Anda di halaman 1dari 26

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN DI PENDIDIKAN

DAN PENDIDIKAN KIMIA

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Trend Pendidikan Kimia
Dosen Pengampu : Dr. Luki Yunita, M.Pd

Dosen pengampu : Luki Yunita, M.Pd

Disusun oleh

Kelompok 8

1. Akmal Rijaldi (11210162000083)


2. Rohieqe Hurmatika Isqy (11210162000090)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2023/1044 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-
Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembelajaran dan Pengajaran Di Pendidikan dan Pendidikan Kimia” ini tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dr. Luki Yunita, M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Trend Penelitian Pembelajaran Kimia yang telah
memberikan bimbingan dan saran sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan pikiran mengenai materinya.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh agar makalah ini dapat
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari khusunya dalam dunia pendidikan.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciputat, 06 Juni 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2
D. Sistematika Masalah ....................................................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
A. Pengertian Belajar – Pembelajaran – Mengajar Menurut Para Ahli .............................. 4
B. Problematika Pembelajaran dan Pengajaran Kimia di SMA ........................................ 11
C. Penggunaan Metode Problem Base Learning Pada Pembelajaran Kimia…….............17
D. Contoh Analisis Contoh Analisis Artikel Dari Jurnal Mengenai Pembelajaran Dan
Pengajaran Kimia Dari Berbagai Benua ....................................................................... 20
BAB III : PENUTUP ............................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam


yang dianggap sulit untuk dipahami. Hal ini dikarenakan ilmu kimia bersifat
abstrak, tidak hanya membahas konsep akan tetapi juga berhubungan dengan
perhitungan dan bagaimana mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu ilmu kimia mengandung konsep yang berurutan dan berjenjang. Jika siswa
tidak memahami konsep dasarnya, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam
memahami konsep yang lebih kompleks. Kimia merupakan salah satu cabang
dari ilmu pengetahuan alam (IPA). Ilmu kimia berisikan konsep yang bersifat
abstrak, prosedural, konkrit dan metakognitif yang dibangun melalui metode
ilmiah. Untuk dapat memahami kimia dengan baik perlu adanya kegiatan yang
menghubungkan antara teori yang diperoleh dengan praktek ilmu tersebut. Hal
ini diharapkan agar peserta didik dapat mempraktekkan secara empiris
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hubungan antara teori
dan praktek sebaiknya dilakukan secara berulang, di mana teori dan praktek
secara bergantian dan bertahap akan saling mengisi, saling melengkapi,dan
saling mengkaji (Mustaji, 2009).
Guru dalam menyampaikan pembelajaran tidak hanya
mentransfer informasi kepada siswa, akan tetapi bagaimana seorang guru dapat
memberikan informasi tersebut sehingga dapat dipahami dengan benar serta
dapat tertanam dalam diri siswa. Kegiatan siswa selama mengikuti
pembelajaran kimia cenderung menulis semua apa yang diberikan oleh guru
tanpa memahaminya, dan juga sering menghafal konsep–konsep yang
diberikan guru. Akibatnya dalam proses pembelajaran siswa tidak
memahami dengan benar materinya sehingga berdampak pada hasil
pembelajaran siswa sendiri. Guru dituntut untuk dapat merencanakan
pembelajaran yang menarik tetapi serius, sehingga siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Ketepatan seorang guru dalam memilih

1
metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat
menghasilkan pembelajarn yang baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Sehingga dalam mempelajari ilmu kimia dapat mencakup kimia
sebagai produk dan kimia sebagai proses. Menurut Walker & Sampson (2012)
praktikum adalah keadaan yang sesuai untuk mengakses aspek ilmu
pengetahuan yang mungkin terlewatkan dalam pembelajaran kelas.
Selain itu, pembelajaran praktikum adalah salah satu bentuk dari keterampilan
proses yang dapat melatih penggunaan alat dan bahan yang tepat. Bagi peserta
didik yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, melalui praktikum mereka
dapat memperoleh jawaban dari rasa ingin tahu secara nyata. Dalam
pelaksanaan kegiatan praktikum ada beberapa permasalahan yang
menjadi kendala sehingga kegiatan praktikum tidak dapat digunakan
oleh guru. Permasalahan yang muncul memerlukan solusi sehingga kegiatan
praktikum dapat berjalan baik dan benar sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas,
penulis menyusun makalah yang berjudul

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud pembelajaran dan pengajaran menurut para ahli?
2. Bagaimana problematika pembelajaran dan pengajaran kimia di SMA?
3. Bagaimana penggunaan problem base learning pada pembelajaran kimia?
4. Bagaimana contoh analisis artikel dari jurnal mengenai pembelajaran dan
pengajaran kimia dari berbagai benua?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembelajaran dan pengajaran menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui problematika pembelajaran dan pengajaran kimia di
SMA.
3. Untuk mengetahui penggunaan problem base learning pada pembelajaran
kimia.

