Anda di halaman 1dari 3

I.

TERSEDAK ( CHOKING DAN GAGGING )


A. Definisi
Sumbatan jalan napas oleh benda asing, yang mengakibatkan hambatan udara
masuk ke paru-paru. Pada gagging, sumbatan terdapat dalam orofaring,
sedangkan pada choking sumbatan terdapat lebih dalam pada laringofaring.

B. Mekanisme Kematian
Mekanisme kematian yang mungkin terjadi adalah asfiksia atau refleks vagal
akibat ransangan pada reseptor nervus vagus di arkus faring yang menimbulkan
inhibisi kerja jantung dengan akibat cardiac arrest dan kematian.

C. Cara Kematian
Kematian dapat terjadi sebagai akibat:
1. Bunuh diri ( suicide ). Hal ini jarang terjadi karena sulit untuk memasukan
benda asing ke dalam mulut sendiri disebabjan adanya refleks batuk atau
muntah. Umumnya korban adalah penderita sakit mental atau tahanan.
2. Pembunuhan ( homicodal choking ). Umumnya korban adalah bayi, orang
dengan fisik lemah atau tidak berdaya.
3. Kecelakaan ( accidental choking ). Pada bolus death yang terjadi bila
tertawa atau menangis saat makan, sehingga makanan tersedak ke dalam
saluran pernapasan. Mungkin pula terjadi akibat regurgitasi makanan yang
kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan.

D. Gambaran Post Mortem Tersedak


Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada
pemeriksaan luar maupun pembedahan jenazah. Dalam rongga mulut ( orofaring
atau laringofaring ) ditemukan sumbatan yang biasanya bisa berupa sapu tangan,
kertas koran, gigi palsu, bahkan pernah ditemukan arang, batu dan lain-lainnya.
Bila benda asing tidak ditemukan, cari kemungkinan adanya tanda kekerasan yang
diakibatkan oleh benda asing.
II. SUFOKASI
Peristiwa sufokasi dapat terjadi jika oksigen yang ada di udara lokal kurang
memadai, seperti misalnya di dalam satu ruang kecil tanpa ventilasi cukup
berdesak-desakan dengan banyak orang, pertambangan yang mengalami
keruntuhan, ataupun terjebak di dalam ruang yang tertutup rapat. Kematian dalat
terjadi dalam beberapa jam, tergantung dari luasnya ruangan serta kebutuhan
oksigen bagi orang yang berada di dalamnya. Sebab kematian pada peristiwa
sufokasi, biasanya merupakan kombinasi dari hipoksia, keracunan CO 2, hawa
panas dan kemungkinan juga cedera yang terjadi, misalnya pada saat peristiwa
kebakaran gedung.
Gambaran Postmortem
Pada pemeriksaan postmortem dapat dilihat adanya tanda-tanda umum
asfiksia disertai tanda-tanda lain, seperti misalnya luka-luka yang terjadi akibat
tertimpa runtuhan. Analisa toksikologi dari darah juga tidak membantu bila
terdapat gas karbondioksida karena itu termasuk bagian normal dari darah.Hanya
gas metana yang dapat terdeteksi dengan analisa toksikologi darah, namun hanya
memberi gambaran bahwa orang tersebut sudah terpapar gas metana.

Pada pemeriksaan dalam bila kematian terjadi akibat paparan gas seperti
karbondioksida, tidak dapat ditemukanh hasil yang spesifik di organ-organ dalam,
namun tanda-tanda asfiksia secara umum dapat ditemukan.

III. CRUSH ASPHYXIA (TRAUMATIK ASFIKSIA)


Crush Asphyxia disebabkan oleh karena dada dan perut mendapat tekanan
secara bersamaan oleh suatu kekuatan yang menyebabkan dada terfiksasi
sehingga diafragma tidak dapat bergerak. Hal tersebut kemudian menimbulkan
gangguan gerak pernapasan sehingga udara yang masuk ke dalam atau keluar paru
terhambat, misalnya tertimbun pasir, tanah longsor, runtuhan tembok, pohon yang
tumbang atau tebing yang runtuh.
Crush Asphyxia juga dapat terjadi karena berdesak-desakan keluar dari
suatu ruangan melalui pintu yang sempit. Akibat tekanan tersebut maka akan
terjadi kompresi pada dada dan perut sehingga diafragma dalam keadaan terfiksir.
Akibatnya gerakan pernapasan tidak mungkin terjadi sehingga tubuh mengalami
asfiksia. Asfiksia traumatik tidak pernah terjadi pada kasus bunuh diri, dan paling
sering terjadi pada kecelakaan. Asfiksia traumatik dapat juga terjadi pada kasus
pembunuhan, sebagai contoh adalah kasus burking yang merupakan kombinasi
pembekapan dan tekanan dari luar pada dada. Pada burking korban dibuat tidak
berdaya, kemudian dilentangkan, diduduki atai berlutut di dada korban dengan
satu tangan menutup lubang hidung dan mulut korban, tangan lain menekan
rahang bawah korban ke arah atas. Korban cepat mati dengan cara ini dan
meninggalkan tanda kekerasan yang minimal atau kadang tidak ada.
Pada pemeriksaan post mortem akan terlihat adanya tanda-tanda umum
asfiksia; seperti misalnya cyanosis, bintik-bintik perdarahan pada bagian atas dari
tubuh, edema serta pembengkakan pada bola mata dan kongesti pada tubuh
sebelah atas akibat darah terdorong ke atas oleh kompresi pada abdomen. Jika
benda yang menekan itu sangat berat maka besar kemunginan kematiannya bukan
karena asfiksia, tetapi karena sebab lain; seperti misalnya perdarahan karena
hancurnya organ dalam.

Anda mungkin juga menyukai