Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN


OBESITAS DAN KEP

DOSEN PEMBIMBING :
SUHAIMI M. Far, Apt
DI
SUSUN
OLEH
TIURMA SELVIA PURBA 20142320081
TRI NOPIANTI 201423
TRISNA AMALIA 20142320051
VIGILIUS ELANDO RONALDO DEAS 20142310098
WAHYU ISLAMI 20142310052

D-IV/GIZI
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya dengan pengaruh
yang cukup signifikan adalah faktor gaya hidup ( life style ) dimana didalamnya termasuk juga pola
makan. Gaya hidup dan pola makan yang tidak benar semakin hari semakin banyak dituding sebagai
penyebab berbagai penyakit, karena obesitas yang timbul akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak
benar seringkali diikuti dengan timbulnya berbagai penyakit kronis seperti ateroskelorosis, penyakit
jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan sebagainya. Keadaan ini mendorong masyarakat untuk
berusaha dengan segala daya agar terhindar dari obesitas untuk itu diperlukan upaya-upaya agar
masyarakat dapat mencegah atau terhindar dari obesitas melalui cara yang tepat dengan menanamkan
bahwa untuk menurunkan berat badan, intervensi yang paling penting adalah perubahan perilaku dan
gaya hidup, termasuk melakukan diet rendah lemak dan olah raga.
Intervensi dengan obat hanya dilakukan bila memang dianggap perlu oleh dokter. Artikel ini
menyajikan informasi terkait profil khasiat dan keamanan sibutramin, suatu zat aktif dalam obat yang
disetujui sebagai terapi tambahan untuk menurunkan berat badan pada pasien dengan obesitas.
(BADANPOMRI, 2006)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Saja Obat yang Sering Dikonsumsi Oleh Penderita dengan Obesitas?
2. Bagaimana Mekanisme Interaksi Obat Pada Penderita dengan Obesitas?
3. Apa Saja Obat yang Sering Dikonsumsi Oleh Penderita dengan KEP?
4. Bagaimana Mekanisme Interaksi Obat Pada Penderita dengan KEP?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Apa Saja Obat yang Sering Dikonsumsi Oleh Penderita
dengan Obesitas.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Interaksi Obat Pada Penderita
dengan Obesitas.
3. Untuk mengetahui Apa Saja Obat yang Sering Dikonsumsi Oleh Penderita
dengan KEP.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Mekanisme Interaksi Obat Pada Penderita
dengan KEP.
BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Obesitas adalah merupakan kelebihan lemak akibat makanan yang tidak

seimbang,yang terjadi bila kelebihan energi dan yang dihasilkan makanan di simpan

tidak digunakan untuk aktifitas fisik. Keadaan ini sering dijumpai di negara-negara maju.

Pandangan sosial,ilmiah maupun filosofi mengenai kelebihan berat badan ataupun

Obesitas berdasarkan data terkini, etiologi,patogenesis dan hubungan nya dengan

Angka kesakitan maupun kematian serta manajemennya adalah merupakan sesuatu

hal yang sangat kompleks.

Klasifikasi Klinis

Penggunaan istilah obesitas dan kelebihan berat (overweight) sering dipertukarkan

sebenarnya istilah ini bukanlah merupakan sinonim satu dengan lainnya. Overweight

(kelebihan berat) adalah peningkatan berat badan diatas nilai standar yang

dihubungkan dengan tinggi badan ,dan tidak berhubungan dengan peningkatan llemak

tubuh total pada atlit misalnya. Peningkatan ini adalah dampak bertambahnya massa

otot, atau pada wanita pemakai kontrasepsi sering sebagaai akibat retensi cairan.

Sedangkan obesitasi,. Adalah suatu keadaan meningkatanya massa jaringan lemak

Lemak pada laki-laki muda non obeses sekitar 15-18% dan wanita 22-30% dan

Cenderung untuk meningkat sesuai dengan bertambahnya umur.Pada orang obese,

Kurang lebih 75% kelebihan berat adalah karena lemak. Obesitas dapat diklasifikasi

berdasarkan waktu mulai timbul( anak-anak dewasa), ciri-ciri distribusi jaringan lemak

tingkat obesitas dan etiologinya.


Penilaian kelebihan berat badan atau kegemukan berdasarkan tiga jenis pengukuranya

yaitu : BMl ( Body Mass index),lingkar pinggang dan risiko penderita terhadap penyakit

penyakit yang berhubungan dengan obesitas.BMI sendiri merupakan pengukuran dari

berat badan( dalam kg) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter).

BMI untuk overweight berkisar 25 - 29.9 kg/m2 sedangkan BMI untuk obese adalah 30

kg/m2 atau lebih.Untuk lingkaran pinggangmaka u kuran 102 cm atau lebih pada pria

dan 89 cm atau lebih pada wanita akan meningkatkan BMI dari 25 kg/m2 menjadi 34,9

kg/m2.

