Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PERCOBAAN PROSES PEMBUATAN

KERAMIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keramik oleh Bapak Imam
Solehudin.,S.T.,M.T. tahun ajaran 2016

Disusun oleh
Andi kurniawan 131910101030
M.Ody Alfarisi 131910101064

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keramik berasal dari bahasa Yunani "keramos", yang artinya adalah


sesuatu yang dibakar. Pada mulanya diproduksi dari mineral lempung yang
dikeringkan di bawah sinar matahari dan dikeraskan dengan pembakaran pada
temperatur tinggi. (Joelianingsih,Makalah Pribadi Falsafah Sains (2004).

Keramik adalah suatu bahan organik bukan metal tahan pada suhu tinggi,
karena titik lelehnya (melting point) diatas 2000 0C.(Astuti,1997). Keramik sangat
berkembang didalam kebutuhan pesat khusunya dibidang industry. Produk-
produk keramik telah banyak digunakan didalam kebutuhan rumah tangga,
industry, elektornika dan sebagainya. Namun banyak tantangan yang harus
dihadapi untuk memenuhi kebutuhan industri keramik tersebut. Ketersediaan
bahan baku tersebut yang menjadi masalah dalam kebutuhan-kebutuhan diatas.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang diambil pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi tanah liat di Jember ?


2. Bagaimanakah pengaruh proses pengayakan dalam pembuatan keramik ?
3. Apa pengaruh suhu pada proses sintering ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan tentang kondisi tanah liat di Jember


2. Menjelaskan pengaruh proses pengayakan dalam pembuatan keramik
3. Menjelaskan pengaruh suhu pada proses sintering

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diambil dari penelitianan ini adalah


diharapkan

1. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang keramik


2. Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang struktur keramik.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Industri Keramik

Industri keramik telah bermula dalam tahun 4500 sebelum Masehi yang di
usahakan oleh penduduk di perkampungan neolitik di dalam daerah Shanxi di
negeri China. Industri keramik pada masa itu hanya tertumpu pada penghasilan
tembikar. Tembikar tertua di temui di England, dapat di kesan kembali pada
pertama tahun masehi dan penaklukan Roma. Antara masa itu dan 1500 tahun
Masehi, perkembangan yang paling penting adalah porselin yang dapat
memantulkan cahaya. Aktiviti di England bermula dengan tembikar eistercian
pada awal abad ke enam belas. Abad ketujuh belas mulai nampak permulaan
industri tembikar Inggris melalui Tofst bersaudara yang membuat tembikar slip di
Staffordshire. Dalam abad ke delapan belas menampakkan bibit perkembangan
yang telah menjadikan industri tembikar sebagaimana yang terdapat pada hari
ini.

Cabang-cabang lain industri mula wujud pada abad kesembilan belas.


Perhatian yang meningkat adalah tentang sanitasi berdasarkan air Herrington. Di
bagian akhir abad ini pengenalan api elektro telah membawa kepada bibit
permulaan industri porselin elektro. Dalam tempoh selepas perang dunia kedua,
industri keramik tertumpu kepada produksi yang boleh memberikan ciri-ciri yang
istimewa serta Modern. Ia dihasilkan daripada bahan mentah alami atau sintetis
atau campuran yang melibatkan metode berteknologi modern. Keramik jenis ini
digolongkan kepada keramik Modern atau advance keramik.

2.2 Keramik Tradisional

Sebelum perang dunia kedua. keramik tradisional meliputi industri


keramik yang berdasarkan tanah liat. Ia merangkumi hasil tembikar, tanah liat
semen, refraktori, dan hasil yang berkaitan dengan silikat. Tembikar adalah
sebutan umum yang digunakan bagi kumpulan hasil keramik yang di sediakan
secara pembakaran. Lebih kurang 40% daripada industri refraktori terdiri

3
daripada hasil tanah liat yang di bakar, dan selebihnya adalah refraktori yang
tidak berdasarkan tanah liat. Sektor yang terbesar dalam industri keramik
tradisional adalah sektor yang mengeluarkan berbagai hasil kaca dan di ikuti
oleh industri semen.

