Praktikum Ke
: III
Tanggal Praktikum
: 10 April 2015
Grup
:E
Kelas
: E 1-1
Anggota
:
1. Dihonita
(2011210064)
2. Sylvie Kusumastuti
(2011210242)
3. Agnes Kanjaya
(2012210010)
(2012210030)
5. Arlita K.D.
(2012210040)
(2010210043)
7. Augustini
(2010210046)
8. Ayutria wulandari
(2012210052)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2015
I.
PENDAHULUAN
mempengaruhi stabilitas sediaan, sterilisasi obat dalam wadah akhir dengan otoklaf
juga merupakan metode yang baik
TEKNIK STERILISASI
Menurut WHO dalam Annex 6 (Good Manufacturing Practices For Sterile
Pharmaceutical Products) Teknik sterilisasi dibagi menjadi 2 cara, yaitu sterilisasi
akhir (sterilisasi dengan panas basah dan panas kering, sterilisasi dengan gas,
sterilisasi dengan radiasi) dan Proses aseptis dan sterilisasi dengan filtrasi.
Bila suatu produk dimaksudkan untuk menjadi steril, maka harus disterilisasi
dengan panas dalam wadah akhir mereka. Bilamana tidak mungkin untuk
melaksanakan sterilisasi akhir dengan pemanasan akibat ketidakstabilan formulasi
atau ketidakcocokan jenis wadah (misalnya botol tetes mata plastik), keputusan harus
diambil untuk menggunakan metode alternatif sterilisasi akhir berikut yaitu filtrasi
dan / atau proses pengolahan aseptik. Sterilisasi dapat dicapai dengan menggunakan
panas lembab atau kering, dengan penyinaran dengan radiasi pengion (Dengan
catatan bahwa iradiasi ultraviolet biasanya bukan merupakan metode yang dapat
diterima untuk sterilisasi), dengan etilen oksida (atau agen sterilisasi gas lain yang
sesuai), atau dengan penyaringan dengan aseptik mengisi wadah akhir steril. Setiap
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila memungkinkan dan praktis,
sterilisasi panas adalah metode pilihan. Dalam hal apapun proses sterilisasi harus
sesuai dengan kewenangan pemasaran dan manufaktur.
Tujuan dari proses aseptis adalah untuk mempertahankan sterilitas produk yang
dibuat dari komponen-komponen yang masing-masing telah disterilisasi sebelumnya
dengan menggunakan salah satu cara dari metode yang ada. Kondisi operasional
hendaklah dapat mencegah kontaminasi mikroba. Untuk menjaga sterilitas komponen
dan produk selama proses aseptis, perhatian perlu diberikan pada : lingkungan;
personil;
permukaan yang kritis;
sterilisasi wadah/ tutup dan prosedur
pemindahannya; waktu tunggu maksimum bagi produk sebelum pengisian ke dalam
wadah akhir; dan filter untuk sterilisasi.
Untuk larutan dan cairan yang tidak dapat disterilkan dalam wadah akhir dapat
disaring melalui suatu filter steril ukuran pori nominal 0,22 mikron (atau kurang),
atau dengan setidaknya setara dengan ukuran dimana mampu menahan lolosnya
mikroorganisme, ke dalam wadah yang disterilkan sebelumnya. Filter tersebut dapat
menghilangkan bakteri dan jamur, tetapi tidak semua virus atau mikoplasma.
Dianjurkan dua kali filtrasi dengan menggunakan dua filter dengan ukuran pori
nominal 0,22 m. Pertimbangan harus diberikan untuk melengkapi proses filtrasi
dengan pemberian panas. Filtrasi saja tidak dianggap cukup ketika sterilisasi dalam
wadah akhir memungkinkan. Metode yang tersedia saat ini, sterilisasi uap lebih
disukai.
FARMAKOLOGI ZAT AKTIF
Gentamisin merupakan antibiotik aminoglikosida dan memiliki aktivitas sebagai
bakterisidal melawan bakteri aerob gram-negatif dan melawan beberapa galur
Staphylococcus. Berbagai jenis bakteri gram-negatif antara lain Brucella,
Calymmatobacterium, Campylobacter, Citrobacter, Escherichia, Enterobacter,
Francisella, Klebsiella, Proteus, Providencia, Pseudomonas, Serratia, Vibrio, and
3
Yersinia. Mekanisme aksi berupa menghambat sintesis protein pada bakteri dengan
mengikat 30S subunit ribosom secara irreversible. Efek samping penggunaan
gentamisin secara topikal adalah reaksi hipersensitivitas.
Absopsi terjadi pada aqueous humor, absorpsi Gentamisin sangat baik saat kornea
mengalami luka/robek. Pemberian Gentamisin secara sistemik dapat menembus
plasenta dan distribusi ke dalam ASI.
II.
TI NJAUAN KEPUSTAKAAN
a. Zat Aktif
Gentamisin Sulfat
Sifat fisika
kimia
FI. V hlm. 481
-482
Pemerian:
Serbuk; putih
sampai
kekuningkuningan
Kelarutan: Larut
dalam air; tidak
larut dalam
etanol, aseton,
kloroform, eter
dan benzene
OTT :
Amfoterisin,
sefalosporin,
eritromisin,
heparin,
penisilin,
ampisilin,
sodium
bikarbonat
*menurunkan
Stabilitas
Martindale
ed.36 hlm. 284
Rata-rata ada
16% potensi
kerugian dari
gentamisin sulfat
dari larutan yang
mengandung 10
dan 40 mg / mL
bila disimpan
pada 4 atau 25
dalam jarum
suntik plastik
sekali pakai
selama 30 hari,
dan terbentuk
beberapa endapan
coklat.
Cara sterilisasi
USP 35 hlm.
2012
Filtrasi (Aseptis)
Khasiat dan
Dosis
Martindale
ed.36 hlm. 284
Drug
Information 2010
hlm. 2829
Khasiat: Sebagai
Antibakteri,
Antibiotik
golongan
aminoglikosida.
Pengobatan
akibat infeksi
pada mata yang
disebabkan oleh
bakteri gram
negatif
Cara
penggunaan
Drug
Information
2010 hlm. 2829
Tetes mata
1 atau 2 tetes
pada mata yang
terinfeksi setiap
4 jam
potensi
gentamisin
pH: antara 3,5
dan 5,5
pH sediaan: 6,5
dan 7,5
b. Zat Tambahan
Benzalkonium klorida
Sifat fisika
Stabilitas
kimia
FI. V hlm. 211
Handbook of
Handbook of
Pharmaceutical
Pharmaceutical
Excipients 6th
Excipients 6th
hlm. 57
hlm. 56
Pemerian: Gel
higroskopis,
kental atau
dipengaruhi oleh
potongan seperti cahaya, udara dan
gelatin; putih
logam.
atau kekuningan.
Biasanya berbau
aromatic lemah.
Larutan dalam air
berasa pahit, jika
dikocok sangat
berbusa dan
biasanya sedikit
alkali.
Kelarutan:
Sangat mudah
larut dalam air
dan dalam etanol;
bentuk anhidrat
mudah larut
dalam benzen
dan agak sukar
Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th
hlm. 57
Kegunaan dan
Konsentrasi
Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th
hlm. 56
Otoklaf suhu
1210C , selama
15 menit
Kegunaan:
Pengawet
antimikroba
Cara Sterilisasi
Konsentrasi:
0,01-0,02% b/v.
Alasan
pemilihan
Wadah tetes
mata digunakan
untuk dosis
ganda maka
untuk
mencegah
bekembang atau
masuknya
mikroorganisme
kedalam
sediaan selama
proses
penyimpanan.
Benzalkonium
klorida dipilih
karena
merupakan
pengawet yang
efektif
III.
Sterilisasi
Kegunaan
Martindale ed. 36
FI. V hlm. 57
hal. 2414
Dididihkan selama 30 Kegunaan: Pelarut
menit
Alasan pemilihan
karena air untuk
injeksi bebas dari
logamlogam yang
lebih aman digunakan
pada mata.
RANCANGAN FORMULA
Formula Rujukan
Gentamisin SO4
0,3 %
Benzalkonium klorida
0,02 %
Aqua Steril
ad 10 ml
episkleritis (radang sclera), dakrosistitis (radang kantung air mata), ulkus kornea, rongga
mata yang terinfeksi
Gentamisin sulfat bersifat larut dalam air sehingga pelarut yang digunakan adalah air.
Dipilih dosis 0,3% sesuai dengan dosis dari literatur untuk larutan tetes mata.
Benzalkonium klorida 0,01% digunakan sebagai pengawet karena sediaan tetes mata
dibuat dalam dosis ganda sehingga dikhawatirkan terjadi kontaminasi mikroba. Sediaan
akan disterilisasi akhir dengan cara filtrasi (teknik aseptis) karena Gentamisin sulfat tidak
tahan terhadap pemanasan.
IV.
o Gentamisin SO4
o Benzalkonium Klorida
ad 26 ml
PENIMBANGAN
Nama Bahan
Bobot (gram)
Praktek
Teoritis
Gentamisin Sulfat
0,0780
0,0810
Benzalkonium Klorida
0,0100
0,0120
Aqua P.I.
Ad 26 ml
Ad 26 ml
V.
CARA PEMBUATAN
PRINSIP : TEKNIK ASEPTIS
1. Botol tetes mata dikalibrasi sebesar 10 ml dan beaker gelas dikalibrasi sebesar
26 ml, diberi tanda.