Morbilitas dan Mortalitas

Peningkatan morbiditas dan mortalitas berhubungan.langsung dengan Meningkatnya

berat badan ,terutama dengan distribusi lemak .hasil dari suatu survey dan penelitian

prospektif jangka panjang menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya

mortalitas bila berat badan meningkat sistem tubuh yang dipengaruhi oleh obesitas

antara lain kardiovaskular,paru,endokrin-metabolisme,saluran cerna, reproduksi dan

susunan saraf pusat.

Obesitas merupakan faktor risiko independe untuk kematian akibat gangguan

kardiovaskular pada pasien lanjut usia dan rnerupakan faktor risiko yang sukar

dijelaskan pada kematian akibat henti jantung rnendadak yang terjadi pada pasien

obese.

Gangguan fisiologik yang mempunyai hubungan dengan obesitas antara lain

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, kadar HDL rendah, resistensi insulin, intoleansi


glukosa, meningkatnya resistensi perifer pembuluh darah, hiperurisemia. Kedaan diatas

akan menimbulkan komplikasi pada anestesi, tindakan bedah, penyeakit arteri coroner,

stroke, non-insulin-dependen diabetes mellitus, terbentuknya batu disaluran empedu

dan datangnya haid di usia muda.

Terapi Anorexiant (Penekanan Nafsu Makan)

Penggunaan obat-obatan untuk menekan nafsu makan (anorexiant) tidak dianjurkan.

Semua obat penekan nafsu makan menimbulkan efek samping, menimbulkan

kepercayaan bahwa obat-obatan tersebut akan menolong dan tidak berperan dalam

mengubah perilaku yang menyebabkan obesitas pada pasien. Penggunaan penekan

nafsu makan hanya boleh pada orang dewasa dan hanya digunakan sebagai terapi

tambahan terhadap diet, latihan fisik dan perebuhan perilaku.

Obat penekan nafsu makan akan mengurangi rasa lapar dan juga mengurangi asupan

makanan, tergantung dari dosis dan respon individu. Pada terapi kompehensif, bila

tidak dicapai penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu 4-6 minggu pada

penggunaan dosis maksimum yang dapat ditoleransi, maka terapi tidak boleh di

teruskan. Lamanya penggunaan obat penekan nafsu makan belum jelas. Beberapa

dokter lebih menyukai terapi yang dimulai dengan diet, aktivitas fisik dan ditambah

dengan penggunaan singkat obat penekan nafsu makan. Bila setelah penggunaan

penekan nafsu makan selama 4-6 minggu penurunan berat tercapai, sebaiknya

penggunaaan obat dihentikan.

Fenfluramin, dietilpropion dan fentermin resin dapat menurunkan dan mempertahankan

penurunan berat badan bila digunakan 24-52 minggu dapat menimbulkan efek
samping, toleransi atau adiksi. Penghentian tiba-tiba obat-obat tersebut setelah

penggunaan lama dapat menyebabkan lemah, lelah dan paranoid (biasanya pada

penggunaan dosis tinggi), serta depresi mental yang kadang-kadang berat. Obat

penekan nafsu makan ini tidak boleh digunkan pada anak-anak dan juga remaja.

Dilaporkan adanya gangguan pertumbuhan pada penggunaan Fenfluramin dan

manznidol.

Pemilihnn Obat Penekan Nafsu Makan

Obat golongan amfetamin (amfetamin, dekstroamfetamin, metamfetamin dan

fenmatrazin) merupakan obat yang pertama-tama digunakan sebagai penekan nafsu

makan. Sekarang obat-obat ini, baik tunggal ataupun dalam kombinasi, tidak lagi

efektif dibanding obat lain dan juga tidak dianjurkan lagi penggunaannya karena

risiko timbulnya ketergantungan.

Benzphetamin, dietilpropion, fenfluramin, mazindol, fentermin, hidroklorida dan

Fentermin resin hanya boleh digunakan dengan resep dokter. Selain perbedaan efek

farmakologi dan efek samping obat-obat ini hanya dapat menurunkan berat badan

Sampai pada batas-batas terrtentu. Mazindol juga dapat merangsang SSP, tetapi efek

ini hanya terlihat pada dosis yang sangat besar, mendekati dosis toksik. Mazindol

secara kimia mirip dengan antidepresan trisklik, yang dapat memblok asupan

norepinefrin dan serotonin.

Sebaliknya dari amfetamin, serotonin dapat mengurangi jumlah asupan makanan.

Pemberian 5-hidroksi triptofan 8 mg/kg/hari, suatu prekursor serotonin, selama 5

Minggu akan menurunkan jumlah karbohidrat atau jumlah asupan makanan total
Sebanyak 2 l-22%, dan akan menurunkan berat tiga kali jika disbanding dengan

plasebo.

