Anda di halaman 1dari 20

JURNAL PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


SALEP MATA KLORAMFENIKOL 1%
PICOL

Oleh:
Golongan I
Kelompok II
Andri Normansyah (0908505009)
Ni Putu Chintya Sandra B. (0908505011)
I Gst. Ag. Ayu Kartika (0908505014)
I Gst. Ag. Ayu Devi Yanti (0908505015)
Iwan Saka Nugraha (0908505016)
Putu Eka Utami Dewi Artini (0908505017)
A.A Ayu Wulan Purnama D. (0908505045)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2012
BAB I
PRAFORMULASI

1.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat


Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada
pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Karena kapasitas
mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep terbatas, pada umumnya
obat mata diberikan dalam volume kecil. Preparat cairan sering diberikan dalam
bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan salep yang tipis pada pelupuk
mata (Ansel, 2008).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) yang dimaksud dengan
salep mata adalah salep yang digunakan pada mata, sedangkan menurut BP 1993,
salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai penampilan
homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Basis yang umum
digunakan adalah lanolin, vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung
bahan pembantu yang cocok seperti anti oksidan, zat penstabil, dan pengawet.
Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh (Ansel,
2008). Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat
mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid, antimikroba (antibakteri dan
antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau terdispersi
dalam basis yang sesuai (Voight, 1994).
Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi
tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunkaan bahan yang
memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus
mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak
sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam
monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Zat antimikroba
yang dapat digunakan antara lain : klorbutanol dengan konsentrasi 0,5 % , paraben
dan benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 0,02 %. Bahan obat yang
ditambahkan ke dalam dasar salep berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep
mata harus bebas dari partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan
partikel logam pada uji salep mata (Depkes RI, 1995).
Wadah untuk salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian
dan penutupan. Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama (Depkes RI, 1995). Wadah salep
mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan rendahnya luas permukaan
jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama pemakaianya sampai
tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan perlindungan tehadap
cahaya yang baik. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi beberapa
peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah
dibuktikan oleh garam perak dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan
skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan
menguntungkan jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan
difusi obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam
jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat (Depkes RI, 1995).
Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus memiliki titik lebur atau
titik melumer mendekati suhu tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari
petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral) digunakan sebagai dasar salep
mata (Ansel, 2008). Basis salep mata seperti Simple Eye Ointmen BP1988 dapat
digunakan untuk memberikan efek lubrikasi. Basis yang umum digunakan adalah
lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum. (Voight, 1994).
Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa
bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan
air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam
air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih
baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata (Depkes RI, 1995).
Adapun sedian salep mata yang ideal adalah :
a. Sediaan yang sedemikian sehingga dapat diperoleh efek terapi yang
diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh
penderita.
b. Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam
pembuatannya akan memberikan keuntungan karena akan menurunkan
kemungkinan interferensi dengan metode analitik dan menurunkan bahaya
reaksi alergi pada pasien yang sensitif.
(Lachman, 1994)
c. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
d. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi
kemungkinan obat tersebar dengan perantaraan air mata.
e. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
f. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
(Anief, 2000)
Keuntungan utama suatu salep mata dibandingkan larutan untuk mata adalah
waktu kontak antara obat dengan mata yang lebih lama. Sediaan mata umumnya
dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan dalam air
yang ekuivalen. Hal ini disebabkan karena waktu kontak yang lebih lama
sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih tinggi. Satu kekurangan bagi
pengguna salep mata adalah kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep
meleleh dan menyebar melalui lensa mata (Ansel, 2008).

1.1.1 Farmakokinetik
Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol
diabsorpsi melalui cairan mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan
kloramfenikol pada penyakit mata yaitu katarak memberi hasil yang baik
namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana cara
mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya
melalui urine. Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini
mengalami inaktivasi di hati. Proses absorsi, metabolisme dan ekskresi
dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan
bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam
jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain,
juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam. Didalam
hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru
dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah
mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal,
terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh
(Tjay dan Rahrdhja, 2007).
1.1.2 Indikasi
Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksternal yang
disebabkan bakteri. (McEvoy, 2002).
1.1.3 Kontraindikasi
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy,
2002).
1.1.4 Mekanisme Kerja
Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum
yang luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif.
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme
kerja menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini
mengikatkan dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari
ribosom RNA 70S. Kloramphenikol menyekatkan ikatan persenyawaan
aminoacyl dari molekul tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks
mRNA ribosom. Ikatan tRNA pada kodon-nya tidak terpengaruh.
Kegagalan aminoacyl untuk menyatu dengan baik dengan situs aseptor
menghambat reaksi transpeptidase yang dikatalisasi oleh peptidyl
transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks ribosom
tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein
terhenti (Katzung, 2004).
1.1.5 Efek Samping
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol
pada mata. Reaksi hipersensitifitas dan inflamasi termasuk konjunctivitas,
terbakar, angioheurotic edema, urticaria vesicular/maculopapular
dermatitis (jarang terjadi) (Mc Evoy,2002).
1.1.6 Dosis
Untuk sediaan salep mata, kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5
1 % dalam sediaan (Ansel, 2008). Dalam pengobatan infeksi mata,
kloramfenikol biasanya digunakan sebanyak 0,5 % dalam larutan atau
sebanyak 1 % dalam salep mata (Sweetman, 2009).
1.1.7 Penyimpanan
Disimpan pada suhu dibawah 30oC.

1.2 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Obat


1.2.1 Kloramfenikol
1. Struktur dan Berat Molekul
Struktur :

BM : 323,13 gr/mol
(Anonim, 1995)

2. Kelarutan
Tabel 1. Tingkat Kelarutan Kloramfenikol
Pelarut Kelarutan
Air Sukar larut (1:400)
Kloroform Sukar larut
Eter Sukar larut
Etanol Mudah larut (1: 2,5)
Propilen glikol Mudah larut (1: 7)
Aseton Mudah larut
Etil asetat Mudah larut
(Anonim, 1995; Lund, 1994)
3. Stabilitas
Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat dapat
bertahan hingga waktu yang cukup lama dengan menempatkan
sediaan pada kondisi yang optimum selama penyimpanan..
Terhadap cahaya : Penyimpanan sediaan salep mata
kloramfenikol diusahakan terlindung dari
cahaya atau sinar matahari (Reynolds, 1982)
Terhadap suhu : Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C
dengan penambahan sodium metabisulfit dan
disodium edetat. Umumnya stabilitas akan
berkurang pada suhu 250C (Lund, 1994).
Menurut Reynolds (1982), sediaan
kloramfenikol stabil selama 2 tahun jika
disimpan pada suhu 20o-25oC.
Terhadap pH : pH stabil dari zat kloramfenikol adalah
berkisar antara 4,5 sampai 7,5 (Anonim,
1995 ; Lund, 1994). pKa 5,5 (McEvoy, 2002)
Terhadap oksigen : Sediaan ini tidak stabil dengan adanya
oksigen (Lund, 1994).

4. Titik lebur
149-1530 C (Reynolds, 1982)

5. Inkompatibilitas
Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride,
Carbenicillin sodium, Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts,
Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine
HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate,
Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline,
Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts,
Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl, Vitamin B
complex (Lund, 1994).
1.2.2 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Tambahan
a. Lanolin (Adeps lanae)
- Definisi

Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan,


diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linn (Famili Bovidae), yang
dibersihkan, dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak
lebih dari 0,25%. Mengandung antioksidan yang sesuai tidak lebih
dari 0,02% (Anonim, 1995).

- Pemerian
Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas (Anonim,
1995).
- Kelarutan
Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2
kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut
dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform
(Anonim, 1995).
- Stabilitas
Lanolin dapat mengalami proses autooksidasi, sehingga didalamnya
ditambahkan antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Ekspose
pemanasan yang lama dapat menyebabkan warna lanolin menjadi
gelap dan menimbulkan bau yang tengik. Lanolin dapat disterilisasi
dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150oC. Pada ediaan salep
mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi
filtrasi atau dengan radiasi sinar gamma (Rowe, et al., 2004).
- Penyimpanan
Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
dan pada temperature 15 30oC (Sweetman, 2009).
- Titik lebur
38 44o C (Sweetman, 2009)
- Penggunaan
Agen pengemulsi, basis salep (Rowe, et al., 2004)
b. Parafin
- Definisi
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang dperoleh dari minyak
mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau
butylhidroksitoluena tidak lebih dari 10 bpj (Anonim, 1979).
- Pemerian
Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna,
hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979).
- Kelarutan
Dalam air : tidak larut
Dalam alkohol : sedikit larut alkohol.
Dalam minyak menguap : larut
Dapat dicampur dengan hidrokarbon, dan minyak tertentu (kecuali
minyak jarak) (Sweetman, 2009).
- Stabilitas & Penyimpanan
Parafin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan dan
pembekuan yang berulang dapat mengubah komponen fisiknya.
Parafin harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat, dengan
temperature tidak kurang dari 40oC (Rowe, et al., 2004).
- Penggunaan
Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit
tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan
mata yang kering (Sweetman, 2009)

c. Vaselin flavum
- Definisi
Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon
setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung
zat penstabil yang sesuai (Anonim, 1995).
- Pemerian
Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah, berfluoresensi
sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis
transparan. Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa (Anonim,
1995).
- Kelarutan
Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene, dalam karbon
disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin, larut dalam
eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak
atsiri, praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan
dalam etanol mutlak dingin (Anonim, 1995).
- Stabilitas & Penyimpanan
Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik dan terlindung
dari cahaya (Sweetman, 2009)
- Titik lebur
38-60oC (Sweetman, 2009)
- Penggunaan :
Vaselin digunakan sebagai basis salep dan emolien pada pengobatan
pada penyakit kulit (Sweetman, 2009)

1.3 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian


Bentuk Sediaan : salep mata Kloramfenikol 1%
Cara pemberiaan : s.u.e
Dosis : oleskan 3-4 kali sehari (BNF, 2007)
BAB II
FORMULASI

2.1 Bentuk dan Formula yang dibuat


Salep Mata Kloramfenikol sebanyak 5 buah dengan bobot bersih masing-
masing sediaan 2 gram.

2.2 Permasalahan
1. Kloramfenikol tidak larut air, sehingga ketika mencampurkan
kloramfenikol pada basis akan lebih sulit dihomogenkan, karena tidak
dapat dilarutkan dalam air sebelum dicampur ke dalam basis.
2. Karena akan digunakan pada konjungtiva mata maka, basis salep harus
cukup lembut.

2.3 Pengatasan Masalah


1. Kloramfenikol dicampurkan dalam basis lemak, digerus dalam mortir
hingga halus, baru ditambahakan basis sedikit demi sedikit.
2. Untuk membuat basis salep yang lebih lembut, dilakukan penggantian
10% vaselinum flavum dengan parafin cair.

2.4 Macam-Macam Formulasi


A. Menurut Evi, 2009 :
R/ Kloramfenikol 1%
Setil alkohol 2,5 %
Adeps lanae 6%
Parafin cair 40 %
Vaselin kuning ad 10 gram
B. Menurut Lund, 1994 :
R/ Kloramfenikol 1%
Cetyl alkohol
Destiled water
Liquid paraffin atau propilien glikol
Span 40 atau Tween 40
C. Menurut Jenkins et al, 1957 :
R/ Kloramfenikol 1%
Adeps lanae 10 %
99 %
Vaselin flavum 80 %
90 %
Parafin cair 10 %
D. Menurut Colombari, tt :
Setiap 100 gram salep mata mengandung :
Kloramfenikol 1,000 gram
Lanolin 10,000 gram
Liquid Paraffin 10,000 gram
Vaseline flavum 79,000 gram

2.5 Formulasi yang Digunakan


Setiap 2 gram salep mata mengandung :
Kloramfenikol 0,02 gram
Lanolin 0,2 gram
Liquid Paraffin 0,2 gram
Vaseline flavum 1,58 gram

2.6 Perhitungan dan Penimbangan Bahan


Berat salep : 2 gram
Jumlah sediaan : 5 tube
a. Kloramfenikol
1
Berat kloramfenikol = x 2 g 0,02 gram
100

Penambahan bobot 10 % = 0,02 g + (10% x 0,02 g) = 0,022 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,022 gram x 5 = 0,11 gram

b. Lanolin
10
Berat lanolin = x 2 g 0,2 gram
100
Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,22 gram x 5 = 1,1 gram

c. Liquid Paraffin
10
Berat liquid paraffin = x 2 g 0,2 gram
100
Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram

Penimbangan untuk 5 sediaan = 0,22 gram x 5 = 1,1 gram

d. Vaseline Flavum
79
Berat liquid paraffin = x2 g 1,58gram
100
Penambahan bobot 10 % = 1,58 g + (10% x 1,58 g) = 1,738 gram
Penimbangan untuk 5 sediaan = 1,738 gram x 5 = 8,69 gram

Tabel 2. Penimbangan Bahan


No. Bahan Persentase Fungsi Penimbangan 1 Penimbangan
sediaan 5 sediaan
1. Kloramfenikol 1% Zat aktif 0,02 g 0,11 g
2. Lanolin 10 % Basis Lemak 0,2 g 1,1 g
3. Liquid paraffin 10 % Emolien 0,2 g 1,1 g
4. Vaselin flavum 79 % Basis 1,58 g 8,69 g
hidrokarbon
BAB III
PELAKSANAAN

3.1 Cara Kerja


a. Semua alat yang akan digunakan disterilisasi terlebih dahulu,
b. Masing-masing bahan ditimbang sesuai dengan bobot penimbangannya,
c. Basis salep (lanolin, parafin cair, dan Vaseline flavum) diletakkan pada
cawan porselen yang telah dilapisi kasa steril,
d. Basis salep kemudian dilebur dalam oven pada suhu 60oC selama 60
menit,
e. Lelehan basis salep diaduk perlahan hingga semua basis meleleh sempurna
dan tercampur dengan homogen,
f. Kloramfenikol digerus didalam mortir hingga halus,
g. Sedikit demi sedikit basis dimasukkan kedalam mortir yang telah berisikan
kloramfenikol kemudian diaduk hingga homogen.
h. Campuran bahan ditimbang sebanyak 2 g, lalu dimasukkan kedalam tube
yang telah disiapkan.
i. Tube yang telah berisikan salep kemudian diberikan etiket, lalu
dimasukkan kedalam kemasan.

3.2 Skema kerja


Sterilisasi alat

Penimbangan bahan

Basis salep (lanolin, parafin cair, dan Vaseline flavum)

Diletakkan dalam cawan porselen dilapisi kasa steril

Dilebur dalam oven suhu 60oC selama 60 menit

Diaduk perlahan sampai basis meleleh sempurna


Zat aktif (kloramfenikol) digerus di dalam mortir

Ditambahkan sedikit demi sedikit basis salep

Digerus hingga homogen

Campuran bahan (salep) ditimbang sebanyak 2 g

Dimasukkan ke dalam tube salep

Diberi etiket, lalu dimasukkan ke dalam kemasan.

3.3 Alat dan Bahan


a. Alat
1. Oven 7. Sudip
2. Gunting 8. Mortir dan stamper
3. Batang Pengaduk 9. Cawan Porselin
4. Pipet tetes besar 10. Tube salep
5. Pipet tetes kecil 11. Spatula logam
6. Kaca Arloji 12. Spiritus
13. Tissue / Lap / Aluminium
Foil Heavy Duty
14. Kain kasa steril
15. Kertas perkamen
16. Plastik 1 kg

b. Bahan
1. Air
2. Alkohol 70%
3. Kloramfenikol
4. Vaselin flavum
5. Parafin Cair
6. Adeps lanae

c. Sterilisasi Alat
Tabel 3. Alat Alat yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya
NO PERALATAN CARA STERILISASI
1. Cawan porselin Oven 180 0C selama 30 menit
2. Pipet tetes Autoklaf 121 0C selama 15 menit
3. Spatula logam Oven 1800C selama 30 menit
4. Batang pengaduk Oven 1800C selama 30 menit
5. Mortir dan stamper Sterilasi dengan alkohol 96% dan
pembakaran langsung
6. Sudip Autoklaf 121 0C selama 15 menit
7. Kain kasa steril Autoklaf 121 0C selama 15 menit
8. Tube salep Oven 180 0C selama 30 menit
9. Kaca arloji Oven 180 0C selama 30 menit
10. Kain kasa Autoklaf 121 0C selama 15 menit
11. Kertas perkamen Autoklaf 121 0C selama 15 menit
3.4 Kemasan dan Brosur
BAB IV
EVALUASI SEDIAAN

4.1. Evaluasi Fisika


4.1.1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi warna dan bau yang diamati
secara visual.
4.1.2. Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang
akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,
harus menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1995).
4.1.3. Uji Daya Sebar
Uji daya sebar ditentukan dengan cara berikut. Sebanyak 0,5 gram
salep diletakkan dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi
plastik transparan, dibiarkan sesaat (1 menit) dan luas daerah yang
diberikan oleh sediaan dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang
diberi beban tertentu masing-masing 50 gram, 100 gram, dan 150 gram
dan dibiarkan selama 60 detik pertambahan luas yang diberikan oleh
sediaan dapat dihitung (Voigt, 1994).
4.1.4. Uji Daya Lekat
Sampel 0,25 gram diletakan di atas 2 gelas obyek yang telah
ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Setelah
itu gelas obyek dipasang pada alat test. Alat test diberi beban 80 gram dan
kemudian dicatat waktu pelepasan salep dari gelas obyek.

4.2. Evaluasi Kimia


4.2.1 Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4. Satu
gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling hingga
10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang diperiksa,
jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi tetap, pH
yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Anonim, 1995).
4.3. Evaluasi Biologi
4.3.1. Uji Mikroba
Dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob viabel di
dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga
sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari
spesimen mikroba tertentu. Spesimen uji biasanya terdiri dari
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa dan
Salmonella. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 1 mL dari tidak
kurang enceran 10-3 biakan mikroba berumur 24 jam kepada enceran
pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat 7,2, Media fluid Soybean-Casein
Digest atau Media Fluid Lactose Medium) dan diuji sesuai prosedur
(Depkes RI, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Dirjen POM.


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.
Ansel, H.C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta :
UI Press.
BNF. 2007. British National Formulary 54. England : BMJ Publishing Group and
RPS Publishing.
Evi. 2009. Salep Mata. (cited 2011, 16 April). Available at :
http://salepmata.blogspot.com
Jenkins, Glenn L., Don E. Francke, Edward A. Brecht, Glen J. Sperandio. 1957.
Scovilles The Art of Compounding. New York : McGraw-Hill Book
Company.
Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Jakarta : UI Press.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, Twelfth edition. London : The
Pharmaceutical Press.
McEvoy, G. K. 2002. AHFS Drug Information. United State of America :
American Society of Health System Pharmcists.
Reynolds, J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopea Twenty-eight
Edition Book 1. London : Pharmaceutical Press (PhP).
Rowe, C.R., P.J. Shekey, and P.J. Weller. 2004. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. London : Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Third
edition. London Chicago : Pharmaceutical Press.
Tjay, Hoan Tan dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta : Elex Media
Komputindo
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai