Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kebijakan Pendidikan Gratis dan Pendidikan Bermutu


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Nurrahmaniah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

NUR CAHYA HIDAYAT (231012100080)

RATRI NURUL MA’WA (231012100577)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS PAMULANG

SEMESTER GANJIL 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini yang berjudul “Kebijakan Pendidikan Gratis dan Pendidikan Bermutu”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa semua ini tidak terlepas
dari adanya bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Olah sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca.
Wassalamu’alikum wr.wb

Tangerang Selatan, 20 November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Pengertian dan Konsep Pendidikan Gratis .............................................................................
B. Pendidikan Gratis dan Bermutu...............................................................................................
C. Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Indonesia....................................................
BAB III...............................................................................................................................................
PENUTUPAN....................................................................................................................................
A. KESIMPULAN......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 dan Pasal 13
ayat 2. Setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan, bahkan warga negara
yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dan
setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar serta
orangtua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada
anaknya.
UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2,UU Sisdiknas Pasal 6 Ayat 1, Pasal 7, dan Pasal 34.
Sementara pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat; namun khusus untuk pendidikan dasar Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib membiayainya serta pemerintah dan pemerintah daerah
menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
memungut biaya.
UUD 1945 Pasal 31 Ayat 2, UU Sisdiknas Pasal 11 Ayat 2, Pasal 34 Ayat 2, dan Pasal
46 Ayat 1. Artinya, pendidikan dasar itu gratis bagi semua warga negara Indonesia.
pendidikan dasar gratis yang dimaksud di sini adalah pendidikan dasar yang diberikan
kepada peserta didik pendidikan dasar tanpa mengenakan iuran kepada peserta didik
untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan dasar oleh lembaga pendidikan dasar (SD,
MI,SMP,MTs,dll).
,

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kebijakan pendidikan gratis?
2. Apa itu pendidikan bermutu?
3. Keterkaitan antara pendidikan gratis dan pendidikan bermutu?
4. Bagaimana implementasi kebijakan gratis di indonesia?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian kebijakan pendidikan gratis
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan bermutu
3. Untuk mengetahui kaitan pendidikan gratis dengan pendidikan bermutu
4. Untuk memahami kebijakan pendidikan gratis di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Kebijakan Pendidikan Gratis


Dalam rangka mewujudkan cita-cita mulia ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’
sebagaimana yang dimuat dalam UUD 1945, Pemerintah menetapkan bahwa “Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya”,
sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 (2) UUD 1945 hasil Amandemen. Selanjutnya
Undang-Undang Sisdiknas Pasal 34 (2) menegaskan bahwa: “Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa memungut biaya.”

Pendidikan tanpa biaya atau yang disebut Pendidikan Gratis adalah pendidikan yang
membebaskan siswa dari segala pungutan biaya yang ditimbulkan atas pelaksanaan
pendidikan tersebut, baik pada aspek input, proses, maupun keluarannya. Jika ditelusur
pada landasan formal pendidikan di Indonesia, nomenklatur “pendidikan gratis”
sesungguhnya tidak ditemukan dalam tatanan perundang-undangan. Namun, memahami
definisi pendidikan gratis dalam konteks pembebasan biaya pendidikan bagi siswa oleh
penyelenggara pendidikan, dalam hal ini pemerintah hadir membiayainya, terdapat
beberapa program yang dapat dirujuk untuk makna pendidikan gratis, yaitu Program
Wajib Belajar, dan Program Indonesia Pintar (PIP).

1. Program Wajib Belajar


Sebagaimana tertuang dalam UU No 20 tahun 2003 adalah “program pendidikan
minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah
dan Pemerintah Daerah”. Dan Pasal 6 (1) UU Sisdiknas menegaskan bahwa “Setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar”. Berdasarkan pasal 6 (1), usia wajib belajar 9 tahun adalah s.d. 15
tahun. Ada upaya pemerintah untuk meningkatkan usia wajib belajar ditingkatkan
menjadi wajib belajar 12 tahun bagi anak usia 6 s.d. 21 tahun. Namun wajib belajar 12
tahun pernah ditolak Mahkamah Konstitusi secara keseluruhan melalui putusan MK No
92/PUU-XII/2014. Penyelenggaraan wajib belajar melalui 2 jalur, yaitu formal dan
nonformal. Pada jalur formal dilaksanakan minimal pada jenjang pendidikan dasar;
SD/MI, SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat. Jalur nonformal dilaksanakan melalui
program paket A, program paket B, atau bentuk lain yang sederajat. Pengelolaan program
wajib belajar secara nasional menjadi tanggung jawab Menteri. Namun Pemerintah
Daerah dapat menetapkan kebijakan untuk;
a) meningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampai pendidikan menengah,
b) mengatur lebih lanjut pelaksanaan program wajib belajar, sesuai dengan kondisi
daerah masing-masing melalui Peraturan Daerah termasuk kewenangan memberikan
sanksi administratif kepada warga negara Indonesia yang memiliki anak berusia 7
(tujuh) sampai dengan 15 (lima belas) tahun yang tidak mengikuti program wajib
belajar.

Selanjutnya, dalam rangka mendukung program wajib belajar yang bermutu,


Pemerintah menggunakan APBN melalui skema Dana BOS (Bantuan Operasional
Sekolah) untuk pembiayaan pendidikan untuk membebaskan seluruh pungutan yang
ditujukan kepada seluruh siswa terhadap biaya operasional sekolah, baik di sekolah
negeri maupun swasta. Dana BOS (APBN, Pusat) ini diperuntukkan untuk jenjang SD
hingga SMP. Adapun Dana BOS untuk jenjang SMA/MA/SMK bersumber dari dana
APBD (Daerah). Besarnya dana BOS ini sangat ditentukan oleh jumlah siswa di sekolah
yang bersangkutan. Meskipun biaya operasional ditanggung pemerintah, peserta didik,
orang tua, atau wali bertanggung jawab atas biaya pribadi peserta didik, misalnya uang
saku atau uang jajan, buku tulis dan alat-alat tulis, dan lain sebagainya. Dan juga
Pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan atau sebagian biaya operasi pendidikan
tambahan yang diperlukan untuk pengembangan sekolah menjadi bertaraf internasional.

2. Program Indonesia Pintar (PIP)


Sebagaimana yang tercantum dalam Permendikbud no. 10/2020 adalah “bantuan
berupa uang tunai, perluasan akses, dan kesempatan belajar dari pemerintah yang
diberikan kepada peserta didik dan mahasiswa yang berasal dari keluarga miskin atau
rentan miskin untuk membiayai pendidikan.” Pengertian ini memperluas cakupan dan
sasaran PIP dari Permendikbud no. 19/2016 yang menyebutkan PIP itu hanya berupa
uang tunai yang diberikan kepada peserta didik yang orang tuanya tidak atau kurang
mampu.
Sasaran PIP meliputi 3 level pendidikan; pendidikan dasar, menengah serta pendidikan
tinggi.
Bagi pendidikan dasar dan pendidikan menengah, PIP bertujuan untuk:
1. Meningkatkan akses untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat
pendidikan menengah;
2. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) akibat
kesulitan ekonomi;
3. Menarik siswa putus sekolah agar kembali mendapatkan layanan pendidikan.
Bagi pendidikan tinggi, PIP bertujuan untuk:
1. Meningkatkan perluasan akses dan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi bagi
Mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi;
2. Meningkatkan prestasi Mahasiswa pada bidang akademik dan nonakademik.

Jadi, pendidikan gratis adalah membebaskan segala biaya pendidikan bagi peserta
didik atau orang tua peserta didik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan
kegiatan pembangunan sekolah. Secara umum pendidikan gratis dapat dibahasakan
sebagai skema pembiayaan pendidikan dasar dan menengah yang ditanggulangi bersama
oleh pemerintah bersama pemerintah daerah, provinsi maupun kabupaten atau kota, guna
membebaskan atau meringankan biaya pendidikan paserta didik. Penyelenggraan
pendidikan gratis merupakan program terpadu di bidang pendidikan yang meliputi
kebijaksanaan pembiyaan, penataan pengembangan, pengawasan, serta pengendalian
program pendidikan gratis. Memperhatikan uraian di atas, pendidikan gratis memiliki
tujuan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak usia
sekolah, meningkatkan efesiensi, efektifitas, dan mutu penyelenggran pendidikan serta
lulusan. Dengan demikian, pendidikan gratis di Indonesia diatur melalui skema Program
Wajib Belajar dan Program Indonesia Pintar. Yang seluruh pembiayaan itu ditanggung
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

B. Pendidikan Gratis dan Bermutu


Secara umum pendidikan gratis dapat dibahasakan sebagai skema pembiayaan
pendidikan dasar dan menengah yang ditanggulangi bersama oleh Pemerintah bersama
Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/kota), untuk membebaskan atau meringankan
siswa dari pungutan biaya pendidikan. Sementara pendidikan yang bermutu dipahami
sebagai pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang kompoten, baik akademik,
kejuruan, personal dan sosial serta nilai-nilai akhlak mulia. Pendidikan bermutu dapat
terbangun apabila terselenggara secara teroganisir dan sistemik diantara berbagai
komponen pendidikan. Komponen standar mutu penyelenggaraan pendidikan
sebagaimana telah ditetapkan oleh PP No 57 Tahun 2021 menyebutkan bahwa standar
nasional pendidikan meliputi:
a) standar kompetensi lulusan
b) standar isi
c) standar proses
d) standar penilaian Pendidikan
e) standar tenaga kependidikan
f) standar sarana dan prasarana
g) standar pengelolaan
h) standar pembiayaan.

Sekolah bermutu menurut Hoy dan Miskel, sebagaimana dikutip oleh Turmidzi adalah
sekolah yang efektif, yang terdiri dari tatanan input, proses, dan output. Demikian juga
pendidikan gratis dilaksanakan dengan proses yang bermutu pula baik merujuk pada hasil
akreditasi, input, proses, output maupun outcome pendidikan. Output dinyatakan bermutu
apabila hasil belajar akademik dan nonakademik siswa tinggi. Outcome dinyatakan
bermutu apabila lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui
kehebatannya lulusannya dan merasa puas. Penyelenggraan pendidikan gratis merupakan
program terpadu di bidang pendidikan yang meliputi kebijaksanaan pembiyaan, penataan
pengembangan, pengawasan, serta pengendalian program pendidikan gratis.

Beberapa hasil penelitian berikut, peneliti paparkan untuk mengonfirmasi pertanyaan


banyak kalangan yang menyebutkan apakah pendidikan gratis dapat mempertahankan
mutu pendidikannya.
1. hasil penelitian Asep Ediana Latip dan Nafia Wafiqni yang dipublikasi pada tahun
2017 silam yang menganalisis mutu implementasi pendidikan gratis di Jabodetabek.
Mereka menyebutkan bahwa implementasi pendidikan gratis di Jabodetabek telah
memenuhi standar mutu pendidikan baik dilihat dari input, proses, output, dan
outcome pendidikan. Dilihat dari standar mutu pendidikan berbasis akreditasi, mutu
pendidikan gratis di Jabodetak memenuhi standar mutu pendidikan dengan perolehan
nilai A. Model implementasi pendidikan gratis dari pendanaannya tergambar dalam
tiga model pendidikan yaitu pembebasan segala jenis pungutan oleh sekolah terhadap
orang tua, Pembebasan biaya operasional pendidikan terhadap orang tua kecuali
biaya untuk kebutuhan pribadi seperti seragam sekolah dan pembiayaan operasional
pendidikan dibebankan pada dana BOS (Biaya Operasional Sekolah). Dampak
implementasi pendidikan gratis berdasarkan pada mutu input, proses, output, dan
outcome, serta mutu akreditasi juga model implementasi pendidikan gratis bagi
orang tua, implementasi pendidikan gratis di Jabodetabek dengan standar mutunya
tetap memiliki partisipasi dari masyarakat, memiliki kepuasan atas lulusannya, dan
terbantu dari pembiyaan pendidikan secara gratis. Bagi guru berdasarkan pada
perolehan data tentang mutu pendidikan gratis, guru melaksanakan pembelajaran
belum memenuhi standar proses pembelajaran dengan optimal.
2. Nita Andriani dan Sujianto tahun 2014 tentang Implementasi Penyelenggaraan
Pendidikan Gratis di Kabupaten Siak yang menyimpulkan bahwa implementasi
kebijakan penyelenggaraan pendidikan gratis di Kabupaten Siak masih belum
berjalan dengan baik. Artinya dalam proses implementasinya masih ada hal-hal yang
belum terpenuhi, seperti penerapan isi kebijakan, pengaruh lingkungan implementasi
dan pencapaian hasil kebijakan. Dalam penerapan isi kebijakan implementasinya
belum maksimal karena masih ada kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh
pelaksana kebijakan. Kemudian apabila dilihat dari pengaruh lingkungan
implementasi masih terlihat rendahnya kepatuhan dan daya tanggap dari pelaksana
kebijakan dalam implementasinya. Selanjutnya apabila dilihat dari pencapaian hasil
kebijakan yang belum sesuai juga dikarenakan oleh rendahnya keterlibatan dan
partisipasi masyarakat.

C. Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis di Indonesia


Salah satu kebijakan yang diterapkan pemerintah Republik Indonesia yaitu dengan
menerapkan program pendidikan gratis. Pendidikan gratis apabila mengacu pada kamus
besar Bahasa Indoesia adalah Pendidikan yang tidak dipungut biaya apapun. Pengertian
pendidikan gratis antara pemerintah dan masyarakat harus sama. Selama ini, ada
pemahaman yang berbeda antara kedua belah pihak. Disisi lain, masyarakat tidak bisa
disalahkan karena mempertanyakan atau menuntut kebijakan tersebut, mengingat bahwa
masalah ini tidak sepenuhnya tertangkap utuh, baik oleh pihak sekolah maupun orangtua
siswa.
Kontroversi pun masih terus berkembang walaupun berbagai sosialisasi terus
dilakukan. Dalam menetapkan kebijakan tersebut pemerintah tidak serta merta asal dalam
menetapkan kebijakan tersebut. Pastinya pemerintah mengambil keputusan tersebut
dengan penuh pertimbangan dan pemikiran yang cukup matang demi mewujudkan cita-
cita nasional bangsa Indonesia yaitu yang tercantum dalam UUD 1945 yang berbunyi,
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia”. Cita-cita tersebut dapat tercapai apabila pemerintah dan
seluruh masyarakat mampu bekerjasama demi mewujudkan cita-cita nasional bangsa
Indonesia.
Pada dasarnya, program pendidikan gratis pada jenjang pendidikan dasar yang
digulirkan oleh pemerintah provinsi disambut suka cita oleh masyarakat. Pelayanan
pendidikan tanpa dipungut biaya, memang telah lama diimpikan. UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) sebenarnya telah mengamanatkan
masyarakat yang tidak mampu digratiskan atau tidak dikenakan pungutan biaya sampai
mencapai usia wajib belajar 9 tahun. Program ini justru menjadi perdebatan di tengah-
tengah masyarakat setelah terjadi beda persepsi antara orangtua siswa dan lembaga
penyelenggara pendidikan. Pada satu sisi, masyarakat memahami pendidikan gratis yang
selama ini digulirkan berarti membebaskan seluruh komponen biaya pendidikan paling
mendasar dari masyarakat (Orangtua siswa).
Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual, sehingga mampu
mengembangkan diri serta lingkungan dalam rangka pembangunan nasional. Manusia
yang berkualitas telah terkandung jelas dalam Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia
yang termaktub dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab II Pasal 3 (2003:7) yang berbunyi :”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga. Upaya
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi
dunia pendidikan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mengingat hal
tersebut, maka pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak
generasi yang berkualitas untuk meneruskan kehidupan berbangsa dan bernegara di masa
yang akan datang.
Era teknologi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat di saat ini, menuntut
lembaga pendidikan bertanggung jawab dalam mempersiapkan sisiwa untuk menghadapi
dunia luar yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal merupakan tempat berlangsungya proses belajar mengajar antara guru
dengan siswa yang melibatkan berbagai unsur yang saling berkaitan. Unsur-unsur
tersebut antara lain guru, siswa, lingkungan, bahan ajar, evaluasi serta media belajar.