2
4. Untuk memberikan contoh analisis artikel dari jurnal mengenai pembelajaran
dan pengajaran kimia dari berbagai benua.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab, Materi ini disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
1. Bab I pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II terdapat pembahasan materi yaitu pengertian pembelajaran dan
pengajaran, problematika pembelajaran dan pengajaran kimia di SMA,
penggunaan problem base learning pada pembelajaran kimia dan contoh
analisis contoh analisis artikel dari jurnal mengenai pembelajaran dan
pengajaran kimia dari berbagai benua.
3. Bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar – Pembelajaran – Mengajar Menurut Para Ahli


Pembelajaran tidak terlepas dari dua peristiwa yaitu belajar dan
mengajar, di mana keduanya terdapat hubungan yang erat bahkan terjadi kaitan
dan interaksi saling mempengaruhi dan saling menunjang satu sama lainnya.

1. Pengertian Belajar
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,
akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku mengandung
pengertian yang luas. Hal ini mencakup pengetahuan, pemahaman,
keterampilan sikap dan sebagainya. Sedangkan pengertian lain menyebutkan
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam buku yang lain Oemar Hamalik (2001: 27) menyatakan bahwa
“belajar adalah suatu proses, suatu usaha, kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan yang bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yaitu mengalami dan hasilnya bukan suatu penguasaaan hasil latihan
melainkan perubahan kelakuan”
Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis
memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini
memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Belajar menurut Baharuddin dan Esa (2009: 11)
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir
hayat.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara sesorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa
sesorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri

4
orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, ketrampilan, atau sikapnya. (Azhar, Arsyad, 2011: 1)
Belajar menurut Syaiful dan Aswan (1997: 11) adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Eveline dan Hartini (2011: 3) menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang
lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah
adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
(Wina, 2006: 95 – 96)
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu
proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar (Nana Sudjana, 1991: 29).
Sedangkan belajar menurut Arief S. Sadiman, dkk (2011: 2) belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Ngalim
Purwanto, 1998 ; 89)
Menurut Ihsana (2017: 1) belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilaku nya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang

5
berupa respons. Oleh karena itu, belajar dapat disimpulkan sebagai suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif,
afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.
Kesimpulan pengertian belajar menurut beberapa para ahli adalah
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar didalam diri
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran.
2. Pengertian Mengajar
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses
mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar
sudah tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada
yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/
saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya
berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja suasana atau tidak
sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar (Sardiman 1986:
21).
Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno, yaitu
teacem. Kata ini berasal dari bahasa Jerman kuno (Old Teutenic), taikjan,
yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti memperlihatkan. Kata tersebut
ditemukan juga dalam bahasa Sansekerta, dic, yang dalam bahasa Jerman
kuno dikenal dengan deik. Istilah mengajar (teach) juga berhubungan dengan
token yang berarti tanda atau simbol. Kata token juga berasal dari bahasa
Jerman kuno, taiknom, yaitu pengetahuan dari taikjan. Bahasa Inggris kuno
mengartikan bahwa teacem adalah to teach (mengajar), sehingga token dan
teach secara historis memiliki keterkaitan. Definisi to teach (mengajar)
dilihat dari asal usul kata-nya berarti memperlihatkan sesuatu kepada
sesorang melalui tanda atau simbol, penggunaan tanda atau simbol itu
dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkam respons mengenai
kejadian, seseorang, observasi, penemuan, dan lain sebagainya. Sejak tahun
1500-an, definisi mengajar (teaching) mengalami perkembangan secara
terus-menerus. (Wina, 2006: 95 – 96)

6
Beberapa prinsip umum tentang mengajar, sebagai berikut :

1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa


yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang
akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum
proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat
kemampuan semacam ini disebut entry behavior. Entry behavior dapat
diketahui diantaranya dengan melakukan pre test. Hal ini sangat penting
agar proses belajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ada
perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu
mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari seseorang
secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara
yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan
tingkat kemampuan masing-masing siswa. (Hamzah, 2006: 7)
Menurut Nasution dalam Maswan dan Khoirul Muslimin (2011: 220)
berpendapat bahwa mengajar adalah “suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak,
sehingga terjadi proses belajar.”
Kesimpulan pengertian mengajar menurut beberapa para ahli adalah
memberikan pelajaran sebaik-baiknya kepada seseorang agar mereka
memperoleh sebuah pengalaman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
setiap individu tersebut, maka dari itu mengajar juga harus memperhatikan
perbedaan tingkat kemampuan yang dimiliki setiap individu karena mereka
mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda.

7
3. Metode Pembelajaran
Metode asal kata dari bahasa Inggris adalah method yang berarti cara.
Dalam Bahasa Indonesia, menjadi metode yang berarti cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan
sebagainya). Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa kata
pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Peranan metode pembelajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan
proses mengajar dan belajar, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.
Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh pendidik untuk
menyampaikan bahan pembelajaran kepada peserta didik agar dapat
menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
tersebut (Maswan dan Khoirul Muslimin, 2017: 289-290).
Simpulan dari pengertian metode pembelajaran diatas adalah sebuah cara
yang digunakan seorang pendidik untuk menyampaikan bahan pembelajaran
terhadap peserta didik yang bersifat prosedural dan berisi tahapan-tahapan
tertentu.
Metode pembelajaran ini dibuat oleh pendidik agar dapat memudahkan
peserta didik untuk memahami materi yang sedang dipelajari pada saat itu.
Metode pembelajaran seharusnya dibuat semenarik mungkin agar peserta
didik tidak merasa bosan.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat bagi seorang pendidik harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip penggunaan metode yang digunakan.
Secara umum prinsip penggunaan metode yang dipilih harus :
1. Memperhatikan minta, kesiapan, kemampuan dan dorongan peserta
didik dalam mengikuti pelajaran.
2. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan berkreatifitas secara bebas
tidak ada tekanan dan paksaan dalam mengikuti pelajaran.
3. Menumbuhkan rasa senang dan keinginan untuk melakukan aktivitas
dalam proses pembelajaran.

8
4. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan oercaya diri dengan landasan
kemandirian.
5. Memperhitungkan sarana dan alat bantu media pembelajaran yang
digunakan. (Maswan dan Khoirul Muslimin, 2017: 91-92)
4. Model – Model Pembelajaran dan Pengajaran
Ada beberapa model pembelajaran dan pengajaran yang telah
dikembangkan dan digunakan dalam konteks pendidikan. Beberapa model
tersebut meliputi :
1. Model Instruksional
Model ini melibatkan seorang guru yang memberikan instruksi kepada
siswa secara langsung. Pendekatan ini sering kali melibatkan ceramah,
diskusi kelompok kecil, atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa.
2. Model Kooperatif
Model ini melibatkan kerja sama dan partisipasi aktif dari siswa. Model
pembelajaran kooperatif sering kali melibatkan kerja kelompok, di mana
siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Model Pemberian Tugas
Model ini melibatkan pemberian tugas atau proyek kepada siswa yang
memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui pengalaman langsung. Model ini sering kali
melibatkan pemecahan masalah, proyek penelitian, atau tugas berbasis
proyek.
4. Model Demonstrasi
Model ini melibatkan demonstrasi oleh guru atau sumber lainnya untuk
memperkenalkan atau mengilustrasikan konsep, keterampilan, atau
proses tertentu. Demonstrasi ini kemudian diikuti oleh praktik atau
penerapan oleh siswa.
5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model ini mengintegrasikan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran. Siswa dihadapkan pada masalah nyata atau simulasi
masalah yang memerlukan pemikiran kritis, analisis, dan solusi.

9
6. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Model ini melibatkan siswa dalam proyek nyata atau simulasi proyek
yang melibatkan penelitian, kolaborasi, dan penerapan pengetahuan
dalam konteks praktis.
7. Model Pembelajaran Berbasis Diskusi
Model ini melibatkan diskusi kelompok atau diskusi kelas yang dipandu
oleh guru. Siswa diajak untuk berbagi gagasan, menganalisis informasi,
dan mengembangkan pemahaman mereka melalui interaksi dengan orang
lain.
8. Model Pembelajaran Jarak Jauh
Model ini melibatkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa yang tidak berada di
lokasi fisik yang sama dengan guru. Pembelajaran dapat disampaikan
melalui video konferensi, platform pembelajaran online, atau materi
pembelajaran yang dikirimkan secara elektronik.
5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks
karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari
sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar
mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru
sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek
pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai
potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin
proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat
berlangsung dengan baik, Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh
diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas
belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah,
sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi kualitas
dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya.

