elektron dalam orbital ns2, dengan perkecualian stabilitas lebih tinggi pada konfigurasi penuh
atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentukan tingkat oksidasi yang bervariasi,
pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik spesies yang bersangkutan. Unsur transisi
berperan sebagai katalisator baik dalam bentuk unsurnya maupun dalam bentuk senyawa
kompleksnya. Sifat magnetik senyawa transisi berkaitan dengan elektron nirpasangan dalam
orbital d. Sifat magnetik dibedakan dalam dua macam yaitu diamagnetik dan paramagnetik.
Sifat Unsur Transisi
1) Biloks yang bervariasi
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
Salah satu sifat logam transisi adalah memiliki biloks yang bervariasi. Walaupun ada
unsur yang bukan logam transisi juga dapat memiliki biloks bervariasi, misalnya S, N,
Cl. Tetapi sifat ini tidak umum untuk logam selain transisi (misal gol IA dan IIA).
2) Sifat-sifat yang khas dari unsur transisi:
a. Mempunyai berbagai bilangan oksidasi
b. Kebanyakan senyawaannya bersifat paramagnetik
c. Kebanyakan senyawaannya berwarna
d. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks
Dalam bentuk logam umumnya bersifat:
a. Keras, tahan panas
b. Penghantar panas dan listrik yang baik
c. Bersifat inert
Beberapa pengecualian:
a. Tembaga (Cu) bersifat lunak dan mudah ditarik
b. Mangan (Mn) dan besi (Fe): bersifat sangat reaktif, terutama dengan oksigen,
halogen, sulfur, dan non logam lain (Seperti dengan karbon dan boron)
3) Sifat Fisik
a. Pada suhu kamar berupa padatan (kecuali merkuri)
b. Memiliki titik didih, titik leleh, kerapatan dan kekuatan rentang yang tinggi.
c. Umumnya bersifat paramagnetik (sifat yang disebabkan oleh adanya elektron
tunggal)
4) Sifat Umum
a. Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik intinya,
Sehingga jarak elektron pada kulit terluar ke inti semakin kecil.
b. Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi sedikit
fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat dari Sc ke Zn.
Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada pengisian elektron pada
logam transisi. Setelah pengisian elektron pada subkulit 3s dan 3p, pengisian
dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d, sehingga kalium dan kalsium terlebih
dahulu dibanding Sc. Hal ini berdampak pada grafik energi ionisasinya yang
fluktuatif dan selisih nilai energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu
besar. Karena ketika logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s lah yang
terlebih dahulu terionisasi.
c. Kecuali unsur Cr dan Cu, semua unsur transisi periode keempat mempunyai elektron
pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu adalah 4s1
Senyawa Kompleks
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
Senyawa-senyawa seperti air, H2O, asam hidroklorida, HCl, natrium hidroksida, NaOH,
garam natrium klorida, NaCl, asam sulfat, H 2SO4, natrium sulfat, Na2SO4 dan perak klorida,
AgCl menunjukkan ikatan antara dua atom atau lebih berdasarkan valensi atom-atomnya
yang sudah tepat atau jenuh, yaitu masing-masing H = +1, O = -2, Na = +1, Cl = -1, S = +6,
dan Ag = +1. Demikian juga bagi senyawa-senyawa CoCl 2, NiCl2 maupun CuSO4, valensi
logam Co, Ni, dan Cu masing-masing adalah +2. Senyawa-senyawa seperti ini dikatakan
sebagai senyawa sederhana. Namun demikian, peristiwa melarutnya endapan AgCl dalam
larutan amonia, demikian juga berubahnya larutan biru muda CuSO 4 dalam air menjadi biru
tua pada penambahan larutan amonia, merupakan peristiwa yang membingungkan para ahli
kimia pada waktu itu. Hal ini disebabkan oleh hadirnya atau bergabungnya molekul netral
NH3 dalam suatu senyawa yang sudah netral tersebut, jelas tidak dapat dipahami berdasarkan
nilai valensi seperti halnya pada senyawa-senyawa sederhana di atas.
Di kemudian hari pelarutan tersebut masing-masing dapat diidentifikasi sebagai
terbentuknya ion (kompleks) [Ag(NH3)2]+, dan [Cu(H2O)2(NH3)4]2+. Demikian juga
keberhasilan isolasi senyawa pink CoCl2.6H2O yang kemudian lebih tepat ditulis sebagai
[Co(H2O)6]Cl2 , dan senyawa Fe(CN)2.4KCN yang ternyata bukan garam rangkap karena
tidak menghasilkan ion CN-, lagi-lagi tidak dapat dijelaskan berdasarkan ikatan valensi
sederhana. Oleh karena itu, senyawa-senyawa seperti ini dinyatakan sebagai senyawa
kompleks, sesuai dengan sifatnya yang rumit-kompleks, memerlukan pemahaman tersendiri
lebih lanjut. Walaupun dewasa ini senyawa-senyawa tersebut relatif sudah bukan hal yang
rumit lagi, istilah kompleks masih tetap dipakai, istilah lain yang sering dipakai adalah
senyawa koordinasi karena senyawa kompleks tersusun oleh ikatan koordinasi, meskipun
adanya (ikatan) koordinasi tidak hanya ditunjukkan oleh senyawa unsur-unsur transisi saja.
Senyawa kompleks tersusun atas atom pusat, yang umumnya logam-logam transisi, dan
ligan sebagai gugus pengeliling. Ligan menyediakan atom donor pasangan elektron
menyendiri untuk pembentukan ikatan koordinat dengan atom pusat. Banyaknya ikatan
koordinat merupakan bilangan koordinasi senyawa kompleks yang bersangkutan. Ligan dapat
berupa ion ataupun molekul netral, dengan kemampuan mono- ataupun multi- dentat. Bangun
geometri yang umum bagi senyawa kompleks adalah tetrahedron (bilangan koordinasi 4),
bujursangkar (bilangan koordinasi 4), dan oktahedron (bilangan koordinasi 6).
Ligan diklasifikasikan berdasarkan jumlah pasangan atom donor yang dimilikinya
dibedakan menjadi:
Ligan monodentat, yaitu ligan yang mendonorkan satu pasang elektron bebasnya
kepada logam atau ion logam. Contoh : NH3, H2O, NO2-, dan CN-.
Ligan bidentat, yaitu ligan yang mendonorkan dua pasang elektronnya kepada logam
atau ion logam. Contoh : etyhlendiamine, NH2CH2CH2NH2.
Bilangan oksidasi umum yang dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah
+2 dan +3. Sementara, bilangan oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah
+7 pada unsur Mangan (4s2 3d7). Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion
Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+, sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada
anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan MnO4-.
Perubahan bilangan oksidasi ditunjukkan oleh perubahan warna larutan. Sebagai contoh,
saat ion Cr+7 direduksi menjadi ion Cr3+, warna larutan berubah dari orange (jingga) menjadi
hijau.
Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- > 2 Cr3+(aq) + 7 H2O(l)
Dalam percobaan reaksi-reaksi logam transisi hanya beberapa logam saja yang dapat
dipraktikumkan di laboratorium dimana logam tersebut kelimpahannya lebih banyak dan
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
lebih mudah ditemukan di alam dibandingkan dengan unsur logam transisi lainnya. Unsur
logam transisi tersebut adalah Cu, Cr, Fe, Mn, Zn, Ni, Co yang digunakan dalam bentuk
garam dan mempunyai deret biloks paling stabil.
Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah-muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit.
1) Larutan Amonia
Bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit maka, akan dihasilkan endapan
biru yang merupakan garam basa yang larut dalam reagensia berlebih menghasilkan
warna biru tua yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks teteraaminokuprat
(II).
2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2.SO4 + 2NH4+
Cu(OH)2.CuSO4 + 8NH3 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-
Jika larutan mengandung garam amonium, pengendapan tidak terjadi sama sekali,
teteapi warna biru langsung terbentuk.
2) Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cu akan menghasilkan endapan biru
tembaga (II) hidroksida dimana endapan tersebut tidak larut dalam reagen berlebih.
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Besi (Fe)
a) Besi (II)
Merupakan logam berwarna putih mengkilap, tidak terlalu keras dan agak reaktif serta
mudah teroksidasi, mudah bereaksi dengan unsur non logam seperti: halogen, sulfur,
pospor, boron, karbon dan silikon. Selain itu, logam ini larut dalam asam-asam mineral.
1) Larutan NaOH
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Fe (II) akan menghasilkan endapan
putih besi (II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tidak terdapat di udara sama sekali. Endapan
ini tak larut dalam reagensia berlebih, tetapi larut dalam asam. Bila terkena udara,
besei (II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada akhirnya menghasilkan
besi (III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH) 2 namapak
sebagai endapan hijau kotor dengan penambahan hidrogen peroksida, ia segera
dioksidasikan menjadi besi (III) hidroksida.
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
4Fe(OH)2 +2H2O + O2 4Fe(OH)3
2Fe(OH)2 +H2O2 2Fe(OH)3
2) Larutan Amonia
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
berarti. Ia melebur pada 1765 . Logam ini larut dalam asam klorida encer atau
pekat.
1) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cr menghasilkan endapan seperti
gelatin yang berwarna abu-abu hijau sampai abu-abu biru yaitu kromium (III)
hidroksida, Cr(OH)3 yang sedikit larut dalam zat pengendap berlebih dalam keadaan
dingin dengan membentuk larutan lembayung atau merah jambu yang mengandung
ion kompleks heksaaminakromat (III) denan mendidihkan larutan, kromium
hidroksida diendapkan.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O Cr(OH)3 + 3NH4+
Cr(OH)3 + 6NH3 [Cr(NH3)6]3+ + 3OH-
2) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Cr menghasilkan endapan kromium (III)
hidroksida, Cr(OH)3.
Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
Reaksi ini reversibel dengan sedikit penambahan asam endapan melarut. Dalam
reagensia berlebih, endapan melarut dengan mudah dimana akan terbentuk ion
tetrahidroksokromat (III).
Cr(OH)3 + OH- [Cr(OH)4]-
Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat
kukuh. Logam ini melebur pada 1445 , dan besifat sedikit magnetis.
1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2.
Ni2+ + 2OH- Ni(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensian berlebih. Tak terjadi endapan jika serta tartrat atu
sitrat, karena terbentuk kompleks.
2) Larutan Amonia
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Ni menghasilkan endapan hijau nikel (II)
hidroksida, Ni(OH)2
Ni2+ + 2NH3 + 2OH- Ni(OH)2 + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebih
Ni(OH)2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
Larutan berubah menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium tak terjadi
pengendapan, tetapi kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.
Mangan (Mn)
Mangan adalah logam putih abu-abu yang penampilannya serupa besi tuang. Ia melebur
kira-kira pada suhu 1250 . Ia bereaksi dengan air membentuk mangan (II)
Zink (Zn)
Zink adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada
melebur pada 1490 . Logam ini mudah melarut dalam asam-asam mineral encer.
1) Larutan Natrium Hidroksida
Apabila ditambahkan dalam larutan garam Co dalam keaadaan dingin mengendap
suatu garam basa berwarna biru.
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3
Pada pemanasan dengan alkali berlebih garam basa itu diubah menjadi endapan
kobalt (II) hidroksida yang berwarna merah jambu
Co(OH)NO3 + OH- Co(OH)2 + NO3-
2) Larutan Amonia
Jika tak terdapat garam-garam amonium, sedikit amonia akan mengendapkan
garam basa.
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- Co(OH)NO3 + NH4+
Kelebihan reagensia melarutkan endapan dimana ion-ion heksaaminakobaltat (II)
terbentuk.
Co(OH)NO3 + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + NO3- + OH-
Pengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion amonium dalam
jumlah yang lebih banyak, melainkan kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu
tahap. Pada kondisi demikian, kesetimbangan menjadi sepert berikut:
REAKSI-REAKSI ION LOGAM TRANSISI
XI.
XII.
Diambil 1 ml
XIII. Ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH 1 M
XIV.
XV.
Endapan abu-abu biru Endapan putih
XVI. Endapan biru
Endapan putihEndapan putih Endapan merahEndapan
kecoklatan
warna
Endapan
biru warna hijau
XVII.
XVIII.
Ditambahkan lagi NaOH berlebih
XIX.
XX.
XXI.EndapanTerbentuk
tidak larutendapan biru
Terbentuk (+)
endapan Endapan
Endapan
putih(+) larut coklat Endapan
kemerahan
merah
endapan
jambu
warna Endapan
biru (++)hijau (+)
XXII.
b. Reaksi dengan Amonia
XXIII.
XXIV.
Lar utan CrCl
Lar utan CuSO4
Lar utan Mn(SO4)
Lar utan Fe(NH3)2SO4
Lar utan ZnCl2
Lar utan FeCl3
Larutan CoCl3
Lar utan NiCl
XXV.
XXVI.
XXVII.
Diambil 1 ml
XXVIII. Ditambahkan tetes demi tetes larutan amonia pekat
XXIX.
