Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

KROMATOFRAFI LAPIS TIPIS PADA TANAMAN CALAMI RHIZOMA

Disusun oleh:

Adilah Salamatunnisa

1543050043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling
banyak digunakan. Kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam
memisahkan suatu campuran senyawa. Kromatografi merupakan metode pemisahan
yang sederhana. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase.
Salah satu fase adalah fase diam.
Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan
distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada system
dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak menyebabkan perbedaan
migrasi dari penyusun cuplikan. Prosedur kromatografi masih dapat digunakan, jika
metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah cuplikan rendah, kompleksitas
campuranyang hendak dipisahkan atau sifat berkerabat zat yang dipisah.
Kromatografi dibagi menjadi beberapa macam, tetapi pada praktikum
Farmakognosi yang digunakan hanya 1 jenis kromatografi yaitu kromatografi lapis tipis.
Oleh karena itu, pada makalah ini hanya akan dijelaskan kromatografi tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Dapat mengetahui dan memahami tehnik pemisahan dengan metode kromatografi
lapis tipis.
b. Dapat melakukan pemisahan logam logam Pb2+, Ag+, Mn2+, Hg2 atau protein/
karbohidrat dalam campuran larutan dengan tehnik kromatografi lapis tipis.
c. Dapat menentukan Rf komponen komponen yang dipisahkan dan mengidentifikasi
zat yang dipisahkan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan banyak
digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
untuk lapisan tipis dan kering bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk
menotolkan larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro pipet/ pipa
kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah
yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010)
Pemisahan campuran dengan cara kromatografi didasarkan pada perbedaan kecepatan
merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Dalam kehidupan
sehari-hari pemisahan secara kromatografi dapat kita temui pada rembesan air pada dinding yang
menghasilkan garis-garis dengan jarak tertentu.
Tinta hitam merupakan campuran beberapa warna. Kita dapat memisahkan campuran
warna tersebut dengan cara kromatografi. Pemisahan warna tinta dapat dilakukan seperti pada
Gambar 18, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
- Tinta diteteskan pada ujung kertas saring (1,5 cm dari ujung)
- Tinta dibiarkan hingga mongering
- Ujung kertas saring dimasukkan dalam air sedalam 1 cm dan kertas saring dipasang tegak
- Air akan merambat naik
- Tinta akan ikut merambat naik dan memisah menjadi beberapa Warna ( Sukarmin , 2004)
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh
di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan
selagi gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau
tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah
gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi
komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange,
penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)
adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi kelompok minyak
mentah dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas
hidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan
mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan sebagian
besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar
( FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat
dari minyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan
bakar pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di
bawah iso-propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di
(dalam) kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga
hidrokarbon. Di samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar mempunyai
banyak ( Speight, 2006).
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-
komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan
komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat
digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan
akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran
eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu
fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya
dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat)
atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada
KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam
sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada
KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae)
dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007).
Kromatografi adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan
dipisahkan didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner (fase
diam) dan yang lainnya berupa fase mobil (fase gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau
sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fase
gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan terikatnya suatu komponen pada fase diam
dan perbedaan kelarutannya dalam fase gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat
dipisahkan. komponen yang kurang larut dalam fase gerak atau yang lebih kuat terserap atau
terabsorpsi pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang
terserap akan bergerak lebih cepat (Keenan, 1990).
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan
materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran, harus dilakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk
memisahkan campuran. Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak dan fase diam) yang kepolarannya
berbeda. Apabila molekul-molekul komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka
komponen tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam. Keberhasilan pemisahan
kromatografi bergantung pada daya interaksi komponen-komponen campuran dengan fase diam
dan fase gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam atau
fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut sulit dipisahkan (Khopkar,
1993).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit,baik penyerap maupun
cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipidalipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas (Anwar, 1996).
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat
kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang
tidak bereaksi dengan pereaksipereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk
senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar (Day & Underwood,
1997).
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal
dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.Oleh karena itu bilangan Rf selalu
lebih kecil dari 1,0 Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika
atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali
juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pelaksanaan ini biasanya dalam
pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan
isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan
sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:Sebuah
garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari
campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan
untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan (Sudjadi, 1988).
Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya
kromatografi dibentuk. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan
dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu
diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan
untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya
ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia
dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang
berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada
bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-
komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam. Perhitungan nilai
Rf (Sudjadi, 1988).
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Kromatografi
adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen
dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran
sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah
tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase
gerak akan bergerak lebih cepat (Kurniawan, 1977).
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-
padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang
berbeda bergerak pada laju yang berbeda Proses kromatografi juga digunakan dalam metode
pemisahan komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi
terpisah yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non
gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan (Kantasubrata, 1993).
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi
bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent
dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan
komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau
campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret
eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang
relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika) (Kantasubrata, 1993).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini beker gelas, gelas ukur, Kertas
Whatman No.42, lampu UV, penggaris, pensil, pipa kapiler.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini Metanol, Dikloroetana,
Benzena, dan Serbuk Calami rhizoma.

3.2 Cara Kerja


1. Kira-kira 5-10 g sampel masukkan Erlenmeyer
2. Ditambah pelarut yang cocok 10-15 ml (sampai serbuk terendam)
3. Panaskan diatas wb/kompor ad kental (sisa setengah)
4. Saring Filtrat di pot plastic di totolkan di plat KLT
Ampas serbuk dibuang
5. Buat eluen sesuai perbandingan (10 ml) Kocok eluen selama 30 menit
masukkan ke chamber
6. Jenuhkan eluen dengan kertas saring
7. Masukkan plat KLT kedalam chamber
8. Angkat plat Lihat di sinar UV

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Perhitungan


a. Hasil
No. Langkah Hasil Gambar
Menimbang simplisia Calami
1. Masa sampel : 5 g
rhizoma
2. Siapkan Plat KLT dengan ukuran Pelarut yang
dan tarik batas kira-kira 1 cm
digunakan :
dari batas bawah plat dengan
Metanol 10 ml
pensil.
Totolkan filtrate pada garis batas
3.
bawah plat KLT
Siapkan pengembang campuran
4. dikloroetana-benzena hingga
jenuh.
Masukkan plat KLT tersebut ke
dalam bejana pengembang dan
5. biarkan beberapa lama hingga
fasa gerak mencapai batas atas
plat.
6. Angkat plat dan keringkan.
Setelah kering lihat plat dibawah
7. lampu UV.
Tentukan harga Rf nya

b. Perhitungan
2,5
=0,595
Rf = 4,2

4.2 Pembahasan
Percobaan ini berjudul Kromatografi Lapis Tipis. Pada percobaan ini bertujuan
untuk memisahkan dan menentukan pigmen dalam berbagai sampel daun dengan
kromatografi lapis tipis. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah
dringo/jaringau. Pada percobaan ini fase diamnya adalah silika gel (asam silikat). Silika
gel ini hampir dapat memisahkan semua zat dalam suatu cuplikan. Silika ini bersifat aktif
dan efek pemisahannya berupa adsorbsi dan partisi, silika gel merupakan suatu adsorben
yang bersifat polar jadi cuplikan akan ditahan berdasarkan pada perbedaan kepolarannya.
Berbeda dengan kromatografi kertas, pada KLT plat yang digunakan berukuran relatif
kecil.
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan fitokimia dengan
adsorbsi pada lapisan tipis adsorben dikenal dengan nama Thin Lager Chormatografi
(TLC). Prinsip kerja KLT adalah partisi dan adsorbsi dimana eluen sebagai fase gerak
dan lempeng KLT sebagai fase diam. KLT sebagai salah satu metode instrumental yang
sering digunakan, karena mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut : Peralatan
yang diperlukan sedikit, waktu analisis yang cepat, hasil pemisahan lebih baik, daya
pemisahan tinggi, pengerjaannya sederhana dan mudah, serta harganya terjangkau.
Sebelum lempeng yang dielusi dengan sampel dimasukkan kertas saring, chamber yang
berisi eluen yang akan merambat keluar melalui kertas saring. Alasan mengapa eluen
harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam chamber sama agar noda yang dihasilkan
sesuai dengan diinginkan. Kekurangan dari kromatografi lapis tipis ini adalah hasilnya
kurang akurat, lebih akurat menggunakan metode kromatografi kolom daripada
kromatogarafi lapis tipis.
Sebelum dilakukan pengamatan menggunakan kromatografi lapis tipis, dringo
sebelumnya dipanaskan diatas kompor, dengan menggunakan metanol yang berfungsi
untuk mengekstrak klorofil daun, pelarut tersebut bersifat non polar dan klorofil juga
bersifat non polar sehingga klorofil yang ada di daun dapat terekstrak. Filtrat dari hasil
maserasi tersebutlah yang digunakan untuk pengamatan menggunakan kromatografi
lapis tipis. Maserasi dilakukan untuk memperoleh filtrat yang lebih pekat sehingga lebih
mudah diamati dengan menggunakan KLT. Kemudian filtrat hasil maserasi diuji dengan
kromatografi lapis tipis. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di
luar sel dan di dalam sel. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Penggunaan lampu UV 254 nm dan 366 nm adalah karena pada UV 254 nm,
lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika
elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi
kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sedangkan pada UV
366 nm noda akan berfluoresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda
pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut.
Hasil yang didapat dari percobaan pemisahan komponen-komponen dalam sampel
tanaman dringo/jaringau dapat diketahui sebagai berikut kertas atau plat tetes, jarak per
tinta pada kertas 1 cm, pelarut dikloroetana, benzena dan methanol, lalu ditanyakan Rf
masing-masing pelarut. Dan didapatkan hasil untuk sampel Calami rhizoma sebagaimana
di dapatkan Rf nya sebesar 0,595.
Berdasarkan literature yang didapatkan, eluen yang tepat sangat diperlukan untuk
mendapatkan pemisahan senyawa-senyawa komponen sampel dengan baik. Pada
penelitian ini telah diuji 6 pelarut, dengan cara mengaplikasikan pelarut-pelarut tersebut
pada KLT terhadap sampel. Pelarut yang diuji adalah methanol : diklorometana (8:2),
methanol : diklrometana (9:1), methanol : diklorometana (1:9), benzene : methanol (9:1),
n-butanol : asam asetat : akuades (9:6:1), kloroform : asam asetat (2:3). Pemilihan
pelarut-pelarut tersebut didasarkan pada literature untuk pemisahan senyawa-senyawa
flavonoid golongan flavanon glikosida. Hasil Rf yang didapatkan adalah methanol :
diklorometana (8:2) = 0,84, methanol : diklrometana (9:1) = 0,78, methanol :
diklorometana (1:9) = 0,04, benzene : methanol (9:1) = 0,04, n-butanol : asam asetat :
akuades (9:6:1) = 0,99, kloroform : asam asetat (2:3) = 0,39. Data tersebut diamati untuk
memilih pelarut yang menghasilkan puncak kromatogram terbaik. Kriteria kromatogram
yang baik adalah yang memiliki Rf mak sedang, bentuk meruncing, dan diperoleh persen
recovery yang tinggi. Rf yang terlalu tinggi dan terlalu rendah menunjukkan pemisahan
komponen yang belum efektif, bentuk puncak juga akan mempengaruhi efektivitas
pemisahan, sedangkan persen recovery menunjukkan adanya puncak-puncak asing yang
muncul.
BAB V
KESIMPULAN

Kromatografi lapis tipis adalah teknik kromatografi yang digunakan untuk pemisahan
dengan fase diam berupa zat padat dan fase gerak berupa cairan. Sampel yang digunakan pada
percobaan ini adalah ekstrak dringo/jaringau.
Sebelum dilakukan pengamatan menggunakan kromatografi lapis tipis, daun salam
sebelumnya dilarutkan, dengan menggunakan pelarut metanol yang berfungsi untuk mengekstrak
klorofil daun, karena pelarut tersebut bersifat non polar dan klorofil juga bersifat non polar
sehingga klorofil yang ada di daun dapat terekstrak.
Hasil yang didapat dari percobaan pemisahan komponen-komponen dalam sampel
Calami rhizoma Rf nya adalah 0,595.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, chairil, dkk. 1996. Pengantar praktikum kimia organik. Yogyakarta.

Day & Underwood. 1997. Analisa kimia Kuantitatif Edisi Keenam . Jakarta:
Erlangga.

Handayani, Sri, dkk. 2005. Kromatografi lapis tipis untuk penentuan kadar herperidin dalam
kulit buah jeruk. Jurnal penelitian saintek, vol 10, no.1, April 2005: 53-68

Kantasubrata, J. 1993. Warta Kimia Analitik Edisi III. Situs Web Resmi Pusat Penelitian Kimia
LIPI
Keenan, 1990. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S. M. 1993. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kurniawan, Yahya. 2008. Pengaruh Jumlah Umpan Dan Laju Alir Eluen Pada Pemisahan
Sukrosa Dari Tetes Tebu Secara Kromatografi.
http://www.unej.ac.id/fakultas/mipa/jid/vol5no1/yahya.pdf

Sudjadi. 1988. Metode pemisahan. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai