Salep Kloramphenikol PDF
Salep Kloramphenikol PDF
Oleh:
Golongan I
Kelompok II
Andri Normansyah (0908505009)
Ni Putu Chintya Sandra B. (0908505011)
I Gst. Ag. Ayu Kartika (0908505014)
I Gst. Ag. Ayu Devi Yanti (0908505015)
Iwan Saka Nugraha (0908505016)
Putu Eka Utami Dewi Artini (0908505017)
A.A Ayu Wulan Purnama D. (0908505045)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2012
BAB I
PRAFORMULASI
1.1.1 Farmakokinetik
Untuk penggunaan secara topikal pada mata, kloramfenikol
diabsorpsi melalui cairan mata. Berdasarkan penelitian, penggunaan
kloramfenikol pada penyakit mata yaitu katarak memberi hasil yang baik
namun hasil ini sangat dipengaruhi oleh dosis dan bagaimana cara
mengaplikasikan sediaan tersebut. Jalur ekskresi kloramfenikol utamanya
melalui urine. Perlu diingat untuk penggunaan secara oral, obat ini
mengalami inaktivasi di hati. Proses absorsi, metabolisme dan ekskresi
dari obat untuk setiap pasien, sangat bervariasi, khususnya pada anak dan
bayi. Resorpsinya dari usus cepat dan agak lengkap. Difusi kedalam
jaringan, rongga, dan cairan tubuh baik sekali, kecuali kedalam empedu.
Kadarnya dalam CCS tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain,
juga bila terdapat meningitis. Plasma-t1/2-nya rata-rata 3 jam. Didalam
hati, zat ini dirombak 90% menjadi glukoronida inaktif. Bayi yang baru
dilahirkan belum memiliki enzim perombakan secukupnya maka mudah
mengalami keracunan dengan akibat fatal. Ekskresinya melalui ginjal,
terutama sebagai metabolit inaktif dan lebih kurang 10 % secara utuh
(Tjay dan Rahrdhja, 2007).
1.1.2 Indikasi
Untuk terapi infeksi superficial pada mata dan otitis eksternal yang
disebabkan bakteri. (McEvoy, 2002).
1.1.3 Kontraindikasi
Pada pasien yang hipersensitif terhadap kloramfenikol (McEvoy,
2002).
1.1.4 Mekanisme Kerja
Kloramfenikol merupakan bakteriostatik yang memiliki spektrum
yang luas terhadap berbagai jenis baketeri gram negatif dan gram positif.
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotik yang memiliki mekanisme
kerja menghambat sisntesis protein pada tingkat ribosom. Obat ini
mengikatkan dirinya pada situs-situs terdekat pada subunit 50S dari
ribosom RNA 70S. Kloramphenikol menyekatkan ikatan persenyawaan
aminoacyl dari molekul tRNA yang bermuatan ke situs aseptor kompleks
mRNA ribosom. Ikatan tRNA pada kodon-nya tidak terpengaruh.
Kegagalan aminoacyl untuk menyatu dengan baik dengan situs aseptor
menghambat reaksi transpeptidase yang dikatalisasi oleh peptidyl
transferase. Peptida yang ada pada situs donor pada kompleks ribosom
tidak ditransfer ke asamamino aseptornya, sehingga sintesis protein
terhenti (Katzung, 2004).
1.1.5 Efek Samping
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol
pada mata. Reaksi hipersensitifitas dan inflamasi termasuk konjunctivitas,
terbakar, angioheurotic edema, urticaria vesicular/maculopapular
dermatitis (jarang terjadi) (Mc Evoy,2002).
1.1.6 Dosis
Untuk sediaan salep mata, kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5
1 % dalam sediaan (Ansel, 2008). Dalam pengobatan infeksi mata,
kloramfenikol biasanya digunakan sebanyak 0,5 % dalam larutan atau
sebanyak 1 % dalam salep mata (Sweetman, 2009).
1.1.7 Penyimpanan
Disimpan pada suhu dibawah 30oC.
BM : 323,13 gr/mol
(Anonim, 1995)
2. Kelarutan
Tabel 1. Tingkat Kelarutan Kloramfenikol
Pelarut Kelarutan
Air Sukar larut (1:400)
Kloroform Sukar larut
Eter Sukar larut
Etanol Mudah larut (1: 2,5)
Propilen glikol Mudah larut (1: 7)
Aseton Mudah larut
Etil asetat Mudah larut
(Anonim, 1995; Lund, 1994)
3. Stabilitas
Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat dapat
bertahan hingga waktu yang cukup lama dengan menempatkan
sediaan pada kondisi yang optimum selama penyimpanan..
Terhadap cahaya : Penyimpanan sediaan salep mata
kloramfenikol diusahakan terlindung dari
cahaya atau sinar matahari (Reynolds, 1982)
Terhadap suhu : Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C
dengan penambahan sodium metabisulfit dan
disodium edetat. Umumnya stabilitas akan
berkurang pada suhu 250C (Lund, 1994).
Menurut Reynolds (1982), sediaan
kloramfenikol stabil selama 2 tahun jika
disimpan pada suhu 20o-25oC.
Terhadap pH : pH stabil dari zat kloramfenikol adalah
berkisar antara 4,5 sampai 7,5 (Anonim,
1995 ; Lund, 1994). pKa 5,5 (McEvoy, 2002)
Terhadap oksigen : Sediaan ini tidak stabil dengan adanya
oksigen (Lund, 1994).
4. Titik lebur
149-1530 C (Reynolds, 1982)
5. Inkompatibilitas
Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride,
Carbenicillin sodium, Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts,
Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine
HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate,
Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline,
Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts,
Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl, Vitamin B
complex (Lund, 1994).
1.2.2 Tinjauan Sifat Fisiko Kimia Bahan Tambahan
a. Lanolin (Adeps lanae)
- Definisi
- Pemerian
Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas (Anonim,
1995).
- Kelarutan
Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang 2
kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut
dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform
(Anonim, 1995).
- Stabilitas
Lanolin dapat mengalami proses autooksidasi, sehingga didalamnya
ditambahkan antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Ekspose
pemanasan yang lama dapat menyebabkan warna lanolin menjadi
gelap dan menimbulkan bau yang tengik. Lanolin dapat disterilisasi
dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150oC. Pada ediaan salep
mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi
filtrasi atau dengan radiasi sinar gamma (Rowe, et al., 2004).
- Penyimpanan
Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya,
dan pada temperature 15 30oC (Sweetman, 2009).
- Titik lebur
38 44o C (Sweetman, 2009)
- Penggunaan
Agen pengemulsi, basis salep (Rowe, et al., 2004)
b. Parafin
- Definisi
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang dperoleh dari minyak
mineral, sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau
butylhidroksitoluena tidak lebih dari 10 bpj (Anonim, 1979).
- Pemerian
Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna,
hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa (Anonim, 1979).
- Kelarutan
Dalam air : tidak larut
Dalam alkohol : sedikit larut alkohol.
Dalam minyak menguap : larut
Dapat dicampur dengan hidrokarbon, dan minyak tertentu (kecuali
minyak jarak) (Sweetman, 2009).
- Stabilitas & Penyimpanan
Parafin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan dan
pembekuan yang berulang dapat mengubah komponen fisiknya.
Parafin harus disimpan pada tempat yang tertutup rapat, dengan
temperature tidak kurang dari 40oC (Rowe, et al., 2004).
- Penggunaan
Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit
tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan
mata yang kering (Sweetman, 2009)
c. Vaselin flavum
- Definisi
Vaselin kuning adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon
setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung
zat penstabil yang sesuai (Anonim, 1995).
- Pemerian
Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah, berfluoresensi
sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis
transparan. Tidak atau hampir tidak berbau dan berasa (Anonim,
1995).
- Kelarutan
Tidak larut dalam air, mudah larut dalam benzene, dalam karbon
disulfide, dalam kloroform dan dalam minyak terpentin, larut dalam
eter, dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak
atsiri, praktis tidak larut dalam etanol dingin dan etanol panas dan
dalam etanol mutlak dingin (Anonim, 1995).
- Stabilitas & Penyimpanan
Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik dan terlindung
dari cahaya (Sweetman, 2009)
- Titik lebur
38-60oC (Sweetman, 2009)
- Penggunaan :
Vaselin digunakan sebagai basis salep dan emolien pada pengobatan
pada penyakit kulit (Sweetman, 2009)
2.2 Permasalahan
1. Kloramfenikol tidak larut air, sehingga ketika mencampurkan
kloramfenikol pada basis akan lebih sulit dihomogenkan, karena tidak
dapat dilarutkan dalam air sebelum dicampur ke dalam basis.
2. Karena akan digunakan pada konjungtiva mata maka, basis salep harus
cukup lembut.
b. Lanolin
10
Berat lanolin = x 2 g 0,2 gram
100
Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram
c. Liquid Paraffin
10
Berat liquid paraffin = x 2 g 0,2 gram
100
Penambahan bobot 10 % = 0,2 g + (10% x 0,2 g) = 0,22 gram
d. Vaseline Flavum
79
Berat liquid paraffin = x2 g 1,58gram
100
Penambahan bobot 10 % = 1,58 g + (10% x 1,58 g) = 1,738 gram
Penimbangan untuk 5 sediaan = 1,738 gram x 5 = 8,69 gram
Penimbangan bahan
b. Bahan
1. Air
2. Alkohol 70%
3. Kloramfenikol
4. Vaselin flavum
5. Parafin Cair
6. Adeps lanae
c. Sterilisasi Alat
Tabel 3. Alat Alat yang Digunakan dan Cara Sterilisasinya
NO PERALATAN CARA STERILISASI
1. Cawan porselin Oven 180 0C selama 30 menit
2. Pipet tetes Autoklaf 121 0C selama 15 menit
3. Spatula logam Oven 1800C selama 30 menit
4. Batang pengaduk Oven 1800C selama 30 menit
5. Mortir dan stamper Sterilasi dengan alkohol 96% dan
pembakaran langsung
6. Sudip Autoklaf 121 0C selama 15 menit
7. Kain kasa steril Autoklaf 121 0C selama 15 menit
8. Tube salep Oven 180 0C selama 30 menit
9. Kaca arloji Oven 180 0C selama 30 menit
10. Kain kasa Autoklaf 121 0C selama 15 menit
11. Kertas perkamen Autoklaf 121 0C selama 15 menit
3.4 Kemasan dan Brosur
BAB IV
EVALUASI SEDIAAN