yang kalian rasakan ketika
kalian menekannya lebih jauh? Awalnya mungkin terasa ringan. Namun, lama
kelamaan menjadi berat. Hal ini karena ketika kita menekan pompa, itu berarti volume
gas tersebut mengecil. Pemuaian gas pada suhu tetap berlaku hukum Boyle, yaitu gas
di dalam ruang tertutup yang suhunya dijaga tetap, maka hasil kali tekanan dan
volume gas adalah tetap. Dirumuskan sebagai:

Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)
2. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)
Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di dalam
ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai:

Keterangan:
V = volume (L)
T = suhu (K)
3. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik)
Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika
volume gas di dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay Lussac dirumuskan sebagai

Dengan menggabungkan hukum boyle dan hukum Gay Lussac diperoleh persamaan

Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)

B. KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD


1. Pengertian Kalor dan Perbedaannya dengan suhu
Secara alami, kalor dengan sendirinya berpindah dari benda yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor cenderung menyamakan suhu
benda yang saling bersentuhan. Pada abad ke-18, para fisikawan menduga bahwa aliran
kalor merupakan gerakan suatu fluida, suatu jenis fluida yang tidak kelihatan (fluida
adalah zat yang dapat mengalir. Fluida meliputi zat cair dan zat gas. Air (zat cair)
termasuk fluida karena dapat mengalir. Udara juga termasuk fluida karena dapat
mengalir). Fluida tersebut dinamakan caloric. Teori mengenai caloric tidak digunakan
lagi karena berdasarkan hasil percobaan, keberadaan caloric ini tidak bisa dibuktikan.
Pada abad ke-19, seorang fisikawan Inggris bernama James Prescott Joule (18181889) mempelajari cara memanaskan air dalam sebuah wadah menggunakan roda
pengaduk. Berdasarkan hasil percobaannya, Joule membuat perbandingan dengan air
yang dipanaskan menggunakan api. Ketika nyala api dan wadah yang berisi air
bersentuhan, kalor berpindah dari api (suhu tinggi) menuju air (suhu rendah). Setelah
membuat perbandingan antara meningkatnya suhu air karena bersentuhan dengan api dan
meningkatnya suhu air akibat adanya usaha yang dilakukan oleh pengaduk, Joule
menyimpulkan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari benda bersuhu
tinggi menuju benda bersuhu rendah. Kalor bukan energi (kalor bukan suatu jenis
energi tertentu, seperti energi kinetik, energi potensial, energi kimia dll). Kalor
adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Jadi ketika kalor mengalir dari
benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah, sebenarnya energi yang
berpindah dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah.
Perpindahan energi terhenti setelah benda-benda yang bersentuhan mencapai suhu yang
sama atau setimbang termal.
2. Persamaan Kalor
Ketika anda memanaskan air dalam teko dengan kompor atau gas atau kompor sumbu
biasa, makin besar nyala api makin besar kalor yang diberikan api pada air dalam teko.
Tentu saja akan dihasilkan kenaikkan suhu air lebih besar dalam selang waktu yang
sama. Jadi ada hubungan antara kalor yang diberikan, Q, dengan kenaikkan suhu, T.
Besarnya kalor yang diserap atau dilepas oleh suatu benda berbanding lurus
dengan:
Massa benda (m)
Kalor jenis benda (c), dan

Perubahan suhu (T)


Jadi, besarnya kalor yang dilepaskan atau diserap dapat dituliskan menjadi :
Q = m.c.T
dengan:
m = massa benda (kg)
T = kenaikan suhu T2-T1()
c = kalor jenis benda (kal/gram atau joule/kg K)
Dalam system SI, satuan kalor adalah joule. Satu kalori adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 air murni yang massanya 1 gram.
Besaran dalam kalor
Kapasitas kalor (C)
Kapasitas kalor adalah perbandingan antara jumlah kalor yang diterima benda dengan
kenaikan suhu atau banyak panas yang diperlukan untuk menaikkansejumlah zat tertentu
sebesar satu derajat Celcius atau satu Kelvin.
C=Q/T
Dengan

T = kenaikan suhu (K)


Q = kalor (joule)
C = kapasitas panas ( joule/K
Kalor jenis (c)
Kalor jenis adalah perbandingan antara kapasitas panas dengan massa benda atau
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu derajat Celcius dari satu
kilogram zat tersebut.
c=C/m=Q/mT
Dengan :
C = kapasitas panas (joule/K)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis benda (joule/ kg K)

3. Asas Black

Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke
benda yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga pengukuran kalor selalu
berhubungan dengan perpindahan energi. Energi adalah kekal sehingga benda yang
memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan energi sebesar QL dan benda yang
memiliki temperatur lebih rendah akan menerima energi sebesar QT dengan besar yang
sama. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
QLepas = QTerima .. (715)
Persamaan (715) menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang
disebut sebagai Asas Black. Nama hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris
sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, yakni Joseph Black (17281799). Pengukuran
kalor sering dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Jika kalor jenis suatu zat
diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan temperatur zat tersebut. Kemudian, dengan menggunakan persamaan
Q = m c T
besarnya kalor dapat dihitung. Ketika menggunakan persamaan ini, perlu diingat bahwa
temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan temperatur turun berarti zat melepaskan
kalor. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Salah satu bentuk
kalorimeter, tampak pada Gambar 7.5. Kalorimeter ini terdiri atas sebuah bejana logam
dengan kalor jenisnya telah diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan di dalam bejana
lain yang agak lebih besar. Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat, misalnya
gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai pelindung agar pertukaran kalor
dengan lingkungan di sekitar kalorimeter dapat dikurangi. Kalorimeter juga dilengkapi
dengan batang pengaduk. Pada waktu zat dicampurkan di dalam kalorimeter, air di dalam
kalorimeter perlu diaduk agar diperoleh temperatur merata dari percampuran dua zat
yang suhunya berbeda. Batang pengaduk ini biasanya terbuat dan bahan yang sama
seperti bahan bejana kalorimeter. Zat yang diketahui kalor jenisnya dipanaskan sampai
temperatur tertentu. Kemudian, zat tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter yang
berisi air dengan temperatur dan massanya yang telah diketahui. Selanjutnya, kalorimeter
diaduk sampai suhunya tetap.

4. Kalorimeter
Kalorimeter, sebuah alat untuk mengukur jumlah kalor yang dilepaskan atau diserap
dalam proses fisik dan kimia. Kalorimeter ini terdiri dari bermacam-macam jenis.
Kalorimeter digunakan untuk menentukan kandungan kalor, kalor spesifik, kalor laten,
dan sifat termal zat lainnya. Pembacaan Kalorimeter biasanya diambil dengan satuan
kalori atau British thermal (Btu).

Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat
dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan
sekitar, termometer, dan pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya dapat
diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya
dipanaskan, kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis itu
dapat dihitung. Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal, bersamaan dengan
dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, air dalam bejana diaduk. Keseimbangan
termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah konstan. Pada saat
terjadi keseimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat dihitung berdasarkan asas
black.
Pengukuran kalor jenis dengan calorimeter didasarkan pada asas Black, yaitu kalor
yang diterima oleh calorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari
kalor jenisnya. Hal ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda suhunya
saling bersentuhan, maka akan menuju kesetimbangan termodinamika. Suhu akhir kedua
benda akan sama.
Kalorimeter tidak hanya digunakan untuk mengukur kalor jenis bahan logam,
melainkan dapat juga digunakan untuk keperluan lain yang berkaitan dengan kalor
(jumlah kalor). Beberapa kegunaan kalorimeter yang lain adalah untuk menunjukkan
asas Black, mengukur kesetaraan kalor listrik, mengukur kalor lebur es, mengukur kalor
uap, dan mengukur kalor jenis cairan.
5. Perubahan Wujud Zat
Perubahan wujud zat adalah perubahan termodinamika dari satu fase benda ke
keadaan wujud zat yang lain. Perubahan wujud zat ini bisa terjadi karena peristiwa
pelepasan dan penyerapan kalor.Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai
oleh atam/senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Semisal
air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas harus
mencapai titik didihnya.

Gambar diagram perubahan


Perhatikan saat kamu memasukkan sebuah es ke dalam segelas minuman
wujud zat
teh panas, Apa yang terjadi? Wujud es padat pasti akan mencair. Simak penjelasan berikut!

Selama proses terjadinya perubahan wujud suatu zat, ternyata suhu benda tetap.
Mengapa demikian? Saat terjadi perubahan wujud tersebut kalor yang diperlukan atau
dilepaskan tidak digunakan untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk mengubah
wujud suatu zat. Ingat bahwa wujud zat yang terdapat di alam dibedakan menjadi tiga,
yaitu : padat, cair dan gas.
Misal, pada saat kamu memasukkan air ke dalam freezer (ruang pembeku) dalam
lemari es untuk membuat es batu. Saat membeku, wujud zat terjadi perubahan yaitu dari
cair menjadi padat. Demikian sebaliknya saat es batu kamu taruh di bawah sinar terik
matahari, saat mencair wujud zat berubah dari padat menjadi cair.
Contoh lain yang dapat kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah saat
memasak air, kamu dapat mengamati bahwa saat mendidih akan terjadi perubahan wujud
zat dari cair menjadi gas. Terdapatbanyak zat cair untuk mengubah wujudnya dari cair
menjadi gas tanpa mendidihkan. Selama penguapan berlangsung, zat cair tersebut
berangsur-angsur berubah menjadi gas pada suhu di bawah titik didihnya. Misal, kamu
berenang kemudian keluar dari kolam renang ke udara hangat, maka air yang menempel
pada kulitmu akan segera menguap. Penguapan ini tentu membutuhkan energi kalor yang
diperoleh dari panas tubuhmu. Kamu tentu akan mengerti bagaimana pengeringan ini
mengakibatkan dinginnya tubuhmu.
Perubahan wujud zat dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain. Berikut
perubahan wujud yang terjadi pada zat, yaitu :
1) Mencair
Perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair. Saat zat mencair
memerlukan energi kalor. Contoh peristiwa mencair, antara lain: es dipanaskan, lilin
dipanaskan.
2) Membeku
Perubahan wujud zat cair menjadi padat disebut membeku. Pada saat zat membeku
melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa membeku, antara lain : air didinginkan di
bawah 00C, lilin cair didinginkan.
3) Menguap
Perubahan wujud zat cair menjadi gas disebut menguap. Pada saat tersebut zat
memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: minyak wangi, air dipanaskan sampai
mendidih.
4). Mengembun

Perubahan wujud zat gas menjadi cair disebut mengembun. Saat terjadi pengembunan
zat melepaskan energi kalor. Contoh, antara lain : gelas berisi es bagian luarnya basah,
titik air di pagi hari pada tumbuhan.
5) Menyublim
Perubahan wujud zat padat menjadi gas disebut menyublim. Saat penyubliman zat
memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: kapur barus (kamper), obat hisap.
6) Mengkristal atau menghablur
Perubahan wujud zat gas menjadi padat. Pada saat pengkristalan zat melepaskan
energi kalor. Contoh peristiwa pengkristalan, antara lain: salju, gas yang didinginkan.
Untuk lebih memahami pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat, perhatikan
grafik pemanasan es berikut ini!

Perhatikan grafik tersebut! Garis AB dan CD condong ke atas, apa yang


menyebabkan hal ini terjadi? Hal ini disebabkan karena saat itu energi kalor yang
diperlukan pada garis AB adalah untuk menaikkan suhu es mencapai 00C untuk
mengubah wujud es menjadi cair. Juga pada garis CD kalor yang diperlukan adalah
untuk mengubah wujud zat cair menjadi gas pada suhu 100 0C. Jika kamu perhatikan
garis BC dan DE mendatar, apa yang menyebabkannya? Pada saat proses garis BC es
yang berwujud padat mulai mencair berubah menjadi air, demikian pula garis DE terjadi
perubahan wujud zat cair menjadi gas. Apabila kamu perhatikan garis BC dan DE
mendatar, hal ini menunjukkan bahwa energi kalor yang diperlukan saat itu tidak
digunakan untuk menaikkan suhu zat, melainkan untuk mengubah wujud zat.
C. Perpindahan Kalor
Pernahkah kamu membantu ibumu memasak sayur? Tahukah kamu mengapa api
kompor dapat memanaskan air dalam panci sehingga sayuran yang ada di dalamnya
menjadi masak? Ketika kamu memasak sayuran, kalor dari api kompor berpindah ke
dalam panci. Kemudian, kalor tersebut berpindah ke dalam air sehingga air menjadi

panas dan sayuran yang ada di dalamnya menjadi masak. Peristiwa tersebut
membuktikan bahwa kalor dapat berpindah.
Letak Matahari dari planet kita ini sangat jauh, yaitu sekitar 152.100.000 km, tetapi
kalor dari Matahari dapat berpindah ke planet kita ini sehingga kita dapat merasakan
cuaca yang hangat. Andai saja kalor tidak dapat merambat, dapatkah kamu
membayangkan bagaimana keadaan planet kita ini?
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.
Bagaimana kalor dapat berpindah? Kalor dapat berpindah melalui tiga cara yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
A. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskandalam selang waktu tertenu,
ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam
tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke
bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti
perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Jadi konduksi
adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama terjadi perpindahan kalor, tidak
disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori atom. Atom atom
dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan kuat. Atom atom yang bergetar
akan memindahkan sebagian energinya kepada atom atom tetangga terdekat yang
ditumbuknya. Kemudian atom tetangga yang ditumbuk dan mendapatkan kalor ini akan
ikut bergetar dan menumbuk atom tetangga lainnya, demikian seterusnya sehingga
terjadi perpindahan kalor dalam zat padat.
Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antar dua
tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat
bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut menjadi sama, maka rambatan kalor
pun akan terhenti.
Berdasarkan kemampuan suatu zat menghantarkan kalor secara konduksi, zat dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat
yang dapat menghantarkan kalor dengan baik, sedangkan isolator adalah kebalikannya,
yaitu zata yang sukar menghantarkan kalor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa
perpindahan kalor secara konduksi bergantung pada jenis logam, luas penampang
penghantar kalor, perbedaan suhu antar ujung-ujung logam, serta panjang penghantar
yang dilalui oleh kalor tersebut. Bersarnya perpindahan kalor secara konduksi tiap satu
satuan waktu dinyatakan dengan persamaan berikut.

Keterangan :
Q/t = laju perpindahan kalor,
k = konduktivitas termal,
A = luas penampang,
T1 = suhu tinggi,
T2 = suhu rendah,
l = panjang benda.

B. Perpindahan Kalor secara Konveksi


Konveksi adalah proses perpindahan kalor dengan disertainya perpindahan partikel.
Konveksi ini terjadi umumnya pada zat fluid (zat yang mengalir) seperti air dan udara.
Konveksi dapat terjadi secara alami ataupun dipaksa. Konveksi alamiah misalnya saat
memasak air terjadi gelembung udara hingga mendidih dan menguap. Sedangkan
konveksi terpaksa contohnya hair dryer yang memaksa udara panas keluar
Bagaimanakah proses terjadinya konveksi saat memasak air? Air merupakan zatcair
yang terdiri dari partikel-partikel penyusun air. Saat memasak air dalam panci, api
memberikan energi kepada panci dalam hal ini termasuk proses konduksi. Kemudian
panas yang diperoleh panci kemudian dialirkan pada air. partikel air paling bawah yang
pertama kali terkena panas kemudian lama kelamaan akan memiliki massa jenis yang
lebih kecil karena sebagian berubah menjadi uap air. Sehingga saat massa jenisnya lebih
kecil partikel tersebut akan berpindah posisi naik ke permukaan. Air yang masih diatas
permukaan kemudian turun ke bawah menggantikan posisi partikel yang tadi. begitulah
seterusnya hingga mendidih dan menguap seperti tampak pada gambar di bawah ini:

Besarnya energi konveksi atau bisa disebut laju konveksi ditentukan oleh persamaan
berikut:

Keterangan:
Q = kalor (joule)
h = koefisien konveksi
t = waktu (s)
A = luas penampang (m persegi)
T = Suhu (kelvin)
C. Perpindahan Kalor secara Radiasi
Radiasi merupakan proses peripandahan kalor yang tidak memerlukan
medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang
Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Namun demikian dalam
kehidupan sehari-hari proses radiasi juga berlaku saat kita berada didekat api
unggun, seperti gambar di bawah.

Bagaimanakah proses radiasinya? matahari adalah sumber cahaya di


bumi, sinarnya masuk ke bumi melewati filter yang disebut atmosfer,
sehingga cahaya yang masuk ke bumi adalah cahaya yang tidak berbahaya.
Cahaya yang masuk ke bumi melalui lapisan atmosfer itu dikenal dengan
gelombang elektromagnetik yang terbagi ke dalam gelombang pendek dan
gelombang panjang. Seperti Radio, TV, Radar, Inframerah, Cahaya Tampak,
Ultraviolet, Sinar X dan Sinar Gamma.

Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan berdasarkan


panjang gelombang dan frekuensinya. Semakin besar panjang gelombang
semakin kecil frekuensinya. Energi radiasinya tergantung dari besarnya
frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi semakin besar energi
radiasinya. Sinar Gamma adalah gelombang elektromagnetik dan sinar
radioaktif dengan energi radiasi terbesar.
Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang
memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang
dikenainya juga makin besar. Hal ini adalah fakta sehari-hari. Saat kita
menjemur pakaian hitam dan putih dibawah sinar matahari berwarna dengan
jenis dan tebal yang sama, maka pakaian warna hitam akan lebih cepat
kering dibandingkan dengan pakaian berwarna putih.
Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap panas,
sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya dengan
sempurna. Sehingga emisivitas bahan (kemampuan menyerap panas) untuk
warna hitam e = 1 sedangkan warna putih e = 0. Untuk warna lainnya
berkisar antara 0 dan 1. Besarnya energi radiasi benda hitam tergantung
pula pada tingkat derajat suhunya. Seperti yang terlihat dari rumus energi
radiasi berikut:

Keterangan:
P = Daya Radiasi/Energi Radiasi setiap Waktu (watt)
Q = Kalor (joule)
t = waktu (s)
e = emisivitas bahan
A = luas penampang (m persegi)
T = suhu (kelvin)
= konstanta stefan boltzmann (5,67 x 108)

Anda mungkin juga menyukai