2. Alat-alat dan botol tetes mata disterilisasi sesuai dengan cara sterilisasi yang
tertera pada masing masing monografi.
3. Dibuat aqua pro injeksi, dengan cara didihkan aqua dan diamkan selama 30
menit, kemudian didinginkan.
4. Ditimbang masing-masing bahan.
5. Gentamisin sulfat dilarutkan dalam Aqua P.I. secukupnya ad larut.
6. Benzalkonium klorida diencerkan dalam Aqua P.I. dengan cara :
Larutkan 10 mg benzalkonium klorida dalam Aqua P.I. ad 5 ml, kemudian
diambil 5,2 ml (5 ml + 4 tts).
7. Benzalkonium klorida disterilisasi dengan cara Otoklaf suhu 1210C, selama 15
menit.
8. Semua bahan-bahan yang telah steril dibawa masuk ke ruang LAF (Laminar
Air Flow).
9. Dilakukan sterilisasi akhir dengan teknik aseptis, Gentasmisin sulfat dan
Bezalkonium klorida difiltrasi (DISPENSASI : filtrasi menggunakan kertas
saring biasa).
10. Tambahkan Aqua P.I. sampai mendekati tanda batas 26 ml, campuran
dihomogenkan.
11. pH larutan dicek dengan pH universal.
12. Ditambahkan Aqua P.I. ad 26 ml, dihomogenkan.
13. Larutan dimasukkan ke dalam botol tetes ad tanda, ditutup.
14. Dilakukan evaluasi.
15. Sediaan dimasukkan dalam dus, diberi etiket dan brosur, kemudian
diserahkan.
a. CARA STERILISASI ALAT & BAHAN
Aqua P.I.
Gentamisin
Sulfat
Paraf Asisten
Cara sterilisasi
Pustaka
Waktu
mulai
Dididihkan selama
30 menit.
11.50
Filtrasi
(DISPENSASI :
filtrasi
menggunakan
Paraf
Waktu
akhir
Paraf
12.20
USP 35 hlm
2012
Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th
hlm 57
FI III hlm 18
10.55
11.55
Gelas ukur,
kertas saring.
FI III hlm 18
11.35
11.50
Digodok air
mendidih, 30 menit.
10.50
11.25
Batang
pengaduk,
spatula, pinset,
kaca arloji,
penjepit besi,
cawan.
Direndam alkohol,
30 menit.
10.10
10.40
Sterilisasi
sediaan akhir
Teknik Aseptis
Filtrasi
(DISPENSASI :
filtrasi
menggunakan
kertas saring biasa)
di ruang LAF.
Benzalkonium
klorida
Botol tetes mata,
beaker glass,
erlenmeyer,
corong gelas,
pipet tetes.
VI.
USP 35 hlm
2012
EVALUASI
A. In Process Control
1) Uji pH ( FI IV hal 1039-1040 )
Menggunakan pH universal
2) Uji Kejernihan (Lachman hal. 1355)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflek mata, berlatar belakang hitam dan putih, dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
9
Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan bahan tiap partikel yang
terlihat dibuang. USP menetapkan batas 50 partikel 10 m dan lebih besar,
serta 5 partikel 25 m dan lebih besar per ml
B. Quality Control
1) Uji Kejernihan (Lachman hal. 1355)
Produk dalam wadah diperiksa di bawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflek mata, berlatar belakang hitam dan putih, dengan
rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan bahan tiap partikel yang
terlihat dibuang. USP menetapkan batas 50 partikel 10 m dan lebih besar,
serta 5 partikel 25 m dan lebih besar per ml
2) Uji Keseragaman Volume (FI IV, hal. 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman
volume secara visual.
3) Uji Sterilitas dengan Tehnik Penyaringan (FI IV hal 861)
Bersihkan permukaan luar botol dan tutup botol dengan bahan
dekontaminasi yang sesuai.
Untuk cairan 100 ml sampai 500 ml, pindahkan secara aseptik seluruh isi
tidak kurang dari 40 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring,
atau tidak kurang dari 20 wadah bila digunakan satu rakitan penyaring.
Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring melalui bantuan pompa
atau tekanan.
Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi
setengah bagian (jika hanya menggunakan satu), celupkan membran atau
setengah bagian membran, ke dalam 100 ml media inkubasi lalu inkubasi pada
suhu yang sesuai selama tidak kurang dari 7 hari.
4) Uji Penetapan kadar (FI. V hlm 482-485)
Tetes Mata Gentamisin Sulfat adalah larutan gentamisin sulfat steril yang
didapar dan mengandung pengawet. Mengandung tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin dari jumlah yang tertera pada etiket.