XXX.
Endapan abu-abu biru Endapan putih
Endapan biru
Endapan putihEndapan putih Endapan merahEndapan
kecoklatan
warna
Endapan
biru warna hijau
XXXI.
XXXII.
XXXIII.
Ditambahkan lagi amonia berlebih
XXXIV.
XXXV.
Endapan larut
Endapan larut Endapan larutEndapan
Endapan larut Endapan
larut merah kecoklatan
Endapan larut
Larutan biru tua
XXXVI.
XXXVII.
XXXVIII.
c. Reaksi dengan NH4CNS
XL.
XLI.
Diambil 1 mL
XLII. Ditambahakan NH4CNS 1mL
XLIII.
XLIV.
Larutan berwarna biru (hampir sama
Larutan
dengan
berwarna
semula)
larutan
hijau tidak berwarna
Larutan merah kecoklatan
Larutan tidak berwarna
Larutan berwarna
Larutan berwarna merah
Larutan
muda
berwarna
XLV.
XLVI.
d. Blanko
Diambil 1 mL
Larutan berwarna Larutan berwarna larutan tidak Larutan warna Larutan tidak Larutan berwarna Larutan Larutan
biru (+) biru kehijauan berwarna kuning (--) berwarna kuning berwarna merah berwarna hijau
muda (--) muda (--)
2. Percobaan II: pembentukan ion kompleks
a. Kompleks Cr (III)
XLIX.
Tabung 1
L.
Ditambahkan lar encer CrCl3 2 ml
LI. Ditambahkan sedikit Larutan Na2C2O4
dikocok
LII.
Larutan warna hijau (++)
LIII.
b. Kompleks Fe (II) dan Fe(III)
2 ml lar encer FeCl3
LIV.
1 ml lar Fe (II)
LV.
Dimasukkan dalam tabung reaksi
LVI.
Dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambahkan larutan NH4CNS
LVII.
Ditambahkan 2-3 tetes phenantroline
LVIII.
LIX. Merah kecoklatan
LX. Larutan berwarna kuning (--) Ditambahkan natrium oksalat
dikocok
Jingga (+)
Ditambahkan larutan NH4CNS berlebih
Lar merah
c. Kompleks Ni (II)
LXI. 1 ml larutan Ni
LXII.1 ml larutan Ni
LXIII. Ditambahkan beberapa tetes Na2EDTA
Ditambahkan
LXIV. beberapa tetes dimetilglioksiam (DMG)
LXV.
LXVI.
d.Endapan
Kompleks Cu (II) merah
berwarna Berwarna hijau
LXVII.
CuSO4.5H2O dan CuCl2.2H2O 1 ml CuSO4
LXVIII.
Diambil seujung spatula Ditambahkan larutan Na2EDTA
LXIX. dikocok
Ditempatkan pada kaca arloji
LXX.
LXXI. Hasil Hasil
LXXII.
e. Kompleks Co (II)
LXXIII.
Tabung 1
LXXIV.
LXXVIII.
3. Percobaan (III): Perubahan Tingat Oksidasi
a. Fe2+ menjadi Fe3+
LXXIX.
1 ml FeSO4
LXXX.
Ditambahkan 3 tetes larutan HNO3 pekat
LXXXI.
Larutan berwarna hijau
LXXXII. Dipanaskan 1-2 menit
LXXXIII. Timbul gas
LXXXIV. Ditambahkan NaOH 2M sedikit demi sedkit
LXXXV.
Endapan hijau kotor
b. Cr6+ menjadi Cr3+
LXXXVI.
LXXXVII. 2 ml K2Cr2O7
Endapan abu-abu
XC. Pengamatan
LXXXIX. G
a XCIII. Setelah XCV. Setelah
XCVI. Rumus
r penamba XCIV. Rumus penamba
ion
a XCII. Sebelum han tetes senyawa han
kompleks
m reaksi demi tetes yang berlebih
yang
NaOH (2 terbentuk NaOH (3
terbentuk
tetes) tetes)
XCVII. C
XCVIII.
r Larutan XCIX. Larutan CI. Terbentuk
C. [Cr(H2O)3( CII. [Cr(H2O)2(
C berwarna berwarna endapan
OH)3]-(aq) OH)4](s)
l biru (++) hijau (+) hijau
3
CIII. M CIV. Larutan CV. Hablur CVI. [Mn(H2O)4 CVII. Hablur CVIII. [Mn(H2O)3
n tidak kuning (OH)2](s) kuning (+ (OH)3](s)
( berwarna +)
S
O
4
)
CXIII. Ada
endapan
hijau
CX. Larutan diatas
CIX. Fe(NH3)2SO CXII. [Fe(H2O)4( CXIV. [Fe(H2O)3(
berwarna CXI. Tetap larutan
4 OH)2]-(aq) OH)3](s)
kuning (--) yang
hilang
ketika
dikocok
CXIX. Larutan
CXV. F
berwarna
eCXVI. Larutan CXVII. Larutan
CXVIII. [Fe(H2O)3( jingga, CXX. [Fe(H2O)3(
C berwarna berwarna
OH)3]-(aq) endapan OH)3] (s)
l kuning jingga
coklat
3
kemerahan
CXXI. CXXII.
C Larutan
o berwarnaCXXIII. Terbentuk
CXXIV. [Co(H2O)4CXXV. Hablur CXXVI. [Co(H2O)3
C merah hablur
(OH)2](s) coklat (++) (OH)3] (s)
l muda coklat
2 jernih
CXXXI. Larutan
CXXVII. N CXXIX. Larutan
CXXVIII. Larutan berwarna
i hijau
berwarna CXXX. [Ni(H2O)4( hijau CXXXII. [Ni(OH)3(
C keruh,
hijau OH)2](s) keruh, H2O)3](s)
l endapan
jernih endapan
2 hijau
hijau (++)
CXXXIX. Z
n CXL. Larutan
CXLI. Hablur CXLII. [Zn(H2O)CXLIII.
4( Hablur CXLIV. [Zn(H2O)3(
C tidak
putih OH)2](s) putih (++) OH)3](s)
l berwarna
2
CLXI. Larutan
CLIX. Mn CLX. Larutan warna
CLXIII. Endapan CLXIV. [Mn(NH3)6
(S tidak kuning, CLXII. Mn(OH)2(s)
larut ]2+(aq)
O4) berwarna endapan
putih
CLXV. Fe(
CLXIX. Larutan
N
CLXVI. Larutan
CLXVIII. [Fe(H2O) berwarna CLXX. [Fe(NH3)6]
H3) berwarna
CLXVII. Tetap
(NH3)5]2+(aq hijau 2+
(aq)
2S kuning (--)
kehitaman
O4
CLXXI. CLXXII.
Fe LarutanCLXXIII. Larutan CLXXIV. [Fe(H2O)CLXXV. Larutan CLXXVI. [Fe(NH3)6]
berwarna
warna 3+
berwarna (NH3)5] merah 3+
Cl3 merah (aq)
kuning (aq) kecoklatan
kecoklatan
keruh
CLXXXIV. Larutan
CLXXXV. Larutan CLXXXVI. [Ni(H
CLXXXVII.
2O) Larutan
CLXXXIII. Ni berwarna CLXXXVIII. [Ni(NH3)6]
berwarna (NH3)5]2+ berwarna 2+
Cl2 hijau (aq)
biru muda (aq) biru jernih
jernih
CCII.
CCIII.
c. Reaksi beberapa Ion Logam Transisi dengan larutan ammonia tiosianat 0,1M
CCXVIII. CCXIX.
F Larutan berwarna kuning
CCXX. Larutan berwarna merah
CCXXI. [Fe SCN]+
e( (--) kecoklatan
N
H
3)
2S
O
4
CCXXII. CCXXIII.
F Larutan berwarna kuning
CCXXIV. Larutan berwarna merah
CCXXV. [Fe(SCN)]+
e kecoklatn
C
l3
CCXXVI. CCXXVII.
C Larutan berwarna CCXXVIII.
merah Tidak terjadi perubahan CCXXIX. -
o muda jernih
C
l2
CCXXX. CCXXXI.
N Larutan berwarna CCXXXII.
hijau Tidak terjadi perubahanCCXXXIII. -
i jernih
C
l2
CCXXXIV. CCXXXV.
C Larutan berwarna CCXXXVI.
biru Larutan berwarna CCXXXVII.
hijau [Cu(SCN)]+
u kehijauan muda
S
O
4
CCXXXVIII. CCXXXIX.
Z Larutan tidak berwarna CCXL. Tidak terjadi perubahan CCXLI. -
n
C
l2
CCXLII.
CCXLVIII. CCXLIX.
C Larutan berwarna biru CCL. Larutan berwarna biru (+)
r
C
l3
2S
O
4
CCLVII. CCLVIII.
F Larutan berwarna kuning
CCLIX. Larutan berwarna kuning
e
C
l3
CCLX. CCLXI.
C Larutan berwarna merah
CCLXII. Larutan berwarna merah
o muda jernih muda (--)
C
l2
CCLXIII. CCLXIV.
N Larutan berwarna hijau
CCLXV. Larutan berwarna hijau
i jernih muda (--)
C
l2
CCLXVI. CCLXVII.
C Larutan berwarna CCLXVIII.
biru Larutan berwarna biru
u kehijauan kehijauan
S
O
4
CCLXIX. CCLXX.
Z Larutan tidak berwarnaCCLXXI. Larutan tidak berwarna
n
C
l2
CCLXXII.
CCLXXV. Warna
CCLXXIV. Reagen CCLXXVII. Rumus ion
reagen
CCLXXVI. Pengamata
yang kompleks
yang n setelah
ditambahk yang
ditambahk bereaksi
an terbentuk
an
CCLXXIX. LarutanCCLXXX. Larutan
CCLXXXI. [Cr(C2O4)3]3
CCLXXVIII. Na2C2O4 tidak berwarna -
(aq)
berwarna hijau (++)
CCLXXXII.
b. Kompleks Fe (II)
CCLXXXIII. Warna larutan Ferro sulfat : kuning (-)
CCLXXXVIII. Setelah
CCLXXXIX. Rumus ion
penambahan
kompleks yang
kristal 1,10-
CCLXXXVI. terbentuk
phenantroline
CCLXXXVII. FeSO4 + air
CCXCI. Larutan berwarna
CCXCII. [Fe(H2O)6]2+(aq)
kuning (+)
CCXCIII.
c. Kompleks Fe (III)
CCCI. Fe
CCCII. Larutan berwarna CCCIV. Larutan berwarna
Cl CCCIII. [Fe(CNS)]2+ CCCV. [Fe(CNS)4]+
merah kecoklatan jingga (+)
3
d. Kompleks Co (II)
CCCVIII. Warna larutan CoCl2 : merah muda jernih
CCCX. Warna
CCCIX. Reagen CCCXII. Rumus ion
reagen
yang CCCXI. Pengamatan setelah kompleks
yang
ditambahk bereaksi yang
ditambahk
an terbentuk
an
CCCXVII.
e. Kompleks Ni (II)
CCCXVIII. Warna larutan Ni(NO3)2 : hijau
CCCXX. Warna
CCCXIX. Reagen CCCXXII. Rumus ion
reagen
CCCXXI. Pengamata
yang kompleks
yang n setelah
ditambahk yang
ditambahk bereaksi
an terbentuk
an
CCCXXV. Larutan
berwarna
CCCXXIV. Larutan
CCCXXIII. Dimethylgli merah
CCCXXVI. [Ni(DMG)]
tidak 2+
oksim muda,
berwarna
endapan
merah
CCCXXVIII. Larutan
CCCXXIX. Larutan ] .CCCXXX
CCCXXVII. Larutan
tidak berwarna [Ni(EDTA)2
Na2EDTA +2
berwarna hijau
CCCXXXI.
f. Kompleks Cu (II)
CCCXXXII. Warna CuSO4.5H2O : kristal berwarna biru (++)
CCCXXXIII. Warna CuCl2.2H2O : kristal berwarna hijau
CCCXXXVIII. Larutan
CCCXXXIX. Larutan tidak CCCXL. Larutan
CCCXLI. [Cu(EDTA)2]2+
Na2EDTA berwarna berwarna biru
CCCXLII.
CCCXLIII.
CCCLX.
b. Perubahan Cr6+menjadiFeCr3+
CCCLXI. Warna larutan K2Cr2O7 : jingga
CCCLXXI. PenambahanCCCLXXII.
HCl Larutan berwarna
CCCLXXIII.
pekat biru keruh
CCCLXXVII. Penambahan
CCCLXXVIII. Larutan berwarna
CCCLXXIX. K2Cr2O7(aq) + 14HCl 2Cr3+ + 3Cl2 + 2K+ + Cl- +
HNO3 setelah hijau tua 7H2O(l)
perubahan warna
akhir
CCCLXXX. Pembahasan
1. Percobaan 1: Reaksi beberapa Ion logam Transisi
CCCLXXXI. Pada percobaan pertama ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui beberapa
reaksi logam transisi. Beberapa logam yang digunakan dalam reaksi adalah Cr, Mn,
Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Logam-logam tersebut dalam bentuk garam akan direaksikan
menggunakan NaOH, NH3, dan NH4CNS.