Satu lagi kumpulan keramik tradisional ialah tembikar putih. Hasil


kumpulan ini juga melalui proses pembakaran tetapi strukturnya lebih luas dan
terkontrol di bandingkan dengan tembikar. Hasil akhirnya dalam bentuk berkilat
(glaze) ataupun tidak. Vorton membagikan tembikar putih kepada beberapa
kelas yaitu tembikar tanah batu, tembikar cina, porselin dan keramik teknik.
Tembikar tanah di hasilkan daripada tanah liat yang di bakar pada temperatur
kurang daripada 1200oC. Tembikar batu dihasilkan dari lempung api atau
campuran lempung, silika dan fluks. Sifatnya lebih kuat daripada tembikar tanah
karena suhu pembakaran yang lebih tinggi, teksturnya lebih halus.

Tembikar cina bersifat kaca, di hasilkan daripada campuran mineral


lempung, fluks, silika, alumina, abu tulang dan mineral-mineral lainnya. Suhu
pembakaran sekitar 1300oC. Porselin ialah tembikar kaca yang di hasilkan dalam
bentuk berkilat atau tidak. Ia di buat daripada campuran mineral-mineral
lempung, silika dan alumina untuk menambahkan kekuatan mekanik. Suhu
pembakaran lebih daripada 1300oC.

Keramik teknik adalah tembikar putih yang di gunakan sebagai penahan


listrik. Peralatan penahan panas dan kimia. Dihasilkan dengan melibatkan
penggunaan bahan mentah refraktori dan di bakar pada suhu melebihi 1300 oC.
Hasil lempung yang di gunakan untuk bidang pembangunan perumahan (teknik
sipil) terdiri daripada batubata, marmar dan saluran pipa. Mutunya agak rendah
di bandingkan dengan tembikar putih.

2.3 Keramik Modern

Keramik Modern dihasilkan untuk memenuhi beberapa keperluan


daripada aspek ketahanan terhadap temperatur yang tinggi dan bahan kimia,
ciri-ciri mekanik dan elektrik yang istimewa. Bahan-bahan ini terbagi kepada
keramik oksida dan keramik bukan oksida. Beberapa contoh keramik oksida ialah
alumina (Al2O3), Silika (SiO2), Zirkonia (ZrO2) dan Barium Titanat (BaTiO2).
Bahan jenis ini wujud secara alami di dalam batu-batuan dan mineral. Keramik

4
bukan oksida termasuklah nitrida (Si3N4,TiN dan BN) dan karbida (SiC, TiC dan
B4C). Bahan bahan ini di sintesiskan dengan menggunakan bahan mentah
alami atau secara kimia. Klasifikasi seterusnya berkenaan keramik modern
adalah berdasarkan fungsi dan bidang penggunaannya.

2.4 Tanah Liat

Tanah liat dihasilkan oleh alam, yang bersal dari pelapukan kerak bumi yang
sebagian besar tersusun oleh batuan feldspatik, terdiri dari batuan granit dan
batuan beku. Kerak bumi terdiri dari unsur unsur seperti silikon, oksigen, dan
aluminium. Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan silika oleh asam
karbonat. kemudian membentuk terjadinya tanah liat.

Tanah Liat atau tanah lempung memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

Tanahnya sulit menyerap air sehingga tidak cocok untuk dijadikan lahan
pertanian.
Tekstur tanahnya cenderung lengket bila dalam keadaan basah dan kuat
menyatu antara butiran tanah yang satu dengan lainnya.
Dalam keadaan kering, butiran tanahnya terpecah-pecah secara halus.
Merupakan bahan baku pembuatan tembikar dan kerajinan tangan lainnya
yang dalam pembuatannya harus dibakar dengan suhu di atas 10000C.

Jenis jenis tanah liat : tanah liat di bagi dalam dua jenis, primer dan skunder

1. tanah liat Primer

Yang disebut tanah liat primer (residu) adalah jenis tanah liat yang
dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak
berpindah dari batuan induk (batuan asalnya), karena tanah liat tidak berpindah
tempat sehingga sifatnya lebih murni dibandingkan dengan tanah liat sekunder.
Selain tenaga air, tenaga uap panas yang keluar dari dalam bumi mempunyai
andil dalam pembentukan tanah liat primer. Karena tidak terbawa arus air dan
tidak tercampur dengan bahan organik seperti humus, ranting, atau daun busuk
dan sebagainya, maka tanah liat berwarna putih atau putih kusam. Suhu matang
berkisar antara 13000C1400 0C, bahkan ada yang mencapai 17500C. Yang
termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspatik, kwarsa dan
dolomite, biasanya terdapat di tempat-tempat yang lebih tinggi daripada letak

5
tanah sekunder. Pada umumnya batuan keras basalt dan andesit akan
memberikan lempung merah sedangkan granit akan memberikan lempung putih.
Mineral kwarsa dan alumina dapat digolongkan sebagai jenis tanah liat primer
karena merupakan hasil samping pelapukan batuan feldspatik yang
menghasilkan tanah liat kaolinit.

Tanah liat primer memiliki ciri-ciri:

warna putih sampai putih kusam


cenderung berbutir kasar,
tidak plastis,
daya lebur tinggi,
daya susut kecil
bersifat tahan api
Dalam keadaan kering, tanah liat primer sangat rapuh sehingga mudah
ditumbuk menjadi tepung. Hal ini disebabkan partikelnya yang terbentuk
tidak simetris dan bersudut-sudut tidak seperti partikel tanah liat sekunder
yang berupa lempengan sejajar. Secara sederhana dapat dijelaskan
melalui gambar penampang irisan partikel kwarsa yang telah dibesarkan
beberapa ribu kali. Dalam gambar di bawah ini tampak kedua partikel
dilapisi lapisan air (water film), tetapi karena bentuknya tidak
datar/asimetris, lapisan air tidak saling bersambungan, akibatnya partikel-
partikel tidak saling menggelincir.

2. Tanah liat Sekunder

Tanah liat sekunder atau sedimen (endapan) adalah jenis tanah liat hasil
pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena
tenaga eksogen yang menyebabkan butiran-butiran tanah liat lepas dan
mengendap pada daerah rendah seperti lembah sungai, tanah rawa, tanah
marine, tanah danau. Dalam perjalanan karena air dan angin, tanah liat
bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah
sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat menjadi partikel-partikel yang
menghasilkan tanah liat sekunder yang lebih halus dan lebih plastis. Jumlah
tanah liat sekunder lebih lebih banyak dari tanah liat primer. Transportasi air
mempunyai pengaruh khusus pada tanah liat, salah satunya ialah gerakan arus
air cenderung menggerus mineral tanah liat menjadi partikel-partikel yang
semakin mengecil. Pada saat kecepatan arus melambat, partikel yang lebih berat

6
akan mengendap dan meninggalkan partikel yang halus dalam larutan. Pada
saat arus tenang, seperti di danau atau di laut, partikel partikel yang halus
akan mengendap di dasarnya. Tanah liat yang dipindahkan bisaanya terbentuk
dari beberapa macam jenis tanah liat dan berasal dari beberapa sumber. Dalam
setiap sungai, endapan tanah liat dari beberapa situs cenderung bercampur
bersama. Kehadiran berbagai oksida logam seperti besi, nikel, titan, mangan dan
sebagainya, dari sudut ilmu keramik dianggap sebagai bahan pengotor. Bahan
organik seperti humus dan daun busuk juga merupakan bahan pengotor tanah
liat.

Karena pembentukannya melalui proses panjang dan bercampur dengan


bahan pengotor, maka tanah liat mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna
krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara 9000C-14000C.
Pada umumnya tanah liat sekunder lebih plastis dan mempunyai daya susut
yang lebih besar daripada tanah liat primer.

Semakin tinggi suhu bakarnya semakin keras dan semakin kecil


porositasnya, sehingga benda keramik menjadi kedap air. Dibanding dengan
tanah liat primer, tanah liat sekunder mempunyai ciri tidak murni, warna lebih
gelap, berbutir lebih halus dan mempunyai titik lebur yang relatif lebih rendah.
Setelah dibakar tanah liat sekunder biasanya berwarna krem, abu-abu muda
sampai coklat muda ke tua.