Fenfluramin dan deksfenflu: amin merangsang pengeluaran serotonin di sinaps,

yang dapat menyebabkan penurunan berat badan pada orang dewasa yang dapat

betahan sampai satu tahun pada pasien obese kronik.

Sibutramin Hidroklorida adalah golongan obat keras


yang hanya dapat diperoleh dan hanya dapat
digunakan berdasarkan resep dokter. Obat keras
ini merupakan senyawa kimia yang bekerja dengan
cara menghambat ambilan (reuptake) norepinefrin,
serotonin, dan dopamin.

Penggunaan obat ini hanya perlu


dipertimbangkan jika upaya diet,
olahraga, dan perubahan gaya
hidup tidak berhasil. Akan tetapi
tetap harus diingat bahwa
penggunaan obat tidak bisa hanya
merupakan satu-satunya usaha,
dan selama menggunakan obat ini
pasien harus tetap melakukan
upaya diet, olahraga, dan
perubahan gaya hidup. Hal ini
merupakan dasar pengelolaan
berat badan secara terpadu, karena
jika tidak, berat badan dapat naik
kembali begitu sibutramin
dihentikan. Dosis awal Sibutramin adalah
10 mg perhari pada pagi hari, dapat
ditelan dengan atau tanpa
makanan.

Pada pasien dengan respon yang


tidak memadai (penurunan berat
badan kurang dari 2 kg setelah 4
minggu pemberian obat), dosis
dapat ditingkatkan menjadi 15mg
perhari, dengan catatan dosis
10 mg dapat ditoleransi dengan baik.
Pemberian obat harus dihentikan
jika dengan pemberian dosis 15 mg
respon pasien tetap tidak memadai
(penurunan berat badan kurang dari
2 kg setelah 4 minggu pemberian
obat) . Pasien sepeti ini biasanya
berisiko tinggi terkena efek
samping obat .

Efek samping
Sebagaimana obat lainnya,
penggunaan Sibutramin bukan
tanpa efek samping. Efek samping
yang dapat timbul dari penggunaan
sibutramin meliputi peningkatan
denyut jantung, palpitasi (jantung
berdebar), peningkatan tekanan
darah, sakit kepala, kegelisahan,
kehilangan nafsu makan,
konstipasi, mulut kering, gangguan
pada alat perasa, vasodilatasi,
insomnia, pusing, paraaesthesia,
berkeringat dan lain-lain.

Kontraindikasi
Sibutramin dikontraindikasikan
untuk pasien yang hipersensitif
terhadap sibutramin, pasien
obesitas karena kelainan organik
(organic causes of obesity)
misalnya penderita hipotiroidisme,
pasien dengan kelainan pola
makan berat seperti anoreksia
nervosa, penyakit kejiwaan
(psychiatric illness ), Gilles de la
Tourettes syndrome, pasien yang
sedang menggunakan Monoamin
Oxidase Inhibitors (MAOIs) serta
obat penekan nafsu makan lain.
Beberapa peringatan yang penting
untuk diperhatikan adalah potensial
interaksi dengan MAOIs, sehingga
sibutramin tidak dapat digunakan
bersama-sama dengan MAOIs.

Interaksi obat
Sibutramin berinteraksi dengan
obat-obat pemicu susunan saraf
pusat dan seratogenik, obat yang
dapat meningkatkan tekanan darah
atau denyut jantung atau yang
menghambat metabolisme sitokrom
P450.
Laporan efek samping
Sibutramin di Australia
Sibutramin telah beredar di Australia
sejak Januari 2002, dan hingga
sekarang komite penasehat efek
samping obat Australia (ADRAC,
Adverse Drug Reaction Advisory
Committee) telah menerima 138
laporan yang berkaitan dengan
penggunaan sibutramin dan 404
laporan efek samping. Efek
samping yang banyak dilaporkan
umumnya sesuai dengan yang
dituliskan pada brosur produk.

Kesimpulan
1. Perlu dilakukan upaya KIE agar
dapat ditanamkan kepada
masyarakat luas bahwa untuk
menurunkan berat badan,
intervensi yang paling penting
adalah perubahan perilaku dan
gaya hidup, termasuk melakukan
diet rendah lemak dan olah raga.
Intervensi dengan obat hanya
dilakukan bila memang dianggap
perlu oleh dokter.
2. Penggunaan obat seperti ini
hanya perlu dipertimbangkan jika
upaya diet, olahraga, dan
perubahan gaya hidup tidak
berhasil dan harus diingat bahwa
penggunaan obat tidak bisa
hanya merupakan satu-satunya
usaha.

3. Secara umum penggunaan obat


tetap dapat menimbulkan efek
samping yang tidak dinginkan,
oleh karena itu pemberian obat
tetap harus mempertimbang kan
rasio risiko - manfaat bagi pasien.
(Eriana Kartika Asri,SSi ).

Anda mungkin juga menyukai