Anda di halaman 1dari 15

KEPUSTAKAAN KIMIA

JUDUL

Dosen Pembimbing: Ardi Widhia Sabekti, M.Pd

DISUSUN OLEH :

QURATUL AINA/140384204004

SILVIA WULANDARI P/1403842033

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul .

Penulis menyadari tanpa kerja sama antara dosen serta beberapa kerabat
memberi masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya makalah ini.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak tersebut di atas yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran
penyusunan makalah.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha sesuai dengan


kemampuan penulis, mengingat bahwa manusia memiliki kelebihan maupun
kekurangan dalam mengerjakan sesuatu hal, maka penulis mengharapkan pembaca
bersedia untuk memeriksa koreksi terhadap tugas ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca dan
juga mudah-mudahan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan dapat meningkatkan prestasi si penyusun dan pembaca.

Tanjungpinang, 22 Desember 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................


i

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................

1.3 Tujuan..................................................................................................................

1.4 Manfaat.................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2.1 Penyebab Terjadinya Miskonsepsi pada Siswa.................................................................

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.....................................................................

2.3 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif disertai Peta Konsep dalam Mengurangi
miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia............................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................


3.1 Kesimpulan............................................................................................................

3.2 Saran....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

3
Gambar 1 Sintak Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT........................................................
5

Gambar 2 Kerangka Konseptual...................................................................................................


7

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang baru diberikan
secara menyeluruh pada bangku SMA. Kimia merupakan salah satu cabang dari
ilmu pengetahuan alam yang meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas
fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia. Ilmu kimia tidak hanya
sekedar memecahkan masalah tetapi juga membangun konsep yang sesuai
berdasarkan fakta, hasil pemikiran dan hasil penelitian sehingga siswa sering
mengalami kesulitan. Perhatian terhadap suatu proses keterampilan berfikir siswa
dalam proses pembelajaran bertujuan agar siswa dapat mencapai konsep secara
ilmiah sehingga siswa tidak mengalami miskonsepsi. Kesulitan yang sering
dialami siswa dalam mempelajari kimia salah satunya adalah kesulitan siswa
dalam memahami istilah dan kesulitan dalam memahami konsep kimia. Kesulitan
yang dialami siswa dalam memahami istilah dan konsep kimia akan
menyebabkan pemahaman yang salah dan jika pemahaman yang salah ini
berlangsung secara terus menerus maka akan menimbulkan kesalahan konsep
pada siswa.

Salah satu pokok bahasan pada ilmu kimia yang dianggap sulit oleh siswa
adalah ikatan kimia. Pokok bahasan ikatan kimia merupakan materi yang berisi
konep yang membutuhkan kemampuan berfikir abstrak yang berkaitan dengan
beberapa konsep seperti pengisian elektron pada kulit atom, penentuan elektron
valensi, konfigurasi elektron, kestabilan elektron serta penggambaran lambing
Lewis. Pada proses pembelajaran untuk membantu memvisualisasikan konsep-
konsep abstrak guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat yang
dapat mengaktifkan siswa, dapat mengembangkan keterampilan berfikir siswa
dan siswa mengalami langsung konsep permasalahan yang akan diselesaikan.
Salah satu pokok bahasan ilmu kimia adalah ikatan kimia. Pada pokok bahasan ini
siswa dituntut untuk memahami konsep. Untuk meminimalisir miskonsepsi yang

1
terjadi pada pokok bahasan ikatan kimia diperlukan penggunaan model
pembelajaran yang sesuai yaitu salah satunya model pembelajaran yang
digunakan adalah model pembelajaraan kooperatif tipe NHT karena model
pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa?
2. Bagaimana mengatasi miskonsepsi siswa pada pokok bahasan ikatan kimia?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan peta
konsep pada pokok bahasan ikatan kimia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi siswa pada pokok
bahasan ikatan kimia
2. Untuk mengetahui cara mengatasi miskonsepsi siswa pada pokok bahasan
ikatan kimia
3. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan peta kosep pada pokok bahasan ikatan kimia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe NHT
2. Mengetahui penggunaan peta konsep pada pokok bahasan ikatan kimia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Terjadinya Miskonsepsi pada Siswa


Pembelajaran ikatan kimia bagi siswa SMA dirasa sulit karena membutuhkan
berbagai penjelasan. Materi yang sulit dipahami oleh siswa berpotensi
menimbulkan miskonsepsi dalam diri siswa. Pada proses pembelajaran terjadi
interaksi antara guru dengan siswa. Pada kegiatan ini guru berperan sebagai
pemberi informasi kepada siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa dapat berupa
konsep-konsep. Oleh karena itu, siswa dituntut pemahamannya terhadap konsep-
konsep. Pemahaman siswa akan suatu konsep bisa berbeda dengan pemahaman
yang seharusnya dan dapat diterima. Akan tetapi, jika konsep tersebut berbeda
maka timbul miskonsepsi pada siswa.

