Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

KELOMPOK : 2

SHIFT : A KELAS A2
SOAL : INJEKSI SALBUTAMOL SULFAT

I.

Preformulasi Zat Aktif


Pemerian
Serbuk putih atau hamper putih (FI IV, hal 752)
Kelarutan
Kelarutan dalam air 1:4
Kelarutan dalam ethanol : 750 g/L (International Pharmacopeia ed
IV, Vol.3)
Titik leleh
180 C (The Pharmaceutical Codex ed XII, 1994, hal 1041)
Inkompatibilitas
Penggunaan salbutamol dan 2 agonist dengan kortikosteroid,
diuretic, dan xanthin meningkatkan resiko hipokalaemia
(Martindale, hal 1132)
Stabilitas
Stabilitas baik dalam rentang suhu 55-85C. Dekomposisi larutan
salbutamol sulfat pada suhu 70C pada ph 3,5 dipercepat
Panas
bergantung pada konsentrasi baik glukosa maupun sukrosa,
sedangkan pada pH 7 hanya bergantung pada konsentrasi glukosa.
Degradasi sulfat pada suhu 55-85C dalam larutan buffer berair
ang terlindung dari cahaya mengikuti laju kinetik orde pertama
dengan stabilitas maksimum pada pH 3,5. Laju dekomposisi
meningkat oleh peningkatan konsentrasi obat dan peningkatan
temperatur (The Pharmaceutical Codex ed XII, 1994, hal 1042)
Larut pada suhu 20C (BPC hal 433)
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Tidak ada permasalahan dalam hidrolisis dan oksidasi
Terlindung dari cahaya (The Pharmaceutical Codex 12th hal 1042)
pH= 3.4-5 (The Pharmaceutical Codex ed XII, 1994, hal 1041)
Kesimpulan : Salbutamol sulfat sebagai zat aktif
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : garam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
(krim/salep) : larutan injeksi
Cara sterilisasi sediaan : Dengan oven
Kemasan : ampul

II.

Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas dan Dapar

a.

Tonisitas
Metode : Liso
Perhitungan :
Menurut pustaka (Handbook of Injectable Drugs 11th hal. 1346), sediaan injeksi salbutamol sulfat
mengandung 0,5 mg salbutamol sulfat dalam 1 mL. Sediaan yang akan dbuat adalah 5 ampul @ 1mL.
Volume total yang akan dibuat 10 mL untuk mengantisipasi hilangnya volume karena pembilasan alat.
Dalam 10 mL, terkandung 5 mg salbutamol sulfat.
Bahan
Jumlah
E
Tonisitas
(%)
(%)
(mg)
Salbutamol sulfat
0,05%
5 mg
0,12676
0,006338
(BM 576,7)
(metode Liso)
Asam Asetat
0,07386%
7,386 mg
0,566
0,0418
(BM 60,05)
(metode Liso)
Natrium asetat
0,05548%
5,548 mg
0,705
0,0391
NaCl yang
dibuthkan
(anhidrat)
(metode Lsio)
(BM 82)
0,9% - 0,087238%=0,812762%
Total
0,087238
=0,081276 gram= 81,28 mg

b.

Perhitungan nilai E pada Tonisitas


Asam Asetat (BM 60,05)
2,0
E=17x 60,05 =0,566
Natrium asetat (BM 82)
3,4
E=17x 82 =0,705
Dapar
Jenis dapar/kombinasi
Target pH
Kapasitas dapar
Perhitungan :
Perhitungan :
pKa1 = 4,76
[garam]
pH=pKa+log [asam]
[garam]
4,5=4,76+log [asam]
Log

[garam]
[asam]

= -0,26

[garam]=0,55 [asam]

Asam asetat (C2H4O2)


4,5
0,01

= 2,303 x C x
total

+
Ka+ H

H +
Ka x

4,76

10
0,01 = 2,303 x Ctotal x

4,5

x 10

( 104,76 +104,5 )

0,01 = 2,303 x Ctotal x 0,228873


Ctotal = 0,019
[garam]+[asam] = 0,019
0,55 [asam] = 0,019
[asam] = 0,0123M
[garam] = 6,765x10-3 M
Dalam 10 ml sediaan,
Massa asam asetat = 0,0123M x 10 mL x 60,05 = 7,38 mg
Massa Na-asetat = 6,765x10-3 M x 10 mL x 82 = 5,5473 mg
III.

Pendekatan Formula
No
Bahan

1
2
3
4
5
6
7

IV.

Salbutamol
Sulfat
Asam Asetat
Na Asetat
Natrium
Klorida
Asam Klorida
0,1 N
Natrium
Hidroksida
Aqua Pro
Injection

Yang
Dibutuhka
n
5 mg

Jumlah
(%)

Fungsi / alasan penambahan bahan

0,05%

Zat Aktif

7,38 mg
5,5473mg
81,28 mg

Pendapar/mempertahankan PH sediaan
Pendapar/mempertahankan PH sediaan
Pengisotonis

10ml

0,07386%
0,05548%
0,812762
%
Qs

40 mg

Qs

Pengadjust PH

Ad 10ml

Pelarut

Pengadjust PH

Preformulasi eksipient
Aqua pro injectio (FI ed.4 hal-112 handbook of pharmaceutical excipient hal547)

Pemerian

Kelarutan
Titik leleh
Inkompatibilitas

Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan
dan dikemas dengan cara yang sesuai.
Tidak mengandung bahan antimikroba dan bahan tambahan lain.
Cairan jernih , tidak berwarna dan tidak berbau.
Dengan zat-zat yang mudah terhidrolisis atau terurai oleh
keberadaan. Dapat bereaksi dengan logam alkali dan logam basa
serta bentuk oksidan nya, misalnya kalium oksida. Dapat bereaksi
dengan garam anhidra dan molekul organik tertentu
Stabil

Stabilitas
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kesimpulan :aqua pro injectio sebagai pelarut
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) :
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) :
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : pemanasan hasil produk secara autoklaf 1210C selama 15 menit
Kemasan :

Natrium Klorida
(NaCl) ; B, 58,44 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th ed. 2009 hal 637-639)
Pemerian
Serbuk kristal putih atau kristal tidak berwarna, memiliki rasa
yang asin
Kelarutan
Di dalam air, 1:2,8 dan 1 : 2,6 untuk air mendidih (100 C)
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Panas
Tempat sejuk dan kering
Hidrolisis/oksidasi
Terlindung dari cahaya
Cahaya
Kesimpulan :Natrium klorida digunakan sebagai pengisotonis
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : padatan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan :Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan yang sejuk dan kering

Natrium hidroksida

(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th ed 2009, hal 683-684)


Pemerian
Massa putih atau praktis putih, tersedia dalam bentuk pellet,
serpihan atau batang, atau bentuk lain
Kelarutan
1:7,2 dalam etanol
Tidak larut dalam eter
Larut dalam gliserin
1:4,2 dalam metanol
1:0,9 dalam air
1:0,3 pada 100 C
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Stabil terhadap suhu
Panas
Bersifat higroskopis sehingga dapat mengikat karbondioksida dari
air dari udara. Padatan NaOH sebaiknya disimpan dalam tempat
Hidrolisis/oksidasi
kering
Cahaya
Kesimpulan :Natrium hidroksida digunakan sebagai pengadjust pH
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : basa
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : padatan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan :Disimpan dalam wadah non logam kedap udara dalam ruangan yang sejuk dan
kering
Asam Klorida
(Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th ed 2009 hal 328-329)
Pemerian
Larutan jernih , tidak berwarna , berbau tajam
Kelarutan
Bercampur dengan air , larut dalam dietil eter, etanol 95 % dan
metanol
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Titik didih 110 C (20,24 % w/w). Sebaiknya diletakkan pada suhu
di bawah 30 C. Hindari dari alkali pekat, logam dan sianida
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kesimpulan : Asam klorida digunakan sebagai pengadjust ph
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan :Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan yang sejuk dan kering

Asam Asetat (pKa= 4,76)

(C2H4O2) ; BM 60,05 (Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th ed. 2009 hal 34-36)

Pemerian
Kelarutan
Titik leleh
Inkompatibilitas
Stabilita
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya

Masa kristal jernih, tidak berwarna, larutan volatil dengan bau


tajam
Bercampur dengan air dan etanol
Inkompatibel dengan zat kimia yang bersifat basa
Menguap pada suhu 118C. Larutan berair NaCl stabil terhadap
pemanasan. Bentuk padatnya disimpan dalam tempat sejuk
Stabil dalam air. Bentuk padat disimpan dalam tempat kering.
Bersifat higroskopik pada kelembaban di atas 75 %
Stabil

Kesimpulan : Asam asetat glasial berfungsi sebagai pendapar dengan pKa 4,76 ,
bercampur dengan air
Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam
Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan
(krim/salep) :
Cara sterilisasi sediaan : Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Kemasan : Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan yang dingin atau sejuk
Natrium Asetat
Struktur kimia

Rumus molekul
Nama kimia
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
pH

C2H3 NaO2
Sodium acetat
Acetic acid, sodium salt; E262; natrii acetas trihydricus; sodium ethanoate.

82,0 (HOPE, hal 5)


Kristal tidak berwarna, transparan, atau serbuk Kristal bergranul
dengan bau asam asetat
Larut dalam 1:0,8 di air dan 1:20 di etanol 95%
7,5-9

Stabilitas
Panas

Hidrolisis/oksidasi

Higroskopik

Cahaya
Kegunaan
Cara sterilisasi
Kemasan
Inkompatibilitas

Sebagai pendapar dengan pKa 4,76 bercampur dengan air


Pemanasan akhir produk secara autoklaf
Dalam wadah kedap udara
Natrium asetat bereaksi dengan asam/basa. Akan bereaksi dengan
kuat dengan fluorine, potassium nitrat dan diketone

V.

Persipan Alat/Wadah/Bahan
a. Alat
No
1

Jumlah
1

4
5
6

Nama alat
Gelas kimia 25
ml
Gelas kimia 10
ml
Labu erlenmeyer
100 ml
Kaca arloji
Pipet tetes
Karet Pipet tetes

Buret

8
9
10
11
12
13

Jarum Buret
Batang pengaduk
Spatel
Kertas Saring
Corong kaca
Membran filter

2
3

b. Wadah
No
Nama alat
1
Ampul coklat 1
ml

Cara sterilisasi (lengkap)


Autoklaf 121 C selama 20 menit
Autoklaf 121 C selama 20 menit

Autoklaf 121 C selama 20 menit

3
3
3

1
3
2
2
1
1

Oven 170 C selama 1 jam


Oven 170 C selama 1 jam
Direndam dalam larutan etanol 70 %
selama 1 malam
Direndam dalam larutan etanol 70 %
selama 1 malam
Oven 170 C selama 1 jam
Oven 170 C selama 1 jam
Oven 170 C selama 1 jam
Autoklaf 121 C selama 20 menit
Oven 170 C selama 1 jam
Autoklaf 121 C selama 20 menit

Jumlah
5

Cara sterilisasi (lengkap)


Autoklaf 121 C selama 15 menit

c. Bahan (hanya untuk cara aseptic)

Pembuatan injeksi salbutamol sulfat dilakukan dengan sterilisasi akhir menggunakan


autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit

VI.

Penimbangan Bahan
Jumlah sediaan yang dibuat : 5 ampul 1 mL
Kelebihan volume yang diisikan ke dalam wadah primer, untuk 1 Ml injeksi cairan encer
adalah 0,1 Ml (Farmakope Indonesia Ed.IV hal 1044) sehingga tiap ampul berisi 1,1 Ml.
Volume total yang dibuat 50 ml untuk mengantisipasi pengurangan volume untuk
pembilasan alat
No
Nama bahan
Jumlah yang ditimbang
1 Salbutamol Sulfat
5 mg
2 Asam asetat
7,38 mg
3 Na-Asetat
5,5473 mg
4 Natrium Klorida
81,28 mg
5 Asam klorida 0,1 N
10 ml
6 Natrium hidroksida
40 mg
7 Aqua pro injection
10 ml

VII.

Prosedur Pembuatan
RUANG
PROSEDUR
Ruang sterilisasi
Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70 % sebelum sterilisasi
ruangan. Lap disterilisasi dengan autoklaf. Sterilisasi ruangan dengan
oksidasi menggunakan etanol 70 % diikuti dengan penyinaran lampu
UV selama 12 jam dispensasi selama sterilisasi ruangan, tidak ada
peralatan pada permukaan meja. Semua peralatan, wadah sediaan
yang telah dikalibrasi dan aquabidest yang akan digunakan disterilkan
terlebih dahulu menurut cara sterilisasi yang sesuai. Aqua pro injectio
dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dan disterilisasi
dengan cara autoklaf selama 30 menit atau disaring menggunakan
membran bakteri.
Ruang
Bahan aktif dan eksipien sesuai kebutuhan ditimbang menggunakan
penimbangan
kaca arloji yang sudah disterilisasi:
Salbutamol sulfat : 5 mg
Asam asetat : 7,38 mg
Natrium asetat : 5,5473 mg
NaCl : 81,28 mg
NaOH : 40 mg
Setelah ditimbang, tiap zat diletakkan pada kaca arloji.
Disiapkan pula pengatur pH dan pelarut :

Transfer box
Ruang
pencampuran

HCl 0,1 N : 10 ml
Aqua pro injectio : 10 ml
Semua wadah, peralatan dan bahan dimasukkan ke ruang
pencampuran di white area melalui transfer box
Pada gelas kimia A 10 ml, dimasukkan 5 mg salbutamol
sulfat, lalu dimasukkan 0,5 ml aqua pro injectio ke dalam
gelas kimia sedikit-sedikit sambil diaduk. Bilas kaca arloji 1
kali @0,5 ml
Pada gelas kimia B 10 ml yang lain, dimasukkan NaCl 81,28
mg dan ditambahkan 2 ml aqua steril pro injectio sambil
diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali @ 0,5 ml
Pada gelas kimia C 10 ml yang lain, dimasukkan asam asetat
0,1 N sebanyak 1,3 ml atau sekitar 7,38 mg, lalu ditambahkan
0,5 ml aqua steril pro injectio sambil diaduk hingga larut.
Bilas kaca arloji 1 kali @ 0,5 ml
Pada gelas kimia D 10 ml yang lain, dimasukkan Natrium
asetat 5,5473 mg, lalu ditambahkan 0,5 ml aqua steril pro
injectio sambil diaduk hingga larut. Bilas kaca arloji 1 kali @
0,5 ml.
Ke dalam gelas kimia 25 ml E, campurkan larutan pada gelas
kimia C dan gelas kimia D terlebih dahulu sedikit demi
sedikit, lalu aduk hingga homogen. Bilas gelas kimia C dan D
1 kali @ 0,5 ml. Kemudian larutan pada gelas kimia B
dimasukkan ke E sambil diaduk hingga homogen, bilas gelas
kimia B 1 kali @ 0,5 ml. Campurkan larutan pada gelas kimia
A ke E sambil diaduk hingga homogen, bilas gelas kimia A 1
kali @ 0,5 ml.
Aqua pro injectio sebanyak 1,5 ml ditambahkan hingga
tercapai volume sediaan 10 ml
Ph dicek dan bila diperlukan genapkan ph menggunakan
larutan encer NaOH 0,1 N dibuat dengan melarutkan 40 mg
NaOH ke dalam 10 ml aqua pro injectio
Volume digenapkan hingga 10 ml menggunakan aqua pro
injectio
Larutan disaring menggunakan syringe dengan filter berpori
0,45 m untuk meminimalkan jumlah kontaminan partikulat
( buang sedikit larutan pertama yang disaring)
Persiapkan buret steril (dengan membuang larutan
desinfektan, bilas dengan aqua pro injectio steril dan
selanjutnya dengan sedikit sediaan jadi ). Jarum buret diseka

Transfer box
Ruang penutupan
Transfer box
Ruang sterilisasi

Ruang evaluasi
Ruang evaluasi

menggunakan tissue yang dibasahi etanol 70 %. Sediaan


dimasukkan ke dalam buret steril
Sediaan diisikan ke dalam wadah ampul dengan
memperhitungkan volume terpindahkan sesuai yang tertera
pada Farmakope yaitu sebesar 1,1 ml setiap ampul
Ampul yang sudah ditutup dimasukkan ke dalam gelas kimia
Bawa sediaan ke ruang penutupan melalui transfer box
Tutup sediaan menggunakan mesin penutup ampul
Bawa sediaan yang sudah ditutup ke ruang sterilisasi melalui transfer
box
Sterilisasi menggunakan autoklaf 121C selama 15 menit. Sterilisasi
dengan memasukkan ampul ke dalam gelas kimia yang dasarnya
diberi kapas lemak, lalu ampul diletakkan dalam keadaan terbalik
Etiket dipasang dan dimasukkan dalam dus
Evaluasi sediaan

VIII. Evaluasi Sediaan


No

Jenis evaluasi

Uji PH Sediaan

Uji Kejernihan
Larutan

Prinsip evaluasi
Menggunakan
PHmeter
Wadah Sediaan
Akhir Disinari dari
samping dengan
latar belakang warna
hitam untuk melihat
partikel berwarna
putih dan latar
belakang putih untuk

Jumlah
sampel
3
3

Hasil
pengamatan

Syarat
PH sediaan
=4,5
Tidak
ditemukan
adanya serat
atau
pengotor

IX.

Uji Kebocoran
Wadah

Uji Sterilitas

Uji Partikulat

Volume
Terpindahkan

melihat partikel
berwarna
Wadah sediaan
diletakkan dengan
posisi terbalik
Sediaan di inokulasi
pada medium agar
dan diamati
pertumbuhan
mikroba setelah
inkubasi beberapa
hari
Memerlukan sistem
elektronik
penghitung partikel
pengotor cairan yang
dilengkapi dengan
alat untuk
memasukan contoh
yang sesuai
Sedian dipindahkan
dari ampul kedalam
gelas ukur dan
dilakukan
pengamatan volume
yang terpindahkan

Tidak satu
ampul pun
bocor
Steril , tidak
ada
pertumbuhan
mikroba

Jumlah
partikel / ml:
> 50 m :
negatif
25 m : <
1000
> 10 m : <
10000
Rata-rata
tidak kurang
dari 100%
dan tidak
satupun
kurang dari
95%.

Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai pembuatan injeksi salbutamol sulfat. Praktikum ini
bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan injeksi dan bagaimana tahapan yang dilakukan
pada saat pembuatan injeksi serta evaluasi sediaan tersebut. Namun praktikum ini
dilakukan secara kering dan tidak membuat sediaan injeksi dengan menggunakan zat aktif
salbutamol sulfat. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput

lendir. Injeksi diracik dengan cara melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan


sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
Zat aktif yang dibuat dalam sediaan injeksi ini adalah salbutamol sulfat. Salbutamol
sulfat memiliki sifat kelarutannya mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter. Salbutamol sulfat ini memiliki khasiat yaitu sebagai obat asma
dan bronkhitis kronis. Salbutamol sulfat ini memiliki titik leleh yang tinggi yaitu 180C
dan Ph sebesar 3,4-5 sehingga dapat dikatakan zat aktif yang digunakan dalam keadaan
asam. Wadah sediaan injeksi yang digunakan adalah ampul. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaian untuk satu kali injeksi. Wadah untuk injeksi dibuat dari kaca atau plastik , tidak
boleh bereaksi dengan obat atau mempengaruhi khasiatnya dan tidak memberikan zarah
kecil serta harus memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengan mudah. Wadah
kaca ditutup kedap dengan cara meleburkan mulut wadah atau dengan cara lain yang
cocok. Wadah harus memenuhi syarat pemeriksaan wadah.
Prosedur pertama yang harus dilakukan adalah mensterilisasikan alat-alat yang akan
digunakan. Sterilisasi adalah salah satu prosedur yang digunakan untuk menghilangkan
mikroorganisme. Pemeliharaan suci hama dan penyakit (keaseptikan) atau kondisi steril
sangat penting dan pengerjaan produk-produk steril. Sterilisasi alat dilakukan
menggunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang menggunakan tekanan 15 psi ( 2 atm) atau suhu 121C. Suhu dan tekanan
tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh sel dibanding udara panas.

Setelah alat disterilisasi dilakukan pengolahan produk dan uji sterilitas di ruangan
Laminar Air Flow (LAF). LAF merupakan kabinet kerja yang steril untuk kerja
mikrobiologi. LAF memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara
kotor (kemungkinan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.
Sebelum masuk ke ruang Laminar Air Flow, tangan dan kaki harus dibersihkan terlebih
dahuulu dengan alkohol 70 % agar tidak membawa masuk kontaminan ke dalam ruang
LAF. Alkohol 70 % digunakan karena dapat mendenaturasi protein bakteri sehingga
mengakibatkan bakteri lisis. Tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak
dengan bahan uji selama percobaan dilakukan, sehingga sanat berpotensial memindahkan
mikroorganisme dan menyebabkan kontaminasi.
Pembuatan injeksi salbutamol ini menggunakan larutan dapar yaitu asam asetat dan
natrium asetat karena zat aktif yang digunakan bersifat asam sehingga diperlukan pendapar
asam. Larutan dapar adalah larutan penyangga yang umumnya digunakan adalah dapar
fosfat, larutan dapar sitrat atau larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah.
Jika disebutkan ph dalam paparan obat jadi, pengaturan ph dilakukan dengan penambahan
asam, basa atau larutan dapar yang cocok , hingga ph yang dikehendaki. Sebelumnya perlu
dilakukan pembuatan aqua pro injection yang digunakan sebagai pelarut dalam sediaan
injeksi. Langkah awal membuat aqua pro injection adalah aquades ditambahkan dengan
karbon aktif 0,1 % kemudian dipanaskan pada suhu 60-70C selama 15 menit, lalu
dimasukkan ke dalam autoklaf , setelah dimasukkan ke dalam autoklaf larutan tersebut
disaring dengan menggunakan kertas saring sebanyak 2 buah. Setelah itu dilakukan
pembuatan injeksi dengan bahan tambahan yang ada seperti NaCl yang berfungsi sebagai

pengisotonis, NaOH sebagai pengadjust ph, HCL sebagai pengadjust ph dan ditambahkan
zat pengawet jika diperlukan.
Setelah mengetahui pembuatan injeksi salbutamol , dilakukan evaluasi sediaan antara lain
uji ph dengan menggunakan kertas lakmus, uji ph ini dilakukan untuk menguji apakah ph
sediaan sudah sesuai dengan ph yang akan ditentukan yaitu 4,5. Kemudian uji kejernihan
larutan dimana uji ini dilakukan dengan mengetahui adanya partikel yang terdapat dalam
sediaan, apabila untuk melihat partikel berwarna maka digunakan latar putih sedangkan
untuk melihat partikel berwarna putih maka digunakan latar hitam. Uji selanjutnya adalah
uji kebocoran wadah dengan cara wadah diletakkan dalam posisi terbalik untuk mengetahui
apakah terdapat kebocoran dalam wadah sediaan. Kemudian uji sterilita dilakukan dengan
cara memerlukan sistem elektronik penghitung partikel pengotor cairan yang dilengkapi
dengan alat untuk memasukan contoh yang sesuai. Uji volume terpindahkan dilakukan
dengan cara menggunakan gelas ukur, sediaan dipindahkan ke gelas ukur dan dihitung
volumenya apakah terdapat pengurangan volume setelah dipindahkan.
X.

Daftar Pustaka
Bnf committee. 2006. British National Formulary ed 46. London : BMJ Publishing Group
Ltd
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
WHO.2003. International Pharmacopeia ed IV Vol 3. Geneva : WHO Publisher
Lund, Walter (editor). 1994. The Pharmaceutical Codex : Principles and Practice of
Pharmaceutics 12 th edition. London : The Pharmaceutical Press
Rowe, Raymond C,dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6 th edition .
London : The Pharmaceutical Press

Anda mungkin juga menyukai