1) Reaksi dengan NaOH
CCCLXXXII. Pada dasarnya semua logam transisi dapat membentuk endapan jika
direaksikan dengan logam alkali. Endapan tersebut merupakan endapan
hidroksida. Berikut uraian beberapa reaksi logam transisi dengan NaOH:
a) Garam CrCl3
CCCLXXXIII. Larutan CrCl3 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan larutan berwarna hijau (+).
Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau
pada larutan. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran kesetimbangan ke
bentuk awal sehingga reaksinya menjadi seperti berikut:
[Cr(H2O)6]3+(aq) + OH- [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq)
CCCLXXXIV.
CCCLXXXV. [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH- [Cr(H2O)2(OH)4](s)
b) Garam Mn(SO)4
CCCLXXXVI. Larutan MnSO4 yang tidak berwarna diambil 1 mL untuk dimasukkan
ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan hablur
berwarna kuning. Seharusnya endapan atau hablur yang terbentuk adalah
berwarna putih, ketidaksesuaian ini dikarenakan endapan tersebut mulai ada
kontak dengan udara (teroksidasi). Kemudian, ditambahkan NaOH berlebih
sebanyak 3 tetes menghasilkan hablur kuning (++). Hal ini menunjukkan
bahwa logam Mn jika direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak
larut. Berikut reaksi yang terjadi:
[Mn(H2O)6]2+(aq) + OH- [Mn(H2O)4(OH)2](s)
CCCLXXXVII.
CCCLXXXVIII. [Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3](s)
c) Garam Fe(NH3)2SO4
CCCLXXXIX. Larutan Fe(NH3)2SO4 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan NaOH 2 tetes tidak terjadi perubahan. Setelah
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau, namun
setelah dikocok menghilang. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besi
(II) jika direaksikan dengan NaOH menghasilkan endapan hijau kotor.
Sehingga dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
CCCXC.[Fe(H2O)6]2+(aq) + OH- [Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)
CCCXCI. [Fe(H2O)4(OH)2]-(aq) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3](s)
d) Garam FeCl3
CCCXCII. Larutan FeCl3 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan larutan berwarna jingga. Namun,
setelah ditambahkan NaOH berlebih sebayank 3 tetes terbentuk endapan
coklat kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa besi (III) jika
direaksikan dengan NaOH menghasilkan endapan coklat kemerahan. Sehingga
dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
CCCXCIII. [Fe(H2O)6]3+(aq) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
CCCXCIV. [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH- [Fe(H2O)2(OH)4](s)
e) Garam CoCl2
CCCXCV. Larutan CoCl2 berwarna merah muda ini diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan hablur
berwarna coklat. Seharusnya endapan yang dihasilkan adalah berwarna merah
jambu, ketidaksesuaian ini dikarenakan saat penambahan NaOH terjadi kontak
dengan udara sehingga teroksidasi. Kemudian ditambahkan NaOH berlebih
sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hablur coklat (++). Berikut reaksi yang
terjadi:
[Co(H2O)6]2+(aq) + OH- [Co(H2O)4(OH)2](s)
CCCXCVI.
CCCXCVII. [Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Co(H2O)3(OH)3](s)
f) Garam NiCl2
CCCXCVIII. Larutan NiCl2 yang berwarna hijau diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
larutan keruh dan endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan NaOH
berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk endapan hijau (++). Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Ni akan membentuk endapan berwarna hijau apabila direaksikan
dengan NaOH dan tidak larut dalam reagen berlebih. Reaksinya dapat
ditunjukkan sebagai berikut:
CCCXCIX. [Ni(H2O)6]2+(aq) + OH- [Ni(H2O)4(OH)2](s)
CD. [Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Ni(H2O)3(OH)3](s)
CDI.
g) Garam CuSO4
CDII. Larutan CuSO4 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
larutan berwarna biru keruh dan terbentuk endapan biru. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa Cu akan membentuk endapan berwarna biru apabila direaksikan
dengan NaOH. Setelah ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes
terbentuk endapan biru (++). Hal ini menunjukkan bahwa logam Cu jika
direaksikan dalam reagen alkali berlebih endapan tidak larut. Berikut reaksi
yang terjadi:
2+ -
CDIII. [Cu(H2O)6] (aq) + OH [Cu(H2O)4(OH)2](s)
CDIV.[Cu(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Cu(H2O)3(OH)3](s)
h) Garam ZnCl2
CDV. Larutan ZnCl2 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 tetes NaOH menghasilkan
hablur berwarna putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa logam Zn akan
membentuk hablur berwarna putih apabila direaksikan dengan NaOH. Setelah
ditambahkan NaOH berlebih sebanyak 3 tetes terbentuk hablur putih (++).
Seharusnya endapan larut dalam reagen alkali berlebih karena zink (II)
hidroksida bersifat amfoter. Ketidaksesuaian ini dikarenakan jumlah tetesan
NaOH yang ditambahkan masih kurang. Berikut reaksi yang terjadi:
CDVI. [Zn(H2O)6]2+(aq) + OH- [Zn(H2O)4(OH)2](s)
CDVII. [Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Zn(H2O)3(OH)3](s)
2) Reaksi dengan amonia
CDVIII. Pada dasarnya semua logam transisi yang mengendap dapat larut kembali
apabila direaksikan dengan amonia. Berikut uraian beberapa reaksi logam transisi
dengan amonia:
a) Garam CrCl3
CDIX. Larutan CrCl3 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung reaksi
lalu ditambahkan 1 tetes NH3 pekat terbentuk endapan abu-abu biru dan
larutan biru keruh. Setelah ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes
endapan tersebut larut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa logam Cr apabila
direaksikan dengan amonia akan menghasilkan endapan dan akan larut dalam
reagen berlebih. Sehingga reaksinya menjadi seperti berikut:
CDX. Cr3+(aq) + 3NH3 + 3H2O Cr(OH)3(s) + 3NH4+(aq)
CDXI. Cr(OH)3(s) + 6NH3 [Cr(NH3)6]3+(aq)
b) Garam Mn(SO)4
CDXII. Larutan MnSO4 yang tidak berwarna diambil 1 mL untuk dimasukkan
ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1 tetes NH 3 pekat menghasilkan
endapan berwarna putih dan larutan berwarna kuning. Kemudian,
ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes endapan tersebut dapat
larut. Sebab, penambahan amonia berelebih mengakibatkan reaksi bergeser ke
kiri dan membuat konsentrasi ion hidroksil sangat kecil (menurun) yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk menghasilkan endapan Mangan(II)
hidroksida. Berikut reaksi yang terjadi:
CDXIII. Mn2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Mn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
CDXIV. Mn(OH)2(s) + 6NH3 [Mn(NH3)6]2+(aq)
c) Garam Fe(NH3)2SO4
CDXV. Larutan Fe(NH3)2SO4 diambil 1 mL untuk dimasukkan dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan NH3 pekat 1 tetes tidak terjadi perubahan. Seharusnya
terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3 pekat yang
ditambahkan masih kurang. Namun, setelah ditambahkan NH 3 pekat 1 tetes
lagi menghasilkan larutan berwarna hijau kehitaman. Hal ini menunjukkan
bahwa ion amonium ada dalam jumlah banyak sehingga, disosiasi amonium
hidroksida tertekan dan konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah.
