Anda di halaman 1dari 3

ABDUL LATIEF AL BAGHDADI

Ahli Anatomi
Para ilmuwan Barat menggambarkan sosok Abdul Latief sebagai seorang jenius yang
gemar melakukan penelitian dan akrab dengan pengkajian ilmiah. Abdul Latief Al
Baghdadi lahir pada tahun 1162 M di Baghdad, Irak dan mempunyai nama asli Abu
Mohammad Abdul Latief bin Yusuf bin Mohammad. Sejak kecil beliau telah tertarik pada
ilmu kedokteran sehingga sangat tekun mempelajari ilmu kedokteran sepanjang
hidupnya.
Beliau meneliti karya-karya ahli medis Yunani dan mengembangkannya melalui banyak
penelitian. Di samping itu beliau banyak mengembangkan studi tentang pertulangan
termasuk tulang rahang bawah. Teori Galen misalnya, mengenai tulang bawah dan
tulang yang menghubungkan tulang punggung dan tulang kaki berhasil beliau
sempurnakan selama berada di Mesir. Penelitiannya dalam bidang ini memunculkan
temuan-temuan yang mengejutkan.
Beliau merupakan sosok ahli kedokteran (ahli anatomi), sastrawan dan filsof yang
terkenal. Riwayat hidupnya dapat diketahui dari sebuah otobiografi yang dikarangnya
sendiri. Selama hidupnya, beliau telah menulis karya-karya terutama yang menceritakan
perjalanannya ke berbagai tempat. Dalam karya-karyanya, beliau menggambarkan
secara jelas apa yang terjadi pada daerah yang dilewatinya. Dalam ilmu kedokteran
namanya terkenal sebagai ahli anatomi terkemuka bahkan sebagai ahli anatomi pertama
yang memberi deskripsi lengkap dan akurat tentang tengkorak kepala manusia dan
tulang muka, termasuk tulang rahang bawah.
Buku-buku beliau banyak diterjemahkan dalam bahasa Latin dan disimpan di
perpustakaan Universitas Oxford, Inggris pada tahun 1800 M. Selain itu juga
diterjemahkan dalam bahasa Perancis pada tahun 1810 M, yang disertai dengan
tambahan-tambahan yang dianggap penting. Catatan-catatan penelitian Abdul Latief
saat itu sangat berpengaruh pada ilmu kedokteran Eropa. Tiga dokter Muslim terkemuka
yaitu : Ali Ibnu Abbas, Al Baghdadi dan Ibnu An Nafis juga tercatat sebagai perintis yang
meluruskan kesalahpahaman tentang keyakinan adanya satu syaraf dari telinga dan
wajah. Ketiganya menyatakan bahwa ada dua syaraf terpisah yang bertautan dengan
tengkorak di antara wajah dan telinga. Selain itu, sejarah kedokteran juga mencatat Ibnu
Sina sebagai dokter pertama yang menjelaskan bahwa pendengaran sebagai
penerimaan gelombang suara di genderang telinga.
Selama hidupnya Abdul Latief telah menghasilkan 173 buah buku yang mencakup bidang
kedokteran, sastra, filsafat, geografi, matematika, sains dan sejarah. Abdul Latief Al
Baghdadi sangat tekun mempelajari ilmu kedokteran sepanjang hidupnya. Beliau
meneliti karya-karya medis Yunani dan mengembangkannya melalui banyak penelitian.
Di samping itu beliau juga banyak mengembangkan studi tentang pertulangan termasuk
tulang rahang bawah.
Teori Galenus misalnya, mengenai tulang bawah dan tulang yang menghubungkan tulang
punggung dan tulang kaki berhasil beliau sempurnakan selama berada di Mesir.
Penelitiannya dalam bidang ini memunculkan temuan-temuan yang mengejutkan.
Selama terjadi bencana kelaparan di Mesir pada 1200 M, Abdul Latief berkesempatan
mengobservasi dan memeriksa sejumlah besar kerangka manusia yang meninggal akibat
kelaparan. Ini merupakan penemuan paling awal dalam bidang autopsi posmortem.