Tanah liat sekunder memiliki ciri-ciri:

Kurang murni.
Cenderung berbutir halus.
Plastis.
Warna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, kuning muda, kuning
kecoklatan, kemerahan, kehitaman.
Daya susut tinggi.
Suhu bakar 12000C13000C, ada yang sampai 14000C (fireclay,
stoneware, ballclay).
Suhu bakar rendah 9000C11800C, ada yang sampai 12000C
(earthenware).
Warna tanah tanah alami terjadi karena adanya unsur oksida besi dan
unsur organis, yang biasanya akan berwama bakar kuning kecoklatan,
coklat, merah, wama karat, atau coklat tua, tergantung dan jumlah oksida
besi dan kotoran-kotoran yang terkandung. Biasanya kandungan oksida

7
besi sekitar 2%-5%, dengan adanya unsur tersebut tanah cenderung
berwarna Iebih gelap, biasanya matang pada suhu yang lebih rendah,
kebalikannya adalah tanah berwama lebih terang atau pun putih akan
matang pada suhu yang lebih tinggi.

2.5 Proses Sintering

Sintering merupakan pemanasan material / bahan dengan cara


memanaskannya tidak sampai melampaui titik lelehnya. Solid State
Sintering merupakan sintering yang dilakukan pada material padat yang
bertujuan untuk memperbaiki struktur / kualitas material tersebut. Selama
proses sintering, gaya penggerak makroskopik menurunkan kelebihan energi di
permukaan. Ini dapat terjadi dengan :
1) Penyusutan luas permukaan total karena peningkatan ukuran rata-rata
partikel, yang memicu pada pengasaran coarsening.
2) Penghapusan antarmuka padatan / gas dan pembentukan batas area butir,
diikuti dengan pertumbuhan butir, yang memicu pada pemadatan
densification.

Selama proses sintering, kedua mekanisme ini saling berkompetisi.


Jika dalam proses atomik lebih cenderung pada pemadatan (densification)
maka rongga menjadi lebih kecil dan menghilang seiring dengan lama waktu
sintering.
Jika dalam proses atomik pengasaran cenderung lebih cepat, maka rongga
dan butir, keduanya menjadi lebih besar seiring dengan lama waktu
sintering.

8
MEKANISME ATOMIK SELAMA SINTERING
Terdapat 5 tahap :
Evaporasikondensasi : butiran akan mengalami pelekatan dan pengkasaran
Surface diffusion :penyebaran atom pada permukaan
Volume diffusion :
Massa bergerak dari permukaan ke leher area
Massa bergerak dari batas butir ke leher
Penyebaran atom dari daerah leher ke permukaan butir
Viscous or Ceep flow ( Laju pergerakan dan pengentalan atom)

Coarsening (Pengasaran)

Terjadi pada seluruh area butiran kecuali bagian batas


Karena mekanismenya tidak mengijinkan atom yang berada pada batas area
berpindah secara keseluruhan.
Akibatnya :Terjadi pertumbuhan ukuran pada daerah leher, yang menyebabkan
butir semakin kasar.
Tekanan parsial berpengaruh pada coarsening terutama bagi kelengkungan
butiran. Tekanan parsial berupa tekanan uap yang tinggi
Misalnya : tekanan parsial yang ada pada bagian s lebih besar daripada bagian
n.

Densifikasi (Pemadatan)
Densifikasi dapat ditunjukkan pada gambar b sebelumnya, dimana 2 butir
mendekat secara bersama-sama dan menyebabkan bagian pinggir melekat /
gabung.

9
Terjadi difusi volume dari batas butir ke leher
Hal ini pula menyebabkan terjadi penyusutan dan menghilangnya pori-pori

KINETIKA SINTERING
Tahap sintering -> di gagas oleh peneliti bernama Coble yang menggambarkan
tahap sintering sebagai interval geometrik
Tahap awal
Bidang kontak interparticle meningkat karena pertumbuhan daerah leher dan
kepadatan relatif meningkat 60-65%
Tahap pertengahan
Ditandai dengan menyempitnya saluran pori. Kepadatan meningkat antara
60-90%
Tahap akhir
Ditandai dengan berakhirnya fase pori (Saluran pori sudah menghilang)

10
BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang diperlukan

1. Mesin Furnace

Gambar 3.1 Mesin Furnace


2. Penjepit
3. Cetakan
4. Timbangan saku
5. Ayakan (Mesh 80)

3.2 Bahan yang dibutuhkan

1. Tanah liat
2. Aquades

3.3 Langkah pembuatan keramik

11
1. Pesiapkan tanah liat yang telah dipilih dan cocok untuk pembuatan
keramik
2. Hancurkan tanah liat menjadi halus
3. Saring tanah liat menggunakan ayakan Mesh 80
4. Campur tanah liat dengan Aquades
5. Cetak campuran tanah liat menggunakan cetakan 1.5 cm x 1 cm x 1.5
cm
6. Lakukan kalsinasi selama satu minggu pada suhu kamar tanpa
terpapar matahari secara langsung
7. Timbang bobot bahan awal sebelum dilakukan sintering
8. Tandai spesimen
9. Lakukan sintering dengan variasi suhu
a. 100 0C
b. 200 0C
c. 400 0C
d. 600 0C
e. 800 0C
f. 900 0C
10.Lakukan pengamatan pada percobaan tersebut
11.Timbang bobot akhir spesimen
12.Catat hasil percobaan

BAB 4
PEMBAHASAN

12
Lokasi pengambilan tanah liat : Kecamatan Ambulu

Gambar 4.1 Tanah Liat setelah disintering

Data berat tiap spesimen sebelum dan sesudah disintering.

Spesime Spesime Spesime Spesime Spesime Spesime


n1 n2 n3 n4 n5 n6
(100 0C) (200 0C) (400 0C) (600 0C) (800 0C) (1000 0C)
Awal 5,30 5,13 5,48 5,44 4,99 5,01
Akhir 5,00 4,73 5,19 4,73 4,17 4,26

13
Data Berat Spesimen
6

0
Spesimen 1 Spesimen 2 Spesimen 3 Spesimen 4 Spesimen 5 Spesimen 6

Berat Awal Berat Akhir

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa

1. Setiap spesimen yang sudah disintering mengalami penurunan berat ini


disebabkan hilangnya kadar air dan unsur organik yang terkandung di
dalam tanah liat
2. Semakin tinggi suhu sintering maka semakin besar pengurangan berat
pada spesimen itu
3. Perubahan warna yang terjadi
4.
a. Pada suhu 100 C spesimen berwarna coklat
b. Pada suhu 200 C spesimen masih berwarna coklat
c. Pada suhu 400 C spesimen berwarna coklat kehitaman
d. Pada suhu 600 C spesimen berwarna hitam kemerahan
e. Pada suhu 800 C spesimen berwarna merah
f. Pada suhu 1000 C spesimen berwarna merah

BAB 5
KESIMPULAN

14
Kesimpulan

1. Tanah liat di Daerah Jember layak dijadikan sebagai bahan baku keramik
2. Perubahan warna pada spesimen mengindikasikan kandungan unsur
organik didalamnya. Apabila berwarna lebih gelap maka kandungan unsur
organiknya lebih tinggi. Apabila waran cerah maka unsur organik mulai
hilang
3. Suhu maksimal dalam pembakaran keramik adalah 900 C dan selebihnya
tidak akan berpengaruh lebih

15
16
DAFTAR PUSTAKA

De Garmo, Paul. E. et al. (1997). Material dan Process in Manufacturing. New York
10002, Mac Millan Publishing Company 866 Third Avenue, New York.

Ichinose, N.1987.Introduction to Fine Cceramics: Application in


Engineering.Chichester:

John Wiley

Ismail Ab.Rahman. 1995.Pengenalan Sains Seramik.Penerbit Universiti Sains


Malaysia

Kingery, W.D., Bowen, H.K and Uhlamann,.D.R. 1976. Introduction to Ceramics.

Second Edition. New York: John Wiley.

Kingon, A.I and Peterson, A.W. (1988). Developments in Engineering


Ceramics.Current Issues in Engineering Ceramic Development.

Mohd.Azrone Sarabatin. (2000). USM Cipta Tulang Seramik. Berita harian,


Pendidikan.

Van Vlack, H.Lawrence. (1991).Seramik Fizik Untuk Jurutera. Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia Kuala Lumpur dan Penerbit Universiti
Sains Malaysia Pulau Pinang.

17
18

Anda mungkin juga menyukai