Anda di halaman 1dari 4

HIDAYAH DARI ALLAH SWT MELALUI JASAD FIRAUN

(Disamping adalah jasad Firaun Yang ditemukan di Laut


Merah 1898) Informasi yang tertuang di dalam AlQuran, mengenai Firaun yang hidup pada
masa nabi Musa AS (setelah ia tenggelam di laut), dan keberadaan jasadnya yang masih
utuh hingga hari ini, merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT terhadap alam semesta
ini.
Pada 1975, di Cairo (Mesir) berhasil dilakukan pengambilan salah satu sampel organ tubuh
berkat bantuan dari Prof. Michel Durigon. Pemeriksaan yang sangat teliti dengan
microscop, menunjukkan kondisi utuh yang sangat sempurna dari objek penelitian itu.
Juga menunjukkan, bahwa keutuhan yang sangat sempurna seperti ini tidak mungkin terjadi
andaikan jasad tersebut berada (tenggelam) di dalam laut selama beberapa waktu, bahkan
sekali pun ia berada untuk waktu yang sekian lama di luar air, sebelum dilakukan langkah
pengawetan pertama.Di pertengahan tahun 1975, sebuah tawaran dari
pemerintah Prancis datang kepada pemerintah Mesir. Negara Eropa tersebut menawarkan
bantuan untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi Firaun. Tawaran tersebut
disambut baik oleh Mesir, mumi Firaun kemudian dibawa ke Prancis.
Bahkan, pihak Prancis membuat pesta penyambutan kedatangan mumi Firaun yang dzalim
itu, dengan pesta yang sangat meriah. Mumi pun dibawa ke ruang khusus di Pusat
Purbakala Prancis, dilakukanlah penelitian sekaligus mengungkap rahasia yang ada di
baliknya oleh para ilmuwan terkemuka dan para pakar dokter bedah dan otopsi di Prancis.
Pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi ini adalah
Prof. Dr. Maurice Bucaille. Bucaille adalah ahli bedah kenamaan Prancis, dan pernah
mengepalai klinik bedah di Universitas Paris. Ia dilahirkan di Pont-LEveque, Prancis, pada
19 Juli 1920.
Bucaille memulai kariernya di bidang kedokteran pada 1945 sebagai ahli gastroenterology.
Dan, pada 1973, ia ditunjuk menjadi dokter keluarga oleh Raja Faisal dari Arab Saudi. Tidak
hanya anggota keluarga Raja Faisal, anggota keluarga Presiden Mesir kala itu, Anwar
Sadat, juga termasuk dalam daftar pasien yang pernah menggunakan jasanya.
Ketertarikan Bucaille terhadap Islam mulai muncul, ketika secara intens dia mendalami
kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama. Karenanya, sebuah
kesempatan bagi Bucaille untuk meneliti, mempelajari, dan menganalisis mumi
Firaun.Hasil akhir yang diperolehnya sangat mengejutkan. Sisa-sisa garam yang melekat
pada tubuh mumi adalah bukti terbesar, bahwa dia mati karena tenggelam. Jasadnya
dikeluarkan dari laut, dan kemudian di balsem untuk segera dijadikan mumi agar
awet.Penemuannya itu masih mengganjal dalam pikiran sang professor. Bagaimana jasad
tersebut bisa lebih baik dari jasad-jasad mumi yang lain, padahal dia dikeluarkan dari laut?
Kami sudah melakukan lebih dari itu dan menitikkan perhatian pada pencarian
kemungkinan penyebab kematian Firaun, dimana dilakukan penelitian medis legal terhadap
mumi tersebut berkat bantuan Ceccaldi, direktur laboratorium satelit udara di Paris dan
Prof. Durigon.
Dalam pengecekan itu, tim medis berupaya mengetahui sebab di balik kematian ekspress
akibat adanya memar di bagian kepala tengkorak. Jelas pada setiap penelitian ini sangat
sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat di dalam kitab-kitab suci, yang menyiratkan bahwa
Firaun sudah mati saat ombak menelannya.
Prof. Bucaille lantas menyiapkan laporan akhir tentang sesuatu yang diyakininya sebagai
penemuan baru, yaitu tentang penyelamatan mayat Firaun dari laut dan pengawetannya.
Terkait dengan laporan akhir yang disusunnya, salah seorang rekannya membisikkan
sesuatu dan berkata : Jangan tergesa-gesa, karena sesungguhnya kaum Muslimin telah
berbicara tentang tenggelamnya mumi ini.Awalnya Bucaille tidak menghiraukan kabar ini,
sekaligus menganggapnya mustahil. Menurutnya, pengungkapan rahasia seperti ini tidak
mungkin diketahui, kecuali dengan perkembangan ilmu modern, melalui peralatan canggih
yang mutakhir dan akurat.Hingga laporan akhirnya ini diterbitkannya dengan judul Les
momies des Pharaons et la midecine (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern).
Berkat bukunya inilah, dia menerima penghargaan Le prix Diane-PotierBoes
(penghargaan dalam sejarah) dari Academie Frantaise dan Prix General (Penghargaan
umum) dari Academie Nationale de Medicine, Prancis.
Salah seorang di antara mereka berkata, bahwa Al
Quran yang diyakini umat Islam, telah meriwayatkan kisah tenggelamnya Firaun yang
kemudian diselamatkannya mayatnya. Ungkapan itu semakin membingungkan Bucaille.
Lalu, dia mulai berpikir dan bertanya-tanya. Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi?
Bahkan, mumi tersebut baru ditemukan sekitar tahun 1898 M, sedangkan Al Quran telah
ada ribuan tahun sebelumnya. Sementara dalam kitab suci agama lain, hanya
membicarakan tenggelamnya Firaun di tengah lautan saat mengejar Musa, dan tidak
membicarakan tentang mayat Firaun. Bucaille pun semakin bingung dan terus memikirkan
hal itu.
Prof. Bucaille akhirnya meminta untuk di datangkan Kitab Taurat (Perjanjian Lama). Diapun
membaca Taurat yang menceritakan : Airpun kembali (seperti semula), menutupi kereta,
pasukan berkuda, dan seluruh tentara Firaun yang masuk ke dalam laut di belakang
mereka, tidak tertinggal satu pun di antara mereka.Prof. Bucaille melanjutkan, riwayat versi
Taurat yang terkait dengan kisah keberangkatan bangsa Yahudi bersama Musa AS dari
Mesir menguatkan analisa yang mengatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah
Firaun Mesir di masa nabi Musa AS.Penelitian medis terhadap mumi Mineptah
mengemukakan kepada kita, informasi penting lainnya mengenai apa kemungkinan
penyebab kematian Firaun ini. Kemudian dia membandingkan dengan Injil. Ternyata, Injil
tidak membicarakan tentang diselamatkannya jasad Firaun yang masih
tetap utuh.Oleh karenanya, ia pun semakin bingung. Setelah perbaikan terhadap mayat
Firaun dan pemumiannya, Prancis mengembalikan mumi tersebut ke Mesir. Prof. Bucaille
memutuskan untuk menemui sejumlah ilmuwan otopsi dari kaum Muslimin.
Dari sinilah kemudian terjadi perbincangan untuk pertama kalinya dengan peneliti dan
ilmuwan Muslim. Ia bertanya tentang kehidupan Musa, perbuatan yang dilakukan Firaun,
dan pengejarannya terhadap Musa, hingga dia tenggelam, dan bagaimana jasad Firaun
diselamatkan dari laut.
Maka, berdirilah salah satu di antara ilmuwan Muslim tersebut, seraya membuka mushaf Al
Quran dan membacakan firman Allah SWT yang artinya :
Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. (QS. Yunus
: 92)