Melalui kegiatan tersebut, Abdul Latief Al Baghdadi menyimpulkan bahwa pendapat


Aelius Galenus atau Claudius Galenus atau yang biasa dipanggil Galen, dokter dan filsuf
Roma asal Yunani, soal pembentukan tulang rahang bawah dan tulang pinggul adalah
salah. Sejumlah manuskrip Arab yang ditulis Abdul Latief Al Baghdadi tersebut
ditemukan pada 1665 oleh seorang orientalis, Edward Pococke, dan disimpan di Boedlian
Library, perpustakaan riset utama Oxford University, Inggris.
Pococke kemudian menerbitkan manuskrip itu pada 1680-an. Putranya, Edward Pococke
the Younger, menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin. Thomas Hunt berupaya
menerbitkan terjemahan Pococke pada tahun 1746, namun gagal. Akhirnya, hasil
terjemahan Pococke itu berhasil diterbitkan oleh Joseph White dari Oxford pada 1800.
Lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis disertai sejumlah catatan oleh Silverstone
de Sacy pada 1810.
Buku karya Abdul Latief Al Baghdadi yang berjudul Mukhtarat fi Al Thibb merupakan
salah satu karya paling awal soal hidroterapi. Abdul Latief Al Baghdadi memperkenalkan
penggunaan lintah secara lebih modern, untuk membersihkan jaringan tubuh setelah
operasi bedah. Meski cukup efektif, beliau memahami bahwa penggunaan lintah itu
memiliki resiko. Oleh karena itu, sebelum lintah ditempelkan pada jaringan tubuh, lintah
harus dibersihkan dari kotoran serta debu. Abdul Latief Al Baghdadi juga menulis, setelah
lintah menyedot darah hingga keluar, garam harus ditaburkan pada bagian tubuh yang
disedot darahnya. Ini bertujuan mempercepat pembekuan darah dan sebagai mineral
yang mengandung obat.
Pada awal abad pertengahan, lintah juga digunakan untuk menghilangkan darah kotor
dari tubuh seorang pasien guna menyeimbangkan tubuh manusia. Tubuh harus tetap
seimbang supaya berfungsi dengan baik. Pada zaman pertengahan, setiap penyakit yang
menyebabkan kulit menjadi merah, misalnya demam dan radang, biasanya diakibatkan
terlalu banyak darah dalam tubuh. Orang yang mudah marah juga dianggap menderita
penyakit akibat kelebihan darah. Penggunaan lintah dalam dunia kedokteran pertama
kali dilakukan pada tahun 200 SM oleh seorang dokter Yunani yang bernama Colophon
Nicander. Hidroterapi atau penggunaan lintah untuk tujuan medis, kemudian
dipopulerkan oleh Ibnu Sina. Ini tercantum dalam The Canon of Medicine (1020-an M).
Ibnu Sina juga memperkenalkan penggunaan lintah sebagai pengobatan untuk penyakit
kulit. Terapi lintah juga menjadi metode yang sangat populer pada abad pertengahan di
Eropa.
Metode ini, misalnya, digunakan di Portugal dan Perancis karena mendapat pengaruh
buku The Canon of Medicine karangan Ibnu Sina. Penggunaan lintah untuk medis juga
cukup membantu bagi bedah mikro. Sebab, lintah efektif untuk mengurangi pembekuan
darah. Lintah juga efektif meredakan tekanan vena dari pembuluh darah. Dalam bedah
rekonstruksi, lintah digunakan untuk merangsang sirkulasi darah, dalam operasi organ
dengan aliran darah yang cukup kritis, seperti kelopak mata, jari, dan telinga.
Abdul Latief Al Baghdadi juga menulis sebuah buku berjudul Al Thibb min Al Kitab wa Al
Sunna atau Pengobatan dari Kitab dan Kehidupan Nabi Muhammad. Abdul Latief Al
Baghdadi menggambarkan, praktek kedokteran Islam sejak zaman Nabi Muhammad di
dalam buku tersebut. Abdul Latief Al Baghdadi wafat pada tahun 1231 M.

ABDUL LATHIEF AL BAGHDADY (1162-1231 M)


Dokter, ahli anatomi

Seorang dokter, ahli anatomi ternama yang mengembangkan studi pertulangan, ahli sejarah dan
jua sastra dari Irak. Ia juga menonjol dalam bidang nahwu, bahasa dan ilmu kalam.
Nama Abu Muhammad Abdul latif bin Yusuf bin Muhammad al Baghdady, dan terkenal dengan
nama Abdul Latif al Baghdadi. Ia lahir dan meninggal di baghdad. Ia banyak melakukan
perjalanan panjang dengan mengunjungi Mosul, Damaskus dan Mesir, kemudian ke Yerusalem,
tempat ia bergabung dalam sebuah kelompok studi. Selama beberapa tahun ia mengajar filsafat dan
ilmu kedokteran di Kairo dan Damaskus, dan kemudoian ke Allepo untuk mengajar disana.
Ia menulis buku sekitar 116 buah judul (ada yang mengatakan 173 buah buku) yang mencakup
dalam bidang geograpi, kedokteran, bahasa, fiqih, kritik sastra, ilmu hewan, ilmu tauhid,
pendidikan, sejarah, sains, matematika poendidikan, galian, filsafat dan kalam / ketuhanan..
Peran dan Pemikiran
Dalam bidang kedokteran, namanya masyhur sebagai ahli anatomi terkemuka, bahkan sebagai
ahli anatomi pertama yang memberi deskripsi lengkap dan akurat tentang tengkorak kepala manusia
dan tulang muka, termasuk tulang rahang bawah.
Disamping itu, ia banyak pula mengembangkan studi tentang pertulangan pada umumnya. Ia juga
berhasil menyempurnakan teori Galenus tentang tulang bawah dan tulang yang menghubungkan
tulang punggung dan tulang kaki.
Karya

Account of Egypt. Buku ini oleh para peneliti dinyatakan sebagai karya topografi terpenting
abad pertengahan, yang berpengaruh terhadap Az zamakhsyary dalam bukunya Kitab al
amkinah wa al Jibal wa al Miya), serta Yaqut (pengarang Mujam al Buldan, demikian juga Al
kazwini dalam ajaib al Buldan.

Anda mungkin juga menyukai