Bab Ii
Bab Ii
A DEFINISI
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi
dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut (kontraksi uterus yang
terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi) (Bisher and Mackay, 1986).
B ETIOLOGI
Penyebab dari fetal distress diantaranya :
Ibu : hipotensi atau syok yang disebabkan oleh apapun, penyakit kardiovaskuler,
anemia, penyakit pernafasan, malnutrisi, asidosis dan dehidrasi.
Uterus : kontraksi uterus yang telalu kuat atau terlalu lama, degenerasi vaskuler.
Plasenta : degenerasi vaskuler, hipoplasi plasenta.
Tali pusat : kompresi tali pusat.
Fetus : infeksi, malformasi dan lain-lain.
Faktor-faktor etiologi
a Insufisiensi uteroplasental akut
- Aktivitas uterus berlebihan.
- Hipotensi ibu.
- Solutio plasenta.
- Plasenta previa dengan pendarahan.
b Insufisiensi uteroplasental kronik
- Penyakit hipertensi.
- Diabetes mellitus.
- Isoimunisasi Rh.
Postmaturitas atau dismaturitas
c Kompresi tali pusat
d Anestesi blok paraservikal
Data diagnostik tambahan
Pemantauan denyut jantung janin : pencatatan denyut jantung janin yang segera dan
kontinu dalam hubungan dengan kontraksi uterus memberika suatu penilaian
kesehatan janin yang sangat membantu dalam persalinan. Indikasi-indikasi
kemungkinan gawat janin adalah:
a Bradikardi : denyut jantung janin kurang dari 120 kali permenit.
b Takikardi : akselerasi denyut jantung janin yang memanjang (> 160) dapat
dihubungkan dengan demam pada ibu sekunder terhadap terhadap infeksi
intrauterin. Prematuritas dan atropin juga dihubungkan dengan denyut jantung
dasar yang meningkat.
c Variabilitas: denyut jantung dasar yang menurun, yang berarti depresi sistem saraf
otonom janin oleh mediksi ibu (atropin, skopolamin, diazepam, fenobarbital,
magnesium dan analgesik narkotik).
d Pola deselerasi: Deselerasi lanjut menunjukan hipoksia janin yang disebabkan
oleh insufisiensi uteroplasental.
b Deselerasi yang bervariasi tidak berhubungan dengan kontraksi uterus adalah
lebih sering dan muncul untuk menunjukan kompresi sementara waktu saja dari
pembuluh darah umbilikus. Peringatan tentang peningkatan hipoksia janin adalah
deselerasi lanjut, penurunan atau tiadanya variabilitas, bradikardia yang menetap
dan pola gelombang sinus.
Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum
a Bebaskan setiap kompresi tali pusat.
b Perbaiki aliran darah uteroplasental.
c Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi kehamilan
merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi,
kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
a Posisi ibu diubah dari posisi terlentang menjadi miring, sebagai usaha untuk
memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan aliran darah uteroplasental.
Perubahan dalam posis juga dapat membebaskan kompresi tali pusat. oksigen
diberikan 6 liter/menit, sebagai usaha meningkatkan penggantian oksigen
fetomaternal.
b Oksitosin dihentikan karena kontraksi uterus akan mengganggu sirkulasi darah
keruang intervilli.
c Hipotensi dikoreksi dengan infus IV D5% dalam RL. Transfusi darah dapat
diindikasikan pada syok hemorragik.
b Pemeriksaan pervaginan menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan
perjalana persalinan. Elevasi kepala janin secara lembut dapat merupakan suatu
prosedur yang bermanfaat.
c Pengisapan mekoneum dari jalan nafasi bayi baru lahir mengurangi resiko
asfirasi mekoneum. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut
dibersikan dari mekoneum dengan kateter penghisap. Segera setelah kelahiran,
pita suara harus dilihat dengan laringoskopi langsung sebagai usaha untuk
menyingkirkan mekoneum dengan pipa endotrakeal (Melfiawati, 1994).