10
Berikut akan dijelaskan pengaruh masing-masing faktor sebagai berikut:

 Media dan instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam


membantu guru mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada
siswa sehingga menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif
dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru
agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang
tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh
terhadap keberlangsungan proses belajar-mengajar. Tanpa ada fasilitas
belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses
interaksi belajar-mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan
optimal.
 Metode pengajaran memiliki peranan yang penting dalam
memperlancar kegiatan belajar mengajar artinya proses belajar
mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode
mengajar yang bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah memilih
berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar
yang efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
 Evaluasi atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya
tujuan pengajaran dan untuk mengetahui keefektifan proses belajar
mengajar yang telah dilakukan guru. Tanpa adanya evaluasi guru tidak
akan mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tidak bisa
menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan untuk
memperbaikinya.

B. Problematika Pembelajaran dan Pengajaran Kimia di SMA


Pembelajaran kimia mencakup persoalan yang sangat luas, mulai dari
kebijakan pemerintah, kompetensi guru, teknisi laboratorium, laboran, proses
belajar mengajar, peserta didik, infrastuktur dan keterlibatan orang tua. Jika
mempelajari kimia dianggap sulit, maka permasalahan ini kemungkinan besar
terkait dengan komponen-komponen tersebut. Selain komponen-komponen ini,
kesulitan belajar juga dapat muncul dari karakteristik materi pelajaran kimia itu
sendiri yang sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Pemerintah telah

11
menetapkan Standar Nasional Pendidikan seperti tertuang dalam PP. No 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian pendidikan yang ditujukan untuk penjaminan
mutu pendidikan.

Kesulitan belajar siswa) mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a)


learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner,
dan (e) learning disabilities. Pengertiannya akan dibahas sebagai berikut :

a. Learning Disorder/Kekacauan Belajar


Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan
belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu
atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga
hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
Contoh: peserta didik yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti
karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. Peserta didik yang
terbiasa mengerjakan segala sesuatu dengan tergesa-gesa akan sedikit
mengalami kesulitan pada saat harus bekerja secara ekstra hati-hati di
laboratorium.
b. Learning Disfunction
Gejala dimana proses belajar yang dilakukan peserta didik tidak berfungsi
dengan baik, meskipun sebenarnya peserta didik tersebut tidak menunjukkan
adanya subnormalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis
lainnya.
Contoh : peserta didik yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis
dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah
dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan baik. Peserta didik yang sebenarnya memiliki bakat numerik
tinggi tetapi mengalami kesulitan pada saat mempelajari konsep mol yang

12
didalamnya menuntut kemampuan operasi matematik karena bakat
numeriknya kurang sering diaplikasikan pada bidang-bidang lain.
c. Underachiever
Mengacu kepada peseta didik yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat
kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi
belajar¬nya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. Siswa yang di tes
kemampuan penalaran formalnya dan hasilnya menunjukkan bahwa peserta
didik tersebut sudah berada pada level operasional formal, namun
mengalami kesulitan pada saat mempelajari konsep-konsep yang bersifat
abstrak.
d. Slow Learner (Lambar Belajar)
Peserta didik yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok peseta didik lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Prinsip pembelajaram berbasis
kompetensi menyadari adanya slow learner, sehingga peserta didik yang
belum mencapai standar kompetensi minimal (SKM) diwajibkan mengikuti
remedi.
e. Learning Disabilities
Mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau
menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Kondisi ini muncul karena adanya mental retardation, hearing deficiencies,
speech and language impairments, visual impairments, emotional
disturbances, orthopedic impairments, avarietyofmedicalconditions.

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai peserta


didik yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas
atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa
dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran yang
dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar peserta didik:

13
1. Tujuan pendidikan
Keseluruhan sistem pendidikan merupakan salah satu komponen
pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan
pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran
diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik yang dapat
mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai peserta
didik yang berhasil. Sedangkan, apabila peserta didik tidak mampu
mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan
belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian
tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus
dirumuskan secara jelas dan operasional.
2. Kedudukan dalam kelompok
Menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Peserta didik
dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi
belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Dengan
demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih
jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam
kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai peseta didik
peserta didik yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu peserta
didik yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara
keseluruhan.
3. Tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi
4. Kepribadian.