Menurut Berg dalam Effendy (2002) miskonsepsi dapat terjadi karena


gagasan yang muncul dari pikiran siswa yang bersifat pribadi. Gagasan ini pada
umumnya bersifat kurang ilmiah, akan tetapi jika guru tidak berusaha untuk
memperhatikan gagasan yang dimiliki oleh siswa sebelum mengenalkan konsep
yang berhubungan akan memungkinkan terjadinya salah konsep. Menurut
Kirkwood dan Symington (dalam Effendy, 2002:12), penyebab terjadinya
miskonsepsi dalam belajar kimia dapat ditinjau dari sisi siswa, pengajar dan
materi pelajaran. Dari sisi siswa penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu
pengetahuan yang telah diperoleh siswa dari hasil belajar sebelumnya,
pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi belajar dan kesiapan siswa dalam
belajar. Dari sisi pengajar, miskonsepsi mungkin disebabkan karena metode dan
pendekatan belajar yang digunakan. Dari sisi materi penyebab terjadinya
miskonsepsi yaitu konsep-konsep yang kompleks dan abstrak dan materi kajian
yang terlalu padat dalam waktu yang relatif terbatas.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru jika kurang terarah maka pada
siswa akan timbul pemahaman yang kurang tepat terhadap suatu konsep. Oleh

3
karena itu, pada proses pembelajaran dibuuhkan suatu model pembelajaran yang
dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaaran dan pemahaman
yang sesuai dengan konsep yang diajarkan.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT


Guru harus memiliki strategi pada proses belajar mengajar agar siswa dapat
belajar efektif dan efesien serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memenuhi strategi tersebut adalah dengan menggunakan
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan melibatkan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan konsep konstruktivistik adalah model pembelajaran
tipe Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran ini mengacu pada
model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok kecil dan salin
membantu dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif NHT merupakan varian dari diskusi


kelompok. Tujuan dari NHT ini adalah memberi kesempatan kepada siswa utuk
saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga dapat diterapkan untuk
mata pelajaran ikatan kimia. Sintak atau tahap-tahap pelaksanaan NHT pada
hakikatnya hamper sama dengan diskusi kelompok. Model NHT merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk
mengumpulkan fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur
interaksi siswa. Adapun langkah dalam pembelajaran NHT antara lain yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab Ibrahim
(2000: 28) (dalam Siswanto dan Rechana, 2011):

a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama dalam NHT, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 4-5
orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai
nomor yang berbeda, sesuai dengan siswa didalam kelompok.

4
b. Pengajuan pertanyaan
Langkah berikutnya adalah mengajukan pertanyaan, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diambil dari materi pelajaran
tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan
usahakan dapat bervariasi hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan
yang bervariasi pula.
c. Berfikir bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian jawaban
Langkah terakhir guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih
kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan
berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama
menanggapi jawaban tersebut.

Penomoran

Pengajuan Pertanyaan

Berfikir Bersama
Gambar 1 Sintak model pembelajaran kooperatif tipe NHT

2.3 Penerapan Model Pembelajaran KooperatifJawaban


Pemberian dengan Peta Konsep dalam
Mengurangi Miskonsepsi Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia
Model pembelajaran konvensional merupakan salah satu model pembelajaran
yang sering digunakan oleh guru pada proses pembelajaran. Pada model
pembelajaran konvensional proses pembelajaran berpusat pada guru dan siswa

5
ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi
secara pasif. Jadi pada umumnya penyampaian materi pelajaran menggunakan
metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dengan pembelajaran seperti ini
peserta didik tidak mengetahui tujuan pembelajaran pada hari tersebut dan
biasanya mengutamakan hafalan daripada pengertian juga mengutamakan hasil
daripada proses. Sehingga siswa sering mengalami miskonsepsi.

Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah penggunaan model


pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menawarkan berbagai jenis
metode untuk menggerakan siswa untuk ikut serta dalam proses belajar
mengajar, sehingga pembelajaran yang berlangsung menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, diharapkan
siswa dapat saling membantu, berdiskusi, dan berargumentasi untuk
menyelesaikan permasalahan. Tiga aspek tersebut yang nantinya akan mengasah
kemampuan bersosialisasi di masyarakat nantinya. Salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah NHT. Pada model ini Siswa diajak untuk belajar
tetapi merasa tidak sedang dipaksa untuk belajar. Dasar dari melakukan kegiatan
belajar adalah karena senang. Penggunaan metode NHT memberikan waktu yang
lebih banyak kepada siswa untuk berdiskusi didalam kelompoknya, siswa dapat
saling bertukar pikiran satu sama lain. Pembelajaran menggunakan NHT lebih
memiliki keaktifan dalam mencari hal yang belum dipahami, salah satunya ketika
siswa menuliskan jawaban hasil kerjasama kelompoknya.

Penggunaan peta konsep pada pembelajaran ikatan kimia siswa dapat melihat
keterkaitan atau hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka dapat diperkiran
kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan kepada siswa. Penerapan
peta konsep dapat meningkatkan kreativitas berpikir dalam proses pembelajaran,
meningkatkan penguasaan konsep terhadap materi pelajaran (Ferlin: 2009). Oleh
karena itu, pembelajaran ikatan kimia dapat diterapkan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan peta konsep.

