Anda di halaman 1dari 10

https://www.academia.

edu/8932546/PERKEMBANGAN_AKUNTANSI
_DI_INDONESIA

Sejarah Akuntansi

Sejarah akuntansi dimulai sejak manusia mengenal hitungan uang dan


menggunakan catatan. Pada abad XIV perhitungan rugi laba telah
dilakukan pedagang-pedagang Genoa dengan cara menghitung harta
yang ada pada akhir suatu pelayaran dan dibandingkan pada saat mereka
berangkat

Tonggak sejarah akuntansi dimulai pada tahun 1494 pada saat Lucas
Paciolo {Lukas dari Burgos) menerbitkan buku ilmu pasti yang berjudul
Suma de Arilhmalica, Proportioni et Proportionaiita. Dalam buku itu
terdapat satu bab, berjudul Tractatus de Computis et Scriptorio. yang
berisi cara-cara pembukuan menurut catatan berpasangan (double book
keepingf).

Sejarah Akuntansi dari abad ke abad

Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat
perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya,
sistem akuntansi yang telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah
dan digunakan di negara-negara tersebut. Sejak itu perhitungan rugi laba
mulai dibuat secara tahunan yang kemudian mendorong
dikembangkannya penyusunan neraca secara rutin pada akhir jangka
waktu tertentu.

Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya


akuntansi biaya dan konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York
Slock Exchange dan American Institute of Certified Public Accountant
membahas dan menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi
perusahaan-perusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa saham.

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi


bukii yang jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang
berdiri di Jakarta sejak 1747. Selanjutnya akuntansi di Indonesia
berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal
ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia, Mereka menerapkan sistem
pembukuan seperti yang diajarkan Lucas Pacilo. Kemudian pada tahun
1907, di Indonesia diperkenalkan sistem pemeriksaan (auditing) untuk
menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan.

Tidak banyak pembahan sistem akuntansi di Indonesia pada masa


penjajahan Jepang* Setelah kemerdekaan pemerintah RI mempunyai
kesempatan mengirimkan putra-putrinya belajar akuntansi ke luar negeri.
Sedangkan pendidikan akuntansi di dalam negeri mulai dirintis fiada
tahun 1952 oleh Universitas Indonesia yang membuka jurusan Akuntansi
di Fakultas Ekonominya. Langkah ini diikuti oleh perguruan tinggi lainnya.
Pada tahun 1954 keluarlah UU No. 34 yang mengatur pemberian gelar
Akuntan.

Suatu organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia


berdiri pada 23 Desember 1957 dan diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Organisasi ini mendirikan seksi Akuntan Publik tahun 1978 dan seksi
Akuntan Pendidik tahun 1986.

UU Penanaman Modal Asing dikeluarkan tahun 1967 dan disusul UU


Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya keduanya
merangsang berdirinya perusahaan-perusahaan baru yang
mengakibatkan semakin baiknya iklim investasi di Indonesia. Sebagai
konsekuensinya, akuntansi di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat.

Selama ini terjadi dualisme praktek akuntansi di Indonesia. Di satu pihak


banyak perusahaan menerapkan sistem akuntansi Belanda. Di pihak lain*
sistem akuntansi Amerika semakin banyak digunakan akibat semakin
bergesernya kiblat pendidikan akuntansi ke sistem Amerika serta semakin
banyaknya perusahaan yang membawa sistem Amerika masuk ke
Indonesia.

Dualisme tersebut juga berpengaruh pada dunia pendidikan, terutama


di tingkat pendidikan menengah. Akan tetapi, dalam Lokakarya
Pendidikan Akuntansi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Pusat
Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, telah
dicapai kesepakatan sistem pendidikan akuntansi untuk pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi yang menggunakan sistem Amerika.

Read more: Sejarah Akuntansi | Ilmu Akuntansi

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik -


sekarang dikenal sebagai pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca
Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal
Borgo, mempublikasikan bukunya tentang pembukuan di Venice. Buku
berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John
Gouge atau Gough pada tahun 1543.

Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan


pada tahun 1588 oleh John Mellis dari Southwark, yang termuat
perkataanya, "I am but the renuer and reviver of an ancient old copie
printed here in London the 14 of August 1543: collected, published, made,
and set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by
his treatise, then taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves
parish in Marko Lane." John Mellis merujuk pada fakta bahwa prinsip
akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan sistem sederhana dari
masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of Venice".

Pada awal abad ke 18, jasa dari akuntan yang berpusat di London telah
digunakan selama suatu penyelidikan seorang direktur South Sea
Company, yang tengah memperdagangkan bursa perusahaan tersebut.
Selama penyelidikan ini, akuntan menguji sedikitnya dua buku
perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam buku Sawbridge and
Company, oleh Charles Snell, Writing Master and Accountant in Foster
Lane, London. Amerika Serikat berhutang konsep tujuan Akuntan Publik
terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered Accountant di abad
ke 19.

Akuntansi modern

Prinsip inti akuntansi keuangan modern ada pada sistem pembukuan


berpasangan. Sistem ini meliputi pembuatan paling tidak dua masukan
untuk setiap transaksi: satu debit pada suatu akun, dan satu kredit terkait
pada akun lain. Jumlah keseluruhan debit harus selalu sama dengan
jumlah keseluruhan kredit. Cara ini akan memudahkan pemeriksaan jika
terjadi kesalahan. Cara ini diketahui pertama kali digunakan pada abad
pertengahan di Eropa, walaupun ada pula yang berpendapat bahwa cara
ini sudah digunakan sejak zaman Yunani kuno.

Kritik mengatakan bahwa standar praktik akuntansi tidak banyak berubah


sejak dulu. Reformasi akuntansi dalam berbagai bentuk selalu terjadi pada
tiap generasi untuk mempertahankan relevansi pembukuan dengan aset
kapital atau kapasitas produksi. Walaupun demikian, hal ini tidak
mengubah prinsip-prinsip dasar akuntansi, yang memang diharapkan
tidak bergantung pada pengaruh ekonomi seperti itu.

Akuntansi sebagai suatu seni yang mendasarkan pada logika matematik -


sekarang dikenal sebagai pembukuan berpasangan (double-entry
bookkeeping) - sudah dipahami di Italia sejak tahun 1495 pada saat Luca
Pacioli (1445 - 1517), yang juga dikenal sebagai Friar (Romo) Luca dal
Borgo, mempublikasikan bukunya tentang pembukuan di Venice. Buku
berbahasa Inggris pertama diketahui dipublikasikan di London oleh John
Gouge atau Gough pada tahun 1543.

Sebuah buku ringkas menampilkan instruksi akuntansi juga diterbitkan


pada tahun 1588 oleh John Mellis dari Southwark, didalamnya memuat
perkataannya, "I am but the renuer and reviver of an ancient old copie
printed here in London the 14 of August 1543: collected, published, made,
and set forth by one Hugh Oldcastle, Scholemaster, who, as appeareth by
his treatise, then taught Arithmetics, and this booke in Saint Ollaves
parish in Marko Lane." John Mellis merujuk pada fakta bahwa prinsip
akuntansi yang dia jelaskan (yang merupakan sistem sederhana dari
masukan ganda/double entry) adalah "after the forme of Venice".

Pada awal abad ke 18, jasa dari akuntan yang berpusat di London telah
digunakan dalam suatu penyelidikan seorang direktur South Sea
Company, yang tengah memperdagangkan bursa perusahaan tersebut.
Selama penyelidikan ini, akuntan menguji sedikitnya dua buku
perusahaan para. Laporannya diuraikan dalam buku Sawbridge and
Company, oleh Charles Snell, Writing Master and Accountant in Foster
Lane, London. Amerika Serikat berhutang konsep tujuan Akuntan Publik
terdaftar pada Inggris yang telah memiiki Chartered Accountant di abad
ke 19.

kuntansi diperkenalkan pertama kali di Italia pada abad 14 dan 15. Pada
saat itu akuntansi dilakukan dengan melakukan double entry bookkeeping
(sistem pembukuan berpasangan).Akuntansi moderen dimulai sejak
double entry accounting ditemukan dan digunakan didalam kegiatan
bisnis yaitu sistem pencatatan berganda (double entry bookkeeping) yang
diperkenalkan oleh Luca Pacioli (th 1447). Luca Pacioli lahir di Italia tahun
1447, dia bukan akuntan tetapi pendeta yang ahli matematika, dan
pengajar pada beberapa universitas terkemuka di Italia. Lucalah orang
yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double
accounting system dalam bukunya berjudul : Summa the arithmetica
geometria proportioni et proportionalita di tahun 1494. Banyak ahli
sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double accounting system
bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum praktek akuntansi
yang berlangsung pada saat itu dan mempublikasikannya. Hal ini diakui
sendiri oleh Luca (Radebaugh, 1998) Pacioli did not claim that his ideas
were original, just that he was the one who was trying to organize and
publish them. He objective was to publish a popular book that could be
used by all, following the influence of the venetian businessmen rather
than bankers. Praktek bisnis dengan metode venetian yang menjadi
acuan Luca menulis buku tersebut telah menjadi metode yang diadopsi
tidak hanya di Italia namun hampir disemua negara eropah seperti
Jerman, Belanda, Inggris.

Pembukuan ala Italia kemudian beralih ke Jerman untuk membantu


para pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat
bersamaan filsuf bisnis Belanda mempertajam cara menghitung
pendapatan periodic dan pemerintah Perancis menerapkan keseluruhan
sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
Tahun 1850-an double entry bookkeeping mencapai Kepulauan Inggris
yang menyebabkan tumbuhnya masyarakat akuntansi dan profesi
akuntansi publik yang terorganisasi di Skotlandia dan Inggris tahun 1870-
an. Praktik akuntansi Inggris menyebar ke seluruh Amerika Utara dan
seluruh wilayah persemakmuran Inggris. Selain itu model akuntansi
Belanda diekspor antara lain ke Indonesia, Sistem akuntansi Perancis di
Polinesia dan wilayah-wilayah Afrika dibawah pemerintahan Perancis.
Kerangka pelaporan sistem Jerman berpengaruh di Jepang, Swedia, dan
Kekaisaran Rusia.

Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika


Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian
Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademi tersendiri. Setelah
Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat.

Pendidikan Akuntansi di Indonesia

Sebelum dikeluarkannya UU No. 34/1954 tentang gelar Akuntan, semua


orang dapat menyatakan dirinya selaku akuntan dan memakao gelar
akuntan. Dulu, orang yang lulusan dari fakultas Ekonomi Universitas
Negeri gelarnya selain SE, mereka langsung dapat gelar Akt atau akuntan.
Nah, bonus gelar ini jadi masalah bisa dikatakan membuat iri lulusan dari
universitas swasta yang statusnya tidak disamakan.Jadi, karena hal
tersebut sekarang yang ingin mendapatkan gelar akuntan harus
mengikuti pendidikan profesi akuntansi selama satu tahun dan mengikuti
ujian yang diadakan oleh IAI.

Dalam rangka meningkatkan penguasaan akuntansi terhadap


pengetahuan dan kompetensi teknis di bidang akuntansi, dan untuk
menyongsong keterbukaan dalam era perdagangan bebas, maka IAI
dengan dukungan Departemen Keuangan RI menyelenggarakan Ujian
Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), dengan tujuan untuk menguji
kemampuan akuntan untuk berpraktik sebagai Akuntan Publik.

Ciri-ciri Informasi Berkualitas

Iunformasi yang berkualitas memiliki ciri-ciri: akurat, tepat waktu, relevan,


dan lengkap. Akurat artinya tidak bias, yakni informasi yang kita peroleh
sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan berasal dari
sumber yang dapat dipercaya. Tepat waktu, informasi diterima pada saat
dibutuhkan. Relevan, hanya informasi yang berhubungan erat dengan
problem yang kita hadapi yang digunakan. Lengkap, informasi diperoleh
dari berbagai sumber secara lengkap.
A. Sejarah Akuntansi

Pada dasarnya akuntansi itu sama yaitu sarana bagi manajemen untuk
mengkomunikasikan posisi keaungan, kinerja dan perubahan posisi
keaungan kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi menyediakan
informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun
internasional. Awalnya, akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan
berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia pada abad ke 14 dan 15.

Lucalah orang yang pertama sekali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar


double accounting system dalam bukunya berjudul : Summa the
arithmetica geometria proportioni et proportionalita di tahun 1494.
Banyak ahli sejarah yang berpendapat bahwa prinsip dasar double
accounting system bukanlah ide murni Luca namun dia hanya merangkum
praktek akuntansi yang berlangsung pada saat itu dan
mempublikasikannya.

Paruh Pertama abad 20, seiring tumbuhnya kekuatan ekonomi Amerika


Serikat, kerumitan masalah akuntansi muncul bersamaan. Kemudian
Akuntansi diakui sebagai suatu disiplin ilmu akademik tersendiri. Setelah
Perang Dunia II, pengaruh Akuntansi semakin terasa di Dunia Barat. Bagi
banyak negara, akuntansi merupakan masalah nasional dengan standar
dan praktik nasional yang melekat erat dengan hukum nasional dan
aturan profesional.

Perkembangan Akuntansi

Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik


yang single entry maupun double entry.

Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang


utama digunakan dalam perusahaan.

Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial


auditing).

Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai


laporan yang dianggap lebih penting.

Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang


dilakukan melalui ujian yang dilaksanakan secara nasional.

Tahun 1925 : Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi


untuk perpajakan, akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana
pemerintah. Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan
mulai dikenalkannyapunch card record.
Tahun 1950 s/d 1975 : Pada periode ini akunansi sudah menggunakan
computer untuk pengolahan data. Lalu, sudah dilakukan Perumusan
Prinsip Akuntansi (GAAP). Hingga Perencanaan manajemen serta
management auditing mulai diperkenalkan.

Tahun 1975 : Total system review yang merupakan metode pemeriksaan


efektif mulai dikenal. Dan Social accounting manjadi isu yang membahas
pencatatan setiap transaksi perusahaan yang mempengaruhi lingkungan
masyarakat.

B. Perkembangan Akuntansi di Indonesia

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi


bukii yang jelas terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang
berdiri di Jakarta sejak 1747. Selanjutnya akuntansi di Indonesia
berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal
ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang
menanamkan modalnya di Indonesia.

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan


Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995).
Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat
ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan
Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada
era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-
entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial
utama selama masa penjajahan-memainkan peranan penting dalam
praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997).

Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan


Akuntan Negara-Government Accountant Dienst yang terbentuk pada
tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang pertama adalah Frese
& Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918.
Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak-
Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995).

Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai
akuntan publik. Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi
adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan
Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).

Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun


1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947
hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr.
Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih
digunakan selama era setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan
pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem akuntansi model
Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan
pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958
menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus
1997).

Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan akuntan, Indonesia pada akhirnya


berpaling pada praktik akuntansu model Amerika. Namun demikian, pada
era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan
akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah.
Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan
pendidikan akuntansi seperti pembukaan jurusan akuntansi di Universitas
Indonesia 1952, Institusi Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi Akuntan Negara-
STAN) 1990, Universitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara
1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964
(Soemarso 1995) telah mendorong pergantian praktik akuntansi model
Belanda dengan model Amerika pada tahun 1960 (ADB 2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem
akuntansi model Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun
1980an, sekelompok tehknorat muncul dan memiliki kepedulian terhadap
reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha untuk
menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada
pasar dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok
tersebut memperoleh dukungan kuat dari investor asing dan lembaga
lembaga internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal
dan pengenalan reformasi akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an,
dalam praktik banya ditemui perusahaan yang memiliki tiga jenis
pembukuan, satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari
perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan, satu untuk
menunjukkan hasil yang positif dengan maksud agar dapat digunakan
untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank domestik dan asing, dan
satu lagi yang menunjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak (Kwik
1994). Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas
pelaporan keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal
pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan
perilaku investor. Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta
yang dimiliki oleh tiga yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank
Duta
go public pda tahun 1990 tetapi gagal mengungkapkan kerugian yang
jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak menginformasi semua
informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwritter nya tentang
masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini
wajar tanpa pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia
Realty (pertengahan 1992) dan Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999)
mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan
keuangan harus diperbiki jika memang pemerintah menginginkan adanya
transformasi
pasar modal dari model casino menjadi model yang dapat memobilisasi
aliran investasi jangka panjang. Berbagai skandal tersebut telah
mendorong pemerintah dan badan berwenang untuk mengeluarkan
kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi
seperangkat standar akuntansi keuangan, yang dikenal dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Kedua, pemerintah
bekerjasama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek
Pengembangan Akuntansi yang ditunjukkan untuk mengembangkan
regulasi dan melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995,
pemerintah membuat berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada tahun 1995
pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam
Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999). Jatuh nilai rupiah pada tahun
1997 1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998,
kebangkrutan konglomerat,
collapse nya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran
memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi
atas berbagai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini,
kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik
akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi (
transparency
).

Sekilas Perkembangan Akuntansi Di Indonesia Pada waktu Indonesia


merdeka, ada satu orang akuntan pribumi, yaitu Prof. Dr. Abutari,
sedangkan Prof. Soemardjo baru menyelesaikan pendidikan akuntannya
di negeri Belanda pada tahun 1956. Akuntan Indonesia pertama yang
merupakan lulusan dalam negeri adalah Basuki Siddharta, Hendra
Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tien Siem. Mereka lulus pada
pertengahan tahun 1957, keempat akuntan ini bersama dengan Prof.
Soemardjo memprakarsai berdirinya perkumpulan Akuntan Indonesia.
Dengan menyadari keindonesiaannya, mereka berkeyakinan bahwa tidak
mungkin menjadi anggota NIVA (Nederlands Insttitute Van Accountants).
Mereka juga berpendapat bahwa kedua lembaga itu dipastikan tidak
mungkin akan memikirkan perkembangan dan pembinaan akuntan di
Indonesia. Pada hari kamis tanggal 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi
mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat
untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia. Karen pertemuan
tersebut tidak dihadiri semua akuntan yang ada, maka diputuskanlah
untuk membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan
Indonesia. Panitia ini bertugas menghubungi akuntan lainnya untuk
menyatakan pendapat mereka mengenai usulan pendirian perkumpulan
akuntan Indonesia. Dalam panitia itu, Prof. Soemardjo ditunjuk sebagai
ketua, Go Tien Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta nsebagai
bendahara, sedangkan Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebgai
komisaris. Surat yang dikirimkan pada panitia ke 6 akuntan lainnya
memperoleh jawaban setuju. Perkumpulan yang diberi nama Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) akhirnya terbentuk pada tanggal 23 Desember
1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul
19.30.

Anda mungkin juga menyukai