Kesulitan yang dialami siswa adalah: 1) Dirasa sulit memnghubungkan


antar konsep; 2) Diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan kemampuan
logika matematika dan bahasa (tidak semua siswa punya 3 kemampuan
sekaligus); 3) Perlu daya juang yang tinggi dalam memahami dan menyelesaikan
setiap soal. 4) Pemahaman antara teori dan praktik sering tidak nyambung.
kemampuan matematikanya rendah cenderung tidak tertarik untuk mempelajari
kimia. Masalah lain juga ditemui di pelosok-pelosok daerah kebanyakan peseta
didik kurang memenuhi prasyarat belajar kimia seperti matematika, logika dan

14
bahasa. Memang kimia tidak melulu matematika, tetapi juga berisi konsep lain
yang tidak selalu berbau matematik.

1. Penyebab Kesulitan Belajar Kimia


Wayre Huang menemukan bahwa kesulitan belajar kimia
diantaranya disebabkan karena: (1) siswa tidak tahu bagaimana caranya
belajar, (2) siswa kurang mengasai matematika dasar, dijumpai
perbendaharaan kata, fakta fakta, konsep-konsep, teknik-teknik baru.
Beberapa konsep baru dalam kimia perlu dipahami secara lebih tepat karena
dalam konteks kimia suatu konsep sangat berbeda artinya dengan konsep
yang sudah dipahami sebelumnya. Sebagai contoh kata “reaksi” (reaction)
dalam sehari-hari berarti bagaimana seseorang memberikan respon atau
melakukan perlawanan terhadap sesuatu yang dihadapinya, sedangkan
dalam konteks kimia kata “reaksi” berarti kombinasi unsur satu dengan
yang lain untuk membentuk senyawa baru. Pribula juga menemukan bahwa
siswa tidak benar-benar merasakan perlunya siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajarannya. Banyak siswa yang tampaknya berpikir
masuk kelas, mendengarkan dengan pasif keterangan guru. Pribula
mengatakan bahwa “No instructor, no matter how gifted they maybe, can
teach you anything if you aren’t actively engaged in, and responsible for,
your own learning”.
Kesulitan belajar kimia terkait juga dengan pemakaian nama-nama
unsur yang tidak konsisten dengan simbolnya. Sebagai contoh unsur
besi (Iron) disimbulkan Fe (Ferrum), Emas (Gold) disimpulkan Au
(Aurum), Kalsium disimbolkan Ca, sedangkan simbol K digunakan untuk
kalium. Hal ini terjadi karena simbol-simbol unsur memang tidak berasal
dari bahasa Inggris. Kesulitan belajar dapat muncul dari kekeliruan guru
dalam usaha mengarahkan siswa agar tidak hanya menghafal. Belajar
memang tidak hanya menghafal, namun ada beberapa bagian yang tidak
ada cara lain kecuali menghafal. Nama-nama unsur kimia harus dihafal,
tanpa menghafalnya siswa tidak akan mengenalnya, lalu apa yang akan
didiskusikan tentang kimia. Ada beberapa guru yang sangat getol meminta

15
siswanya untuk tidak menghafal dan siswanya salah tangkap, terlanjur salah
faham bahwa belajar kimia tidak boleh menghafal.
Penelitian lain dilakukan oleh Jacob Anthony Seiler tahun 2006,
Webster University yang menjelaskan penelitiannya terhadap siswa yang
memiliki kemampuan mengingat yang lemah atau pemahaman yang parsial.
Siswa menghubungkan pengalaman lama dengan konsep baru secara kurang
tepat. Peneliti melakukan penelitian terhadap perkembangan konsep siswa
tentang proses pendidihan air. Peneliti memberikan pretest dan posttest.
Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada siswa adalah: Asumsikan
suatu beker gelas berisi air murni didihkan selama 30 menit. Gelembung-
gelembung besar muncul pada saat mendidih.
Gelembung-gelembung tersebut terdiri dari a) air, b) gas oksigen dan
hidrogen, c) uap air, d) panas. Pada awal semester, ada 18 dari 45 siswa
(40%) yakin bahwa gelembung berisi gas oksigen dan hidrogen. Pada akhir
semester, 23 dari 45 siswa (51%) berpikir yang sama. Dalam hal ini
kemungkinan siswa terpengaruh konsep dekomposisi air (H2O) menjadi gas
H2 dan O2. Dari penelitian ini tampak adanya miskonsepsi yang ternyata
tidak mudah untuk dihilangkan.
Arif Sholahuddin dalam penelitiannya Implementasi Teori Ausabel
pada pembelajaran senyawa karbon di SMU menyimpulkan bahwa
pembelajaran konsep senyawa karbon umumnya dilakukan melalui
pendekatan hafalan dengan metode ceramah dan bahkan siswa hanya diberi
tugas merangkum sendiri materi tersebut. Materi senyawa karbon cukup
luas akan menjadi beban bagi siswa. Dampak yang lebih fatal adalah
pokok bahasan senyawa karbon menjadi masalah yang menjemukan dan
tidak menarik untuk dipelajari. Peningkatan proses dan hasil pembelajaran
konsep senyawa karbon dapat dilakukan dengan penerapan teori Ausabel,
melalui :
 Penggunaan peta konsep yang bertujuan untuk mengetahui apa yang
telah diketahui siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan topik yang
akan dipelajari, sehingga guru dapat mengkaitkan dengan pelajaran

16
baru agar pemahaman siswa terhadap konsep menjadi benar,
terintegrasi dan berkembang.
 Pendekatan mekanisme reaksi yakni pendekatan yang bertujuan untuk
memahami konsep senyawa karbon bergugus fungsi melalui logika
mekanisme reaksi kimia yang disederhanakan, sehingga siswa
memahami hakikat yang sesungguhnya dari sifat kimia senyawa
tersebut, tidak sekadar menghafal.
 Penggunaan media laboratorium untuk mengurangi tingkat keabstrakan
konsep senyawa karbon karena siswa mengalami sendiri, mengamati,
menafsirkan, meramalkan, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
selama praktikum berlangsung. Dengan demikian, hal ini akan
menghasilkan pemahaman yang baik terhadap konsep senyawa karbon,
sekaligus mengembangkan semua ranah yakni kognitif, afektif, dan
psikomotoris pada diri siswa. Arif Sholahuddin menyarankan:
Mengingat luasnya materi yang menyangkut senyawa karbon, guru
hendaknya secara kreatif memilih konsep- konsep fundamental dalam
pembelajaran sehingga pembahasan dapat lebih mendalam dan
bermakna. Karena topik yang berkaitan dengan senyawa karbon
tersebar di berbagai tingkatan kelas, integrasi konsep sangat diperlukan
agar terbentuk pemahaman yang utuh dan benar. Implementasi metode
eksperimen dalam pembelajaran senyawa karbon merupakan salah satu
metode alternatif untuk meningkatkan pemahaman siswa tersebut.

C. Penggunaan Metode Problem Base Learning Pada Pembelajaran Kimia


Metode pembelajaran problem base learning dipilih dan digunakan
sebagai solusi dalam meningkatkan kemampuan dan aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran kimia menyelesaikan soal soal hitungan stoikiometri
perhitungan kimia dan konsep mol karena :

a) Dapat memberikan kemampuan siswa bagaimana cara meemcahkan


masalah-masalah secara objektif dan tahu benar apa yang dihadapi.
b) Melatih peserta didik untuk bisa memecahkan soal-soal kimia secara
sistematis dan mampu mengaitkan konsep yang satu dengan yang
lainnya.

17
c) Membantu peserta didik memahami konsep-konsep kimia dan saling
keterkaitannya dan juga penerapannya untuk menyelesaikan masalah
dalam kehidupan sehari hari dan teknologi.

Selain itu, penyelesaian soal soal stoikiometri juga membutuhkan


pemahaman yang tepat, apa yang disajikan dan ditanyakan terkadang cukup
membingungkan. Hal ini menyebabkan pelajaran kimia khususnya stoikiometri
diangap sulit oleh peseta didik sehingga menjadi masalah bagi mereka.
Begitulah yang terjadi di madrasah ini, sehingga penulis ingin mengangkat judul
makalah ini Problematika Pembelajaran Kimia peserta didik pada pemahaman
konsep dan penyelesaian sosl-soal hitungan kimia.

Sebelum memulai mengajarkan konsep-konsep dasar kimia yang katanya


membuat pesta didik pusing dan mengawang-awang, ada baiknya dikenalkan
dahulu dunia nyata yang dapat diamati menggunakan pancaindera, yang ada
disekitar kita. Selanjutnya dijelaskan bahwa bendabenda tersusun atas jutaan
partikel yang sangat kecil yang disebut atom. Atom tidak dapat dilihat oleh
pancaindra, sehingga ahli kimia menggunakan lambang berupa angka, model,
dan huruf.

Sebagai contoh, dalam mengajar kimia struktur atom diberikan prolog:


Amatilah tubuh anda dan benda-benda di sekitar Anda. Amati juga fenomena
alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dari proses bernapas, besi
berkarat, hingga roti membusuk. Semua itu merupakan fakta-fakta dalam
kehidupan. Apakah yang menyusun tubuh Anda? Tersusun atas apakah benda-
benda di sekitar Anda? Mengapa besi berkarat dan roti membusuk? Apakah
yang terbentuk bila kertas/ lilin dibakar. Jika anda ingin mengetahui
jawabannya, anda harus memahami terlebih dahulu konsep atom.

Jika ingin berhasil dalam mempelajari kimian maka ada 4 hal yang perlu
dilakukan :

1. Baca buku sebelum masuk kelas (Literasi)


Bacalah buku pelajaran sebelum masuk kelas. Cara ini memungkinkan
peseta didik untuk menelaah apa yang akan dipelajari, pesetta didik sudah

18
mulai memahami materi yang kan diterima di sekolah, siswa akan tahu apa
yang sudah ada di buku dan apa yang belum ada di buku sehingga
mempermudah siswa membuat catatan. Dengan membaca lebih awal pesetta
didik akan dapat mencurahkan perhatian khusus yang tidak jelas saat
pelajaran berlangsung.
2. Perhatikan Pelajaran
Mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, pusatkan perhatian selama
proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat melakukan beberapa tindakan
diantaranya mengecek tugas yang diberikan sebelumnya, melihat catatan
peseta didik , menanyakan hal-hal apa yang masih belum jelas, hal-hal yang
membingungkan.
3. Buat Pencatatan
Catatlah hal-hal penting yang didengar pada waktu pembelajaran. Pada saat
sedang membaca teks kurangi menulis, tulislah hal-hal yang belum faham,
baik sebelum masuk kelas, setelah keluar kelas bahkan setelah meninggalkan
sekolah. Ada kebiasaan yang kurang baik dalam mencatat, yaitu apa saja
yang disampaikan guru akan dicatat. Pada saat mencatat peserta didik a
hanya mencatat terus tanpa berusaha memahami apa-apa yang sedang
disampaikan guru, apa yang sedang didiskusikan. Peserta didik tidak
berusaha untuk memahami apa yang mereka tulis. Ketika peserta didik a
ingin menggunakan catatan yang ditulisnya dalam belajar dan memecahkan
masalah, mereka tidak tahu apa maksud catatan tersebut. Solusi banyaklah
berikir, sedikitlah menulis, gunakan buku sebagai backup. Seseorang
memiliki cara mencatat yang berbeda, ada yang cukup mebstabilo bagian
penting, ada yang menambahkan catatan kecil.
4. Kerjakan Soal – Soal
Kerjakan soal-soal, kerjakan berulang-ulang. Kerjakan banyak soal.
Kerjakan satu tugas sampai benar-benar dipahami. Soal-soal akan meminta
siswa untuk menggunakan bahan-bahan pelajaran dan apa yang diberikan
oleh guru. Soal-soal akan memberikan kepada peserta didik untuk
menemukan konsep-konsep dan ide-ide mana yang sudah jelas dan yang
belum jelas.

19
D. Contoh Analisis Contoh Analisis Artikel Dari Jurnal Mengenai
Pembelajaran Dan Pengajaran Kimia Dari Berbagai Benua

Negara-
No Pengarang Tema/Judul Hasil Penelitian
Benua
Data survei menunjukkan
efektivitas pra-rekaman kuliah
untuk memperoleh keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan
untuk disiplin “Kimia Analitik”
dan efektif aplikasi jejaring sosial
seperti Telegram, Viber,
Menggunakan
Yaroslava WhatsApp untuk komunikasi
Teknologi
Pushkarova1, antara guru dan siswa di luar
Informasi
Oksana kelas. Video ceramah bisa
dalam
Chkhalo1, meningkat kualitas pengajaran
Ukraina- Pengajaran
Tetiana melalui kemungkinan
1. Benua Kursus "Kimia
Reva1, pembelajaran jarak jauh. Di sini,
Eropa Analitik" di
Galina karakteristik kemampuan untuk
Kedokteran
Zaitseva1, konsentrasi dan tingkat
Nasional
Anastasiia ketertarikan dinilai lebih baik
Bogomolets
Bolotnikova1 untuk video ceramah pra-rekaman
Universitas
daripada di live Kuliah zoom.
Jejaring sosial bisa menjadi alat
yang efektif dalam memudahkan
pencapaian tujuan pendidikan
(berbagi informasi antar siswa,
meningkatkan motivasi siswa
(tentang kursus).
Pandemi COVID-19 telah
membuka tempat untuk
pengajaran daring dengan
Lorico DS.
pandangan yang benar-benar baru
Lapitan Jr, Strategi
bagi para pendidik dan peserta
Cristina E. pengajaran dan
didik. Pendidikan online menuntut
Tiangcoa, pembelajaran
guru untuk berubah dari
Divine Angela Filipina- online
pengajaran lama paradigma
2 G. Benua campuran
metode pengajaran baru yang juga
Sumalinoga, Asia yang efektif
sesuai dengan teknologi.
Noel S. selama
Konsultasi dengan siswa
Sabarilloa, Pandemi
mengenai gaya mengajar adalah
Joey Mark Covid-19
penting untuk memeriksa apakah
Diazc
siswa mengikuti perkuliahan dan
membantu mengidentifikasi
berbagai aspek pengajaran online

20
itu perlu disesuaikan seperlunya.
Pelajaran utama menggunakan
strategi DLCPA selama
penguncian adalah (i) pengajaran
asinkron menggunakan video
ceramah memungkinkan siswa
untuk maju dengan kecepatan
mereka sendiri karena
mereka dapat berulang kali
menonton video kapan saja, (ii)
daftar periksa seperti pelacak
kemajuan dan panduan mingguan
membantu siswa mengatur dan
mengelola tugas mereka, dan (iii)
penilaian asinkron efektif dalam
mengatasi masalah koneksi
internet yang lambat.
Munculnya model
pembelajaran dan pengajaran
'normal baru' kami di Bond
Universitas akan sangat multi-
modal. opsi pembelajaran jarak
jauh dan dukungan virtual
Wawasan ekstra yang telah diterapkan
yang didapat oleh universitas kemungkinan
selama besar akan tetap menjadi
mengajar mahasiswa sangat positif
kimia tentang opsi tambahan ini.
Stephanie S. semester
Australia Kami telah sukses dengan tiba-
Schweiker pertama pada
3 -Benua tiba dan terpaksa pindah ke
and Stephan masa
Australia ujian online, kelas
M. Levonis COVID-19 di laboratorium virtual, dan
Bond pembelajaran kolaboratif
University di platform membuktikan bahwa
Australia pengiriman multi-modal ini
mungkin dan mungkin metode
yang disukai bergerak kedepan.
Perasaan terhubung dengan
universitas dan harapan yang
jelas telah menjadi kunci
keberhasilan kursus online
sejauh ini.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini, yaitu:
1. Belajar menurut beberapa para ahli adalah rangkaian kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan secara sadar didalam diri seseorang dan mengakibatkan
perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran.
Sedangkan mengajar menurut beberapa para ahli adalah memberikan
pelajaran sebaik-baiknya kepada seseorang agar mereka memperoleh sebuah
pengalaman sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap individu
tersebut, maka dari itu mengajar juga harus memperhatikan perbedaan
tingkat kemampuan yang dimiliki setiap individu karena mereka
mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang
berbeda.
2. Kesulitan belajar kimia diantaranya disebabkan karena siswa tidak tahu
bagaimana caranya belajar dan siswa kurang mengasai matematika dasar,
dijumpai perbendaharaan kata, fakta fakta, konsep-konsep, teknik-teknik
baru. Kesulitan belajar kimia terkait juga dengan pemakaian nama-nama
unsur yang tidak konsisten dengan simbolnya.
3. Solusi untuk lebih mudah memahami materi kimia saat pembelajaran adalah
dengan melakukan 4 hal berikut: membaca buku sebelum masuk kelas,
memperhatikan pelajaran, membuat catatan, dan mengerjakan soal-soal.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini jika terdapat kesalahan, penulis sangat
mengharapkan masukan dan kritikan dari para pembaca untuk memperbaiki
dalam penulisan makala selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

A.M. Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Arif S.Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan, pengertian, pengembangan


pemanfaatan. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaraan. Jakarta: Persada.

Baharuddin Dan Esa Nur Wahyuni, 2009. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamzah, B, Uno. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartini, Sri. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: Qinant.

M, Ngalim, Purwanto. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung :Remaja Rosda Karya.

Maswan & Khoirul Muslimin. (2017). Teknologi Pendidikan Penerapan Pembelajaran.


Yang Sistematis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustaji. 2009. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam


Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaiful, B. D dan Zain, Aswan. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Walker R. and Whittlesea C. 2012. Clinical Pharmacy and Therapeutics, Fifth Edit.
Churchill Livinstone Elsevier, London.S

23

Anda mungkin juga menyukai