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan o-ftaldehida Larutkan 1,0 g o-ftaldehida P dalam 5 ml metanol P,
tambahkan 95 ml larutan asam borat 0,4 M yang sebelumnya telah ditambah
dengan kalium hidroksida 8 N sampai pH 10,4, kemudian tambahkan 2 ml
asam tioglikolat P. Atur pH larutan hingga 10,4 menggunakan kalium
hidroksida 8 N.
Fase gerak Buat campuran 700 ml metanol P, 250 ml air dan 50 ml asam
asetat glasial P. Larutkan 5 g natrium-1-heptansulfonat P dalam campuran
tersebut. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Gentamisin Sulfat BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar lebih kurang 0,65 mg per ml. Masukkan 10 ml larutan
ini ke dalam tabung reaksi yang sesuai, tambahkan 5 ml isopropanol P dan 4
10
Pustaka
FI IV hal 1039-1040
Lachman hal. 1355
Hasil
5,5
Jernih
Pustaka
Hasil
Tidak Seragam
FI IV hal. 1044
Uji Kejernihan
FI IV hal. 861
VII.
FI IV hal. 482-485
PEMBAHASAN
1. Pada praktikum ini, bahan aktif yang digunakan adalah Gentamisin Sulfat. Gentamisin
Sulfat mudah terurai oleh pemanasan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan tertentu
untuk menjaga stabilitas, yaitu menggunakan wadah sediaan yang tidak tembus cahaya
serta menggunakan metode filtrasi untuk sterilisasi sediaan. Setiap pengerjaan sediaan
steril, harus dilakukan teknik aseptis. Semua alat disterilisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan sesuai cara sterilisasi masing-masing, begitu juga dengan bahan yang tahan
terhadap pemanasan, juga harus disterilisasi sebelum dibuat sediaan.
2. Sediaan obat tetes mata yang dibuat adalah multiple dose sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi bakteri selama pemakaian dan penyimpanan sediaan. Untuk
mengantisipasi kontaminasi tersebut maka perlu ditambahkan bahan pengawet, yang
terpilih adalah benzalkonium klorida.
3. Volume sediaan yang dibuat adalah 10 ml. Pada umumnya, volume sediaan tetes mata
tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan jaminan sterilitas sediaan tetes mata multiple
dose hanya sekitar satu bulan. Jika lebih lama dari itu, dikhawatirkan telah banyak
mikroorganisme yang mengkontaminasi sediaan sehingga akan menimbulkan efek
yang tidak diinginkan.
4. Untuk menguji sterilitas sediaan tetes mata yang telah dibuat maka dapat dilakukan
beberapa uji evaluasi, diantaranya, uji sterilitas, uji kejernihan, cek pH dan volume
sediaan akhir, serta penetapan kadar. Namun karena keterbatasan waktu dan alat,maka
uji sterilitas dan penetapan kadar tidak dilakukan.
5. Sedian tetes mata harus bebas dari parikel-partikel yang tidak larut, seperti benda
asing, terjadinya pengendapan atau pertumbuhan mikroorganisme. Uji kejernihan
dilakukan secara visual dengan segala keterbatasan indera penglihatan dan partikelpartikel yang berukuran mikro. Dalam sediaan obat tetes mata yang diproduksi terlihat
tidak adanya partikel bahan aktif maupun bahan tambahan yang tidak larut.
6. pH sediaan tetes mata harus isohidri dengan pH cairan mata, yaitu 7.0 7.4. Hal ini
sangat penting untuk menetralisasi bahan kimia menjadi pH netral untuk menghindari
iritasi pada mata. Namun sangat jarang dijumpai bahan aktif yang stabil pada pH
tersebut. Pada evaluasi cek pH, diperoleh pH sediaan sebesar 5,5 dengan
menggunakan indikator universal. Menurut monografi sediaan tetes mata gentamisin
memiliki pH 6,5 7,5.
7. Pada uji keseragaman volume, 2 wadah tetes mata yang telah terisi diperiksa secara
visual, dan didapatkan hasil volume yang secara visual tidak seragam, hal ini
disebabkan karena bentuk kedua botol tetes mata tersebut tidak sama persis, walaupun
ukuran volume botolnya sama.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Charles B, Cleveland dkk. AHFS Drug Information 88: 2003.
2. Departemen kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. Edisi V.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat danMakanan; 2014.
3. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.
4. Martindale, The Extra Pharmacopoeia, 28th edition. London : The Pharmaceutical
press:1982.
5. Mc. Evory, Gerald K. 2010. American Hospital Formulary Service, Drug
Information. America Society of Hospital Pharmacist.
6. Sweetman, Sean C. 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 36th edition.
London: Pharmaceutical Press.
7. Wade Ainley dan Paul J Weller, Handbook Of Pharmaceutikal Excipients.Edisi
VI.2009
8. World Health Organization. Annex 6 WHO good manufacturing practices for
sterile pharmaceutical products. WHO Technical Report Series, No. 961, 2011
13