Dengan demikian pengendapan tidak terjadi, sehingga dapat dituliskan
reaksinya sebagai berikut:
CDXVI. Fe2+(aq) + 5NH3 + H2O [Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq)
CDXVII. [Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3 [Fe(NH3)6]2+(aq)
d) Garam FeCl3
CDXVIII. Larutan FeCl3 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan larutan berwarna merah
kecoklatan. Seharusnya terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan
tetesan NH3 pekat yang ditambahkan masih kurang. Namun, setelah
ditambahkan NH3 pekat berlebih sebanyak 1 tetes larutan berwarna merah
kecoklatan keruh. Hal ini menunjukkan bahwa endapan mulai terbentuk
karena endapan yang dihasilkan merupakan besi (III) hidroksida dan Kspnya
begitu kecil, sehingga terjadi pengendapan. Apabila NH 3 ditambahkan
berlebih sekali lagi maka, kekeruhan menghilang dan larutan menjadi jernih
merah kecoklatan. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
CDXIX.Fe3+(aq) + 5NH3 + H2O [Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq)
CDXX. [Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq) + NH3 [Fe(NH3)6]3+(aq)
e) Garam CoCl2
CDXXI. Larutan CoCl2 diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan larutan berwarna hijau.
Seharusnya terbentuk endapan tetapi tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3
pekat yang ditambahkan masih kurang. Namun, setelah ditambahkan NH 3
pekat berlebih sebanyak 1 tetes larutan berwarna hijau dan terbentuk endapan.
Apabila NH3 ditambahkan berlebih sekali lagi maka, endapan akan larut
karena jumlah ion ammonium dalam jumlah lebih banyak dan senyawa
kompleks akan terbentuk dalam satu tahap. Sehingga dapat dituliskan reaksi
kesetimbangannya adalah sebagai berikut:
CDXXII. Co2+(aq) + 3NH3 + 2H2O Co(OH)3(s) + 2NH4+(aq)
CDXXIII. Co(OH)3(s) + 6NH3(aq) [Co(NH3)6]2+(aq)
CDXXIV. [Co(NH3)6]2+(aq) Co2+(s) + 6NH4+(aq)
CDXXV. Kesetimbangan bergeser ke kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh
amonia.
CDXXVI.
H+ + NH3 NH4+
f) Garam NiCl2
CDXXVII. Larutan NiCl2 yang berwarna hijau diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
larutan berwarna biru muda. Setelah ditambahkan NH3 pekat berlebih
sebanyak 1 tetes menghasilkan larutan berwarna biru jernih. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa kompleks terbentuk dengan segera. Reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
CDXXVIII. Ni2+(aq) + 5NH3 + H2O [Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq)
CDXXIX. [Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3 [Ni(NH3)6]2+(aq)
CDXXX. Apabila tidak demikian, berarti reaksi yang terjadi akan menghasilkan
endapan untuk penambahan NH3 pekat pertama kali dan akan larut dalam
penambahan amonia berlebih. Reaksinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
CDXXXI. Ni2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
CDXXXII. Ni(OH)2(s) + 6NH3(aq) [Ni(NH3)6]2+(aq)
g) Garam CuSO4
CDXXXIII. Larutan CuSO4 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
larutan berwarna biru tua. Kemudian ditambahkan NH3 pekat 1 tetes lagi
menghasilkan larutan berwarna biru tua (+). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa kompleks langsung terbentuk. Sebab, larutan CuSO4 merupakan
garam asam dan amonia yang digunakan untuk menetralkannya berlebih
sehingga, endapan tidak terjadi sama sekali. Berikut reaksi yang terjadi:
2+ 2+
CDXXXIV. Cu (aq) + 3NH3 + H2O [Cu(H2O)(NH3)3] (aq)
CDXXXV.[Cu(H2O)(NH3)3]2+(aq) + NH3 [Cu(NH3)4]2+(aq)
h) Garam ZnCl2
CDXXXVI. Larutan ZnCl2 yang berwarna biru diambil 1 mL dan dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 tetes NH3 pekat menghasilkan
endapan berwarna putih. Lalu ditambahkan NH3 berlebih sebanyak 1 tetes
endapan tidak larut. Seharusnya endapan larut dalam larutan amonia apabila
jika berlebih. Namun, hal tersebut tidak terjadi dikarenakan tetesan NH 3 yang
ditambahkan masih kurang.
CDXXXVII. Apabila NH3 ditambahkan berelebih sekali lagi maka, endapan akan
larut. Sebab, konsentrasi ion hidroksil akan menurun sampai Ksp zink (II)
hidroksida tidak tercapai, sehingga akan menghasilkan teteraaminzinkat (II).
Berikut reaksi yang terjadi:
CDXXXVIII. Zn2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
CDXXXIX. Zn(OH)2(s) + NH3 [Zn(NHs)(OH)2](s)
3) Reaksi dengan NH4CNS
CDXL. Pada percobaan ini larutan masing-masing larutan garam logam
transisi diambil 1 mL dan dimasukkan dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 1
mL NH4CNS. Kemudian dibandingkan perubahan warna yang terjadi dengan
larutan blanko. Larutan blanko dibuat dari 1 mL larutan garam logam transisi
ditambahkan dengan aquades 1 mL. Hal ini bertujuan untuk membedakan kation
mana yang membentuk ion kompleks dengan ion CNS-. Kation dari garam logam
transisi yang dapat membentuk ion kompleks dengan ion CNS - adalah Cu2+, Fe2+,
dan Fe3+. Hal ini ditunjukkan dari perubahan warna yang terjadi pada larutan saat
ditambahkan amonium tiosianat.
CDXLI. Belum tentu perubahan warna tersebut mengindikasikan adanya
pembentukan ion kompleks. Namun, saat ion CNS- yang bertindak sebagai ligan
terikat pada logam akan menimbulkan suatu interaksi elektron yang terjadi
disekitar ion pusat. Interaksi tersebut membutuhkan energi dan energi tersebut
digunakan untuk melakukan eksitasi. Eksitasi yang terjadi seperti gelombang
cahaya dimana akan dihasilkan warna-warna tertentu.
CDXLII. Selain itu, warna yang dihasilkan akibat dari pengisian orbital d pada
logam yang kosong dimana logam transisi cenderung bersifat paramagnetik.
Artinya, mudah ditarik oleh medan magnet dan mudah menerima sumbangan
elektron. Sehingga, banyak logam transisi digunakan sebagai penghantar panas
dan listrik yang baik.
CDXLIII. Terlepas dari kegunaan dan aktivitas elektron yang terjadi antara
logam-ligan atau ligan-logam. Warna yang dihasilkan pada pembentukan
senyawa kompleks yang terjadi pada kation Cu 2+, Fe2+, dan Fe3+ dengan anion
CNS- dapat dibandingkan dengan larutan blanko yang telah dibuat. CuSO 4 setelah
ditambahkan NH4CNS, larutan berubah warna dari biru menjadi hijau muda.
Sedangkan Fe(NH3)2SO4 dan FeCl3 mngalami perubahan warna setelah
ditambahkn NH4CNS menjadi larutan berwarna merah kecoklatan.
CDXLIV. Jika dibandingkan dengan blanko, garam CuSO4, Fe(NH3)2SO4, dan
FeCl3 yaitu menghasilkan warna masing-masing berturut-turut adalah larutan
berwarna biru kehijauan, larutan berwarna kuning (---), dan larutan berwarna
kuning. Hal ini menunjukkan perbedaan antara warna yang dihasilkan dengan
NH4CNS dan aquades. Sehingga, semakin menguatkan bahwa dari delapan
larutan garam logam transisi yang telah disiapkan dalam percobaan yang
menunjukkan hasil positif bereaksi dengan ion CNS - membentuk kompleks
adalah kation Cu2+, Fe2+, dan Fe3+. Sedangkan, untuk kelima larutan garam logam
transisi yang lain seperti Mn(SO)4 , ZnCl2 , CoCl2 , NiCl2 , CrCl3 tidak mengalami
perubahan warna saat direaksikan dengan NH4CNS atau dapat dikatakan tetap.
2. Percobaan II: Pembentukan ion kompleks oleh ion logam transisi
1) Kompleks Cr (III)
CDXLV. Pada percobaan ini mula-mula larutan CrCl 3 2 mL dimasukkan dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan larutan Na2C2O4 beberapa tetes hingga
menghasilkan larutan berwarna hijau. Warna tersebut menunjukka adanya
senyawa kompleks yang terbentuk yaitu [Cr(C2O4)3]3-. Fungsi penambahan reagen
Na2C2O4 adalah sebagai peneyedia ligan berupa ion C2O42- dimana ion tersebut
akan menggantikan ion Cl- . Hal ini dapat dilihat dari persamaan berikut:
CDXLVI. CrCl3(aq) + Na2C2O4(aq) [Cr(C2O4)3]3-(aq) + 2Na+ + 3Cl-
CDXLVII. Karena Cr3+ merupakan ion yang stabil dari sederetan tingkat oksidasi
pada logam Cr dan mempunyai bilangan koordinasi 6 serta berada pada orbital d3
yang cenderung menyukai bentuk oktahedral, maka dapat digambarkan struktur
molekulnya sebagai berikut:
CDXLVIII.
menit lalu didinginkan, larutan menjadi tidak berwarna dan terbentuk endapan
hitam. Selama pemanasan timbul gelembung gas, gas tersebut merupakan gas
Nitrogen Oksida yang terurai akibat pemanasan. Selain itu, akibat pemanasan
juga Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Sebagaimana reaksinya ditunjukkan sebagai
berikut:
CDLIX. Fe2+(aq) + HNO3(aq) + 3H+ Fe3+ + NO(g) + 2H2O(l)
CDLX. Agar diperoleh hasil yang maksimal perubahan tingkat oksidasi pada
Fe2+ menjadi Fe3+ maka, dilakukan pengujian dengan menambahkan NaOH pada
larutan yang dihasilkan. Setelah ditambahkan NaOH 2 M beberap tetes terbentuk
endapan hijau kotor yang melayang-layang pada bagian atas. Hal ini
menunjukkan bahwa Fe (II) mudah dioksidasi menjadi Fe (III) dengan
penambahan larutan basa. Berikut reaksi yang terjadi:
CDLXI. Fe3+ + NaOH Fe(OH)3(s)
CDLXII.
2) Perubahan Cr6+ menjadi Cr3+
CDLXIII. Pada percobaan ini digunakan larutan K2Cr2O7 2 mL yang dimasukkan
dalam tabung reaksi kemudian dipanaskan tidak terjadi perubahan atau tetap
berupa larutan berwarna jingga. Lalu ditambahkan padatan Zn menimbulkan
endapan berwarna abu-abu pada bagian bawah larutan. Endapan tersebut larut
setelah ditambahkan HCl pekat 1,5 mL yang menghasilkan larutan berwarna biru
keruh.
CDLXIV. Selanjutnya dilakukan pemanasan yang menimbulkan gas, gas tersebut
merupakan gas klor yang dilepaskan. Perlakuan ini bertujuan untuk melakukan
reduksi terhadap Cr6+ menjadi Cr3+. Kemudian langkah terakhir adalah
menambahkan HNO3 beberapa tetes hingga menghasilkan larutan berwarna hijau
tua. Hal ini dilakukan hanya untuk menunjukkan bahwa telah terjadi reduksi
terhadap Cr6+ menjadi Cr3+. Sebagaimana ditunjukkan sebagai berikut reaksi-
reaksi yang terjadi:
CDLXV. K2Cr2O7(aq) + 14HCl 2Cr3+ + 3Cl2 + 2K+ + Cl- + 7H2O(l)
CDLXVI.
CDLXVII. Kesimpulan
1) Reaksi-reaksi ion logam transisi dapat dipelajari dengan cara mereaksikannya
dengan NaOH, NH3, dan NH4CNS dimana akan dihasilkan warna-warna tertentu
dan terbentuknya yang mengindikasikan adanya senyawa kompleks.
2) Pembentukan ion kompleks dapat dilakukan dengan menambahkan larutan yang
mengandung ligan-ligan dalam deret spektrokimia seperti ion oksalat, H 2O, CNS-,
EDTA, dan DMG.
3) Perubahan warna akibat perubahan bilangan oksidasi dari senyawa logam transisi
dapat diperoleh dengan melakukan pemanasan, penambahan asam-basa kuat
CDLXVIII.
CDLXIX. Jawaban Pertanyaan
1. Tulislah seluruh reaksi yang ada pada percobaan I sampai IV serta berikan perubahan
warnanya.
CDLXX. Jawab:
1) Percobaan I
A. Reaksi dengan NaOH
a) Garam CrCl3
CDLXXI. [Cr(H2O)6]3+(aq) + OH- [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq)
CDLXXII. Hijau (+)
CDLXXIII. [Cr(H2O)3(OH)3]-(aq) + OH- [Cr(H2O)2(OH)4](s)
CDLXXIV. hijau
b) Garam Mn(SO)4
CDLXXV. [Mn(H2O)6]2+(aq) + OH- [Mn(H2O)4(OH)2](s)
CDLXXVI. kuning
CDLXXVII. [Mn(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Mn(H2O)3(OH)3](s)
CDLXXVIII. Kuning (++)
c) Garam Fe(NH4)2SO4
CDLXXIX. [Fe(H2O)6]2+(aq) + OH- [Fe(H2O)4(OH)2]-(aq)
CDLXXX. Kuning (--)
- -
CDLXXXI. [Fe(H2O)4(OH)2] (aq) + OH [Fe(H2O)3(OH)3](s)
CDLXXXII. Hijau kotor
d) Garam FeCl3
CDLXXXIII. [Fe(H2O)6]3+(aq) + OH- [Fe(H2O)3(OH)3]-(aq)
CDLXXXIV. Jingga
- -
CDLXXXV. [Fe(H2O)3(OH)3] (aq) + OH [Fe(H2O)2(OH)4](s)
CDLXXXVI. Coklat kemerahan
e) Garam CoCl2
CDLXXXVII. [Co(H2O)6]2+(aq) + OH- [Co(H2O)4(OH)2](s)
CDLXXXVIII. coklat
CDLXXXIX. [Co(H2O)4(OH)2](s) + OH- [Co(H2O)3(OH)3](s)
CDXC. Coklat (++)
f) Garam CuSO4
CDXCI. [Cu(H2O)6]2+(aq) + OH- [Cu(H2O)4(OH)2](s)
CDXCII. biru
-
CDXCIII. [Cu(H 2 O) 4 (OH) ]
2 (s) + OH [Cu(H 2 O) 3 (OH) 3](s)
CDXCIV. Biru (++)
g) Garam ZnCl2
2+ -
CDXCV. [Zn(H2O)6] (aq) + OH [Zn(H2O)4(OH)2](s)
CDXCVI. Putih
-
CDXCVII. [Zn(H2O)4(OH)2](s) + OH [Zn(H2O)3(OH)3](s)
CDXCVIII. putih (++)
h) Garam NiCl2
2+ -
CDXCIX. [Ni(H2O)6] (aq) + OH [Ni(H2O)4(OH)2](s)
D. hijau
-
DI. [Ni(H2O)4(OH)2](s) + OH [Ni(H2O)3(OH)3](s)
DII. Hijau (++)
B. Reaksi dengan amonia
a) Garam CrCl3
DIII. Cr3+(aq) + 3NH3 + 3H2O Cr(OH)3(s) + 3NH4+(aq)
DIV. Abu-abu biru
DV. Cr(OH)3(s) + 6NH3 [Cr(NH3)6]3+(aq)
DVI. Biru keruh
b) Garam Mn(SO)4
DVII. Mn2+(aq) + 2NH3 + 2H2O Mn(OH)2(s) + 2NH4+(aq)
DVIII. putih
DIX. Mn(OH)2(s) + 6NH3 [Mn(NH3)6]2+(aq)
DX. kuning
c) Garam Fe(NH4)2SO4
DXI. Fe2+(aq) + 5NH3 + H2O [Ni(H2O)(NH3)5]2+(aq)
DXII. Kuning (--)
DXIII. [Fe(H2O)(NH3)5]2+(aq) + NH3 [Fe(NH3)6]2+(aq)
DXIV. Hijau kehitaman
d) Garam FeCl3
DXV. Fe3+(aq) + 5NH3 + H2O [Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq)
DXVI. Merah kecoklatan
DXVII. [Fe(H2O)(NH3)5]3+(aq) + NH3 [Fe(NH3)6]3+(aq)
DXVIII. Merah kecoklatn keruh
DXIX.
e) Garam CoCl2
DXX. Co(OH)3(s) + 6NH3(aq) [Co(NH3)6]2+(aq)
DXXI. hijau
DXXII. [Co(NH3)6]2+(aq) Co2+(s) + 6NH4+(aq)
f) Garam CuSO4
DXXIII. Cu2+(aq) + 3NH3 + H2O [Cu(H2O)(NH3)3]2+(aq)
DXXIV. Biru tua
DXXV. [Cu(H2O)(NH3)3] (aq) + NH3 [Cu(NH3)4]2+(aq)
2+
DLVII.
DLVIII.
Sebelum diberikanFe(NH
perlakuan
NiCl
CuSO
4)2SO
2 44
ZnCl2 FeCl3
MnSO4
DLIX.
DLX.
Fe(NH4)2SO4
FeCl3
CrCl
CuSO
3 4
ZnCl2 4
MnSO
DLXII.
d) Larutan Blanko
DLXIII.
DLXIV.
Setelah ditambahkan 1 mL
H2O
DLXV.
Sebelum
diberikan
perlakuan
DLXVI.
b) Kompleks Fe (II) dan Fe (III)
DLXVII.
DLXVIII.
DLXIX.
DLXX.
DLXXI.
DLXXII.
DLXXIII.
DLXXIV.
Setelah
Setelah ditambahkan ditambahkan 11 Setelah ditambahkan
2 tetes NH4CNS tetes Na2C2O4 4 tetes NH4CNS
CoCl2 + Na2EDTA
DLXXVI.
Ni(NO
Ni(NO33))22
setelah
setelah
penambahan
penambahan
NaDMG
2EDTA
CuCl.2H2O
CuSO4.5H2O
DLXXIX.
DLXXXI.
Setelah
penambahan
DLXXXII. HCl pekat
DLXXXIII.
DLXXXIV.
DLXXXV.
DLXXXVI.
DLXXXVII. Setelah
ditambahkan
HNO3 pekat
DLXXXVIII.
DLXXXIX.
DXC.
DXCI.