terhadap bacaan suhu dalam skala celcius. Perhatikan, hubngan antara X dan suhu
adalah linier.
Jika X menyatakan panjang kolom raksa pada suhu sembarang yang tidak
diketahui, X0 dan X100 masing-masing menyatakan panjang kolom raksa pada titik
lebur es (00C) dan titik didih air (1000C), suhu sembarang dapat dirumuskan
Hubungan Suhu dan Panjang Kolom Raksa
X X0
100 X 100 X 0
d. Skala Kelvin
Skala Kelvin (simbol: K) adalah skala suhu di mana nol absolut didefinisikan
sebagai 0 K. Satuan untuk skala Kelvin adalah kelvin (lambang K), dan merupakan
salah satu dari tujuh unit dasar SI. Satuan kelvin didefinisikan oleh dua fakta: nol
kelvin adalah nol absolut (ketika gerakan molekuler berhenti, dalam termodinamika),
dan satu kelvin adalah pecahan 1/273,16 dari suhu termodinamik triple point air
(0,01 C). Skala suhu Celsius kini didefinisikan berdasarkan kelvin.
Para ilmuan lebih menyukai skala kelvin karena skala ini tidak dikalibrasi
berdasarkan titik lebur es dan titik didih air, tetapi dikalibrasi berdasarkan batasan
energi yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Olelh karena itu, para ilmuan menetapkan
satuan SI untuk suhu adalah kelvin. Skala Kelvin disebut juga skala termoodinamik
atau skala mutlak.
e. Skala Fahrenheit
Skala Fahreheit adalah salah satu skala suhu selain Celsius dan Kelvin. Nama
Fahrenheit diambil dari ilmuwan Jerman yang bernama Gabriel Fahrenheit (16861736). Skala ini dikemukakan pada tahun 1724. Dalam skala ini, titik beku air adalah
32 derajat Fahrenheit (ditulis 32 F) dan titik didih air adalah 212 derajat Fahrenheit.
Negatif 40 derajat Fahreheit sama dengan negatif 40 derajat Celsius. Skala Fahrenheit
banyak digunakan di Amerika Serikat.
2. Pemuaian
a. Pengertian pemuaian
Pemuaian adalah bertambahnya ukuran suatu benda karena pengaruh perubahan
suhu atau bertambahnya ukuran suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian terjadi
pada 3 zat yaitu pemuaian pada zat padat, pada zat cair, dan pada zat gas. Pemuaian
pada zat padat ada 3 jenis yaitu pemuaian panjang (untuk satu demensi), pemuaian
luas (dua dimensi) dan pemuaian volume (untuk tiga dimensi). Sedangkan pada zat
cair dan zat gas hanya terjadi pemuaian volume saja, khusus pada zat gas biasanya
diambil nilai koofisien muai volumenya sama dengan 1/273.
b. Macam-macam pemuaian
b.1 Pemuaian Zat Padat
Pemuaian Panjang
Pernahkah kamu mengamati kabel jaringan listrik pada pagi hari dan siang hari?
Kabel jaringan akan tampak kencang pada pagi hari dan tampak kendor pada siang
hari. Kabel tersebut mengalami pemuaian panjang akibat terkena panas sinar
matahari. Alat yang digunakan untuk menyelidiki pemuaian panjang berbagai jenis zat
padat adalah musschenbroek. Pemuaian panjang suatu benda dipengaruhi oleh
panjang mula-mula benda, besar kenaikan suhu, dan tergantung dari jenis benda.