Kegiatan belajar mengajar sendiri dilakukan dengan sasaran agar hasil proses
pendidikan tersebut dapat bermanfaat bagi siswa itu sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain faktor yang bersifat internal dan eksternal. Salah satu faktor yang bersifat
eksternal adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat maupun
sekolah yang dapat berupa lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik berupa
gedung sekolahan, perpustakaan, laboratorium, lapangan, dan lain-lain. Sedangkan
lingkungan non fisik bisa berupa suasana belajar, kondisi fisiologis, pergaulan, dan lain-
lain.
Hal inilah yang membuat sekolah harus menyediakan kondisi yang sedemikian rupa
demi terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Kondisi yang
dimaksud adalah tersedianya sarana, alat, media serta lingkungan yang tepat dalam
membantu kelancaran serta kemudahan bagi guru untuk menyampaikan materi pada
siswa sehingga siswa dapat mentransfer materi tersebut dengan mudah. Pendidikan dasar
tingkat SD dan SMP merupakan jenjang pendidikan dasar yang melandasi pendidikan
berikutnya untuk itu tingkat pendidikan dasar SD dan SMP layak untuk mendapat
perhatian yang besar. Pemanfaatan dana yang diperoleh dari kebijakan ini diharapkan
mampu meningkatkan intelektual masyarakat dan memenuhi hak pendidikan serta
mewujudkan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
BAB III
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Pendidikan gratis adalah membebaskan segala biaya pendidikan bagi peserta didik
atau orang tua peserta didik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan kegiatan
pembangunan sekolah. Secara umum pendidikan gratis dapat dibahasakan sebagai skema
pembiayaan pendidikan dasar dan menengah yang ditanggulangi bersama oleh
pemerintah bersama pemerintah daerah, provinsi maupun kabupaten atau kota, guna
membebaskan atau meringankan biaya pendidikan paserta didik.
Penyelenggraan pendidikan gratis merupakan program terpadu di bidang pendidikan
yang meliputi kebijaksanaan pembiyaan, penataan pengembangan, pengawasan, serta
pengendalian program pendidikan gratis. Memperhatikan uraian di atas, pendidikan gratis
memiliki tujuan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi semua anak
usia sekolah, meningkatkan efesiensi, efektifitas, dan mutu penyelenggran pendidikan
serta lulusan. Dengan demikian, pendidikan gratis di Indonesia diatur melalui skema
Program Wajib Belajar dan Program Indonesia Pintar. Yang seluruh pembiayaan itu
ditanggung oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Nita, and Sujianto ’. “IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN


PENDIDIKAN
GRATIS.” Jurnal Kebijakan Publik 5, no. 3 (September 4, 2014): 23–30.
https://doi.org/10.46730/jkp.5.3.p.23-30.
Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta
Imron , Ali. 1995. Kebijakan Pendiikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Jogjakarta. Gajah Mada
University Press

Anda mungkin juga menyukai