Ayat ini pun lantas sangat menyentuh hati Bucaille. Ia mengatakan, bahwa ayat Al Quran
tersebut masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Hatinya bergetar, dan getaran itu
membuatnya berdiri di hadapan orang-orang yang hadir, seraya menyeru : Sungguh, aku
masuk Islam dan aku beriman dengan Al Quran ini.
Ia pun kembali ke Prancis dengan wajah baru, dan nama Islam yang Baru, Prof. Dr. Yahya
Maurice Bucaille. Sejak memeluk Islam, ia menghabiskan waktunya untuk meneliti tingkat
kesesuaian hakikat ilmiah dan penemuan-penemuan modern dengan Al Quran, serta
mencari satu pertentangan ilmiah yang dibicarakan Al Quran.
Namanya mulai terkenal ketika ia merangkum semua hasil penelitiannya tersebut yang
kemudian dibukukan dengan judul La Bible, le Coran et la Science (Bibel, Al Quran, dan
Ilmu Pengetahuan Modern). Buku yang dirilis tahun 1976 ini, menjadi best-seller
internasional dan diterjemahkan ke hampir semua bahasa.

(Di atas adalah Prof. Dr. Yahya Maurice Bucaille)


Sumber : http://siradel.blogspot.com/2011/02/misteri-utuhnya-jasad-firaun-yang.html

Anda mungkin juga menyukai