6
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan peta komsep pada
penerapannya bertujuan agar siswa dapat saling berdiskusi dan bertukar pikiran
dengan siswa lainnya serta dapat membangun konsep yang sesuai dengan
pengetahuan yang diperolehnya. Pada pelaksanaannya model pembelajaran ini
dimulai dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, pada setiap
kelompoknya beranggotakan 4-5 orang kemudian guru memberikan materi yang
akan dibahas oleh siswa pada setiap kelompoknya. Setelah mendapatkan materi
apa yang akan didiskusikan kemudian siswa mendiskusikan materi bersama
kelompoknya dan kemudian masing-masing siswa membuat peta konsep dari
materi yang sudah didiskusikan. Setelah itu, guru menyebut salah satu nomor dan
kemudian setiap siswa masing-masing kelompok yang bernomor sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban dalam bentuk peta konsep,
kemudian guru memilih secara acak kelompok yang harus menjawab pertanyaan
tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut
mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang
bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Kemudian diakhir pembelajaran
guru menjelaskan kembali materi yang dipelajari dan membuat kesimpulan
bersama siswa.

Proses pembelajaran seperti ini bertujuan agar siswa saling berdiskusi dan
bertukar pikiran dengan siswa lainnya serta dapat membangun konsep yang
sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Dengan adanya diskusi siswa
diharapkan Guru Proses Pembelajaran
mampu membangun Siswa
konsep pemikiran sesuai dengan materi yang
sedang dipelajarinya. Selain itu, dengan pembelajaran kooperatif dengan peta
Pemahaman
konsep dapat membangun Siswa terhadap
kreativitas Suatumenguasai
siswa dalam Konsep materi pelajaran

sehingga miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat dikurangi.

Paham Miskonsepsi Tidak Paham

Mengganggu

Perlu Diketahui / Didiagnosa


7
Tingkat Penguasaan Konsep Siswa Lebih Baik
Gambar 2 Kerangka Konseptual

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena gagasan yang muncul
pada siswa berbeda dan kurang tepat dengan konsep yang seharusnya.
Beberapa penyebab miskonsepsi pada siswa dapat ditinjau dari segi siswa,

8
guru dan materi pelajaran. Dari segi siswa faktor terjadinya miskonsepsi
antara lain pengalaman belajar, kemampuan berfikir serta motivasi dan
kesiapan siswa dalam belajar. Dari sisi guru faktor terjadinya miskonsepsi
adalah pendekatan dan metode pembelajara yang digunakan. Dari sisi materi
faktor terjadinya miskonsepsi adalah materi yang kompleks dan abstrak dan
keterbatasan waktu yang tersedia.

Ikatan kimia merupakan salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada
kelas X. Pada pokok bahasan ikatan kimia juga timbul miskonsepsi pada
siswa. Miskonsepsi siswa pada pokok bahasan ikatan kimia dapat dikurangi
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT disertai peta
konsep pada proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT disertai peta konsep bertujuan untuk meningkatkan
interaksi, kemampuan berfikir serta kerjasama antar siswa. Dengan adanya
diskusi kelompok siswa dapat saling bekerjasama dalam membangun suatu
konsep yang sesuai dengan pokok bahasan. Peta konsep digunakan untuk
menunjukkan bahwa siswa telah dapat memahami gagasan maupun konsep
yang sudah didiskusikan dalam kelompok. Sehingga pelajaran dapat lebih
bermakna bagi siswa dan miskonsepsi pada siswa dapat dikurangi.

3.2 Saran
Mengingat bahwa manusia memiliki kelebihan maupun kekurangan
dalam mengerjakan sesuatu hal, maka penulis mengharapkan pembaca
bersedia untuk memeriksa koreksi terhadap tugas ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca
dan juga mudah-mudahan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat meningkatkan prestasi si penyusun dan pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

10
Effendy. 2002. Upaya untuk Mengatasi Kesalahan Konsep dalam Pengajaran Kimia
dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Media Komunikasi kimia,
Jurnal Ilmu Kimia dan Pembelajaran, 2(6)1-22.

Ismail, M., Laliyo, L.A.R., Alio, L. Meningkatkan Hasil Belajar Ikatan Kimia dengan
Menerapkan Strategi Pembelajaran Peta Konsep pada Siswa Kelas X di SMA
Negeri I Telaga, 521-529.

Sudarmo, U. (2009). Miskonsepsi Siswa SMA Terhadap Konsep-konsep Kimia,


Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2009 (pp. 171-188).
Universitas Negeri Surakarta: Surakarta.

Retnani, F.Y., Sukardjo, J.S., Utomo, S.B. (2014). Penerapan Metode Numbered
Heads Together (Nht) Disertai Macromedia Flash untuk Meningkatkan Motivasi
dan Prestasi Belajar Siswa Materi Struktur Atom, Sistem Periodik, dan Ikatan
Kimia Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurnal Pendidikan Kimia, 3(3), 57-65.

11

Anda mungkin juga menyukai