KELOMPOK : 2
SHIFT : A KELAS A2
SOAL : INJEKSI SALBUTAMOL SULFAT
I.
II.
a.
Tonisitas
Metode : Liso
Perhitungan :
Menurut pustaka (Handbook of Injectable Drugs 11th hal. 1346), sediaan injeksi salbutamol sulfat
mengandung 0,5 mg salbutamol sulfat dalam 1 mL. Sediaan yang akan dbuat adalah 5 ampul @ 1mL.
Volume total yang akan dibuat 10 mL untuk mengantisipasi hilangnya volume karena pembilasan alat.
Dalam 10 mL, terkandung 5 mg salbutamol sulfat.
Bahan
Jumlah
E
Tonisitas
(%)
(%)
(mg)
Salbutamol sulfat
0,05%
5 mg
0,12676
0,006338
(BM 576,7)
(metode Liso)
Asam Asetat
0,07386%
7,386 mg
0,566
0,0418
(BM 60,05)
(metode Liso)
Natrium asetat
0,05548%
5,548 mg
0,705
0,0391
NaCl yang
dibuthkan
(anhidrat)
(metode Lsio)
(BM 82)
0,9% - 0,087238%=0,812762%
Total
0,087238
=0,081276 gram= 81,28 mg
b.
[garam]
[asam]
= -0,26
[garam]=0,55 [asam]
= 2,303 x C x
total
+
Ka+ H
H +
Ka x
4,76
10
0,01 = 2,303 x Ctotal x
4,5
x 10
( 104,76 +104,5 )
Pendekatan Formula
No
Bahan
1
2
3
4
5
6
7
IV.
Salbutamol
Sulfat
Asam Asetat
Na Asetat
Natrium
Klorida
Asam Klorida
0,1 N
Natrium
Hidroksida
Aqua Pro
Injection
Yang
Dibutuhka
n
5 mg
Jumlah
(%)
0,05%
Zat Aktif
7,38 mg
5,5473mg
81,28 mg
Pendapar/mempertahankan PH sediaan
Pendapar/mempertahankan PH sediaan
Pengisotonis
10ml
0,07386%
0,05548%
0,812762
%
Qs
40 mg
Qs
Pengadjust PH
Ad 10ml
Pelarut
Pengadjust PH
Preformulasi eksipient
Aqua pro injectio (FI ed.4 hal-112 handbook of pharmaceutical excipient hal547)
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Inkompatibilitas
Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan
dan dikemas dengan cara yang sesuai.
Tidak mengandung bahan antimikroba dan bahan tambahan lain.
Cairan jernih , tidak berwarna dan tidak berbau.
Dengan zat-zat yang mudah terhidrolisis atau terurai oleh
keberadaan. Dapat bereaksi dengan logam alkali dan logam basa
serta bentuk oksidan nya, misalnya kalium oksida. Dapat bereaksi
dengan garam anhidra dan molekul organik tertentu
Stabil
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kesimpulan :aqua pro injectio sebagai pelarut
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : pemanasan hasil produk secara autoklaf 1210C selama 15 menit
Kemasan :
Natrium Klorida
(NaCl) ; B, 58,44 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th ed. 2009 hal 637-639)
Pemerian
Serbuk kristal putih atau kristal tidak berwarna, memiliki rasa
yang asin
Kelarutan
Di dalam air, 1:2,8 dan 1 : 2,6 untuk air mendidih (100 C)
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Panas
Tempat sejuk dan kering
Hidrolisis/oksidasi
Terlindung dari cahaya
Cahaya
Kesimpulan :Natrium klorida digunakan sebagai pengisotonis
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : padatan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan :Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan yang sejuk dan kering
Natrium hidroksida
Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kesimpulan : Asam asetat glasial berfungsi sebagai pendapar dengan pKa 4,76 ,
bercampur dengan air
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan : Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan yang dingin atau sejuk
Natrium Asetat
Struktur kimia
Rumus molekul
Nama kimia
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
pH
C2H3 NaO2
Sodium acetat
Acetic acid, sodium salt; E262; natrii acetas trihydricus; sodium ethanoate.
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Higroskopik
Cahaya
Kegunaan
Cara sterilisasi
Kemasan
Inkompatibilitas
V.
Persipan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat
No
1
Jumlah
1
4
5
6
Nama alat
Gelas kimia 25
ml
Gelas kimia 10
ml
Labu erlenmeyer
100 ml
Kaca arloji
Pipet tetes
Karet Pipet tetes
Buret
8
9
10
11
12
13
Jarum Buret
Batang pengaduk
Spatel
Kertas Saring
Corong kaca
Membran filter
2
3
b. Wadah
No
Nama alat
1
Ampul coklat 1
ml
3
3
3
1
3
2
2
1
1
Jumlah
5
VI.
Penimbangan Bahan
Jumlah sediaan yang dibuat : 5 ampul 1 mL
Kelebihan volume yang diisikan ke dalam wadah primer, untuk 1 Ml injeksi cairan encer
adalah 0,1 Ml (Farmakope Indonesia Ed.IV hal 1044) sehingga tiap ampul berisi 1,1 Ml.
Volume total yang dibuat 50 ml untuk mengantisipasi pengurangan volume untuk
pembilasan alat
No
Nama bahan
Jumlah yang ditimbang
1 Salbutamol Sulfat
5 mg
2 Asam asetat
7,38 mg
3 Na-Asetat
5,5473 mg
4 Natrium Klorida
81,28 mg
5 Asam klorida 0,1 N
10 ml
6 Natrium hidroksida
40 mg
7 Aqua pro injection
10 ml
VII.
Prosedur Pembuatan
RUANG
PROSEDUR
Ruang sterilisasi
Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70 % sebelum sterilisasi
ruangan. Lap disterilisasi dengan autoklaf. Sterilisasi ruangan dengan
oksidasi menggunakan etanol 70 % diikuti dengan penyinaran lampu
UV selama 12 jam dispensasi selama sterilisasi ruangan, tidak ada
peralatan pada permukaan meja. Semua peralatan, wadah sediaan
yang telah dikalibrasi dan aquabidest yang akan digunakan disterilkan
terlebih dahulu menurut cara sterilisasi yang sesuai. Aqua pro injectio
dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dan disterilisasi
dengan cara autoklaf selama 30 menit atau disaring menggunakan
membran bakteri.
Ruang
Bahan aktif dan eksipien sesuai kebutuhan ditimbang menggunakan
penimbangan
kaca arloji yang sudah disterilisasi:
Salbutamol sulfat : 5 mg
Asam asetat : 7,38 mg
Natrium asetat : 5,5473 mg
NaCl : 81,28 mg
NaOH : 40 mg
Setelah ditimbang, tiap zat diletakkan pada kaca arloji.
Disiapkan pula pengatur pH dan pelarut :
Transfer box
Ruang
pencampuran
HCl 0,1 N : 10 ml
Aqua pro injectio : 10 ml
Semua wadah, peralatan dan bahan dimasukkan ke ruang
pencampuran di white area melalui transfer box
Pada gelas kimia A 10 ml, dimasukkan 5 mg salbutamol
sulfat, lalu dimasukkan 0,5 ml aqua pro injectio ke dalam
gelas kimia sedikit-sedikit sambil diaduk. Bilas kaca arloji 1
kali @0,5 ml
Pada gelas kimia B 10 ml yang lain, dimasukkan NaCl 81,28
mg dan ditambahkan 2 ml aqua steril pro injectio sambil
diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali @ 0,5 ml
Pada gelas kimia C 10 ml yang lain, dimasukkan asam asetat
0,1 N sebanyak 1,3 ml atau sekitar 7,38 mg, lalu ditambahkan
0,5 ml aqua steril pro injectio sambil diaduk hingga larut.
Bilas kaca arloji 1 kali @ 0,5 ml
Pada gelas kimia D 10 ml yang lain, dimasukkan Natrium
asetat 5,5473 mg, lalu ditambahkan 0,5 ml aqua steril pro
injectio sambil diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali @
0,5 ml.
Ke dalam gelas kimia 25 ml E, campurkan larutan pada gelas
kimia C dan gelas kimia D terlebih dahulu sedikit demi
sedikit, lalu aduk hingga homogen. Bilas gelas kimia C dan D
1 kali @ 0,5 ml. Kemudian larutan pada gelas kimia B
dimasukkan ke E sambil diaduk hingga homogen, bilas gelas
kimia B 1 kali @ 0,5 ml. Campurkan larutan pada gelas kimia
A ke E sambil diaduk hingga homogen, bilas gelas kimia A 1
kali @ 0,5 ml.
Aqua pro injectio sebanyak 1,5 ml ditambahkan hingga
tercapai volume sediaan 10 ml
Ph dicek dan bila diperlukan genapkan ph menggunakan
larutan encer NaOH 0,1 N dibuat dengan melarutkan 40 mg
NaOH ke dalam 10 ml aqua pro injectio
Volume digenapkan hingga 10 ml menggunakan aqua pro
injectio
Larutan disaring menggunakan syringe dengan filter berpori
0,45 m untuk meminimalkan jumlah kontaminan partikulat
( buang sedikit larutan pertama yang disaring)
Persiapkan buret steril (dengan membuang larutan
desinfektan, bilas dengan aqua pro injectio steril dan
selanjutnya dengan sedikit sediaan jadi ). Jarum buret diseka
Transfer box
Ruang penutupan
Transfer box
Ruang sterilisasi
Ruang evaluasi
Ruang evaluasi
Jenis evaluasi
Uji PH Sediaan
Uji Kejernihan
Larutan
Prinsip evaluasi
Menggunakan
PHmeter
Wadah Sediaan
Akhir Disinari dari
samping dengan
latar belakang warna
hitam untuk melihat
partikel berwarna
putih dan latar
belakang putih untuk
Jumlah
sampel
3
3
Hasil
pengamatan
Syarat
PH sediaan
=4,5
Tidak
ditemukan
adanya serat
atau
pengotor
IX.
Uji Kebocoran
Wadah
Uji Sterilitas
Uji Partikulat
Volume
Terpindahkan
melihat partikel
berwarna
Wadah sediaan
diletakkan dengan
posisi terbalik
Sediaan di inokulasi
pada medium agar
dan diamati
pertumbuhan
mikroba setelah
inkubasi beberapa
hari
Memerlukan sistem
elektronik
penghitung partikel
pengotor cairan yang
dilengkapi dengan
alat untuk
memasukan contoh
yang sesuai
Sedian dipindahkan
dari ampul kedalam
gelas ukur dan
dilakukan
pengamatan volume
yang terpindahkan
Tidak satu
ampul pun
bocor
Steril , tidak
ada
pertumbuhan
mikroba
Jumlah
partikel / ml:
> 50 m :
negatif
25 m : <
1000
> 10 m : <
10000
Rata-rata
tidak kurang
dari 100%
dan tidak
satupun
kurang dari
95%.
Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai pembuatan injeksi salbutamol sulfat. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan injeksi dan bagaimana tahapan yang dilakukan
pada saat pembuatan injeksi serta evaluasi sediaan tersebut. Namun praktikum ini
dilakukan secara kering dan tidak membuat sediaan injeksi dengan menggunakan zat aktif
salbutamol sulfat. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput
Setelah alat disterilisasi dilakukan pengolahan produk dan uji sterilitas di ruangan
Laminar Air Flow (LAF). LAF merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja
mikrobiologi. LAF memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara
kotor (kemungkinan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
Sebelum masuk ke ruang Laminar Air Flow, tangan dan kaki harus dibersihkan terlebih
dahuulu dengan alkohol 70 % agar tidak membawa masuk kontaminan ke dalam ruang
LAF. Alkohol 70 % digunakan karena dapat mendenaturasi protein bakteri sehingga
mengakibatkan bakteri lisis. Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak
dengan bahan uji selama percobaan dilakukan, sehingga sanat berpotensial memindahkan
mikroorganisme dan menyebabkan kontaminasi.
Pembuatan injeksi salbutamol ini menggunakan larutan dapar yaitu asam asetat dan
natrium asetat karena zat aktif yang digunakan bersifat asam sehingga diperlukan pendapar
asam. Larutan dapar adalah larutan penyangga yang umumnya digunakan adalah dapar
fosfat, larutan dapar sitrat atau larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah.
Jika disebutkan ph dalam paparan obat jadi, pengaturan ph dilakukan dengan penambahan
asam, basa atau larutan dapar yang cocok , hingga ph yang dikehendaki. Sebelumnya perlu
dilakukan pembuatan aqua pro injection yang digunakan sebagai pelarut dalam sediaan
injeksi. Langkah awal membuat aqua pro injection adalah aquades ditambahkan dengan
karbon aktif 0,1 % kemudian dipanaskan pada suhu 60-70C selama 15 menit, lalu
dimasukkan ke dalam autoklaf , setelah dimasukkan ke dalam autoklaf larutan tersebut
disaring dengan menggunakan kertas saring sebanyak 2 buah. Setelah itu dilakukan
pembuatan injeksi dengan bahan tambahan yang ada seperti NaCl yang berfungsi sebagai
pengisotonis, NaOH sebagai pengadjust ph, HCL sebagai pengadjust ph dan ditambahkan
zat pengawet jika diperlukan.
Setelah mengetahui pembuatan injeksi salbutamol , dilakukan evaluasi sediaan antara lain
uji ph dengan menggunakan kertas lakmus, uji ph ini dilakukan untuk menguji apakah ph
sediaan sudah sesuai dengan ph yang akan ditentukan yaitu 4,5. Kemudian uji kejernihan
larutan dimana uji ini dilakukan dengan mengetahui adanya partikel yang terdapat dalam
sediaan, apabila untuk melihat partikel berwarna maka digunakan latar putih sedangkan
untuk melihat partikel berwarna putih maka digunakan latar hitam. Uji selanjutnya adalah
uji kebocoran wadah dengan cara wadah diletakkan dalam posisi terbalik untuk mengetahui
apakah terdapat kebocoran dalam wadah sediaan. Kemudian uji sterilita dilakukan dengan
cara memerlukan sistem elektronik penghitung partikel pengotor cairan yang dilengkapi
dengan alat untuk memasukan contoh yang sesuai. Uji volume terpindahkan dilakukan
dengan cara menggunakan gelas ukur, sediaan dipindahkan ke gelas ukur dan dihitung
volumenya apakah terdapat pengurangan volume setelah dipindahkan.
X.
Daftar Pustaka
Bnf committee. 2006. British National Formulary ed 46. London : BMJ Publishing Group
Ltd
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
WHO.2003. International Pharmacopeia ed IV Vol 3. Geneva : WHO Publisher
Lund, Walter (editor). 1994. The Pharmaceutical Codex : Principles and Practice of
Pharmaceutics 12 th edition. London : The Pharmaceutical Press
Rowe, Raymond C,dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th edition .
London : The Pharmaceutical Press