Besarnya panjang zat padat untuk setiap kenaikan 1C pada zat sepanjang 1 m disebut
koefisien muai panjang (). Hubungan antara panjang benda, suhu, dan koefisien
muai panjang dinyatakan dengan persamaan
Keterangan:
L = Panjang akhir (m)
L0 = Panjang mula-mula (m)
L = Pertambahan panjang (m)
= Koefisien muai panjang (/C)
t = kenaikan suhu (C)
-
Pemuaian Luas
Jika yang dipanaskan adalah suatu lempeng atau plat tipis maka plat tersebut akan
mengalami pemuaian pada panjang dan lebarnya. Dengan demikian lempeng akan
mengalami pemuaian luas atau pemuaian bidang. Pertambahan luas zat padat untuk
setiap kenaikan 1C pada zat seluas 1 m^2 disebut koefisien muai luas (). Hubungan
antara luas benda, pertambahan luas suhu, dan koefisien muai luas suatu zat adalah
Keterangan:
A = Luas akhir (m2)
0 = Pertambahan luas (m2)
A0 = Luas mula-mula (m2)
= Koefisien muai luas zat (/ C)
Pemuaian Volume
Jika suatu balok mula-mula memiliki panjang P0, lebar L0, dan tinggi h0
dipanaskan hingga suhunya bertambah t, maka berdasarkan pada pemikiran muai
panjang dan luas diperoleh harga volume balok tersebut sebesar
Dimana,
Keterangan:
V = Volume akhir (m^3)
V0 = Volume mula-mula (m^3)
V = Pertambahan volume (m^3)
= Koefisien muai volume (/C)
t = Kenaikan suhu (C)
b.2 Pemuaian Zat Cair
Pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya
dikenal muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada
zat cair itu maka semakin besar muai volumenya. Pemuaian zat cair untuk masingmasing jenis zat cair berbeda-beda, akibatnya walaupun mula-mula volume zat cair
sama tetapi setelah dipanaskan volumenya menjadi berbeda-beda. Pemuaian volume
zat cair terkait dengan pemuaian tekanan karena peningkatan suhu. Titik pertemuan
antara wujud cair, padat dan gas disebut titik tripel.
Anomali Air
Khusus untuk air, pada kenaikan suhu dari 0 C sampai 4 C volumenya tidak
bertambah, akan tetapi justru menyusut. Pengecualian ini disebut dengan anomali air.
Oleh karena itu, pada suhu 4C air mempunyai volume terendah. Hubungan volume
dengan suhu pada air dapat digambarkan pada grafik berikut.
Pada suhu 4C, air menempati posisi terkecil sehingga pada suhu itu air memiliki
massa jenis terbesar. Jadi air bila suhunya dinaikkan dari 0C 4C akan menyusut,
dan bila suhunya dinaikkan dari 4C ke atas akan memuai. Biasanya pada setiap benda
bila suhunya bertambah pasti mengalami pemuaian. Peristiwa yang terjadi pada air itu
disebut anomali air. Hal yang sama juga terjadi pada bismuth dengan suhu yang
berbeda.
b.3 Pemuaian Gas
Mungkin kamu pernah menyaksikan mobil atau motor yang sedang melaju di
jalan tiba-tiba bannya meletus?. Ban mobil tersebut meletus karena terjadi pemuaian
udara atau gas di dalam ban. Pemuaian tersebut terjadi karena adanya kenaikan suhu
udara di ban mobil akibat gesekan roda dengan aspal.
Pemuaian pada gas adalah pemuaian volume yang dirumuskan sebagai
adalah koefisien muai volume. Nilai sama untuk semua gas, yaitu 1/273 C^-1
Pemuaian gas dibedakan tiga macam, yaitu:
Keterangan:
P = tekanan gas (atm)
V = volume gas (L)
2. Pemuaian Gas pada Tekanan Tetap (Isobar)
Pemuaian gas pada tekanan tetap berlaku hukum Gay Lussac, yaitu gas di dalam
ruang tertutup dengan tekanan dijaga tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlak gas. Dalam bentuk persamaan dapat dituliskan sebagai:
Keterangan:
V = volume (L)
T = suhu (K)
3. Pemuaian Gas Pada Volume Tetap (Isokhorik)
Pemuaian gas pada volume tetap berlaku hukum Boyle-Gay Lussac, yaitu jika
volume gas di dalam ruang tertutup dijaga tetap, maka tekanan gas sebanding dengan
suhu mutlaknya. Hukum Boyle-Gay Lussac dirumuskan sebagai
Dengan menggabungkan hukum boyle dan hukum Gay Lussac diperoleh persamaan
Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
T = suhu (K)
3. Asas Black
Kalor adalah energi yang dipindahkan dari benda yang memiliki temperatur tinggi ke
benda yang memiliki temperatur lebih rendah sehingga pengukuran kalor selalu
berhubungan dengan perpindahan energi. Energi adalah kekal sehingga benda yang
memiliki temperatur lebih tinggi akan melepaskan energi sebesar QL dan benda yang
memiliki temperatur lebih rendah akan menerima energi sebesar QT dengan besar yang
sama. Secara matematis, pernyataan tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
QLepas = QTerima .. (715)
Persamaan (715) menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor yang
disebut sebagai Asas Black. Nama hukum ini diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris
sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, yakni Joseph Black (17281799). Pengukuran
kalor sering dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Jika kalor jenis suatu zat
diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur
perubahan temperatur zat tersebut. Kemudian, dengan menggunakan persamaan
Q = m c T
besarnya kalor dapat dihitung. Ketika menggunakan persamaan ini, perlu diingat bahwa
temperatur naik berarti zat menerima kalor, dan temperatur turun berarti zat melepaskan
kalor. Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor. Salah satu bentuk
kalorimeter, tampak pada Gambar 7.5. Kalorimeter ini terdiri atas sebuah bejana logam
dengan kalor jenisnya telah diketahui. Bejana ini biasanya ditempatkan di dalam bejana
lain yang agak lebih besar. Kedua bejana dipisahkan oleh bahan penyekat, misalnya
gabus atau wol. Kegunaan bejana luar adalah sebagai pelindung agar pertukaran kalor
dengan lingkungan di sekitar kalorimeter dapat dikurangi. Kalorimeter juga dilengkapi
dengan batang pengaduk. Pada waktu zat dicampurkan di dalam kalorimeter, air di dalam
kalorimeter perlu diaduk agar diperoleh temperatur merata dari percampuran dua zat
yang suhunya berbeda. Batang pengaduk ini biasanya terbuat dan bahan yang sama
seperti bahan bejana kalorimeter. Zat yang diketahui kalor jenisnya dipanaskan sampai
temperatur tertentu. Kemudian, zat tersebut dimasukkan ke dalam kalorimeter yang
berisi air dengan temperatur dan massanya yang telah diketahui. Selanjutnya, kalorimeter
diaduk sampai suhunya tetap.
4. Kalorimeter
Kalorimeter, sebuah alat untuk mengukur jumlah kalor yang dilepaskan atau diserap
dalam proses fisik dan kimia. Kalorimeter ini terdiri dari bermacam-macam jenis.
Kalorimeter digunakan untuk menentukan kandungan kalor, kalor spesifik, kalor laten,
dan sifat termal zat lainnya. Pembacaan Kalorimeter biasanya diambil dengan satuan
kalori atau British thermal (Btu).
Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat
dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan
sekitar, termometer, dan pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya dapat
diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya
dipanaskan, kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis itu
dapat dihitung. Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal, bersamaan dengan
dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, air dalam bejana diaduk. Keseimbangan
termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah konstan. Pada saat
terjadi keseimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat dihitung berdasarkan asas
black.
Pengukuran kalor jenis dengan calorimeter didasarkan pada asas Black, yaitu kalor
yang diterima oleh calorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari
kalor jenisnya. Hal ini mengandung pengertian jika dua benda yang berbeda suhunya
saling bersentuhan, maka akan menuju kesetimbangan termodinamika. Suhu akhir kedua
benda akan sama.
Kalorimeter tidak hanya digunakan untuk mengukur kalor jenis bahan logam,
melainkan dapat juga digunakan untuk keperluan lain yang berkaitan dengan kalor
(jumlah kalor). Beberapa kegunaan kalorimeter yang lain adalah untuk menunjukkan
asas Black, mengukur kesetaraan kalor listrik, mengukur kalor lebur es, mengukur kalor
uap, dan mengukur kalor jenis cairan.
5. Perubahan Wujud Zat
Perubahan wujud zat adalah perubahan termodinamika dari satu fase benda ke
keadaan wujud zat yang lain. Perubahan wujud zat ini bisa terjadi karena peristiwa
pelepasan dan penyerapan kalor.Perubahan wujud zat terjadi ketika titik tertentu tercapai
oleh atam/senyawa zat tersebut yang biasanya dikuantitaskan dalam angka suhu. Semisal
air untuk menjadi padat harus mencapai titik bekunya dan air menjadi gas harus
mencapai titik didihnya.
Selama proses terjadinya perubahan wujud suatu zat, ternyata suhu benda tetap.
Mengapa demikian? Saat terjadi perubahan wujud tersebut kalor yang diperlukan atau
dilepaskan tidak digunakan untuk menaikkan suhu, tetapi digunakan untuk mengubah
wujud suatu zat. Ingat bahwa wujud zat yang terdapat di alam dibedakan menjadi tiga,
yaitu : padat, cair dan gas.
Misal, pada saat kamu memasukkan air ke dalam freezer (ruang pembeku) dalam
lemari es untuk membuat es batu. Saat membeku, wujud zat terjadi perubahan yaitu dari
cair menjadi padat. Demikian sebaliknya saat es batu kamu taruh di bawah sinar terik
matahari, saat mencair wujud zat berubah dari padat menjadi cair.
Contoh lain yang dapat kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah saat
memasak air, kamu dapat mengamati bahwa saat mendidih akan terjadi perubahan wujud
zat dari cair menjadi gas. Terdapatbanyak zat cair untuk mengubah wujudnya dari cair
menjadi gas tanpa mendidihkan. Selama penguapan berlangsung, zat cair tersebut
berangsur-angsur berubah menjadi gas pada suhu di bawah titik didihnya. Misal, kamu
berenang kemudian keluar dari kolam renang ke udara hangat, maka air yang menempel
pada kulitmu akan segera menguap. Penguapan ini tentu membutuhkan energi kalor yang
diperoleh dari panas tubuhmu. Kamu tentu akan mengerti bagaimana pengeringan ini
mengakibatkan dinginnya tubuhmu.
Perubahan wujud zat dapat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain. Berikut
perubahan wujud yang terjadi pada zat, yaitu :
1) Mencair
Perubahan wujud zat padat menjadi cair disebut mencair. Saat zat mencair
memerlukan energi kalor. Contoh peristiwa mencair, antara lain: es dipanaskan, lilin
dipanaskan.
2) Membeku
Perubahan wujud zat cair menjadi padat disebut membeku. Pada saat zat membeku
melepaskan energi kalor. Contoh peristiwa membeku, antara lain : air didinginkan di
bawah 00C, lilin cair didinginkan.
3) Menguap
Perubahan wujud zat cair menjadi gas disebut menguap. Pada saat tersebut zat
memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: minyak wangi, air dipanaskan sampai
mendidih.
4). Mengembun
Perubahan wujud zat gas menjadi cair disebut mengembun. Saat terjadi pengembunan
zat melepaskan energi kalor. Contoh, antara lain : gelas berisi es bagian luarnya basah,
titik air di pagi hari pada tumbuhan.
5) Menyublim
Perubahan wujud zat padat menjadi gas disebut menyublim. Saat penyubliman zat
memerlukan energi kalor. Contoh, antara lain: kapur barus (kamper), obat hisap.
6) Mengkristal atau menghablur
Perubahan wujud zat gas menjadi padat. Pada saat pengkristalan zat melepaskan
energi kalor. Contoh peristiwa pengkristalan, antara lain: salju, gas yang didinginkan.
Untuk lebih memahami pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat, perhatikan
grafik pemanasan es berikut ini!
panas dan sayuran yang ada di dalamnya menjadi masak. Peristiwa tersebut
membuktikan bahwa kalor dapat berpindah.
Letak Matahari dari planet kita ini sangat jauh, yaitu sekitar 152.100.000 km, tetapi
kalor dari Matahari dapat berpindah ke planet kita ini sehingga kita dapat merasakan
cuaca yang hangat. Andai saja kalor tidak dapat merambat, dapatkah kamu
membayangkan bagaimana keadaan planet kita ini?
Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.
Bagaimana kalor dapat berpindah? Kalor dapat berpindah melalui tiga cara yaitu
konduksi, konveksi, dan radiasi.
A. Perpindahan Kalor secara Konduksi
Jika sebuah logam yang salah satu ujungnya dipanaskandalam selang waktu tertenu,
ujung lainnya pun akan terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada batang logam
tersebut terjadi aliran atau perpindahan kalor dari bagian logam yang bersuhu tinggi ke
bagian logam yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor pada logam yang tidak diikuti
perpindahan massa ini disebut dengan perpindahan kalor secara konduksi. Jadi konduksi
adalah perpindahan kalor melalui zat perantara dn selama terjadi perpindahan kalor, tidak
disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat perantaranya.
Perpindahan kalor di dalam zat padat dapat dijelaskan dengan teori atom. Atom atom
dalam zat padat yang dipanaskan akan bergetar dengan kuat. Atom atom yang bergetar
akan memindahkan sebagian energinya kepada atom atom tetangga terdekat yang
ditumbuknya. Kemudian atom tetangga yang ditumbuk dan mendapatkan kalor ini akan
ikut bergetar dan menumbuk atom tetangga lainnya, demikian seterusnya sehingga
terjadi perpindahan kalor dalam zat padat.
Syarat terjadinya konduksi kalor suatu benda adalah adanya perbedaan suhu antar dua
tempat pada benda tersebut. Kalor akan berpindah dari tempat bersuhu tinggi ke tempat
bersuhu rendah. Jika suhu kedua tempat tersebut menjadi sama, maka rambatan kalor
pun akan terhenti.
Berdasarkan kemampuan suatu zat menghantarkan kalor secara konduksi, zat dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu konduktor dan isolator. Konduktor adalah zat
yang dapat menghantarkan kalor dengan baik, sedangkan isolator adalah kebalikannya,
yaitu zata yang sukar menghantarkan kalor. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa
perpindahan kalor secara konduksi bergantung pada jenis logam, luas penampang
penghantar kalor, perbedaan suhu antar ujung-ujung logam, serta panjang penghantar
yang dilalui oleh kalor tersebut. Bersarnya perpindahan kalor secara konduksi tiap satu
satuan waktu dinyatakan dengan persamaan berikut.
Keterangan :
Q/t = laju perpindahan kalor,
k = konduktivitas termal,
A = luas penampang,
T1 = suhu tinggi,
T2 = suhu rendah,
l = panjang benda.
Besarnya energi konveksi atau bisa disebut laju konveksi ditentukan oleh persamaan
berikut:
Keterangan:
Q = kalor (joule)
h = koefisien konveksi
t = waktu (s)
A = luas penampang (m persegi)
T = Suhu (kelvin)
C. Perpindahan Kalor secara Radiasi
Radiasi merupakan proses peripandahan kalor yang tidak memerlukan
medium (perantara). Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang
Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Namun demikian dalam
kehidupan sehari-hari proses radiasi juga berlaku saat kita berada didekat api
unggun, seperti gambar di bawah.
Keterangan:
P = Daya Radiasi/Energi Radiasi setiap Waktu (watt)
Q = Kalor (joule)
t = waktu (s)
e = emisivitas bahan
A = luas penampang (m persegi)
T = suhu (kelvin)
= konstanta stefan boltzmann (5,67 x 108)