Makalah Pengantar Administrasi
Makalah Pengantar Administrasi
Disusun oleh :
NIM : 6320116018
Nama : Restu Adtyawarman
Program Studi : Ilmu Administratisi Publik 1 (Pagi)
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyusun
INDONESIA. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW, seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi semua umat, yang telah
membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui tentang materi
Pengantar Ilmu Administrasi secara lebih dalam. Makalah ini juga diharapkan bisa
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Dosen
Mata Kuliah Pengantar Ilmu Administrasi yaitu Bapak Rd. H. Muslihat Bratadiredja.
S.Sos, yang telah memberikan arahan serta bimbingnnya kepada penulis sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya. Namun demikian, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari semua pihak demi
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini penulis
Penulis,
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ketiga, yakni kelangkaan tenaga profesional di bidang administrasi negara.
Sejak 1951 hingga 1955 diperkenalkanlah ilmu administrasi negara
modern jauh lebih belakangan dibanding pengenalan ilmu hukum dan
ekonomi serta teknik dan kedokteran yang telah dimulai sejak 1900. Ilmu
administrasi yang diintrodusir pada paruh pertama tahun 1950 ini
berorientasi ke Amerika Serikat, yang dipandang lebih praktis dan
pragmatis dibanding sistem administrasi kolonial Belanda yang bersifat
legalistik. Pengenalan di bidang akademik itu berlangsung berbarengan
dengan usaha rasionalisasi organisasi pemerintah Pusat oleh Kabinet
Wilopo yang berumur sekitar 15 bulan.
Kabinet berikutnya yang dipimpin Ali Sastroamidjojo (berumur
dua tahun, 1 Agustus 1953 hingga 12 Agustus 1955) mempunyai program
yang antara lain menyusun aparatur pemerintah yang efisien serta
pembagian tenaga yang rasional dengan mengusahakan perbaikan taraf
kehidupan pegawai dan memberantas korupsi dan birokrasi. Terlihat dari
visi kedua kabinet di awal RI yang baru ini, bahwa sistem administrasi
hendaklah disusun secara rasional,sederhana,mudah dan tidak
birokratis.Dimana para pegawainya yang sejahtera dapat bekerja secara
efisien dan tidak memungkinkan terjadinya korupsi. Visi seperti ini terus
dibawa pada masa-masa berikutnya, ditambah dengan peningkatan
kemampuan pegawai.
Instabilitas politik dan ketidaknetralan birokrasi merupakan dua isu
penting yang hendak dikoreksi oleh Presiden RI ke-dua, Soeharto, yang
memerintah sejak Juli 1966 dan resmi mulai Maret 1968. Sekalipun
sesungguhnya Indonesia di era Soekarno telah mencoba mempraktikkan
dua sistem ekonomi politik yang saling bertolak-belakang dengan liberal
pada awalnya dan etatis pada akhirnya. pemerintahan Soeharto dalam
diskurs publiknya selalu menonjolkan buruknya liberalisme era Soekarno
tentu saja untuk melegitimasi etatisme dalam modelnya. Pada tahun 1967
dibentuklah secara berturut-turut tiga buah tim yaitu tim penyusun daftar
susunan pegawai dan peralatan, tim pembantu Ketua Presidium Kabinet
Ampera dan tim Penertiban Aparatur Administrasi Pemerintah (Tim
PAAP). Menyederhanakan prosedur administrasi dengan menggolongkan
5
perusahaan negara ke dalam tiga bentuk sesuai dengan besarnya
kapitalpemerintah di dalamnya dan mengurangi kontrol negara terhadap
perusahaan negara.Selanjutnya, dibentuk pula Tim Pemberantasan
Korupsi.
Terlihat pada visi administrasi baik pemerintahan Soekarno-Hatta
maupun Soeharto di atas bahwa pemerintah Indonesia sejak awal telah
meyakini ide-ide administrasi yang rasional, tidak nepotis, tidak berbelit-
belit dan tidak korup. Namun berbeda dengan visi fase bernegara yang
masih sangat muda pada era Soekarno terbukti tidak mampu menahan
nepotisme yang berakibat pada korupsi. Bahkan usaha rasionalisasi militer
yang dirancang oleh AH Nasution dan Hatta menghasilkan resistensi yang
meletus sebagai pemberontakan di beberapa daerah. Pada era Soeharto
selama 32 tahun pemerintahannya penyempurnaan administrasi
sesungguhnya menjadi salah satu program yang dipertahankannya. Tetapi
stabilitas politik yang cenderung monolitik memungkinkan
berlangsungnya pemekaran birokrasi yang hampir tak terkontrol.
Akibatnya sama saja dengan era sebelumnya terjadilah korupsi.
Pada tahun ketiga pemerintahan-transisionalnya Soeharto
mengangkat seorang menteri negara untuk penyempurnaan dan
pembersihan aparatur negara (MENPAN) yang sekaligus menjadi ketua
dari Proyek Efisiensi Aparatur Ekonomi Negara dan Aparatur
Pemerintahan. Proyek ini, yang dikenal dengan nama Proyek 13.Pada
1969 diganti menjadi Sektor Aparatur Pemerintah (Sektor P) yang
bertugas menyempurnakan aparatur pemerintah agar mampu
melaksanakan rencana pembangunan lima tahun (Repelita) dengan baik
suatu sistem perencanaan negara yang diterapkan sejak 1969 hingga
setidaknya 1999. Melihat program-programnya, visi dari MENPAN sangat
menyeluruh.Mencakup dua program besar yakni organisasi dan personalia
dengan sasaran baik pemerintah Pusat, pemerintah Daerah, perusahaan
negara maupun perwakilan RI di luar negeri.
Kemudian pada lima tahun berikutnya, tepatnya sejak 1977
diberlakukan apa yang operasi tertib untuk menindak mereka yang
melakukan korupsi khususnya pemerasan dan pungutan liar. Sama dengan
6
sebelumnya, kebijakan Menpan diarahkan pada semua aspek administrasi
baik kelembagaan, kepegawaian,ketatalaksanaan dan
pengawasan.Reformasi administrasi dapat terwujud dalam lima bentuk
yaitu munculnya inisiatif, proses administrasi yang menjadi sederhana,
berkurangnya pengaturan,berkurangnya prosedur yang berlebihan, dan
hubungan birokrasi kepada publik sebagai pelayan dan bukan sebaliknya.
Dari sudut pandang lain istilah reformasi administrasi menunjuk pada
peristiwa perubahan struktur dan prosedur dan akibatnya teknik dan
budaya administrasi guna menyesuaikan diri dengan perkembangan
lingkungannya.
Perubahan administrasi yang dipilih pemerintah-pemerintah di
nusantara merespon perkembangan lingkungan sosial, politik dan
ekonominya. Perubahan administrasi dapat dikatakan dimulai pada awal
abad ke-19, ketika pemerintahan Raffles berusaha memodernisasikan
administrasinya sesuai dengan zaman.Munculnya negara bangsa dan
terjadinya revoluasi industri di Eropa dengan segenap nilainya rasional,
analitik, serba tertulis dan efisien. Ketika kemerdekaan melepaskan
keterkekangan yang lama, mekarlah demokrasi politik yang ironisnya
melahirkan nepotisme lalu direspons dengan rasionalisasi administrasi.
Ketika kemudian pemerintah berhasil menguasai sistem politik, mereka
mengundang masuknya modal asing dan melancarkan program
pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Untuk itu
digunakanlah model administrasi pembangunan. Namun ketika dana
pemerintah berkurang, mereka mengurangi perannya melalui proses
deregulasi dan debirokratisasi. Ini berlanjut terus hingga ketika dirasakan
perlunya mempersiapkan diri menghadapi globalisasi perdagangan dan
melesatnya teknologi informasi dirasakan perlunya mempertegas
modernisasi administrasi lagi. Terakhir, ketika demokrasi terbatas
selama pemerintahan pembangunan mulai dirasakan terlalu pengap,
diusulkanlah perubahan administrasi dalam bentuknya reformasi
administrasi.
7
Sejarah tentang perubahan Ilmu Administrasi Negara masih terus
berulang. Upaya mendefinisikan diri Ilmu Administrasi Negara sebagai
ilmu administrasi pemerintahan ternyata tidak berlangsung lama.
Dinamika lingkungan administrasi negara yang sangat tinggi kemudian
menimbulkan banyak pertanyaan tentang relevansi keberadaan Ilmu
Administrasi Negara sebagai administrasi pemerintahan. Gugatan tersebut
terutama ditujukan pada lokus Ilmu Administrasi Negara yang dirasa tidak
memadai lagi.
Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu
sempit untuk menjadi lokus Ilmu Administrasi Negara. Kenyataan yang
ada menunjukkan bahwa lembaga pemerintahan tidak lagi memonopoli
peran yang selama ini secara tradisional menjadi otoritas pemerintah. Saat
ini semakin mudah ditemui berbagai lembaga non-pemerintah yang
menjalankan misi dan fungsi yang dulu menjadi monopoli pemerintah
saja. Di sisi yang lain, organisasi birokrasi juga tidak semata-mata
memproduksi barang dan jasa publik, tetapi juga barang dan jasa privat.
Pratikno (2007) juga memberikan konstatasi yang sama.
Saat ini negara banyak menghadapi pesaing-pesaing baru yang siap
menjalankan fungsi negara, terutama pelayanan publik, secara lebih
efektif. Selain pelayanan publik, dalam bidang pembangunan ekonomi dan
sosial, negara juga harus menegosiasikan kepentingannya dengan aktor-
aktor yang lain, yaitu pelaku bisnis dan kalangan civil society (masyarakat
sipil). Secara lebih tegas di katakana bahwa telah terjadi perubahan
paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang serba negara
menjadi berorientasi ke pasar (market). Menurut Thoha, pasar di sini
secara politik bisa dimaknai sebagai rakyat atau masyarakat (public).
Fenomena menurunnya peran negara ini merupakan arus balik dari apa
yang disebut Grindle sebagai too much state, di mana negara pada
pertengahan 1980-an terlalu banyak melakukan intervensi yang berujung
pada jeratan hutang luar negeri, krisis fiskal, dan pemerintah yang terlalu
sentralistis dan otoriter.
Dwiyanto (2007) menyebut setidaknya ada empat faktor yang
menjadi sebab semakin menurunnya dominasi peran negara, yaitu:
8
1. Dinamika ekonomi, politik dan budaya yang membuat kemampuan
pemerintah semakin terbatas untuk dapat memenuhi semua tuntutan
masyarakat.
2. Globalisasi yang membutuhkan daya saing yang tinggi di berbagai
sektor menuntut makin dikuranginya peran negara melalui
debirokratisasi dan deregulasi.
3. Tuntutan demokratis mendorong semakin banyak munculnya
organisasi kemasyarakatan yang menuntut untuk dilibatkan dalam
proses perumusan kebijakan dan implementasinya.
4. Munculnya fenomena hybrid organization yang merupakan perpaduan
antara pemerintah dan bisnis.
Berbagai fenomena tersebut menimbulkan gugatan di antara para
mahasiswa maupun ilmuwan Ilmu Administrasi Negara.
9
pelayanan publik maupun pembangunan ekomomi sosial maupun bidang-
bidang pembangunan yang lain.
10
2.3. Pelayanan Publik di Indoneisa
11
Menurut undang-undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi
pemerintahan itu sendiri. Perlayanan publik yang dilakukan oleh
pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan
hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial,
mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak
dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan dan administrasi publik.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk
untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan
publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas
pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik
merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan
tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan
pelayanan publik, sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban
setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab
negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan
norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas, sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk
memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari
penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Dalam Undang-Undang Pelayanan Publik terdapat pengertian
pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang
dan jasa atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.Penyelenggara pelayanan publik atau Penyelenggara
merupakan setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga
independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan
pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk
12
kegiatan pelayanan publik.Atasan satuan kerja Penyelenggara merupakan
pimpinan satuan kerja yang membawahi secara langsung satu atau lebih
satuan kerja yang melaksanakan pelayanan publik.
Masyarakat merupakan seluruh pihak baik warga negara maupun
penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum
yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayanan publik baik
secara langsung maupun tidak langsung. Standar pelayanan merupakan
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan
janji Penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Maklumat pelayanan
merupakan pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban
dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan.
Sistem informasi pelayanan publik atau sistem informasi
merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan
pengelolaan informasi. Di lanjutkan dengan mekanisme penyampaian
informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam
bentuk lisan, tulisan Latin, tulisan dalam huruf braile, bahasa gambar, dan
bahasa lokal serta disajikan secara manual ataupun elektronik. Mediasi
merupakan penyelesaian sengketa pelayanan publik antarpara pihak
melalui bantuan, baik oleh ombudsman sendiri maupun melalui mediator
yang dibentuk oleh ombudsman. Ajudikasi merupakan proses penyelesaian
sengketa pelayanan publik antarpara pihak yang diputus oleh ombudsman.
Menteri merupakan menteri dimana kementerian berada yang
bertanggung jawab pada bidang pendayagunaan aparatur negara.
Ombudsman merupakan sebuah lembaga negara yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik, baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan termasuk
yang diselenggarakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan hukum milik negara serta badan swasta, maupun
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja.
13
14
2.4. Usaha Dalam Hubungan Administrasi
15
pemakaian praktek-praktek yang terbaik di bidang administrasi,
menyediakan sistem insentif yang sepadan agar mekanisme pasar dapat
berjalan dengan sehat, serta membuka partisipasi publik dalam
merumuskan kebijakan publik.
Kedua, faktor manusianya sebagai pelaku yang menjalankan sistem
administrasi tersebut. Bertahun-tahun lamanya pendekatan yang dipakai
dalam sistem administrasi pemerintahan adalah command and control,
perencanaan terpusat, kewenangan dan pembagian kekuasaan yang juga
terpusat, serta budaya pelaku pejabat pemerintah yang lebih superior
terhadap masyarakat yang dilayani. Walaupun sudah banyak anjuran dan
himbauan dari ara pejabat tinggi pemerintahan bahwa pejabat pemerintah
dan pegawai negeri adalah abdi negara, namun demikian ternyata tidak
mudah untuk mengubah dengan cepat pejabat pemerintah dan pegawai
negeri untuk supaya benar-benar berorientasi melayani masyarakat. Jika
mungkin bahkan lebih jauh lagi instansi pemerintah bukan hanya melayani
saja tetapi lebih memberi kewenangan kepada masyarakat untuk mengatur
dan menolong dirinya sendiri.
Usaha-usaha dalam menciptakan salah satu fungsi administrasi
publik sebagai suatu jenis jasa pelayanan yang berorientasikan kepada
pasar perlu diperkenalkan. Iklim yang memungkinkan pelayanan yang
dilakukan oleh suatu instansi pemerintah bersaing dengan pelayanan yang
dilakukan swasta juga perlu diciptakan. Usaha-usaha ini memang masih
dianggap sebagai ancaman bagi para pegawai negeri dan pejabat
pemerintahan, dari pada sebagai peluang perbaikan kondisi administrasi
pemerintahan saat ini. Kebijakan yang telah digariskan oleh Presiden
dalam berbagai kesempatan bahwa diperlukan peran masyarakat yang
lebih besar dalam melakukan pembangunan perlu didukung oleh semua
pihak. Kebijakan realokasi sumber daya manusia dan sumber daya
lainnnya untuk menciptakan kondisi pasar yang sehat agaknya perlu
mendapat dukungan dari semua pihak.
16
BAB III
SIMPULAN
3.1 Simpulan
Administrasi publik merupakan pertanggungjawaban suatu
kebijakan dan program pemerintahan kepada masyarakat. Pembina dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pimpinan lembaga
negara, pimpinan kementerian, pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian, pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis, dan
pimpinan lembaga lainnya terhadap pimpinan lembaga negara dan
pimpinan lembaga komisi negara atau yang sejenis yang dibentuk
berdasarkan undang-undang. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
yang tinggi, segala kegiatan dan tindakan harus dilaksanakan dengan
pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Administrator publik
memainkan peranan yang terbatas dalam perumusan kebijakan publik dan
pemerintahan mereka hanya bertanggung-jawab mengimplementasikan
kebijakan publik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pamudji, S., Tanpa Tahun, Ekologi Administrasi Negara, MPA Bumi Aksara.
Thoha, Miftah, 2008, Ilmu Administrasi Publik Kontenporer, Kencana.
Henry, Nicholas, Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta,
1995.
Utomo, Warsito, Dinamika Administrasi Publik, Pustaka Pelajar:
Yogyakarta,2003
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2178743-fungsi-fungsi-
administrasi
https://id.scribd.com/doc/150995470/
18